PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman karet merupakan tanaman yang berasal dari Negara Brazil. Di

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

2014 TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini peneliti akan menyajikan kesimpulan yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan atau badan usaha termasuk di dalamnya BUMN perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam di sektor pertanian dan perkebunan. Adapun produksi di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, artinya kegiatan pertanian

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pedesaan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil. Teori

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sebagai salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor perkebunan sebagai bag ian dari. pengolahan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi nyata.

BAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perkebunan teh PTPN VIII Ciater Subang merupakan perkebunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam. meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan

TINJAUAN PUSTAKA. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua,

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB V KESIMPULAN. wilayahnya yang sebelumnya berbasis agraris menjadi Industri. Masuknya Industri

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

KAJIAN TENTANG HUBUNGAN PATRON KLIEN PEMETIK TEH DI PTPN VIII MALABAR DESA BANJARSARI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah trofis dengan luas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (pendapatan) yang tinggi. Petani perlu memperhitungkan dengan analisis

Perluasan Lapangan Kerja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. indikator perkembangan ekonominya. Perkembangan ekonomi yang telah

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan devisa. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah satu Badan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, tetapi berasal dari Afrika Barat. Invasi kelapa sawit pertama

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

Krisis moneter yang melanda lndonesia menyebabkan hancurnya industri

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. ketat, kinerja perusahaan dituntut harus terus meningkat agar perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana

1. PENDAHULUAN. Komoditi perkebunan pada saat krisis ekonomi telah mampu. memberikan kontribusi melalui peningkatan kegiatan bersifat padat karya,

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri manufaktur dan sebagai sumber devisa negara. Pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada tahun 2007 Indonesia dikenal sebagai negara penghasil teh terbesar nomor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Historiografi. (Jakarta: PT Gramedia.1985) Hal Wawancara dengan Adi Waluyo, 40. tahun peteni etnis Jawa desa Rami Mulya, 29 Desember

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang gencargencarnya

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kajian mengenai perkembangan industri moci di Cikole dan dampaknya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Perkebunan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian regional secara keseluruhan. Sistem perkebunan masuk ke Indonesia pada akhir Abad ke-19, perkebunan hadir sebagai sistem perekonomian pertanian baru yang dibawa oleh pemerintah Hindia Belanda. Definisi perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Karakteristik yang melekat dalam ekonomi perkebunan adalah sistem perekonomian pertanian kapitalistik, dimana keuntungan yang sebesarbesarnya merupakan tujuan utama. Sehingga ekspor komoditas harus diprioritaskan untuk memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Bagi Indonesia sendiri kepentingan terhadap sektor perkebunan diawali dengan proses Nasionalisasi seluruh perkebunan yang ada di wilayah Indonesia. Kabupaten Subang pada awal Abad ke-20 merupakan pusat sentra perkebunan yang hingga kini masih terlihat menampakan sisa-sisa wajah kota perkebunan (Meinanda, 1999, hlm. 20). Hingga Abad ke-21 tersebar beberapa komoditas perkebunan di wilayah Kabupaten Subang, seperti perkebunan karet, tebu, teh dan kelapa sawit. Salah satunya adalah perkebunan Jalupang yang membudidayakan tanaman karet. Lokasi perkebunan karet Jalupang terletak di jalan Raya Cipeundeuy KM.20, Desa Lengkong, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Lokasi ini meliputi areal kantor beserta pabrik produksi pengolahan karet yang ditempati sejak tahun 1999. Perkebunan karet Jalupang tersebar di beberapa wilayah seperti di desa Lengkong, desa Jalupang, desa Cipeundeuy dan desa Sukareja yang notabene masuk ke dalam wilayah kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Subang.

