PENGARUH JARAK TANAM DAN FREKUENSI PENYIANGAN GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum)

dokumen-dokumen yang mirip
46 Jurnal Produksi Tanaman Vol. 5 No. 1, Januari 2017: ISSN: Rangga Herwanda *), Wisnu Eko Murdiono dan Koesriharti

PENGARUH WAKTU PENGENDALIAN GULMA DAN DOSIS PEMUPUKAN NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

THE EFFECT OF AZOLLA AND N FERTILIZER APLICATION ON RICE FIELD (Oryza sativa L.) VARIETY INPARI 13

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr) TERHADAP PEMBELAHAN UMBI DAN PERBANDINGAN MEDIA TANAM ABSTRACT

PENGARUH KONSENTRASI DAN WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR BIOAKTIVATOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

KAJIAN PENGGUNAAN PUPUK BIOURIN SAPI DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.)

PENGARUH PENGAPLIKASIAN ZEOLIT DAN PUPUK UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. saccharata Sturt.)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI

PENGARUH HERBISIDA AMETRIN DAN PENYIANGAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) VARIETAS LINDA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK UREA

PENGARUH WAKTU DAN METODE PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

THE EFFECT OF THE KINDS OF FERTILIZER AND WEED CONTROL TIME ON GROWTH AND YIELD OF SWEET CORN (Zea mays saccharata)

Pengaruh BAP ( 6-Benzylaminopurine ) dan Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL HUMBANG HASUNDUTAN PADA BERBAGAI DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) PENDAHULUAN

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN MULSA ORGANIK PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril)

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. Var. TUKTUK) ASAL BIJI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KALIUM DAN JARAK TANAM

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.

PENGARUH PENCACAHAN BERBAGAI MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN dan HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.)

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa L. Kelompok Aggregatum)VARIETAS LEMBAH PALU YANG DIBERIKAN ATONIK SERTA PUPUK ORGANIK CAIR

PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI

PENGARUH MULSA JERAMI PADI DAN FREKUENSI WAKTU PENYIANGAN GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.

Jurnal Cendekia Vol 11 No 3 Sept 2013 ISSN

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

SKRIPSI. Oleh : ERNIKA SEPTYMA BR PARDEDE/ AGROEKOTEKNOLOGI - BPP

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

THE INFLUENCE OF COVER CROPS UTILIZATION OROK-OROK (CROTALARIA JUNCEA L.) TOWARD WEED CONTROL ON MAIZE (ZEA MAYS L.) IN RAIN SEASON ABSTRAK

PENGARUH MULSA ORGANIK PADA GULMA DAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) VAR. GEMA

INFLUENCE THE NUMBER OF PLANTS PER POLYBAG AND COMPOSITION OF PLANT MEDIA ON GROWTH AND YIELD OF CUCUMBER (Cucumis sativus L.) VAR.

PENGARUH PENGENDALIAN GULMA PADA BERBAGAI UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

PENGARUH CARA PENGENDALIAN GULMA PADA PERTUMBUHAN VEGETATIF AWAL TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) ASAL BIBIT BUD CHIP VARIETAS PSJK 922

PENGARUH JENIS PUPUK KANDANG DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. var. saccharata Sturt) SKRIPSI

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos TKKS dan Jarak Tanam di Dataran Rendah

APPLICATION OF MANURE AND Crotalaria juncea L. TO REDUCE ANORGANIC FERTILIZER ON MAIZE (Zea mays L.)

Respons Pertumbuhan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Aplikasi Mulsa dan Perbedaan Jarak Tanam

Productivity and lossing yield of Ciherang cultivar rice plant (Oryza sativa L.) on plant spacing combination and different weeding frequency

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl

THE EFFECT OF SPACING AND PLANTING TIME SOYBEAN OF GROWTH AND YIELD SOYBEAN (Glycine max) ON SUGAR CANE (Saccharum officinarum L.

KAJIAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI LAHAN DAN POLYBAG DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI MACAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PADA APLIKASI DOSIS PUPUK ORGANIK PADAT DAN CAIR

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBERIAN VERMIKOMPOS DAN URIN DOMBA

Vol 2 No. 1 Januari - Maret 2013 ISSN :

PENGARUH PENGENDALIAN GULMA PADA PERTUMBUHAN VEGETATIF DUA JENIS BIBIT TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBELAHAN UMBI BIBIT PADA BEBERAPA JARAK TANAM

PENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.

THE EFFECT OF VARIOUS DOSAGES OF ORGANIC AND ANORGANIC FERTILIZERS ON PLANT GROWTH AND YIELD OF SWEET CORN (Zea mays Saccharata Sturt)

RESPON APLIKASI PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS TANAMAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum.l)

EFFECT OF ORGANIC FERTILIZER TYPES AND DOSAGE NPK ON RESULTS PLANTS SHALLOT (Allium ascalonicum L.)

