BAB II LANDASAN TEORI. negara di Eropa menggunakan sistem komunikasi bergerak yang berlainan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II SISTEM KOMUNIASI BERGERAK. internasional roaming.. Dengan GSM satelit roaming, pelayanan juga dapat

BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI BERGERAK. AMPS (Advance Mobile Phone System) sampai ke GSM (Global System. bahkan 1900 MHz khusus di Amerika Utara.

TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Edy Hadiyanto

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN

BAB II ASPEK TEKNIS JARINGAN GSM

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR ANALISIS PENERAPAN BASEBAND HOPPING PADA SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER GSM DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PANGGILAN

Modul 10. Konsep Kanal Fisik dan Logik pada Sistem Selluler

BAB II LANDASAN TEORI. Dunia telekomunikasi sekarang ini diramaikan oleh berbagai macam

BAB II DASAR TEORI 2.1 Arsitektur Jaringan GSM

ANALISIS PERFORMANSI REHOMMING BR 9.0-EVOLUSION BSC (ebsc) PADA JARINGAN GSM PT TELKOMSEL DI MAKASSAR


TUGAS AKHIR ANALISA TRAFIK DAN PERFORMANSI PADA JARINGAN GSM. Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Syarat dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

BAB II DASAR TEORI. Global System for Mobile Communication (GSM) adalah sistem

DAFTAR ISTILAH. sistem seluler. Bit Error Rate (BER) : peluang besarnnya bit salah yang mungkin terjadi selama proses pengiriman data

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENERAPAN BASE TRANSCEIVER STATION HIGH CAPACITY PADA GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUCATION

BAB I PENDAHULUAN. bergerak kemanapun selama masih dalam cakupan layanan Operator.

ANALISIS KUALITAS PANGGILAN DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMOGRAMAN VISUAL BASIC PADA JARINGAN. GSM PT. INDOSAT, Tbk

BAB II TEORI PENUNJANG

PEMANFAATAN PONSEL SEBAGAI PERANGKAT MONITORING JARINGAN GSM BERBASIS PERSONAL KOMPUTER

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Sistem Komunikasi Seluler dan Perangkatnya Awal Perkembangan Teknologi Selular

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB 3 REBALANCING GPRS TIME SLOT (GTS) TRAFFIC DATA GSM 900 MHZ

BAB III METODA PENELITIAN

TUGAS AKHIR ANALISA PERFORMANSI JARINGAN BTS GSM/DCS NOKIA DI SEKITAR AREA UNIVERSITAS MERCU BUANA

BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II PENGENALAN SISTEM GSM. tersedianya kemudahan disegala bidang yang mampu menunjang usaha dibidang

ANALISIS MEKANISME REHOMING DAN REPARENTING PADA JARINGAN KOMUNIKASI SELULER GSM

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

TEKNOLOGI SELULER ( GSM )

BAB II ADAPTIVE MULTI-RATE (AMR)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II SISTEM JARINGAN GSM DAN HANDOVER

Arsitektur Jaringan GSM. Pertemuan XIII

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER

BAB III PROSES HANDOVER DAN PENYEBAB TERJADINYA HANDOVER FAILURE

Tugas Akhir Analisa Adaptive Multi Rate Untuk Meningkatkan Speech Quality Index Pada Sistem Jaringan GSM

BAB II DASAR TEORI. menjadi pilihan adalah teknologi GSM (Global System for Mobile

ARSITEKTUR PADA BASE TRANCEIVER STATION NOKIA ULTRASITE

ANALISIS KUALITAS PANGGILAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN VISUAL BASIC PADA JARINGAN GSM

BAB III ANALISIS TRAFIK DAN PARAMETER INTERFERENSI CO-CHANNEL

Bluetooth. Pertemuan III

ANALISIS TRAFIK PADA PROPAGASI SINYAL RADIO MOBILE

BAB II TEKNOLOGI SELULER GSM. (Frequency Division Multiple Access), metode TDMA (Time Division Multiple

BAB II TEKNOLOGI GSM DAN PERTUMBUHAN PELANGGAN SELULER DI INDONESIA

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS CALL SETUP SUCCESS RATE (CSSR) PERFORMANCE PT. INDOSAT,

BAB II LANDASAN TEORI

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

KONSEP DASAR SELULER. (DTG3G3) PRODI D3 TT Yuyun Siti Rohmah,ST.,MT

Teknik Transmisi Seluler (DTG3G3)

BAB II KONSEP DASAR GSM

BAB II LANDASAN TEORI


DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii

Kata kunci : GSM (Global System Mobile), KPI, CDR, seluler

BAB III PERENCANAAN PARAMETER BSS UNTUK OPTIMALISASI BTS INDOOR

Gambar II.7 Skema 2 nd Generation (2G) Network. 2) BTS / RBS : Base Transceiver Station / Radio Base Station

BAB II TEKNOLOGI GSM DAN STANDAR PROTOKOL SMS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Perumusan Masalah

Analisa Performansi Pengiriman Short Message Service (SMS) Pada Jaringan CDMA

Analisis Kualitas Sinyal GSM di Kecamatan Syiah Kuala Menggunakan Nokia Network Monitor

SISTEM PEMANTAUAN IDENTITAS JARINGAN GSM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menjaga dan meningkatkan performa pada jaringan telekomunikasi. diharapkan akan diikuti semakin tingginya jumlah trafik.

