PERAN GURU PENDIDIKAN JASMANI DALAM UPAYA PREVENTIF BENCANA ALAM GUNUNG BERAPI PADA SISWA JENJANG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI DAERAH SLEMAN

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT PEMAHAMAN GURU PENJASORKES PADA PELAKSANAAN EVALUASI HASIL BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI KABUPATEN SLEMAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013

TINGKAT PENGETAHUAN GURU PENJAS SEKOLAH DASAR NEGERI SE- KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA TERHADAP GAYA MENGAJAR LATIHAN

TANGGAPAN SISWA KELAS IV TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SDN 1 KARANGREJO TAHUN 2017

TANGGAPAN SISWA KELAS VII TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMP NEGERI 2 PLERET

MOTIVASI KELAS UNGGULAN DAN KELAS REGULER DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN JASMANI SMP SE- KECAMATAN KROYA KABUPATEN CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

MOTIVASI SISWA MEMILIH KELAS KHUSUS BAKAT ISTIMEWA OLAHRAGA (BIO) DI SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA

TINGKAT PEMAHAMAN AKTIVITAS RENANG PADA SISWA KELASXI SMAN 1 JOGONALAN KABUPATEN KLATEN T.A 2016/2017

TANGGAPAN PESERTA DIDIK TERHADAP PEMBELAJARAN KEBUGARAN JASMANI DI KURIKULUM 2013 KELAS X SMK N 1 DEPOK SLEMAN

Keywords: Difficulties of physical education teachers, Learning aquatic

FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN SENAM LANTAI MENURUT PENDAPAT PESERTA DIDIK KELAS X DI SMK NEGERI 1 KASIHAN KABUPATEN BANTUL

PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI DI SMP SE-KABUPATEN BANJARNEGARA

Penggunaan Media Dalam Pembelajaran...(Friza Muhammad)

IN PRAMBANAN STATE SENIOR HIGH SCHOOL KLATEN

MINAT SISWA KELAS XI SMA N 1 PUNDONG KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TAHUN AJARAN 2015/2016

TINGKAT PEMAHAMAN SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI SMP NEGERI SE-KECAMATAN PANDAK KABUPETEN BANTUL TERHADAP PERATURAN PERMAINAN BOLA VOLI

PERAN GURU PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL DIY TAHUN

TINGKAT KEAKTIFAN SISWA KELAS V DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN TONNIS DI SD N 01 REJOSARI KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2015/2016

SIKAP SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENJAS DI SMP NEGERI 2 MLATI SLEMAN YOGYAKARTA E-JOURNAL

TINGKAT KREATIVITAS GURU DALAM MENYIKAPI KETERBATASAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN JASMANI

TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS (PENJAS ADAPTIF) DI SEKOLAH DASAR INKLUSI SE-KECAMATAN SENTOLO

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN PJOK MATERI BELADIRI DI SLTA SE-KECAMATAN SRAGEN

TINGKAT KESULITAN BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA KELAS V SD NEGERI SE KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

MINAT SISWA KELAS V SD N PERCOBAAN 4 WATES TERHADAP PEMBELAJARAN AKTIVITAS RITMIK TAHUN AJARAN 2015 / 2016

MINAT SISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMP NEGERI 2 TEMPEL KAB. SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KETERAMPILAN BERMAIN BOLABASKET SISWA PUTRA KELAS X SMA NEGERI 2 KLATEN TAHUN AJARAN 2015/2016

TINGKAT MINAT SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN GULING DEPAN KELAS VIII TAHUN AJARAN 2016/2017 DI SMP NEGERI 7 KOTA MAGELANG

MOTIVASI ORANG TUA MENGIKUTSERTAKAN PUTRA/PUTRINYA OLAHRAGA BELA DIRI TAEKWONDO DOJANG EKADANTA RINDAM MAGELANG

FAKTOR PENDUKUNG PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI DI SMK MUHAMMDIYAH 1 PRAMBANAN KLATEN TAHUN AJARAN 2015/2016

Tingkat Kesegaran Jasmani...(Said Erwan Susanto)1

Tingkat Keterlaksanaan Administrasi (Sumi Fitriana)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didik kelas VII di SMP Negeri 2 Pariaman, maka dalam penelitian ini