2 Perkebunan karet Jalupang mengalami beberapa pergantian masa kepemimpinan, dalam arsip perkebunan disebutkan pekebunan ini mengalami tiga masa pergantian, yaitu masa pemerintahan Belanda-Inggris, Jepang, dan masa pasca kemerdekaan. Pada pasca kemerdekaan perkebunan mengalami proses Nasionalisasi, dimana perkebunan perlahan dinasionalisasikan menjadi milik Indonesia dari tangan Inggris yang dimulai pada tahun 1970. Pada prosesnya banyak terjadi perubahan kebijakan dan perubahan nama perkebunan, hingga akhirnya pada tanggal 11 Maret 1996 berdasarkan pada peraturan pemerintah No.13/1996, perkebunan karet Jalupang resmi berganti nama menjadi PTPN VIII (PERSERO) Kebun Jalupang. Perkebunan telah menyediakan lapangan pekerjaan yang luas dan perkebunan memiliki kedudukan yang strategis dalam menunjang pembangunan. Sehingga dapat memberikan kontribusi yang cukup baik bagi perekonomian masyarakat dan menyebabkan keadaan sosial masyarakat lebih baik. Keberadaan perkebunan tidak hanya terbatas penghasil devisa, tetapi berperan dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya, serta langsung menunjang pembangunan perekonomian masyarakat. Hal tersebut terjadi pula pada perkebunan karet Jalupang yang memperkerjakan buruh perkebunan yang sebagaian besar merupakan penduduk yang ada di sekitarnya, khususnya masyarakat Kecamatan Cipeundeuy. Dalam hal ini yang dimaksud masyarakat Cipeundeuy adalah mereka yang hidup dan tinggal menetap di kecamatan Cipeundeuy serta bekerja di perkebunan. Dengan bekerja mereka berharap adanya perubahan sosial, dan bekerja di perkebunan adalah sebagai bentuk usaha yang dilakukan dan yang terpikir dahulu untuk memperbaiki nasibnya. Maka dari itu keberadaan perkebunan sedikit banyak telah mengakibatkan terjadinya perubahan sosial dan ekonomi di masyarakat sekitar perkebunan. Pengertian Perubahan sosial sendiri Menurut Gillin dan Gillin (dalam Soekanto, 1990 hlm.337) mengatakan: Perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.

3 Perkebunan tidak hanya memberikan kesempatan kerja, tetapi memberikan suatu harapan untuk terciptanya perubahan sosial ekonomi buruh ke arah yang positif. Perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar perkebunan diharapkan merupakan perubahan ke arah yang lebih baik, dalam arti mereka dapat memperbaiki tatanan kehidupan sosial-ekonomi mereka setelah mereka bekerja di perkebunan. Dalam suatu usaha perkebunan, pembangunan perkebunan merupakan upaya mensejahterakan masyarakat melalui pengembangan komoditas perkebunan. Pengalaman selama ini menunjukan bahwa tidak semua keberhasilan dalam meningkatkan produksi perkebunan berdampak pada pemenuhan pendapatan dan taraf hidup buruh perkebunan. Ini merupakan salah satu hal yang menarik untuk dikaji mengenai seberapa besar kontribusi yang diberikan perkebunan kepada masyarakat sekitar. Keberadaaan perkebunan karet Jalupang memberikan gambaran bahwa terdapat hubungan yang erat dan saling ketergantungan antara perkebunan dan masyarakat yang bekerja pada perkebunan. Hubungan yang ada di antara pekerja dan perkebunan berupa hubungan timbal balik, dimana perkebunan merupakan pusat penghidupan bagi masyarakat sekitar untuk mendapatkan penghasilan demi menyambung hidupnya. Pekerja juga dibutuhkan oleh perkebunan karena sebagian proses produksi terjadi secara manual, seperti halnya penyadapan getah karet, sehingga pekerja merupakan faktor utama dari berjalannya proses produksi di perkebunan. Tenaga kerja yang murah dan tidak terdidik dibutuhkan oleh perkebunan untuk menunjang naiknya produktivitas, karena dengan pendidikan yang rendah mereka cenderung pasif dalam menerima segala kebijakan yang diterapkan perkebunan. Adanya perkebunan karet Jalupang diharapkan agar mampu menyerap tenaga kerja yang berasal dari sekitar perkebunan. Tenaga kerja penyadap di perkebunan karet Jalupang sebagian besar merupakan pekerjaan turun temurun, secara historis mereka lahir, menyambung hidup, menikah dan meninggal masih di dalam lingkungan perkebunan. Kehidupan penyadap yang seperti itu di perkebunan karet Jalupang mengakibatkan mobilitas sosial sangat lambat

