PENGARUH PERBANDINGAN ECENG GONDOK DAN KOTORAN SAPI TERHADAP PROSES FERMENTASI UNTUK MENDAPATKAN ENERGI BIOGAS

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam

PENGARUH PERBEDAAN STATER TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DENGAN BAHAN BAKU ECENG GONDOK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

maupun buah yang busuk yang berasal dari pasar atau pertanian. Sehingga energi

KOMPOSISI CAMPURAN KOTORAN SAPI DAN LIMBAH PUCUK TEBU (SACCHARUM OFFICINARUM L) SEBAGAI BAHAN BAKU ISIAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PEMBENTUKAN BIOGAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bel akang

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak

RANCANG BANGUN REAKTOR BIOGAS TIPE PORTABLE DARI LIMBAH KOTORAN TERNAK SAPI Design of Portable Biogas Reactor Type for Cow Dung Waste

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

PEMBUATAN BIOGAS dari LIMBAH PETERNAKAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bahan dasar campuran antara enceng gondok dan kotoran sapi serta air sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hewani yang sangat dibutuhkan untuk tubuh. Hasil dari usaha peternakan terdiri

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan

PROSIDING SNTK TOPI 2013 ISSN Pekanbaru, 27 November 2013

PEMBUATAN INSTALASI UNTUK BIOGAS DARI ENCENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES ) YANG EFISIEN UNTUK LAHAN KECIL

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

Macam macam mikroba pada biogas

HASIL DAN PEMBAHASAN

Journal of Mechanical Engineering Learning

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH EM4 (EFFECTIVE MICROORGANISME) TERHADAP PRODUKSI BIOGAS MENGGUNAKAN BAHAN BAKU KOTORAN SAPI

BAB II LANDASAN TEORI

Perancangan Sistem Pengukuran ph dan Temperatur Pada Bioreaktor Anaerob Tipe Semi-Batch

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI BIOETANOL MELALUI PROSES ANAEROB (FERMENTASI)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) F-396

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas

Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Disusun Oleh: Diyanti Rizki Rahayu Puspita Ardani Ir. Nuniek Hendriani, M.T. Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M.Eng

BAB III METODE, PENELITIAN

Chrisnanda Anggradiar NRP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SNTMUT ISBN:

ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik. Oleh: DWI RAMADHANI D

SCIENTIFIC CONFERENCE OF ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY IX

TINJAUAN LITERATUR. Biogas adalah dekomposisi bahan organik secara anaerob (tertutup dari

SNTMUT ISBN:

ENCENG GONDOK SEBAGAI BIOGAS YANG RAMAH LINGKUNGAN

BAB II LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI DAN KOTORAN SAPI DALAM PEMBUATAN BIOGAS MENGGUNAKAN ALAT ANAEROBIC BIODIEGESTER

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dunia. Meskipun

UJI PEMBENTUKAN BIOGAS DARI SUBSTRAT SAMPAH SAYUR DAN BUAH DENGAN KO-SUBSTRAT LIMBAH ISI RUMEN SAPI

EFISIENSI PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS TERHADAP PENAMBAHAN EFFECTIVITAS MICROORGANISME

JURNAL PENGEMBANGAN BIODIGESTER BERKAPASITAS 200 LITER UNTUK PEMBUATAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

Biogas yang dihasilkan dari dekomposisi Eceng Gondok (Eicchornia crassipes) dengan penambahan kotoran sapi sebagai Starter

ANALISIS PENGARUH LEVEL SUBSTRAT PADA DIGESTER ANAEROB SKALA LABORATORIUM TERHADAP PRODUKSI METANA

MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Degradasi Substrat Volatile Solid pada Produksi Biogas dari Limbah Pembuatan Tahu dan Kotoran Sapi

LAPORAN PENELITIAN BIOGAS DARI CAMPURAN AMPAS TAHU DAN KOTORAN SAPI : EFEK KOMPOSISI

STUDI AWAL TERHADAP IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BIOGAS DI PETERNAKAN KEBAGUSAN, JAKARTA SELATAN. Oleh : NUR ARIFIYA AR F

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan diagram alir seperti berikut: Tidak. Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan Reactor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam negeri sehingga untuk menutupinya pemerintah mengimpor BBM

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

PENURUNAN BOD PADA BIOGAS KOTORAN SAPI CAMPURAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT DENGAN VARIASI KECEPATAN DAN LAMA PENGADUKAN.