PENGARUH VOLUME PEMBERIAN AIR DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ANGGREK Dendrobium undulatum

PENGARUH BOBOT MULSA JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) KULTIVAR KUTILANG

Achmad Sauki *), Agung Nugroho dan Roedy Soelistyono

UTILIZATION OF THERMAL UNIT FOR DETERMINING HARVEST TIME OF THE KAILAN (Brassica oleracea L. var. alboglabra) ON DIFFERENT ROW SPACES AND VARIETY

PENGARUH APLIKASI BIOURINE TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI THE EFFECT OF BIOURINE APLICATION TO RICE GOWTH AND YIELD

PENGARUH APLIKASI BIOURIN PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

THE EFFECT OF DAY HARVEST AND APLICATION DOSAGE OF POTASSIUM FERTILIZER ON GROWTH AND QUALITY OF SWEET CORN (Zea mays saccharata Sturt)

RESPON TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascolonicum L. ) VARIETAS TUK TUK TERHADAP PENGATURAN JARAK TANAM DAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR NASA

PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L)

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

Upaya Peningkatan Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max) Melalui Aplikasi Mulsa Daun Jati Dan Pupuk Organik Cair.

PENGARUH PEMBERIAN AIR DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

BAHAN METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalonicuml.) MENGGUNAKAN MEDIA DAN BAHAN TANAM BERBEDA

PENGARUH BIOURINE SAPI DAN BERBAGAI DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SELADA KROP (Lactuca sativa L.)

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.) PADA BERBAGAI FREKUENSI DAN WAKTU PENYIANGAN GULMA PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tomat merupakan salah satu dari kelompok sayuran yang memiliki banyak manfaat, diantaranya digunakan

PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA BUDIDAYA JENUH AIR DI LAHAN PASANG SURUT. Munif Ghulamahdi Maya Melati Danner Sagala

PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN

Pertumbuhan dan Produktivitas Jagung Manis pada Beberapa Sistem Tanam

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.2, April 2017 (35):

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI Azolla pinnata TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.))

Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) berdasarkan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda ABSTRAK

UPAYA PENINGKATAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DENGAN PEMUPUKAN BOKASHI DAN Crotalaria juncea L.

DOSIS PUPUK CAIR ANORGANIK DAN JARAK TANAM BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. var. TUK TUK ) ASAL BIJI

EFEKTIFITAS JARAK TANAM DAN JUMLAH BENIH PER LUBANG TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

PENGARUH LAMA PENGGUNAAN MULSA DAN PUPUK KANDANG PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) VARIETAS POTRE KONENG

PENGARUH DOSIS PUPUK UREA DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH(

PENGARUH UKURAN FISIK DAN JUMLAH UMBI PER LUBANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

1. PENDAHULUAN. pokok masyarakat Indonesia dan komoditas agrikultur yang memiliki nilai

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

Made Deviani Duaja 1), Nelyati 1) and Hisar Tindaon 2) Fakultas Pertanian, Universitas Jamabi

KAJIAN PANJANG TUNAS DAN BOBOT UMBI BIBIT TERHADAP PRODUKSI TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) VARIETAS GRANOLA

Respons Tanaman Bawang Merah Asal Biji True Shallot Seeds terhadap Kerapatan Tanaman pada Musim Hujan

Transkripsi:

Jurnal Produksi Tanaman Vol. 4 No. 7, Oktober 2016: 547-553 ISSN: 2527-8452 547 PENGARUH JARAK TANAM DAN FREKUENSI PENYIANGAN GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum) THE EFFECT OF PLANT SPACING AND FREQUENCY OF WEEDING ON GROWTH AND YIELD OF SHALLOT ((Allium ascalonicum) Retno Wulandari *), Nur Edy Suminarti dan Husni Thamrin Sebayang Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Jln. Veteran, Malang 66514, Indonesia *) Email: retno_wulandari41@yahoo.com ABSTRAK Suatu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil tanaman bawang merah ialah dengan kombinasi penggunaan jarak tanam dan frekuensi penyiangan gulma. Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh jarak tanam dan frekuensi penyiangan gulma pada pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah (Allium ascalonicum). Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang pada bulan Juli-Oktober 2013. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 12 perlakuan dan diulang 3 kali sehingga total petak percobaan adalah 36 petak. yang digunakan ialah P1 = Jarak tanam 20 cm x 15cm, tanpa disiang; P2 = Jarak tanam 20 cm x 15 cm, disiang 1 kali umur 15 hst; P3 = Jarak tanam 20 cm x 15 cm, disiang 2 kali umur 15, 30 hst; P4 = Jarak tanam 20 cm x 15 cm, disiang 3 kali umur 15, 30, 45 hst; P5 = Jarak tanam 20 cm x 20 cm, tanpa disiang; P6 = Jarak tanam 20 cm x 20 cm, disiang 1 kali umur 15 hst; P7 = Jarak tanam 20 cm x 20 cm, disiang 2 kali umur 15, 30 hst; P8 = Jarak tanam 20 cm x 20 cm, disiang 3 kali umur 15, 30, 45 hst; P9 = Jarak tanam 20 cm x 25 cm, tanpa disiang; P10 = Jarak tanam 20 cm x 25 cm, disiang 1 kali umur 15 hst; P11 = Jarak tanam 20 cm x 25 cm, disiang 2 kali umur 15, 30 hst; P12 = Jarak tanam 20 cm x 25 cm, disiang 3 kali umur 15, 30, 45 hst. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam 20 cm x 20 cm dan 20 cm x 25 cm yang disertai dengan penyiangan 3 kali pada umur 15, 30, dan 45 hst menunjukkan hasil yang lebih baik pada panjang tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, luas daun, bobot segar umbi, bobot kering umbi, bobot segar total tanaman dan hasil panen. Kata kunci : Bawang Merah, Gulma, Jarak Tanam, Frekuensi Penyiangan ABSTRACT An effort that can be done to improve the yield of shallot is the combination of the use of plant spacing and frequency of weeding. The research aimed tu study the effect of plant spacing and frequency of weeding on growth and yield of shallot (Allium ascalonicum). This research was conducted in the village Mulyoagung, District Dau, Malang from July - October 2013. The research used a randomized block design (RBD) that is consisted of 12 treatments and repeated 3 times for a total of a plot is 36 plots. The treatment used is P1 = spacing of 20 cm x 15 cm, without weeding; P2 = spacing of 20 cm x 15 cm, weeding 1 times at 15 dap; P3 = spacing of 20 cm x 15 cm, weeding 2 times at 15, 30 dap; P4 = spacing of 20 cm x 15 cm, weeding 3 times at 15, 30, 45 dap; P5 = spacing of 20 cm x 20 cm, without weeding; P6 = spacing of 20 cm x 20 cm, weeding 1 times at 15 dap; P7 = spacing of 20 cm x 20 cm, weeding 2 times at 15, 30 dap; P8 = spacing of 20 cm x 20 cm, weeding 3 times at 15, 30, 45 dap; P9 = spacing of 20 cm x 25 cm, without