WIRELESS & MOBILE COMMUNICATION ARSITEKTUR JARINGAN SELULER

ANALISIS UNJUK KERJA MULTI BAND CELL PADA GSM DUAL BAND

ANALISIS PERFORMANSI PADA JARINGAN GSM 900/1800 DI AREA PURWOKERTO

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

BAB III DATA FAST TRAFFIC HANDOVER

GSM Attack (IMSI Catch and Fake SMS) Arif Wicaksono & Tri Sumarno

BAB III. KONFIGURASI MSC DAN MSS PT. INDOSAT, Tbk.

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SELULER. Komponen fundamental dari suatu sistem GSM (Global System for Mobile

Kegagalan Panggil (Fail Connection) pada Sistem Jaringan Telepon Selular (GSM)

PERANGKAT DAN ALARM PADA BTS SIEMENS TELKOMSEL Aditya Wibowo (L2F606002)

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.

Analisis Peningkatan Kualitas dan Kapasitas Jaringan Seluler PT. XL Axiata pada Area Jawa Tengah bagian Utara melalui Proyek Swap dan Modernisasi

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem Komunikasi Bergerak Seluler

BAB II SISTEM TELEKOMUNIKASI GSM. Global System for Mobile Communication (GSM) merupakan salah satu trend

ANALISA CALL SUCCES RATE PADA JARINGAN CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS ( CDMA )

BAB III 7745 CHANNEL FAILURE RATE ABOVE DEFINE THRESHOLD channel failure rate above defined threshold merupakan salah satu

BAB III KONFIGURASI SISTEM CDMA 2000 IX

BAB II TEKNOLOGI GSM.

OPTIMASI PENEMPATAN BTS DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

Global System for Mobile Communication ( GSM )

BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

Universal Mobile Telecommunication System

BAB IV ANALISA PENYELESAIAN ALARM 7745 CHANNEL FAILURE RATE ABOVE DEFINE THRESHOLD. Alarm 7745 yang terjadi pada BTS Nokia akan berdampak langsung

Jurnal ICT Vol 3, No. 5, November 2012, hal AKADEMI TELKOM SANDHY PUTRA JAKARTA

TUGAS AKHIR. Analisa Peningkatan Kualitas Jaringan GSM Dengan Menggunakan Teknologi SFH

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS TRAFIK SUARA DAN UNJUK KINERJA JARINGAN GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE

STUDI KASUS AKTIVASI TCH-HALFRATE DALAM PENINGKATAN PERFORMANSI PADA JARINGAN GSM DAERAH SUMATERA UTARA

Cell boundaries (seven cell repeating pattern)

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI Perkembangan sistem komunikasi GSM (Global System for Mobile communication) dimulai pada awal tahun 1980 di Eropa, dimana saat itu banyak negara di Eropa menggunakan sistem komunikasi bergerak yang berlainan dan tidak bisa saling berhubungan. Atas dasar inilah, dibentuk sebuah grup khusus yang mengembangkan suatu sistem komunikasi bergerak yang dinamakan GSM untuk daerah Eropa barat dan kemudian ke depannya GSM diadopsi juga di banyak negara di luar Eropa. II.1 Arsitektur GSM Sistem komunikasi GSM terdiri dari 3 bagian, yaitu NSS (Network Subsystem), BSS (Base Station Subsystem) and NMS (Network Management System). BSS bertanggungjawab mengkontrol lintasan transmisi radio dari subscriber (pelanggan) ke NSS, sementara itu NSS bertanggungjawab mengkontrol panggilan (call control). NMS dibutuhkan untuk tujuan operasional dan pemeliharaan jaringan BSS dan NSS. Pada jaringan NSS, kontrol panggilan diatur oleh MSC (Mobile Switching Center). MSC bertugas mengidentifikasi dan menghubungkan asal dan tujuan dari panggilan. HLR (Home Location Register) menyimpan secara permanen informasi mengenai subscriber, dan VLR (Visitor Location Register) berisi salinan dari data HLR. Database VLR selalu bersifat sementara dan berisi lebih banyak informasi mengenai lokasi subscriber saat itu dibandingkan HLR. AuC (Authentication Center) bertanggungjawab untuk pemeriksaan Subscriber Identity 4