4 dan cenderung statis. Sebagai gambaran seorang penyadap untuk dapat naik ke jenjang yang lebih tinggi sebagai mandor sangatlah sulit, karena dalam struktur sosial masyarakat perkebunan kurang memberikan peluang untuk mengadakan perubahan perubahan bagi kehidupan buruh untuk lebih maju dan sejahtera. Meskipun pada hakikatnya mereka ingin untuk bekerja diluar perkebunan tetapi hal tersebut tidak dilakukan, mengingat pendidikan disekitar mereka adalah lulusan Sekolah Dasar. Dalam melakukan sistem rekruitmen buruh di perkebunan karet Jalupang tidaklah sulit, yang jelas mereka yang sudah terampil menyadap karet dapat langsung diterima, pekerjaan lainnya adalah sebagian besar di lapangan seperti pembersih areal perkebunan, pemupukan, pengairan, dan bagian kayu adalah para pekerja yang berasal dari daerah sekitar perkebunan. Situasi perekonomian perkebunan tentunya berpengaruh terhadap pekerjanya. Turun naiknya hasil produksi turut mewarnai kegiatan perekonomian di perkebunan karet Jalupang. Pada tahun 1991 perkebunan karet Jalupang mengalami masa dimana terjadi kenaikkan produksi yang begitu signifikan, sehingga menyebabkan naiknya upah pekerja. Tahun 1991 dikenal dengan tahun top produksi di kalangan buruh perkebunan pada saat itu, dimana pekebunan mengalami masa kenaikan produksi dan memulai masa top produksi. Masa top produksi adalah masa dimana produksi tanaman karet memuncak karena banyak areal yang berada dalam masa TM (Tanaman menghasilkan) sehingga produksi naik hingga 50% (wawancara dengan bapak Tatang, 23 Oktober 2014). Hal tersebut tentunya berdampak pula terhadap buruh perkebunan, naiknya produksi berbanding lurus dengan naiknya kebutuhan buruh yang perlukan oleh perkebunan dan naiknya upah yang diterima oleh buruh. Suatu kegiatan produksi tentunya membutuhkan SDM yang memadai baik dalam segi jumlah maupun kemampuannya. Bila di dalam suatu produksi mengalami kekurangan tenaga kerja maka produksi tidak akan berjalan dengan optimal. Kekurangan tenaga kerja bisa diatasi dengan proses perpindahan penduduk. Proses perpindahan penduduk biasa dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memperbaiki kehidupan dalam bidang materil. Seperti yang dikatakan

5 Suharso dalam Mulyadi yang memperkuat pendapat adanya kaitan antara migrasi dengan aspek ekonomi, dikatannya bahwa sebagian besar migran yang meninggalkan desa tidak memiliki tanah dan pekerjaan tetap karena itu tujuannya pindah untuk mendapatkan lapangan pekerjaan (Mulyadi, 2003, hal.130. Selain para pekerja yang berasal dari daerah Kecamatan Cipeundeuy, pada tahun 1991 banyak pekerja yang didatangkan dari luar daerah Kabupaten Subang untuk dipekerjakan di perkebunan, seperti dari Garut, Tasik, Jakarta, Indramayu (wawancara dengan bapak Tatang, 23 Oktober 2014). Hal tersebut terjadi karena perkebunan karet Jalupang sedang mengalami masa kenaikan produksi yang tentunya perkebunan membutuhkan tambahan pekerja untuk membantu proses produksi yang saai itu meningkat hampir 50%. Para pekerja tentunya berdatangan karena mereka menginginkan lapangan pekerjaan untuk memperbaiki kondisi ekonominya. Perusahaan tidak akan selamanya berada dalam masa stabil, dalam usaha perkebunan pasti terjadi pasang surut yang ikut mewarnai dinamika proses produksi. Ketika tahun 2006 penurunan produksi perlahan mulai terjadi di perkebunan karet Jalupang, penurunan produksi yang terjadi di perkebunan karet Jalupang diakibatkan karena penebangan secara berangsur-angsur tanaman karet dengan tahun tanam (TT) tua, kegiatan tersebut terus dilakukan karena diperlukan penanaman ulang (re-planting) mengingat tanaman karet yang semakin tua sudah tidak menghasilkan getah karet. Kegiatan penebangan terus dilakukan sehingga mengurangi areal tanaman menghasilkan (TM) yang secara otomatis mengurasi jumlah produksi karet dan puncaknya terjadi pada tahun 2009 karena dibarengi dengan hilangnya areal tanaman menghasikan (TM) seluas 17 Hektar yang digunakan untuk keperluan pembuatan jalan Tol. Tentunnya hal tersebut sedikit banyak mempengaruhi kondisi sosial-ekonomi buruh perkebunan karena berkurangnya jumlah produksi akan berpengaruh kepada upah yang didapatkannya. Dari pernyataan pernyataan yang telah diuraikan, maka penelitian mengenai peranan dari perkebunan karet Jalupang di wilayah Cipeundeuy ini penting dilakukan dan mengingat perkebunan memiliki peranan yang cukup