548 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 4 Nomor 7, Oktober 2016, hlm. 547-553 weeding; P10 = spacing of 20 cm x 25 cm, weeding 1 times at 15 dap; P11 = spacing of 20 cm x 25 cm, weeding 2 times at 15, 30 dap; P12 = spacing of 20 cm x 25 cm, weeding 3 times at 15, 30, 45 dap. The results showed that the spacing of 20 cm x 20 cm and 20 cm x 25 cm with of weeding 3 time at 15, 30, and 45 dap showed better results in the length of the plant, number of tillers, number of leaves, leaf area, fresh weight of tubers, dry weight of tuber, total fresh weight of plant and yields. Keywords : Shallot, Weed, Plant Spacing, Frequency of Weeding PENDAHULUAN Bawang merah ialah komoditas sayuran yang penting karena mengandung gizi yang tinggi, pelengkap bumbu masak, memiliki banyak vitamin, bahan baku untuk obat dan berperan sebagai aktivator enzim di dalam tubuh (Napitupulu dan Winarto, 2010). Berdasarkan pada tingginya pemanfaatan tersebut mengakibatkan permintaan bawang merah terus meningkat. Tingginya permintaan tersebut belum dapat diimbangi dengan tingkat produktivitas yang ada. Menurut hasil laporan BPS (2009) bahwa produktivitas umbi bawang merah di Indonesia terjadi peningkatan sebesar 5 % (9,28 ton ha -1-9,57 ton ha -1 ) yang terjadi pada tahun 2009-2010, akan tetapi peningkatan tersebut belum dapat mencukupi kebutuhan masyarakat sehingga import tetap dilakukan. Hal ini membuktikan bahwa produksi umbi bawang merah di Indonesia belum mampu mengimbangi tingginya permintaan yang ada. Rendahnya produksi bawang merah di Indonesia disebabkan oleh gulma. Kehadiran gulma pada tanaman bawang merah dapat menurunkan hasil sebesar 27,63% - 46,84 % (Utomo et al., 1986) Kerugian tersebut disebabkan oleh kompetisi gulma terhadap penyerapan unsur hara, cahaya matahari, air dan ruang lingkup tanaman. Pengendalian gulma yang dapat dilakukan ialah dengan pengaturan jarak tanam dan penyiangan. Penggunaan jarak tanam yang ideal dan frekuensi penyingan yang tepat diharapkan dapat menekan populasi gulma dan memaksimalkan pertumbuhan serta produktifitas tanaman. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2013 di lahan sawah petani yang terletak di Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Ketinggian tempat 458 m di atas permukaan laut, suhu rata-rata 23-25 C, kelembaban sekitar 60-80 % dan jenis tanah latosol dengan ph 6,5. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK ) non faktorial, dengan 12 perlakuan dan diulang 3 kali sehingga total petak percobaan adalah 36 petak. Adapun perlakuan tersebut adalah sebagai berikut: P1 = Jarak tanam 20 cm x 15cm, tanpa disiang; P2 = Jarak tanam 20 cm x 15 cm, disiang 1 kali umur 15 hst; P3 = Jarak tanam 20 cm x 15 cm, disiang 2 kali umur 15, 30 hst; P4 = Jarak tanam 20 cm x 15 cm, disiang 3 kali umur 15, 30, 45 hst; P5 = Jarak tanam 20 cm x 20 cm, tanpa disiang; P6 = Jarak tanam 20 cm x 20 cm, disiang 1 kali umur 15 hst; P7 = Jarak tanam 20 cm x 20 cm, disiang 2 kali umur 15, 30 hst; P8 = Jarak tanam 20 cm x 20 cm, disiang 3 kali umur 15, 30, 45 hst; P9 = Jarak tanam 20 cm x 25 cm, tanpa disiang; P10 = Jarak tanam 20 cm x 25 cm, disiang 1 kali umur 15 hst; P11 = Jarak tanam 20 cm x 25 cm, disiang 2 kali umur 15, 30 hst; P12 = Jarak tanam 20 cm x 25 cm, disiang 3 kali umur 15, 30, 45 hst. Pengamatan tanaman bawang merah dilakukan pada umur 52 hst, 67 hst dan pada saat panen. Pengamatan dilakukan secara destruktif dengan cara mengambil 3 tanaman contoh untuk setiap perlakuan yang meliputi komponen pertumbuhan dan hasil. Komponen pertumbuhan tanaman meliputi : panjang tanaman, jumlah daun, luas daun dan bobot segar total tanaman. Komponen hasil meliputi : jumlah anakan per rumpun, jumlah umbi per rumpun, bobot segar umbi per rumpun, bobot kering umbi per rumpun dan hasil panen umbi kering (ton ha -1 ). Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (uji F) pada taraf 5% untuk mengetahui adanya pengaruh dari

549 Wulandari, dkk, Jarak Tanam dan... perlakuan. Apabila terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5% untuk mengetahui perbedaan di antara perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen Pertumbuhan Pertumbuhan ialah proses dalam keberlangsungan hidup suatu tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran dan perubahan penampilan tanaman. Suatu tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik apabila semua kebutuhan tanaman dapat tercukupi secara optimal. Pada pengamatan rerata panjang tanaman (Tabel 1) umur 52 hst dan 67 hst menghasilkan pola yang sama. Panjang tanaman paling rendah di dapatkan pada perlakuan tanpa penyiangan dengan berbagai ukuran jarak tanam, yaitu P1, P5 dan P9. Rendahnya panjang tanaman disebabkan karena adanya kompetisi antara tanaman dan gulma sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Tarigan et al (2013) bahwa gulma mempengaruhi pertumbuan tanaman sehingga terjadi kompetisi antara gulma dan tanaman budidaya. Panjang tanaman yang dihasilkan oleh perlakuan penyiangan 1 kali pada berbagai ukuran jarak tanam adalah sama. Hal sama juga dijumpai pada perlakuan penyiangan 2 kali dan 3 kali pada pada setiap ukuran jarak tanam, kecuali umur pengamatan 67 hst panjang tanaman paling tinggi didapatkan pada perlakuan jarak tanam 20 cm x 20 cm+disiang 3 kali (P8). Pada jarak tanam yang lebih besar persaingan atau kompetisi antar tanaman dalam memperoleh faktor tumbuh akan semakin kecil, sehingga pertumbuhan akan lebih baik atau akan mencapai pertumbuhan optimumnya (Indrayanti, 2010). Hasil analisis ragam terhadap jumlah anakan (Tabel 2) menunjukkan bahwa pada umur 52 hst jumlah anakan yang lebih rendah didapatkan pada seluruh perlakuan tanpa penyiangan (P1, P5, P9) pada berbagai jarak tanam. Sedangkan pada umur 67 hst memperlihatkan bahwa jumlah anakan yang lebih tinggi dihasilkan perlakuan penyiangan 2 kali dan 3 kali dalam berbagai jarak tanam (P3, P4, P7, P8, P11 dan P12). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Abdullatif (1990) yang menyatakan bahwa pada jarak tanam yang lebar efisiensi penggunaan radiasi persatuan luas tanah rendah, namun setiap Tabel 1 Rerata Panjang Tanaman Pada Berbagai Frekuensi Penyiangan Gulma dan Jarak Tanam Rerata panjang tanaman (cm) pada umur P1 (20 cm x 15 cm + tanpa disiang) 21,91 a 23,45 a P2 (20 cm x 15 cm + disiang 1 kali) 30,44 b 38,58 b P3 (20 cm x 15 cm + disiang 2 kali) 35,49 cd 40,94 c P4 (20 cm x 15 cm + disiang 3 kali) 38,17 d 42,50 cd P5 (20 cm x 20 cm + tanpa disiang) 22,53 a 23,82 a P6 (20 cm x 20 cm + disiang 1 kali) 31,83 bc 38,98 b P7 (20 cm x 20 cm + disiang 2 kali) 38,05 d 42,49 cd P8 (20 cm x 20 cm + disiang 3 kali) 35,88 cd 44,72 e P9 (20 cm x 25 cm + tanpa disiang) 22,09 a 22,27 a P10 (20 cm x 25 cm + disiang 1 kali) 32,52 bc 38,27 b P11 (20 cm x 25 cm + disiang 2 kali) 33,02 bc 41,63 cd P12 (20 cm x 25 cm + disiang 3 kali) 35,39 cd 42,83 d BNT 5% 4,91 1,82