Module (SIM), dan EIR (Equipment Identity Register) bertugas untuk mengidentifikasi ME (Mobile Equipment). Pada jaringan BSS, BSC (Base Station Controller) merupakan pusat dari elemen jaringan BSS, yang mengkontrol jaringan transmisi radio dari MS (Mobile Subscriber) ke NSS. BTS (Base Transceiver Station), BTS merupakan perpanjangan dari BSC yang bertugas memelihara transmisi radio antara BTS dan MS. Kecepatan sinyal informasi pada MS adalah 13 kbit/s, sedangkan di Public Switched Telephone Network (PSTN) adalah 64 kbit/s, sehingga dibutuhkan suatu konverter untuk mengubah laju bit informasi tersebut yang disebut Transcoder (TC). Tugas dari NMS adalah memonitor dan memelihara fungsi dan elemen dari jaringan GSM. Tugas utamanya dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu: manajemen gangguan (fault management), manajemen konfigurasi (configuration management), dan manajemen performansi (performance management). Gambar 2.1 Arsitektur Jaringan GSM 5

II.2 Proses Panggilan pada GSM Proses aliran sinyal informasi suara dan signalling dari MS 1 ke MS 2 melalui jaringan BSS ditunjukkan oleh Gambar 2.5. Sinyal informasi suara yang telah diubah menjadi sinyal digital oleh MS melalui proses source coding, channel coding dan interleaving, dikirim ke BTS melalui air interface yang merupakan kanal RF dimana sinyal banyak dipengaruhi oleh path loss, fading, dan interferensi. BTS menerima sinyal dari MS1 yang kemudian difilter dan Gambar 2.2 Aliran Sinyal Informasi dan Signaling pada jaringan GSM. dikuatkan pada modul AFU (Amplifier and Filter Unit). Sinyal yang telah dikuatkan kemudian diubah ke dalam bentuk frame kembali oleh TRx 6

(Transceiver Unit) dan ditransmisikan ke BSC, TC dan NSS melalui Abis interface, Asub interface dan A interface. Pemetaan sinyal informasi dan signalling pada Abis interface, Asub interface dan A interface terlampirkan pada Lampiran C. NSS menghubungkan panggilan yang diinginkan ke tujuan melalui TC, BSC, dan BTS dengan menggunakan A interface, Asub interface dan Abis interface. BTS meneruskan sinyal informasi/signalling ini ke MS 2 melalu kanal RF. Pada sistem GSM, MS selalu mengukur kuat sinyal dan BER untuk keperluan pemilihan sel dan handover. Kuat sinyal diukur melalui burst yang diterima MS, kuat sinyal ini merepresentasikan coverage layanan dari jaringan BSS GSM. BER merepresentasikan kualitas sinyal yang diterima MS setelah melalui air interface, yang diukur sebelum channel decoding baik pada pemancar maupun penerima. Frame Erasure Rate merepresentasikan banyaknya frame yang gagal dikembalikan pada penerima. Gangguan pada panggilan maupun saat pembentukan panggilan dapat disebabkan oleh gangguan pada perangkat jaringan BSS (BTS, BSC, TC), NSS (MSC, HLR, VLR, AuC,EIR), interface (Air, Abis, Asub, A). II.3 Konsep Kanal GSM Tiap slot waktu pada frame TDMA disebut physical channel. Karena itu ada 8 kanal fisik tiap frekuensi pembawa dalam GSM. Kanal fisik dapat mengakomodasi pembicaraan, data, atau informasi pensinyalan. Kanal fisik dapat membawa informasi berbeda, tergantung dari informasi yang baru dikirimkan. 7

Informasi tersebut disebut sebagai logical channel. Kanal logika terdiri atas 2 kanal utama yaitu control channellel (CCH) dan traffic chsnnel (TCH). Gambar 2.3 Konsep Kanal II.3.1 Control Channel (CCH) Control Channel (CCH) berfungsi sebagai kanal kanal yang mengendalikan semua hubungan pensinyalan antara MS dengan BTS. Ketika MS dinyalakan, MS tersebut mencari BTS untuk berkoneksi. Saat MS menemukan Frekuensi pembawa yang terkuat maka kanal yang diidentifikasi tersebut adalah Signaling Channel. 8