BIOGAS ENCENGGONDOK DAN FESSES SAPI SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF

LABORATORIUM ENERGI DAN ELEKTRIFIKASI PERTANIAN PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN

EKSISTENSI WAKTU FERMENTASI TERHADAP RENDEMEN BIOGAS MENGGUNAKAN GREEN PHOSKKO (GP-7)

PANDUAN TEKNOLOGI APLIKATIF SEDERHANA BIOGAS : KONSEP DASAR DAN IMPLEMENTASINYA DI MASYARAKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. molekul komplek yang memiliki bentuk rigid dan struktur berkayu dari tanaman dimana bakteri

UJI PEMBUATAN BIOGAS DARI KOTORAN GAJAH DENGAN VARIASI PENAMBAHAN URINE GAJAH DAN AIR

ANALISIS KINERJA DIGESTER BIOGAS BERDASARKAN PARAMETER OKSIGEN BIOGAS DIGESTER PERFORMANCE ANALYSIS BASED ON OXYGEN PARAMETER

Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah perlunya usaha untuk mengendalikan akibat dari peningkatan timbulan

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN LIMBAH PABRIK TAHU, LIMBAH KULIT SINGKONG DAN KOTORAN SAPI TERHADAP PRODUKSI BIOGAS

PRODUKSI BIOGAS DARI CAMPURAN KOTORAN SAPI DENGAN KOTORAN AYAM

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon kelapa sawit terdiri dari dua spesies besar yaitu Elaeis guineensis

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Agustus 2015 dan bertempat di

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PENGEMBANGAN PROSES DEGRADASI SAMPAH ORGANIK UNTUK PRODUKSI BIOGAS DAN PUPUK

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI

Adelia Zelika ( ) Lulu Mahmuda ( )

PENGARUH KOMPOSISI AIR DALAM PEMBENTUKAN BIOGAS DARI ECENG GONDOK WADUK X KOTO PADANG PANJANG DAN FESES SAPI

SKRIPSI MODIFIKASI INSTALASI BIOGAS KOTORAN SAPI TIPE FIXEDDOME DI ANGGOTA KELOMPOK TANI KANTI SEMBADA DESA CANDIKUNING

Analisa Hasil Penyimpanan Energi Biogas Ke Dalam Tabung Bekas

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK

PRODUKSI BIOGAS DARI ECENG GONDOK BIOGAS PRODUCTION FROM WATER HYACINTH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : Mulyayanti Dosen Pembimbing : Suyanto,ST,MT

Transkripsi:

PENGARUH PERBANDINGAN ECENG GONDOK DAN KOTORAN SAPI TERHADAP PROSES FERMENTASI UNTUK MENDAPATKAN ENERGI BIOGAS Kms. Ridhuan 1, Hindi Norvedo 2 1 Dosen Teknik Mesin Universitas muhammadiyah Metro 2 Mahasiswa Teknik Mesin Universitas muhammadiyah Metro kmsridhuan@yahoo.co.id Abstract Hyacinth biomass (Eicchornia crassipes) containing cellulose and hemicellulose at high levels and low lignin content of potential to be used as raw material for production of biogas. As well biodegradatif Cow manure contains bacteria that can initiate and sustain the production of biogas and water can accelerate the growth of microorganisms and methane-producing organisms are more optimum. This study aims to examine the ratio of water hyacinth, cow dung and water to biogas production better. Water hyacinth and leaves cut approximately 2 to 3 cm, cow dung and water and put into a plastic into Kriya reactor with a capacity of 120 liters and with airtight closed anaerobic process with two different ratio 10:9:48 (kg) and 11:14 : 42 (kg) with a time of 70 days. Parameters measured pressure, volume and temperature of biogas. The results of the study showed that the optimum ratio between the water hyacinth, cow dung and water is 11:14:42 (kg) with the highest volume of 12 492 liters and the highest pressure 109.3 kn/m 2, as well as high-pressure hourly te 4100 N/m 2. The difference is clearly visible, especially in the pressure measurement, the ratio of 11:14:42 (kg) is even better. The ideal fermentation time in both comparisons are even up to 60 days to 70 days biogas production but there is still very little or small. With time optimum biogas production is starting on day 7 to day 20. Keywords: Biogas, water hyacinth, cow manure 1. PENDAHULUAN Kebutuhan akan bahan bakar yang merupakan sumber energi setiap harinya terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Konsumsi bahan bakar yang terus meningkat ini tidak dapat di imbangi dengan ketersediaanya yang kian hari terus menipis terutama untuk bahan bakar fosil. Pengembangan teknologi untuk energi alternatif terus digalakkan salah salah satunya yang giat digalakkan yaitu energi biogas. Biogas merupakan salah satu energi yang dapat diperbarui diproduksi dengan cara fermentasi dari berbagai jenis bahan buangan dan bahan sisa diantaranya kotoran sapi dan eceng gondok. Biomassa eceng gondok (Eicchornia crassipes) merupakan tanaman gulma di wilayah perairan yang hidup terapung pada air. Tanaman ini mengandung selulosa dan hemiselulosa pada kadar tinggi serta kandungan lignin yang rendah sangat potensial untuk digunakan sebagai bahan baku produksi biogas (Winarni, Panggih, 2010). Dan selulosa inilah yang bisa digunakan sebagai bahan bakar alternativ biogas. Kotoran sapi merupakan limbah buangan yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan terutama baunya yang sangat menyengat. Kotoran sapi mengandung bakteri biodegradatif yang dapat memulai dan menyokong produksi biogas (M. Sayago, 2008). Campuran eceng gondok, kotoran sapi dan air yang difermentasi dalam suatu ruangan yang hampa udara dengan perbandingan 44