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DENGAN KESEGARAN JASMANI SISWA PUTRI KELAS VIII SMP N 3 DEPOK YOGYAKARTA

MOTIVASI BERMAIN KASTI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KRATON YOGYAKARTA

PELAKSANAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA

MINAT SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 NGAGLIK TERHADAP PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI

UNJUK KERJA PASSING BAWAH BOLAVOLI SISWA KELAS V SD NEGERI NGLERI KECAMATAN PLAYEN GUNUNG KIDUL

IMPLEMENTASI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU IPS SMP/MTs DI KECAMATAN PANDAK JURNAL SKRIPSI

TINGKAT PENGETAHUAN STRATEGI DAN TAKTIK BAGIPEMAIN SPIRIT FUTSAL AKADEMI KULON PROGO TAHUN 2015 ARTIKEL E-JOURNAL

TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI MINI SISWA KELAS V DAN VI DI SD N PAKEM TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB III METODE PENELITIAN. merumuskan masalah sampai dengan menarik kesimpulan (Purwanto,

KETERLAKSANAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DI SMP MUHAMMADIYAH 8 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

TINGKAT PENGETAHUAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI 1 KUTAWIS, BUKATEJA, PURBALINGGA.

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG POLA HIDUP SEHAT SISWA KELAS V DAN VI DI SD NEGERI JANTEN, KECAMATAN TEMON, KABUPATEN KULONPROGO

BAB III METODE PENELITIAN. kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Penelitian survei ini

Keywords: The level qf physical fitness, elementary school Group IV Donokerto Turi. Tingkat Kesegaran Jasmani...(Tri Harti)1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINGKAT PEMAHAMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA N GODEAN TERHADAP KEBUGARAN JASMANI

KETERAMPILAN MENGAJAR GURU PENJASORKES DI SEKOLAHDASARNEGERI SE- KECAMATAN BANTARKAWUNG KABUPATEN BREBESDALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES

PERSEPSI SISWA KELAS VIII TERHADAP PEMBELAJARAN AKTIVITAS AIR DI SMP NEGERI 2 KLATEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 tanggal 18 20

STUDI PERBANDINGAN KOMPETENSI PRAKTIK KELISTRIKAN OTOMOTIF MAHASISWA LULUSAN SMA DAN SMK PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JPTK FKIP UNS

PERAN GURU PENDIDIKAN JASMANI DALAM UPAYA PREVENTIF BENCANA ALAM GUNUNG BERAPI PADA SISWA JENJANG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI DAERAH SLEMAN

PERILAKU PEDULI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN SANITASI HYGIENE SISWA DI LABORATORIUM TPHP SMK NEGERI 1 PANDAK

Oleh : Lukman Hakim Paryanto

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian

PERSEPSI GURU PENJASORKES SD TENTANG KESELAMATAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENJAS SE-KECAMATAN MANISRENGGO KLATEN JAWA TENGAH.

ABSTRACT RELATED LEARNING MOTIVATION AND LEARNING FACILITY WITH STUDENT ACHIEVEMENT IPS

PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SD SE-KECAMATAN BERBAH

PENGEMBANGAN PERMAINAN LIBERATE HOSTAGES UNTUK PEMBELAJARAN SERVIS BOLAVOLI KELAS X DI SMA NEGERI 1 CANGKRINGAN YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 WATES TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLABASKET

MOTIVATION OF LEARNERS IN FOLLOWING ARCHERY EXTRACURRICULAR IN SD ISLAM TERPADU AR- RAIHAN SUMBERBATIKAN TRIRENGGO, BANTUL ACADEMIC YEAR 2015/2016

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif ( descriptive research).

BAB III METODE PENELITIAN

TINGKAT PEMAHAMAN SISWA KELAS X DAN XI TERHADAP USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DI SMA NEGERI 1 SEYEGAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG DAN MENGHAMBAT PERKEMBANGAN EKSTRAKURIKULER FUTSAL DI SMA NEGERI SE- KABUPATEN KEBUMEN

E-JOURNAL. Oleh: Imam Hariyadi NIM

E-JOURNAL. Oleh : Tri Handoko

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi, Waktu, dan Subyek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau. baru dan menaikan tingkat ilmu serta teknologi.

