ÎTSÂR SEORANG PEMIMPIN. Oleh: Muhsin Hariyanto

dokumen-dokumen yang mirip
Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

BAB I PENDAHULUAN. kental dan peka terhadap tata cara adat istiadat. Kekentalan masyarakat Jawa

Lailatul Qadar. Rasulullah SAW Mencontohkan beberapa amal khusus terkait Lailatul Qadar ini, di antaranya:

Dicari: Pemimpin yang Bisa Dipercaya 1. Oleh: Muhsin Hariyanto 2

Engkau Bersama Orang Yang Kau Cintai

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

Pendidikan Agama Islam

Khotbah yang Menggelisahkan

HADITS KEduapuluh tujuh Arti Hadits / :

Bukti Cinta Kepada Nabi

Ummu Sulaim Ar-Rumaishah

Di antara jalan untuk mencapai ketenangan jiwa dan hati yang dituntukan oleh syariat adalah menikah. Sebagaimana firman Allah Ta'ala:

Salman Alfarisy, Lc.* Sekretaris Asia Pacific Community for Palestine

Adab dan Keutamaan Hari Jumat

Kekhususan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Yang Tidak Dimiliki Oleh Umatnya

Perbandingan Antara Dunia dan Akhirat

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

Seribu Satu Sebab Kematian Manusia

E٤٢ J٣٣ W F : :

Pendidikan Anak Dimulai dari Rumah

Kaidah Fiqh. Mendahulukan orang lain dalam masalah ibadah, DIBENCI. Namun dalam masalah lainnya, DISUKAI. Publication: 1434 H_2013 M

Berkawan dengan Orang Shalih

Serial Akhlak Muslim : Amanah

Modul ke: ETOS KERJA. Fakultas FEB. H. JAZULI SURYADHI, MS.i (HJS) Program Studi MANAJEMEN.

Dosa Durhaka Kepada Orang Tua

Perdamaian Itu Lebih Baik

Kejayaan Umat Dalam Berhijrah. Dr. Tajuddin Pogo, Lc.MH

BATASAN TAAT KEPADA ORANG TUA Secara umum kita diperintahkan taat kepada orang tua. Wajib taat kepada kedua orang tua baik yang diperintahkan itu sesu

Dusta, Dosa Besar Yang Dianggap Biasa

Betapa Bahayanya Mengejek Syariat

Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama

Metode Bijak Memperbaiki Aib

LAMPIRAN TERJEMAH. No Bab Surah/Hadis Terjemah. 1 I QS. al-baqarah: 132 Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah

Allah Itu Maha Indah dan Mencintai Keindahan

Petunjuk Nabi Dalam Menyebarkan Berita

PENGAJIAN PENCERAH LAZISMU & MAJELIS TABLIGH PDM SURABAYA

Berbakti Sepanjang Masa Kepada Kedua Orang Tua

Bertakwa Kepada Allah dalam Kehidupan Bertetangga

Bismillahirrahmanirrahim

??????????????????????????????????????????????? :????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

SATUAN KEGIATAN LAYANAN DASAR UMUM BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA

Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada (Al-Hajj: 46).

Qunut Nazilah. Bacaan Qunut merujuk kepada doa yang dibaca di dalam solat pada tempat yang khusus sewaktu berdiri.

10 Cara Sukses dalam Islam

Umur Untuk Amal Shaleh

3 Wasiat Agung Rasulullah

Standar Kompetensi : 4. Membiasakan perilaku terpuji.

"PEMIMPIN ADIL NEGARA MAKMUR"

Proposal Ke-11 Permintaan Opini Dewan Pengawas Syariah (DPS) Tentang Pengolahan Daging Qurban Menjadi Sosis atau Kornet

ISTRI-ISTRI PENGHUNI SURGA

P e n t i n g n y a T a b a y y u n

Malu Kepada Allah. Khutbah Pertama:

[ Indonesia Indonesian

Jadilah Pembuka Pintu Kebaikan


Menjaga Hak-Hak Orang Yang Sudah Tua

Kewajiban Berbakti Kepada Orang Tua

Akhlak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

Munakahat ZULKIFLI, MA

Keistimewaan Hari Jumat

Sudahlah Biarkan Dia Duluan!