Signaling Channel terdiri atas 3 jenis, yaitu Broadcast Control Channel (BCCH), Common Control Channel (CCCH), dan Dedicated Control Channel (DCCH). 1. Broadcast Control Channel (BCCH) BCCH ini digunakan untuk sinkronisasi, mengirimkan specific data dari BTS ke MS yang bekerja pada Down Link (signaling dari BTS ke MS), dan berfungsi mengendalikan hubungan saat MS idle atau dalam keadaan standby. BCCH berisi informasi penting untuk MS termasuk identitas local area, informasi sinkronisasi, dan identitas jaringan. BCCH terdiri dari 3 jenis kanal yang memiliki fungsi spesifikasi, yaitu : Frequency Correction Channel (FCCH), Syncrhronization Channel (SCH), Broadcast Control Channel (BCCH), dan Cell Broadcast Channel (CBCH). a. FCCH (Frequency Correction Channel) Arahnya downlink, point to multipoin. Pada BTS memancarkan frekuensi pembawa. Pada MS mengidentifikasi frekuensi pembawa BCCH dengan frekuensi pembawa dan sinkronisasi denganfrekuensi. Bertugas pula untuk mengawasi ketepatan frekuensi agar dapat berkomunikasi dengan MS. b. SCH (Synchronization Channel) Arahnya downlink, point to multipoin. pada BTS memancarkan informasi tentang strutur frame TDMA pada sel dan Base Station Identity Code (BSIC). Pada MS mensinkronisasi dengan struktur frame dan mendekodekan mengenali BSIC. 9

c. BCCH (Broadcast Control Channel) Arahnya downlink, poin to multipoin. pada BTS memancarkan informasi sel umum, seperti : location area identity (LAI). Daya keluaran maksimum yang diperbolehkan di sel, dan identitas frekuensi pembawa BCCH pada sel tetangga. Pada MS menerima LAI, Mengeset daya keluarannya, dan menerima data frekuensi pembawa BCCH sel tetangga untuk persiapan handover. Berisi informasi dimana MS membutuhkan referensi untuk cell mana akan ditempatkan. d. CBCH (Cell Broadcast Channel) Memiliki arah downlink. Pada BTS menggunakan kanal logika untuk mengirim SMS cell broadcast. Pada MS menerima pesan call broadcast tersebut. 2. Common Control Channel (CCCH) CCH ini memiliki fungsi mengendalikan hubungan pada saat MS bersiap melakukan atau menerima panggilan (frequency up link dan down link). CCCH terdiri dari 4 jenis kanal yang memiliki fungsi spesifikasi, yaitu : Paging Channel (PCH), Notification Channel (NCH), Random Acces Channel (RACH), dan Access Grant Channel (AGCH). a. PCH (Paging Channel) Arahnya downlink. Pada BTS memancarkan pesan paging untuk mengindikasikan adanya panggilan masuk atau SMS. Pesan paging ini, berisi nomor pelanggan yang akan dihubungi oleh jaringan. Pada MS mengidentifikasikan PCH tiap selang waktu tertentu, dan apabila nomor yang dipanggil adalah nomor MS tersebut, maka MS tersebut akan merespon. 10

b. NCH (Notification Channel) Arahnya downlink. NCH ini mempunyai tugas untuk menotifikasi MS pada voice group dan voice broadcast call. c. RACH (Random Access Channel) Arahnya uplink. Pada BTS menerima permintaan kanal pensinyalan dari MS yang digunakan untuk call set up. Pada MS menjawab pesan paging dengan meminta kanal pensinyalan. d. AGCH (Access Grant Channel) Arahnya downlink. Pada BTS menugaskan Stand Alone Dedicate Control Channel (SDCCH) untuk MS. Pada MS menerima pesan penugasan SDCCH. 3. Dedicate Control Channel (DCCH) Mempunyai fungsi untuk mengendalikan hubungan pada saat MS melakukan atau mengendalikan hubungan pada saat MS melakukan atau menerima proses panggilan. DCCH terdiri atas 4 jenis kanal yang memiliki fungsi spesifikasi, yaitu : Stand Alone Dedicated Control Channel (SDCCH), Slow Associated Control Channel (SACCH), dan Fast Associated Control Channel (FACCH). a. SDCCH (Stand Alone Dedicated Control Channel ) Memiliki arah uplink dan downlink. Pada BTS berpindah ke SDCCH dan menugaskan trafficchannel (TCH) untuk memulai pembicaraan. SDCCH juga digunakan untuk mengirimkan SMS. Pada saat MS berpindah ke SDCCH, terjadi proses call set-up. MS menerima informasi TCH yang 11

berupa time slot dan carrier. Authentication dan fungsi signaling juga dilakukan oleh channel ini. b. SACCH (Slow Associated Control Channel) memiliki arah uplink dan downlink. Pada BTS menugaskan MS daya pemancar yang digunakan dan memberikan instruksi tentang timing advance. Pada MS melakukan pengukuran daya BTS, dan BTS sekitarnya tentang kualitas sinyal, fungsi ini dilakukan terus menerus selama pembicaraan. Pada BTS, informasi spesifik network ditransmisikan menggunakan SACCH, menjaga MS agar selalu up to date pada tiap perubahan parameter cell. c. FACCH (Fast Associated Control Channel) Memiliki arah uplink dan down link. FACCH ini akan diaktifkan pada saat memerlukan penambahan signaling pada situasi mendesak, seperti pada saat handover. Pada BTS memancarkan informasi handover. Pada MS memancarkan informasi handover yang penting. II.3.2 Traffic Channel (TCH) Setelah prosedur call set up selesai pada kanal fisik kontrol, maka MS akan berpindah ke kanal fisik trafik. MS akan menggunakan kanal logika TCH. Ada dua tipe TCH : 1. TCH kecepatan penuh (full rate) yang memancarkan kecepatan 13 kbps. TCH kecepatan penuh menempati satu kanal fisik. 2. TCH kecepatan menengah (full rate) yang memancarkan kecepatan 6,5 kbps. TCH kecepatan menengah, dapat berbagi satu buah kanal fisik dengan menggandakan kapasitas sel. 12