TINGKAT KEPUASAN PESERTA DIDIK TERHADAP SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN JASMANI TAHUN AJARAN 2015/2016 DI SMA NEGERI 1 BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG SISWA SMK MUHAMMADIYAH 1 BOROBUDUR YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLAVOLI DI SEKOLAH E-JOURNAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebagaimana adanya secara sistematis, akurat, aktual dan kemudian ditentukan

BAB III METODE PENELITIAN

TINGKAT PEMAHAMAN TENTANG BAHAYA MEROKOK PADA SISWA KELAS ATAS SD NEGERI KAWUNGANTEN 07 KECAMATAN KAWUNGANTEN KABUPATEN CILACAP TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Masih dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Muhammadiyah 2 Pekanbaru. Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada. tanggal 23 Agustus sampai 15 September 2014.

PERSREPSI MEMBER VIRENKA GYM FITNESS CENTER TERHADAP STRATEGI PEMASARAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di laksanakan di MTs Negeri Model Limboto.

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII MTs UNIT SEKOLAH BARU (USB) SAGULUNG BATAM

BAB III METODE PENELITIAN. expost facto, karena bertujuan menggambarkan keadaan atau fenomena yang

Hubungan Antara Gaya (Yundhi Arfianto) Kata kunci: Gaya Hidup sehat, Tingkat Kesegaran Jasmani, Kelas VIII

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS ATAS TENTANG PERILAKU HIDUP SEHAT DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH KEDUNGGONG KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO

BAB III METODE PENELITIAN. dipertanggungjawabkan (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009: ).

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dipakai adalah penelitian inferensial. Penelitian inferensial

Oleh: Erlanda Bayu Pratama, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh : Dimas Wicaksono, Universitas Negeri Yogyakarta, : Kompetensi kerja aspek keterampilan dan sikap, kesiapan kerja

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kendari. Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November. mengetahui pengaruh antar variabel yang ada.

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PESERTA UKM TENIS LAPANGAN UNY TERHADAP PERMAINAN TONNIS

BAB III METODE PENELITIAN

PERSEPSI GURU PENJASORKES TERHADAP PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI GURU DI SMP SE-KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015

Oleh: Titis Permatasari Dewi Priyatno, Universitas Negeri

KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI PUSAT KEBUGARAN MERAPI VIEW GYM PERUMAHAN PESONA MERAPI SLEMAN YOGYAKARTA

SURVEI SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SE-KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Transkripsi:

Peran Guru Pendidikan...(Fernando.R.H.M) 1 PERAN GURU PENDIDIKAN JASMANI DALAM UPAYA PREVENTIF BENCANA ALAM GUNUNG BERAPI PADA SISWA JENJANG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI DAERAH SLEMAN THE ROLES OF PHYSICAL EDUCATION TEACHERS FOR PREVENTING THE VOLCANO NATURAL DISASTER TO ALL JUNIOR HIGH SCHOOLS STUDENT S IN SLEMAN Oleh : Fernando Redondo Hero Making Email : fernandoredondo95@gmail.com Abstrak Penelitian ini di latarbelakangi oleh kurangnya peran guru pendidikan jasmani dalam membekali pengetahuan dan keterampilan tentang berapi kepada siswa terkait dengan peranan guru sebagai demonstrator, pengelola kelas, fasilitator, motivator dan evaluator. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei. Teknik pengambilan datanya dengan menggunakan angket. Subjek penelitian ini berjumlah 26 orang dari 20 sekolah. Uji validitas instrumen menggunakan Pearson Product Moment dengan hasil butir soal yang valid berjumlah 37 butir dari 40 pernyataan. Hasil penelitian memiliki persentase dari masing-masing kategori yaitu kategori sangat tinggi dan tinggi sebesar 11,84% atau sebanyak 3 responden, kategori sedang sebesar 50% atau sebanyak 13 responden, kategori rendah sebesar 23,07% atau sebanyak 6 responden dan kategori sangat rendah sebesar 3,85% atau sebanyak 1 responden. Kata Kunci : peran, guru penjas, bencana alam gunung berapi Abstract The background of this research is the lack of teachers of physical education in giving the knowledge about preventing the volcano natural disaster to all junior high school student s in related as demonstrator, administrator, facilitator, motivator and evaluator. This research was a descriptive research with a survey method. The data collection technique used in this research was a questionnaire. 26 physical eduaction teachers of 20 schools were selected as the subject of this research. The collected data were analyzed using a descriptive statistic technique with percentage. The instrument validity test used in this research was Pearson Product Moment with 37 valid questions out of 40 questions. The results show that there are 3 (11,54%) respondents who are in the very high and high category, 13 (50%) respondents who are in the medium category, 6 (23,07%) respondents who are in the low category, and 1 (3,85%) respondents who are in the very low category. Keyword : roles, physical education teachers, volcano natural disaster

