I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DENGAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP UKURAN JURNAL. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

I. PENDAHULUAN. perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik pada

BAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. jamak (multiple intelegence) maupun kecerdasan spiritual. yaitu usia 1-6 tahun merupakan masa keemasan (golden age), yang pada

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioal-emosional, bahasa dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun menurut. Undang-Undang Republik Indonesia, dan 0-8 tahun menurut

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kepribadian anak. Pendidikan anak usia dini/tk memberi

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. depan, jika pondasi lemah maka akan susah berharap bangunannya berdiri kokoh

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helga Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan masa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah kognitif sering kali dikenal dengan istilah intelek. Intelek

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah:

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai salah satu syarat tujuan pembangunan. Pendidikan merupakan

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astriana Rahma, 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

I. PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Anak-anak pada masa usia dini. jasmani sampai rohani. Dimana bentuk layanan tersebut diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Pada rentang usia ini anak mengalami the golden years yang. perkembangannya, termasuk perkembangan fisik-motoriknya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu

PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut akan dapat tercapai jika

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan salah satu makhluk yang selalu tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia dini memiliki potensi yang masih perlu dikembangkan. Pada rentang usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age), yang merupakan masa dimana anak mulai peka untuk menerima berbagai rangsangan. Dengan demikian masa anak-anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian masa dewasa seseorang. Karena pada masa ini, anak mengalami proses pertumbuhan dan pekembangan yang sangat pesat, untuk itu perlu diberi rangsangan agar potensi anak berkembang secara optimal. Salah satunya melalui pendidikan anak usia dini. Adapun tujuan pendidikan anak usia dini sebagaimana yang terkandung didalam undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

2 membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Selanjutnya pasal 28, dinyatakan bahwa (1) pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) pendidikan anak usia dini diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal: TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4) pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non formal : KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5) pendidikan anak usia dini jalur pendidikan informal : pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6) ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Dengan demikian, pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Adapun aspek-aspek perkembangan anak usia dini sesuai yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permen) Nomor 58 tentang standar pendidikan anak usia dini meliputi nilai moral dan agama, fisik

3 motorik, kognitif, bahasa, dan sosialemosional. Dari lima aspek perkembangan tersebut, perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang penting untuk dikembangkan karena perkembangan kognitif mempunyai tujuan mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk dapat mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan berbagai alternatif pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika matematikanya dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta mempunyai kemampuan mengelompokkan serta mempersiapkan pengembangan kemampuan berfikir teliti. Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak usia dini, perkembangan kognitif meliputi 3 hal yaitu : (1) pengetahuan umum dan sains, (2) konsep bentuk, warna, ukuran dan pola, dan (3) konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf. Untuk mengembangkan aspek kognitif guru perlu menciptakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anak melalui pengalaman nyata yang dapat memungkinkan mereka menunjukkan aktivitas dan rasa ingin tahu secara optimal dan menempatkan posisi guru sebagai pendamping, pembimbing, dan fasilitator bagi anak. Melalui proses kegiatan pembelajaran seperti ini dapat menghindari pembelajaran yang hanya berorientasi pada kehendak dan dominasi guru sehingga menjadikan anak pasif. Adapun bentuk kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran anak usia dini yang tercantum dalam Permen 58

4 yang meliputi pembelajaran dilaksanakan melalui bermain, kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara bertahap, berkesinambungan dan bersifat pembiasaan, proses pembelajaran bersifat aktif, kreatif, interaktif, efektif, dan menyenangkan, dan proses pembelajaran berpusat pada anak. Salah satu cara menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan adalah dengan menggunakan media, karena pada anak usia dini masih berada pada masa berfikir konkrit, yaitu anak mempelajari sesuatu berdasarkan realita (secara nyata). Piaget dalam Sudono (2010:3) mengemukakan bahwa pada tahap praoperasional, panca indera berperan sangat besar. Anak memahami pengertian dan konsep-konsepnya lewat benda konkret. Dengan bermain menggunakan benda konkret, anak mendapatkan masukan-masukan untuk diproses bersama pengetahuan yang dimiliki (asimilasi, akomodasi dan konservasi). Dengan demikian, pembelajaran anak usia dini harus menggunakan sesuatu yang memungkinkan anak belajar secara konkrit. Dengan menggunakan media, anak mendapatkan pengalaman langsung untuk mengetahui dan memahami informasi yang diperolehnya dengan cara mengamati, meniru, atau bereksperimen langsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak termasuk aspek kognitif anak dapat berkembang secara optimal. Pada kenyataannya, berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar lampung, masih banyak anak yang belum bisa mengenal konsep ukuran. Hal ini terlihat dari 16 anak yang ada