???????????????????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Aku telah meminta hujan dengan Majaadiihus Samaa yang dengannya hujan diturunkan.

Surat Untuk Kaum Muslimin

Motivasi Untuk Bertaubat

PUSAT DOWNLOAD E-BOOK ISLAM. Copyright 1439 H/ 2018 M Untuk Umat Muslim

Khutbah Jum'at. Keutamaan Muharam. Bersama Dakwah 1

Tanda-Tanda Cinta Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam

Umrah dan Haji Sebagai Penebus Dosa

Khutbah Jumat Manfaatkan Nikmat Kehidupan

Membuka Pintu yang Tertutup. Oleh: Muhsin Hariyanto

Suatu ketika Rasulullah harus sedikit menegur Aisyah ketika sang Humaira cemburu berat.

Ajari Anak Untuk Berdoa

BLUSUKAN SANG KHALIFAH ADIL UMAR BIN KHATTAB

Mendidik Anak di Zaman Yang Sulit

Al-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

1. Anjuran menikah bagi orang yang sudah berkeinginan serta memiliki nafkahnya dan anjuran bagi yang belum mampu untuk berpuasa

Kewajiban Seorang Muslim Terhadap Alquran

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Keutamaan Puasa

Isilah 10 Hari Awal Dzul Hijjah dengan Ketaatan

Tafsir Surat Al-Kautsar

Tipu Daya Setan Terhadap Manusia

Agar Nabi Muhammad Mencintai Kita

Sucikan Diri Benahi Hati

DOA KALA SUSAH GELISAH RESAH DAN GUNDAH

HUBUNGAN SEKSUAL SUAMI-ISTRI Dr. Yusuf Al-Qardhawi. Pertanyaan:

Keutamaan 10 Hari Pertama Dzulhijjah

Sifat Surga dan Penghuninya

: : :

KISI KISI SOAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS UTS GENAP KELAS VII (TUJUH) (untuk memperkaya wawasan WAJIB BACA BUKU PAKET)

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Jangan Mudah Melaknat dan Mencela

: inisial.co.cc : :

Kematian Lebih Baik Bagi Seorang Mukmin

Diantara perintah Allah Azza wa Jalla kepada kita adalah perintah agar kita mengikuti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

Ciri-Ciri Akhlak Rasulullah

Transkripsi:

ÎTSÂR SEORANG PEMIMPIN Oleh: Muhsin Hariyanto Seorang pemimpin, kata Yusuf al-qaradhawi mengutip pernyataan Rasulullah s.aw. -- harus mampu memberi contoh. Jangan banyak berharap rakyat berbuat baik ketika sang Pemimpin tidak mau memulainya untuk memberi contoh yang terbaik. Bahkan, seorang pemimpin harus selalu berpikir tentang apa yang bisa diperbuat untuk rakyatnya, bukan sebaliknya selalu menuntut rakyatnya untuk berbuat sesuatu pada dirinya. Selalu mempunyai keinginan untuk menebarkan cinta pada rakyatnya, hingga mereka (rakyat) sadar untuk mencintainya. Seperti sabda Rasulullah s.a.w. (sebagaimana yang dinyatakan kembali oleh Al-Baihaqi dari Auf bin Malik al-asyja i dalam kitab As-Sunan al-kubrâ, juz VII, hal. 158) kepada umatnya: Sebaik-baik pemimpin kamu adalah orang-orang yang kamu cintai mereka dan mereka pun mencintaimu, dan kamu doakan dan mereka mendoakanmu. Dan seburuk-buruk pemimpinmu adalah mereka yang kamu benci dan mereka pun membencimu, kamu kutuk dan mereka pun mengutukmu. Bahkan Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis yang semakna dari Auf bin Malik, bahwa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: 1

Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka mencintai kalian dan kalian mencintai mereka, mereka mendoakan kalian dan kalian mendoakan mereka. Dan sejelek-jelek pemimpin kalian adalah mereka yang membenci kalian dan kalian membenci mereka, mereka mengutuk kalian dan kalian mengutuk mereka." Beliau ditanya, "Wahai Rasulullah, tidakkah kita memerangi mereka?" maka beliau bersabda: "Tidak, selagi mereka mendirikan shalat bersama kalian. Jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang tidak baik maka bencilah tindakannya, dan janganlah kalian melepas dari ketaatan kepada mereka. Islam mengajarkan bagaimana seorang pemimpin seharusnya bisa mendahulukan kepentingan rakyatnya, dengan gagasan "îtsâr." Îtsâr adalah mendahulukan kepentingan saudaranya atas dirinya dalam segala sesuatu yang ia cintai. Ia rela untuk lapar demi mengenyangkan saudaranya, ia rela haus untuk menyegarkan saudaranya, berjaga demi menidurkan saudaranya, ia bersungguh-sungguh untuk mengistirahatkan saudaranya, ia rela untuk ditembus peluru dadanya untuk menebus saudaranya. Al-Quran, kata Yusuf al-qaradhawi, telah mengemukakan gambaran yang jelas tentang masyarakat Islam di Madinah yang memperlihatkan makna îtsâr: Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung. (QS al-hasyr, 59: 9). Sementara itu, Rasulullah s.a.w. memberikan gambaran lain (sebagaimana diriwayatkan oleh al-bukhari), bahwa Sa'ad bin Rabi' (salah seorang sahabat Rasulullah s.a.w.) telah menawarkan kepada sahabat lain 2

(Abdur Rahman bin Auf), --- setelah keduanya dipersaudarakan oleh Rasulullah s.a.w. -- untuk bersedia diberi separuh dari hartanya, salah satu dari rumahnya dan salah satu dari isterinya untuk dicerai, lalu disuruh menikahinya. Maka Abdurahman bin Auf pun menjawab: "Semoga Allah memberkahi keluargamu, semoga Allah memberkahi rumahmu, dan semoga Allah memberkahi hartamu, sesungguhnya aku adalah seorang pedagang, untuk itu tunjukilah aku di mana pasar." Sebagaimana hadis berikut: 'Abdurrahman bin 'Auf radhiyallahu 'anhu berkata, ketika kami sampai di Madinah; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mempersaudarakan antara aku dengan Saad bin ar-rabi', lalu Saad bin ar-rabi' berkata: "Aku adalah orang Anshar yang paling banyak hartanya, maka aku beri separuh hartaku untukmu, kemudian lihatlah diantara kedua isteriku siapa yang engkau suka nanti akan aku ceraikan untukmu, jika ia telah halal maka nikahilah". Perawi berkata; "Maka 'Abdurrahman berkata kepadanya; "Aku tidak membutuhkan itu. Begini saja, apakah ada pasar yang sedang berlangsung transaksi jual beli saat ini?" Sa'ad 3