550 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 4 Nomor 7, Oktober 2016, hlm. 547-553 individu tanaman dapat menerima radiasi semaksimal mungkin sehingga dapat menunjang pertumbuhan vegetatif bawang merah dalam pertambahan jumlah anakan. Daun merupakan organ tanaman yang mempunyai peran penting dalam fotosintesis. Pada pengamatan jumlah daun (Tabel 3) dan luas daun (Tabel 4) umur 52 hst dan 67 hst menghasilkan pola yang sama, jumlah daun paling rendah di dapatkan pada perlakuan tanpa penyiangan dengan berbagai ukuran jarak tanam (P1, P5 dan P9). Pertambahan jumlah daun dan luas daun akan terjadi apabila diikuti dengan perlakuan penyiangan. Semakin banyak daun semakin tinggi fotosintesis yang terjadi. Menurut Hamdani (2008) pada tanaman bawang merah, luas daun akan mempengaruhi banyaknya radiasi matahari yang diterima oleh tanaman, sehingga semakin besar luas daun tanaman tersebut maka semakin tinggi hasil fotosintat yang dihasilkan untuk pertumbuhan dan perkembangan seluruh bagian tanaman. Tabel 2 Rerata Jumlah Anakan Bawang Meraha Pada Berbagai Frekuensi Penyiangan Gulma dan Jarak Tanam Rerata jumlah anakan pada umur P1 (20 cm x 15 cm + tanpa disiang) 3,89 a 4,78 a P2 (20 cm x 15 cm + disiang 1 kali) 6,77 b 7,00 bc P3 (20 cm x 15 cm + disiang 2 kali) 7,56 bc 8,66 de P4 (20 cm x 15 cm + disiang 3 kali) 9,00 cd 9,00 def P5 (20 cm x 20 cm + tanpa disiang) 4,11 a 5,55 a P6 (20 cm x 20 cm + disiang 1 kali) 6,66 b 8,00 cd P7 (20 cm x 20 cm + disiang 2 kali) 9,44 d 9,55 efg P8 (20 cm x 20 cm + disiang 3 kali) 8,89 cd 10,11 fg P9 (20 cm x 25 cm + tanpa disiang) 4,22 a 5,89 ab P10 (20 cm x 25 cm + disiang 1 kali) 6,44 b 8,00 cd P11 (20 cm x 25 cm + disiang 2 kali) 9,55 d 9,67 efg P12 (20 cm x 25 cm + disiang 3 kali) 9,22 cd 10,44 g BNT 5% 1,71 1,15 Tabel 3 Rerata Jumlah Daun Bawang Merah Pada Berbagai Frekuensi Penyiangan dan Jarak Tanam Rerata jumlah daun pada umur P1 (20 cm x 15 cm + tanpa disiang) 20,00 a 18,20 a P2 (20 cm x 15 cm + disiang 1 kali) 44,44 b 44,60 b P3 (20 cm x 15 cm + disiang 2 kali) 46,11 c 49,70 bc P4 (20 cm x 15 cm + disiang 3 kali) 55,89 d 54,70 cd P5 (20 cm x 20 cm + tanpa disiang) 22,44 a 21,00 a P6 (20 cm x 20 cm + disiang 1 kali) 41,11 bc 47,20 b P7 (20 cm x 20 cm + disiang 2 kali) 53,00 d 56,10 de P8 (20 cm x 20 cm + disiang 3 kali) 53,33 d 56,30 de P9 (20 cm x 25 cm + tanpa disiang) 22,11 a 20,70 a P10 (20 cm x 25 cm + disiang 1 kali) 42,06 bc 46,90 b P11 (20 cm x 25 cm + disiang 2 kali) 53,83 d 54,20 cd P12 (20 cm x 25 cm + disiang 3 kali) 56,12 d 61,00 e BNT 5% 7,2 6,08 berbeda nyata berdasarkan Uji BNT 5%; hst = hari setelah tanam; tn = tidak nyata