Sistem yang paling baik kapasitas ke suaranya, diantara kedua sistem di atas yaitu TCH dengan kecepatan penuh. Gambar 2.4 Traffic Channel II.4 Handover Hubungan trafik yan tidak terputus antara BS dan MS yang bergerak dimungkinkan dengan bantuan proses handover (HO). Konsep dasarnya sangat sederhana yaitu saat subscriber bergerak dari area coverage suatu sel ke area coverage sel lainnya, hubungan dengan sel yang baru harus dibangun dan hubungan dengan sel yang lama harus dilepas untuk menghindari terputusnya hubungan pembicaraan yang sedang berlangsung. Pada prakteknya ada alasan lainnya untuk handover ke sel lainnya selain alasan coverage (RxLevel) yaitu kualitas sinyal (RxQuality). 13

Handover terjadi apabila kualitas atau kuat sinyal dari sinyal radio turun pada level tertentu yang dispesifikasikan pada parameter Handover Control (HOC) di BTS yaitu RxQuality HO Threshold dan RxLevel HO Threshold. Terjadinya penurunan RxLevel dan RxQuality dideteksi melalui pengukuran sinyal yang dilakukan secara konstan oleh MS dan BTS melalui kanal SACCH setiap 480ms. Parameternya handover yang cukup penting antara lain HO Threshold untuk memicu terjadinya proses handover, dan HO Margin untuk menghindari terjadinya handover pingpong (berulang kembali ke sel) awal sampai beberapa saat dimana nilai HO Margin tercapai. Handover juga dapat terjadi karena alasan trafik dimana trafik pada suatu sel mengalami kongesti sementara di sel lainnya tidak. Sebagai contoh pada suatu sel terjadi kondisi dimana trafik berada pada puncaknya sehingga sel tersebut kongesti karena adanya suatu event tertentu, pada kondisi tersebut MS yang berada diujung dari coverage sel dapat handover ke sel tetangganya yang memiliki beban trafik yang lebih rendah. Handover ini harus dilakukan secara hati-hati karena biasanya sel target mungkin bukan sel yang terbaik jika kualitas panggilan menjadi perhatian utama. II.5 Power Control Power Control (POC) adalah suatu metoda pengaturan daya sinyal yang dipancarkan agar sinyal yang diterima sesuai dengan yang diinginkan. POC memiliki 2 fungsi utama yaitu untuk mengurangi tingkat interferensi di jaringan dengan mengatur daya pada pemancar sambil memelihara tingkat kualitas agar 14

tetap terjaga pada arah downlink dari BTS ke MS. Kedua, digunakan untuk menghemat daya battery MS pada arah uplink dari MS ke BTS. Power control di GSM diatur pada parameter di BSC. Algoritma POC dipicu oleh nilai RxLevel dan RxQuality yang diukur oleh MS dan disampaikan ke BTS melalui kanal SACCH setiap 480 ms[2]. Parameternya POC yang cukup penting antara lain POC Threshold untuk memicu penambahan daya dan pengurangan daya dan PowerIncrStepSize dan PowerRedStepSize yaitu besarnya penambahan daya dan besarnya penurunan daya. II.6 Quality of Service dan Network Performance Performansi kualitas dari sistem telekomunikasi dapat diketahui dengan 2 cara, yaitu melalui Quality of Service (Kualitas Layanan) dan Network Performance (Performansi Jaringan). Quality of Service (QoS) didefinisikan sebagai kumpulan efek dari performansi layanan yang menentukan tingkat kepuasan pengguna terhadap layanan yang diberikan sedangkan Network Performance (NP) didefinisikan sebagai suatu konsep dimana karakteristik Quality of Service Customer Equipment End User Network Network Performance Customer Equipment End User Gambar 2.5 Hubungan antara Quality of Service dan Network Performance. 15