6 penting bagi perekonomian masyarakatnya. Berdasarkan penjelasan keterhubungan tersebut penulis mengkaji dan merumuskan penelitian mengenai bagaimana keberadaan perkebunan karet Jalupang memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Kecamatan Cipeundeuy yang berprofesi sebagai buruh sadap di perkebunan karet Jalupang dari tahun 1991 hingga 2009. Adapun alasan pertama yang mendorong penulis mengambil penulisan judul ini adalah karena penulis tertarik untuk mengangkat mengenai sejarah perkebunan yang banyak mengalami perubahan baik dari segi proses produksi dan juga mngenai kondisi tenaga kerja perkebunan. Kedua, kurun waktu yang diambil tahun 1991 karena pada tahun tersebut perkebunan sedang mengawali dan mengalami masa top produksi, dimana produksi meningkat karena pada saat itu tanaman karet sedang dalam masa TM (Tanaman Menghasilkan) sehingga mempekerjakan lebih banyak buruh. Sedangkan tahun 2009 diambil oleh penulis adalah masa dimana perkebunan mulai kehilangan areal lahan TM (Tanaman menghasilkan) karena adanya upaya re-planting dan penggunaan lahan seluas 17 Hektar untuk jalan Tol, maka dengan otomatis produksi pun telah menurun. Alasan yang ketiga dikarenakan perkembangan sejarah perkebunan karet Jalupang ini ketika masa kolonial hingga kini merupakan suatu hal yang menarik untuk dikaji karena mengingat sedikit- banyaknya telah terjadi beberapa pergantian kepemilikan dan telah terjadi beberapa perubahan kebijakan yang signifikan terhadap perkebunan karet Jalupang. Lalu ketidaktahuan akan sejarah perkebunan terkadang membuat warga sekitar yang tidak berkepentingan terhadap perkebunan seringkali merusaknya, padahal itu adalah merupakan bagian dari sejarah masa lalu yang memberikan kontribusi positif hingga saat ini, serta banyak dari warga sekitar terutama kalangan pemuda nya tidak mengetahui akan sejarah perkebunan daerahnya sendiri. Berangkat dari hal tersebut, saya berniat untuk menulis skripsi dengan judul Peranan Perkebunan Karet Jalupang Terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Cipeundeuy Kabupaten Subang (1991-2009).

7 1. 2. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang pemikiran yang dikemukakan peneliti di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih mendalam mengenai kehidupan masyarakat di sekitar perkebunan karet Jalupang. Secara garis besar yang menjadi pokok permasalahan adalah bagaimana perkembangan dan peranan perkebunan karet Jalupang terhadap kehidupan sosial-ekonomi buruh sadap di Kecamatan Cipeundeuy dari tahun 1991-2009. Untuk mempermudah dan mengarahkan dalam pembahasan, maka penulis membuat batasan dalam rumusan masalah. Batasan-batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan perkebunan karet Jalupang antara tahun 1991-2009? 2. Bagaimana kendala-kendala dan upaya yang dilakukan buruh sadap selama bekerja di perkebunan karet Jalupang antara tahun 1991 2009? 3. Bagaimana kontribusi perkebunan karet Jalupang terhadap buruh sadap dalam memenuhi kebutuhan hidup di bidang sosial-ekonomi antara tahun 1991-2009? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat sekitar perkebunan karet Jalupang dalam rentang kurun waktu 1991-2009 serta kontribusi apa yang telah diberikan perkebunan karet Jalupang kepada masyarakat sekitar Kecamatan Cipeundeuy. Selain itu penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk : 1. Memperoleh gambaran umum tentang keadaan masyarakat Cipeundeuy khususnya mereka yang bekerja di perkebunan, lokasi serta keadaan geografis Kecamatan Cipeundeuy dan perkebunan karet Jalupang, serta perkembangan perkebunan karet Jalupang dalam kurun waktu 1991-2009. 2. Mendeskripsikan bagaimana kehidupan buruh sadap perkebunan karet Jalupang serta tantangan dan upaya apa yang dilakukan buruh dalam