Peran Guru Pendidikan...(Fernando.R.H.M) 2 PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang hampir keseluruhannya memiliki wilayah yang berpotensi mengalami bencana alam khususnya gunung meletus. Akibat erupsi merapi tahun 2010 pada sektor pendidikan mengalami kerusakan sebesar Rp.14,96 miliar dan kerugian sebesar Rp.8,84 miliar. Akibat erupsi merapi, 11 sekolah di Kabupaten Sleman mengalami kerusakan parah terkena awan panas (Bappenas dan BNPB, 2011: 39). Pendidikan kebencanaan dapat dilakukan melalui kegiatan pendidikan formal. Sekolah merupakan salah satu media transformasi ilmu pengetahuan yang paling efektif dalam upaya Pengurangan Resiko Bencana (PRB). Pengurangan Resiko Bencana (PRB) ini bertujuan sebagai tindakan preventif dan antisipatif bagi sekolah yang berada di lingkungan rawan bencana. Idealnya sekolah menerapkan pengintegrasian PRB ke dalam kurikulum satuan pendidikan formal baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Kebijakan pengarusutamaan pendidikan bencana kedalam sekolah terutama ditandai dengan terbitnya Surat Edaran Menteri Pendidikan (Kemendiknas) No 70a/MPN/SE/2010 tentang pengarusutamaan bencana ke sekolah oleh Kementerian Pendidikan. Kebijakan ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah harus dapat mengadopsi dan mengembangkan sekolah berbasis program pendidikan bencana berdasarkan kebutuhan dan karakteristik daerah. Namun dalam kenyataannya, pengetahuan mengenai pengurangan risiko bencana secara khusus belum masuk ke dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Semestinya pendidikan tentang resiko bencana mampu diintegrasikan ke dalam pembelajaran. Penyikapan terhadap bencana tersebut sudah seharusnya direspon oleh seluruh warga sekolah, termasuk guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Padahal didalam kurikulum pendidikan jasmani ada materi tentang kebencanaan yang disisipkan di SK dan KD aktivitas luar kelas (ALK) sehingga semestinya guru pendidikan jasmani telah memiliki pengetahuan dan keterampilan kesiapsiagaan bencana. Berdasarkan dari hasil tanya jawab yang dilakukan peneliti dengan 6 siswa berbeda sekolah di daerah rawan bencana gunung Merapi menyatakan bahwa guru penjas tidak pernah menyampaikan pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana. Sehingga pengetahuan kesiapsiagaan dinilai masih kurang dalam penerapan pendidikan di sekolah. Pendidikan jasmani erat hubungannya dengan lingkungan sehingga memiliki kepekaan dengan lingkungan. Guru diharapkan mampu mengembangkan silabus secara mandiri karena guru lebih mengenal karakteristik siswa dan kondisi sekolah serta lingkungannya. Sebagai contoh guru pendidikan jasmani dapat mengembangkan pembelajaran dengan kesiapsiagaan bencana dalam hal ini siswa melakukan permainan sederhana lari menuju titik aman. Namun dalam praktiknya pembelajaran berlari hanya menekankan pada bagaimana siswa mampu melakukan teknik dasar lari dari mulai start, lari dan finish dengan benar. Ini menunjukkan bahwa guru