jaringan didefinisikan, diukur dan dikontrol untuk mendapatkan tingkat kepuasan layanan. Hubungan QoS dan NP diilustrasikan pada Gambar 2.6. Pada pengukuran QoS, ruang lingkup yang diukur sampai dengan perangkat disisi pelanggan (end user) bahkan kualitas informasi yang diterima dan dirasakan pelanggan, sedangkan pada pengukuran NP hanya sampai disisi jaringan yang berhadapan dengan pelanggan saja tidak sampai dengan perangkat disisi pelanggan sehingga kualitas sinyal informasi yang dirasakan pelanggan tidak dapat terukur secara objektif. II.7 Indikator Performansi Pada Jaringan GSM Untuk mengetahui baik buruknya suatu performansi dalam jaringan GSM, ada beberapa indikasi yang bisa dijadikan sebagai acuan. Dengan acuan ini bisa kita ambil kesimpulan baik atau buruk kualitas pada suatu BTS. Kualitas performansi sangat berpengaruh terhadap kalancaran proses panggilan yang dilakukan oleh MS, Adapun indikator tersebut antara lain : 1. Success Call Rate (SCR) SCR adalah prosentase dari keberhasilan proses call pada sistem GSM yang dihitung dari MS penelepon melakukan proses call sampai dengan call tersebut terjawab oleh pihak penerima. Nilai SCR dalam suatu jaringan memiliki range nilai, range nilai ini akan dijadikan sebagai acuan baik tidaknya SCR suatu jaringan GSM, nilai SCR (>) 90% adalah nilai SCR yang baik untuk suatu jaringan GSM. Ada beberapa parameter yang sangat memperngaruhi baik tidaknya SCR suatu jaringan GSM, antara lain : a. Mobile Originating Call Success Rate (MOC) 16

MOC adalah prosentase jumlah Mobile Station yang melakukan proses call pada home MSC. b. Mobile Terminated Call (MTC) MTC MTC adalah prosentase jumlah panggilan yangditerima oleh Mobile Station pada sebuah home MSC. c. Mobile Transmit (MTRANS) MTRANS adalah prosentase jumlah panggilan yang dilakukan oleh Mobile Station yang transmit pada sebuah MSC. 2. Handover Success Rate (HSR) Adalah prosentase pengalihan penggunaan jaringan di lokasi yang berbeda agar kontinuitas panggilan dapat tetap berjalan. 3. Location Update Success Rate (LUP) Adalah prosentase dari keberhasilan proses update lokasi subscriber terhadap jaringan. II.7.1 Parameter Performansi Trafik Dalam analisa performansi suatu jaringan GSM, Selain indicator diatas, ada beberapa parameter yang juga mempengaruhi kualitas dari performansi trafik pada suatu jaringan GSM, antara lain : 1. Paging Success Rate Adalah prosentase dari keberhasilan jaringan dalam mencari keberadaan subscriber. 17

2. Call Success Rate (CSR) Adalah prosentase tingkat keberhasilan melakukan setup panggilan sehingga diperoleh kanal pembicaraan. 3. Call Completion Rate (CCR) Adalah prosentase tingkat keberhasilan kontinuitas pembicaraan hingga pembicaraan tersebut berakhir secara normal. Parameter-paramater diatas adalah parameter yang dijadikan acuan sukses awal dari suatu MS untuk menduduki satu kanal trafik sebelum dialihkan ke Trafik Channel (TCH) itu sendiri. Ketika MS sudah mendapatkan TCH, ada beberapa indikasi yang harus diketahui kembali untuk mengetahui kualitas dari TCH yang sedang diduduki oleh suatu MS. Tingkat kenyamanan pelanggan dalam melakukan komunikasi bisa dimaintanance dengan memperhatikan indikasi parameter ini, Adapun indikasi tersebut antara lain : a. TCH Blocking, b. SDCCH Blocking, c. Holding Time TCH, d. Tingkat keberhasilan panggilan, e. Tingkat Dropped Call, f. Trafik TCH, g. Jumlah TCH, h. Tingkat kegagalan Handover, i. Dan tingkat keberhasilan Handover. 18

II.7.2 Indikator Kegagalan Suatu Jaringan Dalam suatu komunikasi seluler, indikasi kegagalan dalam dalam pembicaraan ketika sedang menempati TCH adalah indikasi yang juga harus di perhatikan. Dari indikator kegagalan yang dialami suatu MS, analisis performansi dapat lebih mudah untuk diperbaiki. Berikut Indikasi-indikasi perfromansi yang ada dalam komonikasi seluler, antara lain. a. Blocking Blocking dalam suatu jaringan adalah kemampuan system untuk menolak melayani panggilan dikarenakan kanal yang tersedia sudah penuh dengan kata lain, tingginya jumlah panggilan yang tidak sebanding dengan jumlah kanal yang tersedia. Gambar 2.6 Jenis-jenis Call dalam suatu Jaringan Seluler 19