8 bekerja sebagai pekerja di perkebunan maupun sebagai masyarakat di Kecamatan Cipeundeuy dalam segi sosial ekonomi dalam kurun waktu 1991-2009. 3. Mendeskripsikan mengenai upaya-upaya yang dilakukan oleh perkebunan karet Jalupang terhadap buruh dalam memenuhi kebutuhan hidup di bidang sosial-ekonomi antara kurun waktu 1991-2009. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini secara umum bertujuan untuk menperoleh gambaran mengenai peranan perkebunan karet Jalupang terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Subang Tahun 1991-2009. Adapun secara khusus penelitian ini dibuat agar bermanfaat untuk: 1. Memberikan kegunaan baik kepada penulis maupun pembaca, yaitu berguna sebagai wahana penambah pengetahuan sejarah lokal seputar sejarah perkebunan karet Jalupang di Kecamatan Cipeundeuy kabupaten Subang. 2. Dapat dijadikan bahan pertimbangan, pemikiran serta perbandingan dalam penulisan sejarah lokal lainnya yang berkaitan dengan kajian yang diteliti. 1.5. Struktur Organisasi Skripsi Bab I Pendahuluan, dalam bab ini antara lain dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian. Serta struktur penelitian dari kajian tentang peranan perkebunan karet Jalupang terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Kecamatan Cipeundeuy kabupaten Subang (1991-2009). Bab II Tinjauan Pustaka, disini menjelaskan mengenai litelatur yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dikaji mengenai kehidupan masyarakat di sekitar perkebunan karet Jalupang. Pertama, karakteristik masyarakat perkebunan, bagian ini memaparkan mengenai karakteristik kehidupan masyarakat pedesaaan dilingkup perkebunan. Kedua, kebijakan pemerintah terhadap perkebunan, dalam bagian ini akan dipaparkan mengenai

9 mengenai bagaimana upaya dan peranan pemerintah terhadap permasalahan perkebunan. Ketiga, perubahan sosial ekonomi masyarakat perkebunan, bagian ini akan memaparkan mengenai perubahan perubahan baik dari aspek sosial maupun ekonomi dari masyarakat sekitar perkebunan. Keempat, adalah masalah perburuhan, pada bagian ini akan dipaparkan mengenai masalah perburuhan yang sering terjadi di perkebunan. Bab III Metodologi dan teknik penelitian, bab ini dibahas langkah langkah seperti metode dan penulisan yang dipergunakan oleh peneliti dalam memperoleh sumber, pola pengolahan sumber dengan melakukan kritik eksternal dan internal, interpretasi, yaitu menganalisis dan melakukan sintesis terhadap fakta-fakta yang telah didapatkan dari kegiatan sebelumnya. Historiografi merupakan hasil akhir dari penelitian dan dijadikan laporan sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku di UPI. Bab IV pembahasan, pada bab ini membahas uraian mengenai penjelasan- penjelasan tentang aspek aspek yang ditanyakan dalam rumusan masalah. Bab ini juga membahas sejarah perkebunan karet Jalupang, kehidupan sosial ekonomi buruh perkebunan dan peran keberadaan perkebunan terhadap masyarakat di sekitar perkebunan. Bab V kesimpulan, dalam pembahasan bab ini menyajikan penafsiran secara terpadu terhadap semua hasil penelitian yang diperoleh tentang Peranan Perkebunan Karet Jalupang Terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Cipeundeuy Kabupaten Subang (1991-2009). Temuan hasil penelitian di lapangan yang telah dibahas pada bab IV dan hasil penjelasan pada bab-bab sebelumnya yang telah diuraikan peneliti lalu disimpulkan dalam sebuah analsis.