551 Wulandari, dkk, Jarak Tanam dan... Tabel 4 Rerata Luas Daun Bawang Merah Pada Berbagai Frekuensi Penyiangan Gulma dan Jarak Tanam Rerata luas daun (cm 2 ) pada umur P1 (20 cm x 15 cm + tanpa disiang) 126,38 a 130,60 a P2 (20 cm x 15 cm + disiang 1 kali) 460,56 b 1052,94 bc P3 (20 cm x 15 cm + disiang 2 kali) 696,39 de 1341,47 de P4 (20 cm x 15 cm + disiang 3 kali) 725,17 de 1277,91 cde P5 (20 cm x 20 cm + tanpa disiang) 141,85 a 142,19 a P6 (20 cm x 20 cm + disiang 1 kali) 616,43 cd 1214,80 cd P7 (20 cm x 20 cm + disiang 2 kali) 773,22 ef 1441,89 de P8 (20 cm x 20 cm + disiang 3 kali) 876,54 f 1474,19 e P9 (20 cm x 25 cm + tanpa disiang) 144,69 a 142,09 a P10 (20 cm x 25 cm + disiang 1 kali) 551,00 bc 932,19 b P11 (20 cm x 25 cm + disiang 2 kali) 884,49 f 1350,01 de P12 (20 cm x 25 cm + disiang 3 kali) 815,34 ef 1295,29 de BNT 5% 144,57 239,84 Tabel 5 Rerata Bobot Segar Total Tanaman Bawang Merah Pada Berbagai Frekuensi Penyiangan Gulma dan Jarak Tanam Rerata bobot segar total tanaman (g) pada umur P1 (20 cm x 15 cm + tanpa disiang) 16,81 a 23,71 a P2 (20 cm x 15 cm + disiang 1 kali) 48,07 b 71,23 b P3 (20 cm x 15 cm + disiang 2 kali) 56,42 bc 118,84 c P4 (20 cm x 15 cm + disiang 3 kali) 62,35 bcd 125,29 c P5 (20 cm x 20 cm + tanpa disiang) 17,66 a 26,60 a P6 (20 cm x 20 cm + disiang 1 kali) 60,86 bcd 115,13 c P7 (20 cm x 20 cm + disiang 2 kali) 81,84 def 121,12 c P8 (20 cm x 20 cm + disiang 3 kali) 94,69 f 124,03 c P9 (20 cm x 25 cm + tanpa disiang) 17,59 a 24,32 a P10 (20 cm x 25 cm + disiang 1 kali) 64,42 bcde 70,74 b P11 (20 cm x 25 cm + disiang 2 kali) 71,87 cdef 115,17 c P12 (20 cm x 25 cm + disiang 3 kali) 87,52 f 127,79 c BNT 5% 23,24 30,97 Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berbagai jarak tanam yang disertai frekuensi penyiangan berpengaruh nyata pada bobot segar total tanaman. Pada umur 52 hst bobot segar total tanaman paling berat dihasilkan perlakuan penyiangan 3 kali dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm dan 20 cm x 25 cm (P8 dan P12), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan penyiangan 1 kali dan 3 kali dalam berbagai ukuran jarak tanam. Selanjutnya pada umur 67 hst bobot segar total tanaman paling berat di dapatkan pada perlakuan penyiangan 2 kali dan 3 kali dalam berbagai ukuran jarak tanam (P3, P4, P7, P8, P11 dan P12) dan berbeda nyata terhadap perlakuan P1, P2, P5, P9 dan P10, kecuali untuk P6. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Supriono (2002) bahwa jarak tanam sedang dan renggang mampu meningkatkan berat per tanaman secara nyata.

