BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Penerapan Good

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa, sejak kemerdekaan hingga sekarang, banyak pengalaman dan pelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan, akhirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. demorasi secara langsung, desa juga merupakan sasaran akhir dari semua program

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good

Good Governance. Etika Bisnis

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

Bagian Hukum dan HAM pada Sekretariat Daerah Kota Bandung KATA PENGANTAR

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Padanan kata governance dalam bahasa Indonesia adalah penadbiran, yang berarti

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan

PEMBENTUKAN TIM PENGAWAS INTELIJEN NEGARA SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Ini memberikan implikasi terhadap

Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

dipersyaratkan untuk terselenggaranya tata kelola pemerintahan secara efektif dan efisien serta mampu mendorong terciptanya daya saing daerah pada tin

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula. perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ditandai

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Daerah yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD, menangkap aspirasi yang berkembang di masyarakat, yang kemudian

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH

BAB I PENDAHULUAN. paket kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 tentang

PENEGAKAN HUKUM DAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK 1

SEJARAH PERTUMBUHAN KONSEP DAN PRAKTEK GOVERNANCE

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA - SKPD )

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah

PENETAPAN KINERJA (TAPKIN)

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. Demokrasi mempunyai posisi sebagai bentuk atau mekanisme sistem

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kinerja yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta caracara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. fungsi-fungsi tersebut. Sebagaimana lembaga legislatif DPRD berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain pemerintah

I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi diawal 1998 dapat dikatakan tonggak perubahan bangsa Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

BAB I PENDAHULUAN. warganya, dan pasar dengan warga. Dahulu negara memposisikan dirinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan

PRAKTEK KEKUASAAN ELIT POLITIK DALAM DEMOKRASI (SUATU STUDI KASUS PENYUSUSUNAN PERATURAN DESA OLEH BPD DESA SUM TAHUN 2015)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

I. PENDAHULUAN. yang terdapat dalam organisasi tersebut. Keberhasilan untuk mencapai

TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam mewujudkan good governance. Hal ini tercermin dari kinerja

1 Pendahuluan. Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Kab. Pasuruan 1

B. Maksud dan Tujuan Maksud

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB V PENUTUP. menyimpulkan bahwa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia

PEMBINAAN ORGANISASI MITRA PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi di beberapa daerah kota/kabupaten di Indonesia diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan politik di Indonesia saat ini mewujudkan administrasi negara yang

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

BAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 Angka 5 memberikan

I. PENDAHULUAN. desa. Salah satu tujuan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

OLEH : DR. SURANTO DOSEN JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN UMY

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan fungsinya. Menurut World Bank, Good Governance adalah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis harga minyak yang sempat melonjak hingga lebih dari 120 dolar

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

AKUNTABILITAS DALAM SEKTOR PUBLIK. Kuliah 4 Akuntabilitas Publik & Pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Terdapat tiga

Mengetahui bentuk pemerintahan yang baik RINA KURNIAWATI, SHI, MH

IMPLEMENTASI PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAHAN DESA (Studi Kasus di Kantor Kepala Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap konsep government yang terlalu meletakkan negara (pemerintah) dalam posisi yang terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik yang mempunyai kekuatan pemaksa secara sah yang merepresentasikan kepentingan publik. Mekanisme pemerintahan yang paling menentukan adalah kapasitas ruling dan regulating, yang membuat pemerintah mampu mengarahkan dan mengatur semua komponen yang ada didalam masyarakat. Pemikiran semacam ini dianggap oleh banyak pihak mendorong, atau minimal membenarkan, pemerintah yang bukan hanya kuat, namun juga pemerintah yang terlalu dominan dan meremehkan kekuatan yang ada di masyarakat, baik kekuatan swasta maupun masyarakat sipil. Aktor yang terlibat di dalam governance tidak hanya negara (pemerintah) tetapi juga sektor swasta dan masyarakat. Kesemuanya merupakan aktor yang memiliki

2 peran sama penting dalam sebuah penyelenggaraan pemerintahan. Negara (pemerintah) berperan dalam menciptakan situasi politik dan hukum yang kondusif. Sektor swasta berperan dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pendapatan. Masyarakat berperan dalam memfasilitasi interaksi secara sosial dan politik yang memadai bagi mobilisasi individu atau kelompok-kelompok masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas, ekonomi, sosial dan politik. Dengan kata lain, birokrasi dituntut agar mempunyai karakter bersih, terbuka, akuntabel, responsive, berorientasi pada kepentingan masyarakat, dan mendorong partisipasi masyarakat bagi keterlibatan dalam proses pembuatan, pelaksanaan dan kontrol kebijakan. Isu governance mulai memasuki arena perdebatan pembangunan di Indonesia didorong oleh adanya dinamika yang menuntut perubahan-perubahan disisi pemerintah, swasta, maupun disisi masyarakat. Pemerintah diharapkan menjadi lebih demokratis, efisien dalam penggunaan sumber daya publik, efektif menjalankan fungsi pelayanan publik, lebih tanggap, serta mampu menyusun kebijakan, program dan hukum yang dapat menjamin hak asasi dan keadilan sosial. Peran pemerintah sebagai pembangun maupun penyedia jasa pelayanan dan infrastruktur akan bergeser menjadi badan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak lain di komunitas dan sektor swasta untuk aktif melakukan upaya tersebut (Sedarmayanti, 2007: 2-3). Sejalan dengan harapan baru terhadap peran negara tersebut, masyarakat juga diharapkan untuk menjadi masyarakat yang memiliki kesadaran akan hak dan kewajibannya, lebih terinformasi, memiliki solidaritas terhadap sesama, bersedia