Peran Guru Pendidikan...(Fernando.R.H.M) 3 pendidikan jasmani kurang mengintegrasikan pendidikan kebencanaan ke dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Dalam perumusan kurikulum di masa depan, guru penjas harus memainkan peran penting untuk mengurangi bahaya bencana alam tersebut melalui kultur gerak pembelajaran penjas yang baik. Kultur gerak dalam hal ini adalah kurang aktifnya guru penjas dalam pembelajaran PJOK. Menurut Crum dalam Depdiknas (2007), pendidikan jasmani dalam era mutahir sekarang ini, diarahkan untuk meningkatkan kebiasaan dan kemampuan dalam menanggapi undangan alam untuk bergerak. Berdasarkan hasil observasi pada guru pendidikan jasmani di daerah rawan bencana gunung Merapi di Sleman diketahui bahwa guru pendidikan jasmani kurang aktif dalam pembelajaran PJOK. Hal itu dapat diketahui karena masih ada guru pendidikan jasmani yang hanya menonton siswanya berolahraga tanpa memberikan pengarahan lebih detail tentang pengalaman gerak yang dialami siswa. Idealnya kompetensi gerak yang dibekalkan kepada siswa dalam pendidikan jasmani tidak sematamata agar siswa berkompeten dalam olahraga saja, melainkan bermakna lebih luas sehingga mencakup ragam pengalaman gerak yang bermakna untuk menyesuaikan diri dengan kondisi alam yang selalu berubah. Sehingga siswa memiliki kemampuan untuk selalu merespon dengan tepat alam lingkungannya, maka materi utama pendidikan jasmani pun harus menyediakan permasalahan gerak untuk dipecahkan. Namun dalam kenyataannya, guru pendidikan jasmani masih kurang dalam menerapkan kultur gerak melalui pendekatan taktis kepada siswa. Kabupaten Sleman adalah salah satu kabupaten yang letaknya secara geografis memang memiliki beberapa wilayah rawan bencana di antaranya letusan gunung merapi. Kondisi geologi di Kabupaten Sleman didominasi dari keberadaan gunung merapi. Kabupaten Sleman memiliki 54 SMP negeri dan 50 SMP swasta. Oleh sebab itu, dirasa perlu seorang guru pendidikan jasmani memberikan pengetahuan tentang kebencanaan bagi peserta didik. Sekolah Menengah Pertama (SMP) termasuk ke dalam jenjang yang mana pola pikir peserta didiknya sudah mulai berkembang optimal. Menurut Piaget dalam Depdiknas (2006: 9), periode yang dimulai pada usia 12 tahun, yaitu yang kurang sama dengan usia peserta didik SMP, merupakan period of formal operation. Pada usia ini, yang berkembang pada peserta didik adalah kemampuan berfikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu secara bermakna tanpa memerlukan objek yang konkrit atau bahkan objek yang visual. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Peran Guru Pendidikan Jasmani Dalam Upaya Preventif Bencana Alam Gunung Berapi Pada Siswa Jenjang Sekolah Menengah Pertama di Daerah Sleman. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut

Peran Guru Pendidikan...(Fernando.R.H.M) 4 Kusumawati (2015: 59) penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya. Menurut Sugiyono (2010: 13) penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang data penelitiannya berupa angkaangka dan analisis menggunakan statistik. Skor dari perolehan penyebaran angket kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif yang dituangkan dalam bentuk pengkategorian dan persentase. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di 24 SMP Negeri dan Swasta di Daerah Sleman yakni di kecamatan Tempel, Turi, Pakem, Cangkringan dan Ngemplak. Penelitian dilakukan pada 6 Mei sampai 20 Mei 2017. Subjek Penelitian Menurut Sugiyono (2010: 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sehingga populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru penjasorkes SMP Negeri dan Swasta di daerah Sleman dan diambil sampel sebanyak 30 orang. Desain Operasional Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2010: 60) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Variabel dalam penelitian ini adalah peran guru pendidikan jasmani dalam berapi pada siswa jenjang Sekolah Menengah Pertama di daerah Sleman. Peran merupakan status yang diberikan kepada seseorang untuk menjalankan kewajibannya sesuai dengan tugas yang telah diberikan kepadanya. Peran guru dapat ditinjau dari faktor guru sebagai demonstrator, pengelola kelas, fasilitator, motivator, dan evaluator. Pengambilan datanya diperoleh melalui angket terhadap guru pendidikan jasmani. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2010: 308) teknik pengumpulan data merupakan langkah utama pada suatu penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan data dan dengan mengetahui teknik pengumpulan data, penelitian akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan memberikan seperangkat pertanyaan kepada responden untuk dijawab melalui angket. Menurut Sugiyono (2010: 199) kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. 2. Instrumen Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono,