552 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 4 Nomor 7, Oktober 2016, hlm. 547-553 Tabel 6 Rerata Bobot Segar Umbi Pada Berbagai Frekuensi Penyiangan Gulma dan Jarak Tanam Rerata bobot segar umbi Berlakuan tanaman (g) pada umur P1 (20 cm x 15 cm + tanpa disiang) 2,32 a 3,93 a P2 (20 cm x 15 cm + disiang 1 kali) 17,18 b 19,98 b P3 (20 cm x 15 cm + disiang 2 kali) 30,98 de 33,47 de P4 (20 cm x 15 cm + disiang 3 kali) 34,66 ef 36,68 ef P5 (20 cm x 20 cm + tanpa disiang) 2,36 a 6,31 a P6 (20 cm x 20 cm + disiang 1 kali) 26,62 cd 29,03 cd P7 (20 cm x 20 cm + disiang 2 kali) 30,98 de 32,94 de P8 (20 cm x 20 cm + disiang 3 kali) 38,95 f 42,58 f P9 (20 cm x 25 cm + tanpa disiang) 2,32 a 4,27 a P10 (20 cm x 25 cm + disiang 1 kali) 24,88 c 25,37 bc P11 (20 cm x 25 cm + disiang 2 kali) 35,00 ef 35,09 de P12 (20 cm x 25 cm + disiang 3 kali) 32,51 e 33,05 de BNT 5% 4,46 7,04 Tabel 7 Rerata Bobot Kering Umbi Pada Berbagai Frekuensi Penyiangan dan Jarak Tanam Rerata bobot kering umbi tanaman (g) pada umur P1 (20 cm x 15 cm + tanpa disiang) 0,44 a 0,51 a P2 (20 cm x 15 cm + disiang 1 kali) 6,73 b 8,45 b P3 (20 cm x 15 cm + disiang 2 kali) 12,03 cd 12,26 bc P4 (20 cm x 15 cm + disiang 3 kali) 13,64 cde 14,55 c P5 (20 cm x 20 cm + tanpa disiang) 0,44 a 0,90 a P6 (20 cm x 20 cm + disiang 1 kali) 9,32 bc 10,77 bc P7 (20 cm x 20 cm + disiang 2 kali) 14,77 de 12,32 bc P8 (20 cm x 20 cm + disiang 3 kali) 18,27 ef 14,66 c P9 (20 cm x 25 cm + tanpa disiang) 0,48 a 0,64 a P10 (20 cm x 25 cm + disiang 1 kali) 8,93 bc 9,41 b P11 (20 cm x 25 cm + disiang 2 kali) 16,67 de 13,94 c P12 (20 cm x 25 cm + disiang 3 kali) 22,00 f 12,12 bc BNT 5% 5,1 4,18 berbeda nyata berdasarkan Uji BNT 5%; hst = hari setelah tanam; tn = tidak nyata Pada rerata bobot segar umbi per tanaman (Tabel 6) dan bobot kering umbi per tanaman (Tabel 7) didapatkan hasil paling berat pada perlakuan penyiangan 2 kali dan 3 kali yang disertai dengan berbagai ukuran jarak tanam (P3, P4, P7, P8, P11 dan P12). Penyiangan 2 kali dan 3 kali menghasilkan bobot umbi per tanaman lebih baik dari pada tanpa penyiangan, karena tanaman budidaya tidak hanya berkompetisi dengan tanaman sejenis melainkan dengan gulma. Tingkat kompetisi tertinggi terjadi pada saat periode kritis pertumbuhan sehingga pengendalian gulma harus dilakukan tepat pada waktunya (Jamilah, 2013). Sumarni et al (2012) menjelaskan bahwa makin rapat jarak tanam maka makin rendah hasil umbi segar per tanaman dan umbi kering per tanaman Hal ini disebabkan karena makin rapat jarak tanam, maka persaingan antar tanaman semakin besar sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dan berproduksi secara maksimal (Stallen dan Hilman, 1991).