b. Dropped Call Dropped Call dalam jaringan GSM adalah suatu kondisi dimana pembicaraan yang sedang berlangsung terputus sebelum pembicaraan tersebut selesai (panggilan yang drop setelah kanal bicara digunakan). Akibat dari dropped Call ini biasanya menimbulkan ketidaknyamanan pelanggan dalam berkomunikasi. Kondisi dropped call dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : Rugi-rugi Radio Frekuensi ( RF Loss ), lemahnya sinyal yang diterima Interferensi Co-channel dan Adjacent Handover Failure (Kegagalan Handover) Blank Spot Sedangkan dropping call yang terjadi pada handover failure biasanya terjadi jika waktu degradasi (lama waktu MS berada pada suatu daerah yang melampaui kriteria sinyal yang ditetapkan ) kurang dari proses (waktu yang dibutuhkan sistem untuk melakukan handover). Handover failure ini biasanya disebabkan beberapa hal yaitu : Belum dibuatnya (terjadinya) hubungan handover dengan sel tetangganya (neighbour). Terjadinya blocking kanal trafik pada sel tetangga / neighbour cell. Kualitas Penerimaan (Received Quality) yang kurang baik Jarak (MS BTS distance) Power Budget (Better Cell) 20

II.8 BTS NOKIA ULTRASITE Nokia ultra site merupakan salah satu produk BTS dari Nokia yang dapat bekerja pada sistem GSM 900 dan DCS 1800, yang mana BTS Ultrasite ini dapat dipergunakan untuk coverage Outdoor, Indoor dan Midi Indoor. Bts ultrasite merupakan perangkat yang yang mampu menghandle komunikasi suara dan juga komunikasi data, oleh karena itu BTS Ultrasite ini mampu menjadi jawaban dari pesatnya dunia pertelekomunikasian kedepannya yang tidak lagi hanya sekedar berkomunikasi dengan suara melainkan juga komunikasi data. Gambar 2.7 BTS Nokia Ultrasite Element-element dasar yang terdapat dalam BTS Ultrasite itu sendiri antara lain terdiri dari : TRX ( Transceiver RF Unit ) Element BTS yang terdiri dari satu transmitter, satu receiver utama dan receiver diversity. 21

Multicoupler Element BTS yang berfungsi untuk mendistribusikan RX sinyal ke TRX RF unit, secara arsitektur tampak Multicopuler menghandle 2 TRX Unit Transceiver Baseband Unit Adalah digital processing board yang berfungsi untuk mengontrol TRX unit dan Frekensi Hopping Base Operation and Interface Unit Merupakan processor dari BTS itu sendiri, mengontorl semua kinerja dari element-element BTS. Di modul ini juga kita melakukan operation and maintanance yang dibantu dengan software Nokia (Nokia Site Wizard) Transmition Unit Element yang terhubung langsung dengan unit transmisi 2 Mbps. Element ini menjadi indikasi tersambungnya BTS dengan unit transmisi. Wideband Combiner Unit Adalah element yang berfungsi untuk menkombinasikan dua keluaran transmitter menjadi satu. Satu sektor BTS terdiri dari satu Combiner. Dual Duplex Unit Adalah element yang berfungsi untuk menggabungkan dan megoperasikan TX dan RX sinyal kedalam satu antenna, selain itu element ini juga berfungsi sebagai penguat dan filter. DC Power Supply Unit Adalah element yang berfungsi memberikan catuan DC (Dirrect Current) kepada perangkat. 22

Gambar 2.8 BTS Ultra Site Arsitektur Dengan Power Terpisah Gambar 2.9 BTS Ultrasite Arsitektur dengan Rectifier 23

Jumlah TRX dalam satu kabinet BTS Ultrasite mampu menghandle sebanyak 12 TRX dengan kabinet rectifier terpisah dan 6 TRX bila DC Power diletakan dalam satu kabinet. TRX ini merupakan element yang berfungsi untuk menghaandle traffik channel (TCH), untuk kapasitas TRX itu sendiri tergantung dari kondisi trafik wilayah setempat. Dan hal tersebut bisa dilihat dari tingkat blocking dan total TCH yang ada di BTS tersebut Untuk perbaikan dan pemeliharann BTS Ultrasite, dapat digunakan Nokia Site Wizard (BTS Manager). Software ini biasanya digunakan untuk supervisi, maintanance,testing, editing BTS hardware serta konfigurasi unit transmisi BTS ( FXC E1/T1). Gambar 2.10 Tampilan Site Wzard BTS Nokia Ultrasite 24