Peran Guru Pendidikan...(Fernando.R.H.M) 5 2010: 148). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Skor yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert yang mempunyai empat alternatif jawaban, yaitu: selalu, sering, jarang dan tidak pernah. Validitas dan Reliabilitas Intrumen Menurut Arikunto (2013: 210) tujuan diadakannya uji coba antara lain untuk mengetahui tingkat keterpahaman instrumen, teknik paling efektif dan mengetahui apakah butir pernyataan sudah memadai dan cocok dengan keadaan di lapangan. 1. Uji Validitas Uji validitas instrumen tersebut diolah dengan bantuan program komputer SPSS 24. Dalam hal ini butir pernyataan angket yang sahih atau valid apabila mempunyai harga hitung > r tabel pada taraf signifikan 5% atau 0,05 dengan N. Ujicoba angket dilakukan sebanyak dua kali pada 10 responden guru penjas di 5 SMP Negeri di Klaten dan jumlah butir pernyataan sebanyak 40. Hasil validasi ujicoba instrumen menunjukkan 3 butir penyataan gugur, sehingga jumlah butir yang valid 37. 2. Uji Reliabilitas Pengujian reliabilitas instrumen menggunakan rumus koefisiensi Alpha Cronbarch. Hasil uji reliabilitas instrumen diperoleh dengan menggunakan bantuan program SPSS 24. Dari pengujian tersebut diperoleh koefisiensi keandalan atau reliabilitas sebesar 0.757. Jadi instrumen penelitian ini dinyatakan reliabel dan sudah layak digunakan untuk mengambil data penelitian Teknik analisis data Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik deskriptif secara kuantitatif dengan persentase tentang peran guru pendidikan jasmani dalam berapi pada siswa jenjang Sekolah Menengah Pertama di daerah Sleman.. Selanjutnya, data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan kemudian dilakukan pengkategorian serta menyajikan dalam bentuk histogram. Pengkategorian disusun menjadi lima kategori yaitu menggunakan teknik kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Tabel 1. Acuan Klasifikasi Pengkategorian Saifuddin (2010: 113) No Interval Kategori 1 X M + 1,5 SD Sangat Tinggi 2 M + 0,5 SD < X Tinggi M + 1,5 SD 3 M - 0,5 SD < X Sedang M + 0,5 SD 4 M - 1,5 SD < X Rendah M - 0,5 SD 5 X M - 1,5 SD Sangat Rendah Menurut Anas Sudijono (2006: 43) rumus yang digunakan untk mencari besarnya persentase adalah: P = f N x 100%

Peran Guru Pendidikan...(Fernando.R.H.M) 6 Ket. : P = Persentase f = Frekuensi dalam kategori N = Jumlah responden HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, Peran Guru Penjas Dalam Upaya Preventif Bencana Alam Gunung Berapi Pada Siswa Jenjang Sekolah Menengah Pertama di Daerah Sleman memperoleh nilai maksimum 137, nilai minimum 95, rata-rata 114,80, median 112,50, modus 110, serta standar deviasi (SD) 9,92. Berdasarkan tabel distribusi pengkategorian peran guru penjas gunung berapi pada siswa jenjang Sekolah Menengah Pertama di daerah Sleman yaitu sebanyak 3 responden (11,54 %) memiliki kategori Sangat Tinggi, 3 responden (11,54 %) memiliki kategori Tinggi, 13 responden (50 %) memiliki kategori Sedang, 6 responden (23,07 %) memiliki kategori Rendah dan 1 respoden (3,85 %) memiliki kategori Sangat Rendah. Peran guru penjas gunung berapi pada siswa jenjang Sekolah Menengah Pertama di daerah Sleman dominan Sedang. 50,00% 45,00% 40,00% 35,00% 30,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% 3,85% 23,07% 50% 11,54%11,54% Gambar 1. Diagram Peran Guru Penjas Dalam Upaya Preventif Bencana Alam Gunung Berapi Pada Siswa Jenjang Sekolah Menengah Pertama di Daerah Sleman Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa kategori-kategori peran guru penjas gunung berapi pada siswa jenjang Sekolah Menengah Pertama di daerah Sleman ini muncul dari peran guru sebagai demonstrator, pengelola kelas, fasilitator, motivator dan evaluator. demonstrator berada pada kategori sedang dengan persentase 50 % atau 13 responden, kategori sangat tinggi sebesar 3,85 % atau 1 responden, kategori tinggi sebesar 23,07 % atau 6 responden, kategori rendah sebesar 11,54 % atau 3 responden dan kategori sangat rendah sebesar 11,54 % atau 3 responden. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa peran guru sebagai demonstrator memiliki indikator yang sedang. Hal ini menunjukkan bahwa peran guru penjas sebagai demonstrator dalam berapi cukup baik. Berdasarkan butir