menjawab: "Pasar Qainuqa'". Perawi berkata; "Lalu Abdur Rahman pergi kesana, ia membawa keju dan minyak samin. Perawi berkata lagi; "Dia melakukan hal itu pada hari-hari berikutnya. 'Abdurrahman tetap berdagang disana hingga akhirnya ia datang dengan mengenakan pakaian yang bagus dan penuh aroma wewangian. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Apakah engkau sudah menikah?" Dia menjawab; "Ya, sudah". Lalu beliau bertanya lagi: "Dengan siapa?" Dia menjawab; "Dengan seorang wanita Anshar". Beliau bertanya lagi: "Dengan mahar apa engkau melakukan akad nikah?" Dia menjawab; "Dengan perhiasan sebiji emas, atau sebiji emas". Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata, kepadanya: "Adakanlah walimah (resepsi) walau hanya dengan seekor kambing". Ini gambaran îtsâr (seorang sahabat, yang ditunjukkan oleh Sa ad bin Rabi') yang amat langka dan hampir tidak kita dapatkan saat ini, yang kemudian dibalas dengan sikap 'iffah (kehati-hatian), yang mulia dan bijaksana (oleh Abdurahman bin Auf). Keduanya menampilkan contoh ideal sikap anggota masyarakat Islam yang dibangun oleh Rasulullah s.a.w. di Madinah, yang senantiasa kita idam-idamkan sebagai bentuk ideal sebuah masyarakat, yang lebih berkeinginan untuk memberi antasesama, bukan justeru meminta. Islam mengajarkan agar umatnya, dengan sangat spirit (ruh atau semangat) mahabbah (cinta) dan ukhuwwah (persaudaraan) bersedia untuk menjadi bagian dari umat manusia yang memiliki kesadaran kolektif umat untuk saling memberi, yang dengan keduanya umat manusia tidak mudah dipecah-belah dengan berbagai ragam pluralitas, termasuk kepentingankepentingan sesaat, sehingga tidak ada kesempatan untuk berseteru, meskipun ada sejumlah perbedaan kepentingan. Tidak lagi ada peluang untuk bersikap congkak dan merendahkan orang lain, karena merasa lebih besar dan kuat. Dan, pada akhirnya, juga tidak ada kesempatan untuk membenci siapa pun yang berbeda dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat. Apalagi pada mereka yang tengah ber- amar ma ruf nahi munkar untuk mereka yang sedang berkuasa dan memegang amanah rakyatnya. Rasulullah s.a.w., dengan semangat îtsâr-nya telah menunjukkan keberhasilannya sebagai seorang pemimpin sejati, yang hingga kini masih layak dicatat dengan tinta emas sebagai pemimpin teladan. Sementara para sahabatnya telah menjadi generasi terbaik pada masanya, untuk bisa dijadikan sebagai ibrah (pelajaran) bagi semua orang yang peduli akan makna sebuah kepemimpinan yang memiliki ruh (semangat) mahabbah (cinta) dan ukhuwwah (persaudaraan) bagi semua orang. Hingga pada proses 4

kepemimpinannya selalu menujukkan kesadaran untuk selalu memberi, dan bukan sebaliknya mengemis kepada rakyatnya untuk memiliki (kesadaran) untuk memahami dirinya dan memberikan yang terbaik untuk berbagai ragam kepentingannya. Kita, selama ini, sebenarnya sudah tidak merasa nyaman dengan hidangan tangis para pemimpin yang selalu merajuk kepada rakyatnya, meminta (kepada seluruh komponen anak bangsa) untuk dimengerti, dan (bahkan) dibelaskasihani. Sampai-sampai para pengamat politik kita (yang masih mengedepankan nuraninya) sering menyatakan (dengan satu pertanyaan): sampai kapan kita akan terus diajak untuk memaklumi sejumlah kebohongan yang dibalut dengan topeng-topeng retorika kejujuran? Saya (penulis) juga sering bertanya dengan sejumlah pertanyaan yang bersubstansi sama: Akankah kita terjerembab dalam budaya saling memaafkan untuk sesuatu yang sejatinya sudak tidak pantas dimaafkan, seperti halnya ketika para pemimpin kita tengah terbuai dengan permainan akrobat silat-lidah yang tak pernah mengedepankan hati nurani? Andai saja para pemimpin kita sadar untuk menggali dan menggapai semangat îtsâr Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya dari kaum Muhajirin-Anshar, dan kemudian mewujudkannya ke dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara untuk kepentingan rakyatnya, pasti kita rakyat Indonesia tidak akan mengalami kekecewaan yang terus berulang dari waktu demi waktu, untuk menunggu sampai negeri kita tercinta ini memiliki: pemerintah yang bersih dan (juga) tata-pemerintahan yang baik. Kalau Rasulullah s.a.w. (uswah hasanah kita) dan (juga) para sahabatnya bisa berbagi dengan semangat îtsâr, kenapa kita sebagai umatnya -- masih saja harus menunggu untuk menjadi seorang muslim dan sekelompok umat Islam yang mau mencontoh mereka? Kini saatnya, para pemimpin segera untuk berbenah menjadi yang pertama dan utama dalam mengamalkan semangat îtsâr. Menjadi pemimpin yang mampu menunjukkan cinta kepada rakyatnya, sebelum meminta kepada rakyat untuk mencintai, hingga rakyat pun berkesadaran untuk mencintai mereka, demi kejayaan bangsa dan negara kita tercinta! 5

Nashrun minallâh wa fathun qarîb. Penulis adalah Dosen Tetap FAI-UM Yogyakarta dan Dosen Luar Biasa STIKES Aisyiyah Yogyakarta. 6