campuarn yang sesuai dari ketiga unsur tersebut akan menghasilkan gas methan biogas yang maksimum. Aktivitas mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi pembentukan biogas sangat tergantung dari imbangan C/N (Carbon/Nitrogen). Mikroorganisme perombak dapat beraktivitas secara optimum jika imbangan C//N tingggi pada bahan organik akan menyebabkaan produksi metan yang rendah. Pasalnya, bahan dengan imbangan C/N tinggi hanya mengandung nitrogen dengan kadar rendah (Agus Krisno,2011). Padahal, nitrogen sangat dibutuhkan sebagai sumber energi untuk perkembangbiakan mikroorganisme pengurai Karena itu, perbandingan campuran yang sesuai eceng gondok, kotoran sapi dan air yang sesuai akan sangat mempengaruhi tingkat pertumbuhan gas methan (biogas) yang optimum. Untuk menghasilkan biogas, eceng gondok difermentasikan terlebih dahulu agar terbentuk gas methan. Eceng gondok yang digunakan harus dirajang atau dihaluskan sebelumnya agar gas metan yang dihasilkan optimum. Sebelum dimasukan kedalam digester, eceng gondok yang telah dirajang atau dihaluskan dicampur dengan air dengan ukuran tertentu. Air berperan penting dalam proses biologis pembuatan biogas. Artinya jangan terlalu banyak (berlebihan) juga jangan terlalu sedikit.( Randy Alfatih :2011_ Online ) Biogas merupakan campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik yang terjadi pada matrial matrial yang dapat terurai secara alamiah dalam kondisi anaerobik dalam proses pembentukannya biogas harus melalui tiga tahapaan yaitu hidrolisasi, pengasaman dan metanogenesis (Indri Vaselina H.,2007). Biogas ini terdiri dari gas metan ( ) dan karbondioksida ( ) pada umumnya proses produksi biogas menggunakan alat yang disebut reactor biogas (digester) yang dirancang kedap udara sehingga proses penguraian oleh mikroorganisme dapat berjalan optimal. Proses pembentukan biogas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1. Temperatur yang tinggi akan akan memberikan hasil biogas yang baik namun suhu tersebut sebaiknya tidak boleh melebihi suhu kamar yaitu berkisar 20 40 ºC. 2. Jenis bahan organik (Campuran Substrat) yang digunakan dapat berpengaruh terhadap lama waktu fermentasi oleh bakteri. 3. Bakteri anaerobik membutuhkan nutrisi (unsur hara) sebagai sumber energi yang mengandung nitrogen, fosfor, magnesium, sodium, mangan, kalsium dan kobalt. 4. Pada dekomposisi anaerob faktor ph (tingkat keasaman) sangat berperan, karena pada rentang ph yang sesuai yaitu antara 6,2 sampai 7,6. 5. Cairan pemula (starter) diperlukan untuk mempercepat proses perombakan bahan organik hingga menjadi biogas. starter ini harus mengandung bakteri metan yang disebut starter. 6. Rasio C/N adalah perbandingan kadar Karbon dan kadar Nitrogen dalam suatu bahan sekitar 25 30 maka mikrooganismen perombak dapat beraktivitas secara optimum. 7. Proses fermentasi limbah didalam tangki pencerna dapat berlangsung 60 90 hari, tetapi menurut Sahidu (1983) hanya berlangsung 60 hari saja dengan terbenuknya biogas pada hari ke 5 dengan suhu pencerna 28. Namun menurut (M. Sayago, 2008).biogas terbentuk sekitar 10 20 hari. Reaktor biogas (Digester) merupakan suatu instalasi kedap udara dimana proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme dalam keadaan anaerob untuk menghasilkan biogas. Didalam digester (reaktor) juga tempat terjadinya proses dikomposisi bahan-bahan organik. Disamping itu digester biogas dapat mengurai emisi gas metana yang salah satunya menimbulkan efek gas rumah kaca. Sistem produksi biogas dibedakan menurut cara pengisian bahan bakunya : 45

a. Pengisian curah (Bacth feeding) merupakan jenis digester yang sistem pengisian bahan baku organiknya dilakukan hanya sekali sampai penuh, kemudian ditunggu sampai biogas dihasilkan. (Wahyuni Sri : 2009 ) b. Continuous feeding adalah jenis digester yang sistem pengisian bahan bakunya dilakukan secara kontinyu (setiap hari) tiga hingga empat minggu sejak pengisian awal, tanpa harus mengelurkan bahan yang sudah dicerna. (Ana Nurhasanah, dkk : 2012_Online) Bagian Bagian Utama Digester Biogas 1. Reaktor merupakan tempat tampungan, pencampuran dan fermentasi bahan baku eceng gondok, kotoran sapi dan air. 2. Slurry Masuk dan keluar berfungsi sebagai saluran masuk bahan baku pembuatan biogas (slurry). Dan residu keluar adalah saluran keluar slurry yang sudah tidak terpakai lagi atau saluran pengeluran limbah hasil fermentasi didalam reaktor. 3. saluran gas yaitu saluran pengeluran gas yang telah dihasilkan didalam reaktor biogas lalu dihubungkan melalui selang kemudian disalurkan ke penampung biogas. 4. Saluran pembuangan gas atau udara yang ada di dalam reaktor yang tidak berguna. 5. Biogas storage yaitu tempat penampungan biogas yang dihasilkan setelah proses fermentasi dari rektor (digester). 6. Kompor gas untuk menguji biogas yang telah dihasilkan dari proses fermentasi. (Yusuf Zailana, dkk. 2011) 3 4 1 2 6 Gambar 1. Rangkaian reaktor biogas 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan bahan baku eceng gondok, kotoran sapi dan air dengan perbandingan 10:9:48(kg) dan 11:14:42kg). Menggunakan drum sebagai reactor dengan kapasitas 120 liter yang dilengkapi sisi saluran masuk dan sisi saluran keluar bahan baku untuk fermentasi dengan diameter pipa 2 inch. Ada saluran keluar biogas ke tempat penampungan. Dan saluran buang gas sisa. Terdapat juga alat ukur tekanan presser gauge dan manometer U, dan termometer untuk mengukur temperature. Juga dilengkapi dengan katup untuk mengatur buka tutup saluran. Pembuatan Digester a) Siapkan drum plastik dengan kapasitas 120 liter sebagai reactor untuk fermentasi b) Buat bagian saluran masuk dari reactor sebagai tempat memasukan bahan eceng gondok dan kotoran sapi pipa 2 inch. c) dan satu saluran keluar untuk membuang sisa/ampas eceng gondok dan kotoran sapi yang sudah difermentasi dengan pipa 2 inch. d) Buat satu saluran keluar biogas untuk mengalirkan biogas yang dihasilkan ke penampungan e) Dan satu bagian lagi untuk saluran gas buang atau udara masing-masing dengan pipa ¾ inch. 46