Peran Guru Pendidikan...(Fernando.R.H.M) 7 pernyataan yang telah dijawab, guru penjas kurang maksimal dalam memberikan contoh keterampilan menjaga diri dari bencana alam gunung berapi dan membantu siswa dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Agar pembelajaran tentang keterampilan menjaga diri dari bencana alam mudah dipahami, guru harus berusaha membantunya dengan cara memeragakan secara didaktis. Hampir keseluruhan guru penjas kurang dalam memberikan contoh simulasi pencegahan bencana alam gunung berapi pada pembelajaran intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Hal ini bisa disebabkan karena kurangnya seminar atau simulasi bencana alam gunung berapi dari pemerintahan terkait kepada guru-guru penjas. pengelola kelas berada pada kategori rendah denganpersentase 38,46 % atau 10 responden, kategori sangat tinggi sebesar 7,7 % atau 2 responden, kategori tinggi sebesar 23,08 % atau 6 responden, kategori sedang sebesar 30,76 % atau 8 responden dan kategori sangat rendah sebesar 0 % atau 0 responden. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa peran guru sebagai pengelola kelas memiliki indikator yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa peran guru penjas sebagai pengelola kelas dalam berapi masih kurang. Berdasarkan butir soal yang telah dijawab dapat diketahui bahwa guru penjas kurang dalam mengelola strategi pembelajaran dan menciptakan proses pembelajaran kreatif yang dapat dikaitkan dengan bencana alam gunung berapi. Apabila guru penjas mampu mengelolanya dengan baik dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa sehingga siswa bisa bersikap dengan tepat ketika terjadi bencana gunung berapi. fasilitator berada pada kategori sedang dengan persentase 50 % atau 13 responden, kategori sangat tinggi sebesar 11,54 % atau 3 responden, kategori tinggi sebesar 11,54 % atau 3 responden, kategori rendah sebesar 19,23 % atau 5 responden dan kategori sangat rendah sebesar 7,69 % atau 2 responden. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa peran guru sebagai fasilitator memiliki indikator yang sedang. Hal ini menunjukkan bahwa peran guru penjas sebagai fasilitator dalam upaya preventif bencana alam gunung berapi masih kurang. Berdasarkan butir soal yang telah dijawab dapat diketahui bahwa guru penjas masih banyak yang belum menggunakan kurikulum pendidikan Pengurangan Resiko Bencana (PRB). Guru penjas masih kurang dalam memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan gunung berapi kepada siswa. Padahal guru sebaiknya mampu memberikan fasilitas yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar dan perkembangan siswa. Sehingga siswa mampu beradaptasi secara maksimal dengan lingkungan sekitar sekolahnya. motivator berada pada kategori sedang dengan persentase 34,61 % atau 9 responden, kategori sangat tinggi sebesar 11,54 % atau 3 responden, kategori tinggi sebesar 19,23 % atau 5 responden, kategori rendah sebesar 26,92 % atau 7