3 berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan urusan publik, memiliki kemampuan untuk berurusan dengan pemerintah dan institusi publik lainnya, tidak apatis, serta tidak mementingkan diri sendiri. Dalam pelaksanaan pembangunan misalnya, peran pemerintah akan mejadi semakin berkurang, dimana pemerintah lebih berperan sebagai regulator atau fasilitator guna menciptakan iklim kondusif bagi pelaksanaan proses pembangunan nasional dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peran pemerintah yang semakin berkurang akan menyebabkan dunia usaha swasta dan masyarakat memiliki peran yang sama untuk ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan dan merumuskan kebijakan publik. Dengan demikian, peran pemerintah, dunia swasta, dan masyarakat menjadi lebih seimbang karena pihak swasta dan masyarakat yang mengawasi kinerja pemerintah, sehingga dapat mendukung pemerintah untuk dapat lebih demokratis dan lebih berkualitas demi terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance). Kunci utama untuk memahami kepemerintahan yang baik (good governance) adalah pemahaman atas prinsip-prinsip yang terdapat di dalamnya. Selain itu, penyelenggaraan kepemerintahan yang baik dan bertanggungjawab baru akan tercapai apabila dalam penerapan otoritas politik, ekonomi, dan administrasi ketiga komponen good governance tersebut memiliki jaringan dan interaksi yang setara. Interaksi dan kemitraan seperti ini biasanya baru dapat berkembang subur apabila prinsip-prinsip good governance telah diterapkan dengan baik. Banyak pakar dan institusi merumuskan prinsip-prinsip good governance, tetapi pada dasarnya ada kesamaaan pandangan tentang prinsip mendasar dalam good

4 governance yaitu, akuntabilitas, transparansi dan partisipasi. Ketiga prinsip ini menjadi pilar utama dalam pelaksanaan good governance karena dirasakan sebagai hal yang paling substansial dalam konsep good governance (Sedarmayanti, 2009: 289-230). Penerapan good governance menuntut adanya perubahan yang ekstensif, terutama dalam peran negara (pemerintah), dimana negara (pemerintah) merupakan organisasi kekuasaan yang mempunyai kewenangan mengatur setiap anggota masyarakat melalui hukum dan perundang-undangan (regulasi). Negara (pemerintah) didirikan dan memperoleh kedaulatannya berdasarkan persetujuan rakyat yang diatur dalam suatu perjanjian atau kontrak (social contract) dalam bentuk konstitusi atau undang-undang dasar. Secara universal, negara (pemerintah) didirikan untuk melindungi dan melayani warganya dengan menciptakan keamanan, ketertiban, hukum dan keadilan, kesejahteraan masyarakat serta perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM). Hal ini dilakukan oleh negara (pemerintah) melalui undang-undang, peraturan dan berbagai kebijakan lainnya serta dengan menegakkan hukum dan peraturan perundang-undangan tersebut. Untuk melaksanakan fungsinya, maka negara (pemerintah) mempunyai alat-alat kelengkapan seperti eksekutif, legislatif, yudikatif, aparat keamanan dan pertahanan (polisi, militer, intelijen) dan juga birokrasi (pegawai negeri). Birokrasi merupakan sebuah organisasi besar yang memiliki fungsi yang luas serta aparat (pegawai) pada setiap tingkatan (level). Para pemegang jabatan-

5 jabatan penting berada pada level yang tinggi (high), sedangkan yang selalu berhadapan langsung dengan masyarakat dalam hal pelayanan biasanya berada pada level bawah (low). Orang-orang yang berada dalam level bawah inilah biasa disebut dengan birokrasi dalam tingkat street level atau street level bureaucracy. Street level sebagai garda terdepan dari pelayanan dan berhadapan langsung dengan publik, adalah pihak yang pertama kali yang bertemu dan bertatap muka dengan publik. Sehingga, seluruh keluh kesah, tanggapan, respon dan juga tindakan yang dilakukan publik yang tercermin dalam pada tindakan individu didalamnya langsung mereka hadapi. Pemerintahan di tingkat desa merupakan aparatur yang langsung berhubungan dengan masyarakat. Kedudukan Pemerintahan Desa dalam tatanan sistem Pemerintahan Indonesia merupakan organisasi pemerintah terendah yang langsung berhubungan dengan masyarakat dan diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Kedudukan tersebut menempatkan desa sebagai sentral dari program-program kegiatan pemerintah terutama yang datang dari atas. Apalagi saat ini program-program pembangunan diprioritaskan dan diarahkan kedaerah pedesaan. Dengan demikian Pemerintah Desa dituntut untuk dapat berfungsi secara maksimal dalam mengemban tugas yang diserahkan kepadanya. Kekuasaan dalam birokrasi pemerintahan tingkat bawah dan tingkat atas sesungguhnya sangat tidak seimbang. Ini memberikan suatu tekanan kepada aparat birokrasi di tingkat bawah sehingga rakyat yang seharusnya memperoleh pelayanan dari birokrasi pemerintahan tidak didapatkan, karena konstilasi