f) Buat satu bagian tempat pressergauge atau manometer untuk mengukur tekanan yang terjadi di dalam reactor. g) Dan buat satu bagian tempat/lobang termometer untuk mengukur temperatur udara yang terjadi di dalam reaktor h) Siapkan tempat tampungan biogas yang telah di fermentasi dari plastik yang terhubung dengan reaktor. Pengujian Alat Degister a) Siapkan bahan baku eceng gondok, kotoran sapi dan air b) Cacah/potong-potong eceng gondok dengan panjang 2-3 cm c) Kemudian masukkan bahan baku tersebut ke dalam reaktor pencampur/ penampungan. Masukkan juga air dan kotoran sapi dengan masing-masing persentse perbandingan yang telah ditentukan, pada reaktor pertama dengan perbandingan yaitu 10:9:48(kg) Eceng gondok cacah, kotoran sapi dan air dan pada reaktor ke dua yaitu dengan perbandingan 11:14:42(kg). d) Amati dan catat setiap perubahan data yang ada seperti tekanan, temperature dan volume biogas yang dihasilkan untuk setiap harinya. Pengujian Biogas a) Buka kran utama dari reactor/digester b) Kemudian biogas akan mengalir melalui selang ke penampungan biogas c) Dari penampungan biogas kemudian dialirkan melalui selang menuju kompor pengujian. d) Buka kran dan hidupkan apinya dengan korek api. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian terlihat pada table 1 dan 2 bahwa perbandingan campuran antara eceng gondok, kotoran sapi dan air yaitu pertama 10:9:48(kg) dan kedua 11:14:42(kg) memberikan pengaruh mulainya pada hari ke-5 menghasilkan volume dan tekanan biogas yang masing-masing perbandingan bahan baku pada reactor hingga hari ke-20. Hal ini dapat lihat pada Tabel dan Grafik ke dua bentuk perbandingan bahan baku pada reactor fermentasi. Tabel 1. Volume biogas pada perbandingan pertama 10:9:48(kg) Waktu Temperatur ( (hari) ) 10 30 20 30 30 30 40 29 50 29 60 30 70 29 Volume (Liter) 52,3 122,1 93,5 74,4 98,2 97,6 58,1 Tabel 2. Volume biogas pada perbandingan kedua 11:14:42(kg) Waktu (hari) Temperatur ( ) 10 30 20 30 30 29 40 30 50 31 60 30 70 30 Volume (Liter) 113,3 124,9 82,7 97,9 89,6 85,4 52,3 Dari gambar 2. terlihat bahwa puncak produksi biogas hanya sampai pada hari ke-20 saja sebesar 120 liter, selanjutnya cenderung menurun. Pada perbandingan pertama yaitu 10:9:48 (kg) volume biogas pada 10 pertama baru mencapai 52,3 Liter namun untuk perbandingan kedua 11:14:42(kg) volumenya sudah cukup besar yaitu 113,3 liter. Untuk hari ke-20 volume kedua perbandingan terlihat 47