Tabel 8 Rerata Komponen Hasil Tanaman Bawang Merah 553 Wulandari, dkk, Jarak Tanam dan... Jumlah umbi Bobot umbi Bobot umbi per petak kering (g/petak) kering (ton ha -1 ) P1 (20 cm x 15 cm + tanpa disiang) 231,00 a 293,00 a 2,78 a P2 (20 cm x 15 cm + disiang 1 kali) 271,67 a 708,67 abc 6,73 abc P3 (20 cm x 15 cm + disiang 2 kali) 332,33 bc 793,33 bc 7,54 bc P4 (20 cm x 15 cm + disiang 3 kali) 376,33 cde 882,33 cd 8,39 cd P5 (20 cm x 20 cm + tanpa disiang) 231,67 a 356,00 ab 3,16 a P6 (20 cm x 20 cm + disiang 1 kali) 333,33 bc 833,33 c 7,41 bc P7 (20 cm x 20 cm + disiang 2 kali) 358,33 cd 1090,00 cde 9,69 cde P8 (20 cm x 20 cm + disiang 3 kali) 407,33 de 1399,33 e 12,44 de P9 (20 cm x 25 cm + tanpa disiang) 234,33 a 364,00 ab 3,46 ab P10 (20 cm x 25 cm + disiang 1 kali) 285,00 ab 677,00 abc 6,44 acd P11 (20 cm x 25 cm + disiang 2 kali) 360,00 cd 1018,00 cde 9,69 cde P12 (20 cm x 25 cm + disiang 3 kali) 420,33 e 1316,33 de 12,53 e BNT 5% 55,03 446,53 4,09 Komponen Hasil Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan berbagai ukuran jarak tanam dengan frekuensi penyiangan berpengaruh nyata pada jumlah umbi, bobot umbi kering (g/petak) dan bobot umbi kering (ton ha -1 ) (Tabel 8). Hasil paling rendah didapatkan pada perlakuan berbagai ukuran jarak tanam dengan tanpa penyiangan dan penyiangan 1 kali (P1, P2, P5, P6, P9 dan P10) jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sedangkan hasil tertinggi di dapatkan pada perlakuan jarak tanam 20 cm x 20 cm (P8) dan jarak tanam 20 cm x 25 cm (P12) yang disiang 3 kali. Ini sesuai dengan hasil penelitian Afrida (2005) bahwa jarak tanam 20 cm x 20 cm dapat memberikan respon yang baik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah dibandingkan dengan jarak tanam yang rapat. Jarak tanam rapat akan menyebabkan terjadinya persaingan antar tanaman budidaya itu sendiri dalam perebutan unsur hara dan air. Persaingan antar tanaman terhadap unsur hara dan sinar matahari mengakibatkan turunnya penampilan baik pada bagian tertentu maupun seluruh tanaman tersebut (Sitepu et al, 2013). KESIMPULAN Perbedaan jarak tanam dan frekuensi penyiangan berpengaruh nyata pada peubah pertumbuhan tanaman bawang merah, yang meliputi : panjang tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, luas daun, bobot segar umbi, bobot kering umbi, bobot segar total tanaman dan laju pertumbuhan tanaman. Penggunaan jarak tanam 20 cm x 20 cm dan 20 cm x 25 cm yang disertai dengan penyiangan 3 kali menghasilkan bobot umbi paling tinggi sebesar 12,44 ton ha -1 dan 12,53 ton ha -1. DAFTAR PUSTAKA Abdullatif, Z. 1999. Penerapan Pengendalian Gulma dan Waktu Sisipan Tanaman Cabai (Capsicu annum L) Pada Kerapatan populasi Tanaman Bawang Merah (Allium cepa var. aggregatum L). Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor: Bogor. Afrida, E. 2005. Efektifitas Penggunaan Pupuk Organik A32 dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L) Varietas Brebes. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. J. Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. 3 (1): 44-47. BPS. 2013. Tabel Luas Panen- Produktivitas-Produksi Tanaman Bawang Merah Seluruh Provinsi (Online). Available at http://www.bps.gp.id. Diakses 28 Oktober 2012.

554 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 4 Nomor 7, Oktober 2016, hlm. 547-553 Hamdani., S.J. 2008. Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah Kultivar Kuning Pada Status Hara P Total Tanah dan Dosis Pupuk Fospat yang Berbeda. J. Agrikultura. 19 (1): 42-49. Indrayanti., L.A. 2010. Pengaruh Jarak tanam dan Jumlah Benih Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Jagung Muda. J. Media Sains. 2 (2): 153-196. Jamilah. 2013. Pengaruh Penyiangan Gulma dan Sistem Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L). J. Agrista. 17 (1): 28-35. Napitupulu dan Winarto. 2010. Pengaruh Pemberian Pupuk N dan K Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah. J. Hortikultura. 20 (1): 27-35 Sitepu, H.B., Ginting, S., dan Mariati. 2013. Respon Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Asal Biji Terhadap Pemberian Pupuk Kalium dan Jarak Tanam. J. Online Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. 1 (3): 711-724. Stallen, MPH dan Hilman,Y. 1991. Effect of plant density and bulb size on yield and quality of shallot. Buletin Peneitian Hortikultura., 20 (1): 25-117. Sumarni, N., Rosliani, R., dan Suwandi. 2012. Optimasi Jarak Tanam dan Dosis Pupuk NPK Untuk Produksi Bawang Merah dari Benih Umbi Mini di Dataran Tinggi. J. Hortikultura. 22 (2):148-155. Supriono. 2000. Pengaruh Dosis Pupuk Urea Tablet Dan jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai Kultivar Sindoro. J.Agrosains. 2 (2): 64-71. Tarigan, H.D., Irmansyah, T., dan Purba, E. 2013. Pengaruh Waktu Penyiangan Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Sorgum (Sorgum bicolor L.). J. Online Agroekoteknologi. 2 (1): 86-94. Utomo, I.H., Lontoh, Rosilowati dan Handayaningsih. 1986. Kompetisi Teki (Cyperus rotundus L.) dan Gelang (Portulaca oleraceae) Dengan Tanaman Hortikultura. Prosiding Konperensi Ke VIII. HIGI. Bandung.