Peran Guru Pendidikan...(Fernando.R.H.M) 8 responden dan kategori sangat rendah sebesar 7,7 % atau 2 responden. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa peran guru sebagai motivator memiliki indikator yang sedang. Maka dengan demikian bahwa sebagian besar guru penjas telah memberikan motivasi kepada peserta didiknya. Peran guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru penjas sengaja memberikan suatu penghargaan serta menciptakan kerjasama antar peserta didik sehingga dapat menimbulkan pembelajaran yang positif. evaluator berada pada kategori sedang dengan persentase 50 % atau 13 responden, kategori sangat tinggi sebesar 11,53 % atau 3 responden, kategori tinggi sebesar 7,7 % atau 2 responden, kategori rendah sebesar 26,92 % atau 7 responden dan kategori sangat rendah sebesar 3,85 % atau 1 responden. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa peran guru sebagai evaluator memiliki indikator yang sedang. Berdasarkan hasil tersebut guru penjas sebagai evaluator cukup baik dalam melaksanakan proses evaluasi meskipun belum maksimal dalam perencanaan program pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, merancang alat ukur dan melakukan tes yang dapat meningkatkan sikap preventif peserta didik terhadap bencana alam gunung berapi. Guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Berdasarkan penjabaran masing-masing peran diatas diketahui bahwa peran guru penjas dalam upaya preventif bencana alam gunung berapi pada siswa jenjang Sekolah Menengah Pertama di daerah Sleman lebih dominan pada kategori sedang. Hal ini terbukti bahwa responden yang berada pada kategori sedang adalah sebanyak 13 responden (50 %). Kemudian untuk hasil secara rincinya yaitu sebanyak 3 responden (11,54 %) memiliki kategori sangat tinggi, 3 responden (11,54 %) memiliki kategori tinggi, 13 responden (50 %) memiliki kategori sedang, 6 responden (23,07 %) memiliki kategori rendah dan 1 respoden (3,85 %) memiliki kategori sangat rendah. Dari hasil pembahasan hasil analisis tersebut menjelaskan bahwa hampir seperempat guru penjas telah memiliki peran yang baik gunung berapi yakni sebanyak 23,08 %. Sedangkan lebih dari seperempat guru penjas kurang berperan dalam berapi yakni sebanyak 36,92 %. Hal ini bisa disebabkan karena kurangnya pelatihan bagi guru-guru tentang pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi bencana alam gunung berapi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa besarnya peran guru penjas dalam berapi pada siswa jenjang Sekolah Menengah Pertama di daerah Sleman dominan pada kategori sedang yaitu sebanyak 13 responden (50 %). Sedangkan persentase dari kategori lain, yaitu kategori sangat tinggi 3 responden (11,54 %), kategori tinggi 3 responden (11,54 %), kategori

Peran Guru Pendidikan...(Fernando.R.H.M) 9 rendah 6 responden (23,07 %) dan kategori sangat rendah 1 responden (3,85 %). Saran Berdasarkan hasil penelitian peran guru penjas dalam upaya preventif bencana alam gunung berapi pada siswa jenjang Sekolah Menengah Pertama di daerah Sleman diatas, maka terdapat beberapa saran yang bisa disampaikan oleh peneliti yaitu: 1. Kepada sekolah, agar mampu memberikan dorongan kepada guru-guru agar berperan aktif dalam upaya preventif bencana alam gunung berapi. 2. Kepada guru penjas, agar lebih memaksimalkan perannya sebagai guru dalam upaya preventif bencana alam gunung berapi. 3. Kepada penelitian selanjutnya, agar mengadakan penelitian dengan variabel berbeda sehingga peran guru dalam upaya preventif bencana alam gunung berapi dapat teridentifikasi lebih luas. Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Depdiknas Depdiknas. (2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Penjasorkes. Jakarta: Depdiknas Kemendiknas. Surat Edaran No 70a/MPN/SE/2010 tentang Pengarusutamaan Bencana ke Sekolah. Jakarta: Kemendiknas Kusumawati, M. (2015). Penelitian Pendidikan Penjasorkes (Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan). Bandung: Alfabeta Sudijono, A. (2012). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Azwar, S. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bappenas & BNPB. (2011). Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana Erupsi Gunung Merapi Provinsi DIY dan Provinsi Jateng. Jurnal Bappenas & BNPB. Depdiknas. (2006). Panduan Pengembangan Silabus Sekolah