Volume (Liter) Volume (Liter) Jurnal Mechanical, Volume 3, Nomor 2, September 2012 hampir sama, namun perbandingan pertama terlihat meningkat sangat besar, berbeda dengan perbandingan kedua yang tidak begitu besar kenaikan. 150 120 90 60 30 0 Volume - Hari 10:9:48 (kg) 11:14:42 (kg) 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Hari Gambar 2. grafik perbandingan volume biogas terhadap hari untuk masing-masing perbandingan. Memasuki hari ke-30 kedua perbandingan terlihat turun cukup derastis sekitar 90 an liter. Hal sebaliknya terjadi pada hari ke-40 dimana perbandingan pertama terlihat tetap turun, namun berbeda untuk perbandingan yang kedua terjadi kenaikan. Pada hari ke-50 terjadi hal yang berbeda dengan hari ke-40 yaitu perbandingan pertama yang meningkat, tetapi perbandingan kedua turun. Dan untuk hari ke-40 terlihat kedua perbandingan cendrung konstan namun perbandingan pertama sedikit turun. Dan untuk 10 hari terakhir yaitu hari ke-70 terlihat kedua perbandingan sama sama turun cukup drastis, ini berarti produktifitas biogas sudah mulai habis. Bedarsarkan hasil penelitian terlihat bahwa perbandingan yang kedua terlihat lebih baik dan lebih stabil dibanding dengan perbandingan pertama. Untuk waktu permentasi terlihat masa produktif hingga sampai hari ke 63 saja, walaupun pertubuhan biogas masih ada namun sangat sedikit sekali. Tabel 3. Tekanan biogas yang dihasilkan terhadap hari pada masing-masing perbandingan No. Hari ke 10:9:48 (kg) 11:14:42 (kg) 1. 0 101.37 101.37 2. 4 102.79 105.40 3. 8 103.57 108.58 4. 12 105.34 109.34 5. 16 105.38 108.58 6. 20 107.18 109.31 7. 24 108.16 109.31 8. 28 108.47 109.02 9. 32 108.57 109.11 10. 36 108.52 109.20 11. 40 108.67 109.31 12. 44 108.82 109.25 13. 48 108.85 109.31 14. 52 108.98 108.90 15. 56 108.94 108.87 16. 60 108.72 108.77 17. 64 108.01 108.26 18. 68 107.39 107.81 19. 70 106.87 107.32 110 108 106 104 102 100 Tekanan - Hari 10:9:48 (kg) 11:14:42 (kg) 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Hari Gambar 3. Grafik Pertumbuhan tekanan biogas terhadap hari untuk masing-masing perbandingan. Pada gambar 3 terlihat kenaikan tekanan yang cukup besar pada perbandingan kedua 11:14:42(kg) yaitu pada hari ke-5 hingga-15 48