II.9 Teori Trafik Kata trafik (Traffic) yang biasa digunakan didalam teori teletraffic mengacu terhadap apa yang disebut intesitas traffik (traffic intensity) yaitu trafik per satuan waktu. Bedasarkan rekomendasi ITU-T B.18, intensitas trafik sesaat dalam sekumpulan sumber daya adalah jumlah sumber daya yang sibuk dalam suatu saat tertentu. Sumber daya atau Resource Pool dapat berupa saluran trunk antar sentral, jumlah kanal didalam suatu sel GSM, jumlah timeslot dsb. Nilai intesitas trafik atau beban trafik yang digunakan didalam analisa trafik adalah intensitas trafik rata-rata, yang mana nilai tersebut dapat diperoleh dengan merata-ratakan intensitas trafik pada selang waktu (perioda)t, yaitu : Y(T) 1 T T 0 n(t)dt - Y(T) : Intensitas trafik rata-rata. - n(t) : Jumlah sumber yang diduduki pada waktu t Note : Nilai intesitas trafik biasanya dilambangkan dengan huruf A atau a II.9.1 Intensitas Trafik Rata- Rata Intensitas trafik yang sudah dijelaskan sebelumnya biasanya dikukur dengan tiga macam karakteristik intensitas trafik, yaitu : a. Carried Traffic ( Y(T)=A c ) Carried Traffic adalah intensitas trafik rata-rata yang dapat diolah (menduduki) sejumlah resource didalam selang waktu T, atau dengan kata lain carried traffic dapat didefinisikan sebagai waktu pendudukan total (total holding time) dari sejumlah panggilan per satuan waktu. 25

Gambar 2.11 Carried Traffic b. Offered Traffic (Y(T)=A) Offered traffic adalah trafik yang dapat diolah sendainya kapasitan sistem (jumlah kanal dsb) tidak terbatas. Offered traffic merupakan angka teoritis yang tidak dapat diukur tetapi dapat diestimasi dari nilai carried traffic dan nilai inilah yang biasanya dipakai didalam perencanaan dan dimensioning jaringan telekomunikasi. Nilai offered traffic menunjukan beban trafik yang harus dilayani oleh sistem, dengan kata lain semacam nilai acuan dari kondisi trafik suatu coverage sehingga optimalisasi jumlah sumber dapat lebih optimal. Offered Traffic dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : 26

= Intensitas panggilan yang ditunjukan oleh jumlah panggilan yang datang persatuan waktu ( Call / satuan waktu ) h = waktu pendudukan rata-rata ( mean holding time ) atau rata-rata waktu pelayanan service. c. Loss / Rejected Traffic (Y(T) = Ac = R ) Loss Traffic merupakan selisih antara offered traffic dengan carried traffic. Sebisa mungkin dalam ilmu traffic, nilai ini harus ditekan sekecil mungkin karena Semakin besar nilai loss traffic semakin kecik revenue yang akan masuk. Dan untuk menguranginya dapat dlilakukan dengan cara menambah system atau sumber. Hubungan antara carried traffic, offered traffic dan loss traffic adalah sebagai berikut : Gambar 2.12 Satuan Traffic II.9.2 Variasi Trafik Dalam suatu coverage, intensitas trafik sangat bervariasi ada coverage dengan beban trafik yang tinggi ada juga coverage yang beban trafiknya rendah. 27

Hal ini sangat tergantung dengan aktifitas masyrakat pengguna sistem telekomunikasi setempat atau bisa juga dikarenakan momentum tertentu. Variasi trafik biasanya dapat dilihat melalui statistik yang periodenya bisa diatur berdasarkan waktu dan hari. berikut contoh variasi trafik yang dilihat selama 24 Jam. Gambar 2.13 Variasi Trafik dalam 24 Jam Variasi trafik dapat dipecah lebih jauh lagi menjadi variasi trafik dalam intesitas panggilan (service time) dan variasi trafik didalam waktu pendudukan (holding time). Jadi variasi trafik dapat diperkirakan menjadi beberapa klasifikasi, antara lain : - Pertumbuhan Trafik Pertumbuhan Jumlah Populasi Penduduk Perubahan Kebiasaan hidup konsumen dan ekonomi. Pelayanan / Jasa Baru dari operator. - Momentum tertentu 28

Hari Raya seperti Lebaran & Natal Televoting - Bermacam kelompok user memiliki profil tahunan/mingguan/harian yang berbeda. II.9.3 Konsep Jam Sibuk Konsep jam sibuk merupakan pengambilan data trafik teritingi dari suatu sumber, nilai ini muncul diwaktu yang berbeda-beda setiap harinya. Konsep jam sibuk biasanya menggunakan konsep Time Consistent Busy Hour (TCBH). Dengan konsep ini maka ada kemungkinan bahwa didalam beberapa hari terdapat nilai trafik pada jam tersibuk (The Busiest Hour) yang lebih besar daripada nilai trafik pada jam sibuk (Busy Hour). Konsep jam sibuk ini sangant bermanfaat untuk keperluan pengukuran trafik dan dimensioning, sehingga dapat dilakukan perencanaan dalam penamambahan sumber yang pada akhirnya dapat menekan nilai loss traffic. 29