5 dikelas B2, terdapat 68,75% anak yang belum bisa membedakan ukuran panjang-pendek, besar-kecil, dan tinggi-rendah. Kondisi tersebut diduga karena metode pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional, yatu pembelajaran masih berpusat pada guru. Dalam kegiatan pembelajaran, guru jarang menggunakan media, namun dalam penggunaannya media dipegang oleh guru bukan oleh anak. Bahkan anak jarang dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini berdampak terhadap konsep yang dipelajari. Mengingat anak usia dini masih berada pada masa berfikir konkrit, yaitu anak mempelajari sesuatu berdasarkan realita (secara nyata). Dengan melalui pengalaman langsung akan dapat membantu dan mempermudah anak dalam memahami informasi yang diperolehnya dengan cara mengamati, memegang, membuat dan menggunakan secara langsung, sehingga potensi dan kecerdasan anak bisa berkembang secara optimal. Oleh sebab itu, penggunaan media sangat penting dalam pembelajaran anak usia dini. Salah satu media yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan anak usia dini adalah alat permainan edukatif (APE). APE merupakan alat permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan. Oleh karena itu, peneliti tertarik mengangkat masalah tentang aktivitas penggunaan Alat Permainan Edukatif dalam mengembangkan kemampuan mengenal konsep ukuran pada anak usia dini.

6 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, terdapat permasalahan yang terjadi antara lain: 1. Proses pembelajaran yang dilaksanakan guru masih menggunakan metode konvensional. 2. Anak belum dilibatkan dalam menggunakan media pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. 3. Kemampuan anak dalam mengenal konsep ukuran masih belum berkembang. C. Pembatasan Masalah Untuk menghindari pengembangan masalah yang terlalu luas, maka penelitian ini dibatasi permasalahannya yaitu : 1. Aktivitas penggunaan alat permainan edukatif (APE) dengan kemampuan mengenal konsep ukuran pada anak usia dini 2. Penelitian ini dilaksanakan di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar lampung 3. Penelitian ini dibatasi pada anak TK kelas B2 usia 5-6 tahun. D. Perumusan Masalah dan Permasalahan Ditinjau dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang peneliti kemukakan diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah kemampuan mengenal konsep ukuran pada anak masih belum berkembang.

7 Adapun permasalahan dari penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas penggunaan alat permainan edukatif (APE) dengan kemampuan mengenal konsep ukuran pada anak usia dini di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar Lampung? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aktivitas penggunaan Alat permainan Edukatif (APE) dengan kemampuan mengenal konsep ukuran pada anak usia dini di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar lampung. F. Manfaat Penelitian Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan data informasi empirik dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya sumber daya manusia guru serta dapat menentukan komponen penting yang berhubungan dengan Alat Permainan Edukatif (APE) terhadap perkembangan kognitif anak. Adapun manfaat praktis dari penelitian ini dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat bagi siswa Membantu memberi masukan dalam upaya meningkatkan pemahaman anak tentang konsep ukuran.

8 2. Manfaat bagi guru Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pendidik untuk mengembangkan kemampuan mengenal konsep ukuran pada anak usia dini. selain itu, meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kreativitas guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang lebih efektif dengan menggunakan alat permainan edukatif dalam proses pembelajaran, dalam meningkatkan kemampuan anak mengenal konsep ukuran. 3. Manfaat bagi sekolah Member masukan bagi sekolah sebagai upaya meningkatkan kualitas sekolah dengan menerapkan pembelajaran yang lebih efektif dengan menggunakan alat permainan edukatif dalam proses pembelajaran sehingga dapat mengembangkan pemahaman anak tentang konsep ukuran.