sebesar 109,3 kn/m 2. Memasuki hari ke-20 sedikit menurun, kemudian naik lagi lalu cenderung konstan hingga hari ke-45. memasuki hari ke-50 tekanan sedikit menurun lalu cenderung naik hingga hari ke-63 dan kemudian tekanan menurun seterusnya hingga hari ke-70. Untuk pebandingan pertama 10:9:48(kg) terlihat tekanan mulai naik pada hari ke-8 dan terus naik hingga hari ke-30 sebesar 108,6 kn/m 2 lalu cendrung konstan dan sedikit naik terus hingga hari ke-53 sebesar 109 kn/m 2, lalu tekanan turun sedikit saat memasuki ke-57 dan sedikit naik hingga hari ke-62 kemudian seterusnya tekanan turun hingga hari ke-70. Hasil volume biogas keseluruhan yang didapat dari pengujian untuk masing-masing perbandingan yaitu Perbandingan pertama 10:9:48 (kg) sebanyak 596,2 liter dan untuk perbandingan kedua 11:14:42 (kg) sebanyak 646,2 liter. Dengan demikian perbandingan yang kedua menghasilkan volume biogas yang lebih banyak. Untuk kondisi temperatur terlihat dari pengukuran bahwa perubahan yang terjadi pada masing-masing perbandingan baik yang pertama maupun kedua tidak jauh berbeda. Untuk perbandingan pertama perubahan temperature yang terjadi berkisar 29ºC sampai 30ºC. Namun untuk perbandingan kedua terlihat sedikit berbeda yaitu 29ºC sampai 31ºC. Gambar 5. Reaktor biogas 4. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Perbandingan yang lebih baik yaitu 11:14:42 (kg), dengan volume tertinggi 124,9 liter dan tekanan tertinggi 109,3 kn/m 2. Dengan total volume biogas sebanyak 646,2 liter. 2. Waktu fermentasi yang ideal atau produktif pada kedua perbandingan yaitu hingga hari ke 60, walaupun total hari hingga ke 70 namun produksi biogas sudah sangat menurun atau sedikit sekali. Produksi biogas yang sangat baik terjadi pada hingga hari ke 22. 3. Pertumbuhan tekanan biogas yang dihasilkan pada kedua perbandingan, pada perbandingan 11:14:42(kg) yaitu jumlah eceng gondok dan kotoran sapi yang lebih banyak menunjukkan hasil yang lebih baik dimana tekanan dan volumenya mengalami kenaikan secara signifikan sampai hari ke lima belas, terutama pada perbandingan tekanan perjamnya. Selanjutnya pertumbuhan biogas cendrung stabil hingga hari ke enam puluh. Berbeda dengan perbandingan 10:9:48(kg) dimana terdapat hasil yang kurang baik. DAFTAR PUSTAKA [1] Ana Nurhasanah, dkk. 2009. Perkembangan Digester Biogas DiIndonesia Litbang Deptan.Online_http://ntb.litbang.deptan. go.id/2006/np/perkembangandigester.d oc [2] Agus Krisno. 2011. Pemanfaatan Fermentasi pada Bakteri Limbah Kotoran Organisme untuk Menghasilkan Alternatif Bahan Bakar Masa Depan. Online_http://aguskrisnoblog.wordpress. com/2011/11/18/pemanfaatanfermentasi-pada-bakteri-menggunakanlimbah-kotoran-organisme-untukmenghasilkan-alternatif-bahan-bakarmasa-depan/ 49

[3] Indri Vaselina Harahap. 2007. Uji Beda Komposisi Campuran Kotoran Sapi Dengan Beberapa Hasil Limbah Pertanian Terhadap Biogas yang Dihasilkan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Online_repository.usu.ac.id/bitstream/12 3456789/7524/1/09E00510.pdf_1 [4] M. Sayago. 2008. Ketika Minyak Tanah Menjadi Barang Langka Bagi Masyarakat. Biogas yang Dihasilkan dari Eceng Gondok Bisa Menjadi Solusinya.Online_http://lingkunganhija u-noor.blogspot.com/2008/03/biogaseceng-gondok.html [5] Randy Alfatih. 2011. Pemanfaatan Gulma Eceng Gondok Sebagai Biogas. Online_http://randyalfatih.blogspot.com /2011/06/pemanfaatan-gulma-ecenggondok-sebagai-biogas.html [6] Wahyuni Sri. 2011. Menghasilakn Biogas Dari Aneka Limbah. Bogor : Agro Media. [7] Winarni, Panggih dkk. Produksi Biogas Dari Eceng Gondok Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP ITS [8] Yusuf Zailana, dkk. 2011. Pembuatan Biogas Kimia Terapan. Politeknik Negri Bandung. Online_http://yusufzae.blogspot.com/20 12/02/makalah-pembuatan biogas.html 50