6 kekuasaan seperti itu, maka situasinya dibalik, rakyat melayani birokrat. Penggunaan kekuasaan seperti itu lebih memberikan penekanan pada sisi power. Oleh karena penekanannya pada kemampuan untuk melakukan tindakan, maka kekuasaan dijadikan sebagai sarana dominasi. Dikalangan street level bureaucracy, khususnya untuk lingkup daerah pedesaan pelaksanaan atau penerapan prinsip-prinsip good governance masih belum bisa berjalan dengan baik seperti yang diharapkan oleh masyarakat khususnya. Dimana aparat birokrasi daerah belum mampu menciptakan suatu sistem pelayanan yang baik. Dalam menciptakan suatu sistem kepemerintahan yang baik dan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance di level pemerintahan desa memang cukup sulit untuk diwujudkan. Hal ini tidak terlepas juga dari tingkat pemahaman dari seorang pemimpin itu sendiri dan khususnya kepala pekon yang memiliki wewenang penuh atas pelaksanaan birokrasi di daerahnya tentang arti dan tujuan dari good governance itu sendiri. Pekon Sukoharjo III Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu pekon yang melaksanakan pemerintahan pekon. Dimana di pekon sukoharjo III memiliki aparat pekon yang mengatur, mengurus dan melayani kepentingan masyarakat setempat dalam hal penyelenggaraan pemerintahan pekon. Aparat pekon inilah yang bertanggung jawab mulai dari pelaksanaan administrasi sampai pelaksanaan pembangunan di pekon dan membuat masyarakat setempat berperan aktif demi kemajuan pekon. Pekon diharuskan mempunyai perencanaan yang matang berdasarkan partisipasi, transparansi serta demokrasi yang berkembang di pekon, maka pekon diharuskan

7 mempunyai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pekon (RPJM Pekon) yang memuat arah kebijakan keuangan pekon, strategi pembangunan pekon, program kerja pekon dan ditetapkan dengan peraturan pekon, kemudian dijabarkan kedalam Rencana Kegiatan Pekon (RKP Pekon) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Rencana pembangunan pekon ditetapkan dengan keputusan kepala pekon dan disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan. Berikut adalah daftar kegiatan yang menjadi sasaran pelaksanaan program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pekon (RPJM Pekon) di Pekon Sukoharjo III. Tabel 1. Daftar program RPJM Pekon Sukoharjo III. No Sasaran Kegiatan 1. Sarana dan Prasarana 1. Pembangunan / rehap Balai dan Kantor Pekon 2. Saluran air 3. Jembatan dan gorong-gorong 2. Ekonomi 1. Mengembangkan BUMPek 2. Saluran air pertanian 3. Sosial Budaya 1. Peningkatan Siskamling 2. Peningkatan gotong royong 4. Pendidikan 1. Pelatihan Wirausaha 2. Peningkatan SDM (PKK dan Kader Keuangan Pekon) 3. Pelatihan pertanian 5. Kesehatan 1. Perbaikan saluran pembuangan 2. MCK / jamban keluarga 6. Agama 1. Pembangunan / rehap Masjid 2. Pembangunan / rehap Mushola 3. Pembangunan / rehap Gereja Sumber : RPJM Pekon Sukoharjo III tahun 2010-2015

8 Berdasarkan rencana kerja yang dimiliki oleh Pekon Sukoharjo III tersebut, maka Pemerintah Pekon menjabarkan kedalam RKP Pekon. RKP Pekon Sukoharjo III ini merupakan rencana strategis pekon Sukoharjo III untuk mencapai tujuan dan cita-cita pekon. RKP Pekon tersebut nantinya akan menjadi dokumen perencanaan yang akan menyesuaikan perencanaan tingkat Kabupaten. Spirit ini apabila dapat dilaksanakan dengan baik maka akan memiliki sebuah perencanaan yang memberi kesempatan pada pekon untuk melaksanakan kegiatan perencanaan pembangunan yang lebih sesuai dengan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (Good Governance) seperti partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Berikut adalah daftar kegiatan yang menjadi sasaran pelaksanaan program Rencana Kegiatan Pekon (RKP Pekon) Sukoharjo III. Tabel 2. Daftar program RKP Sukoharjo III No Sasaran Kegiatan 1. Sarana dan Prasarana Pembangunan / rehap Balai dan Kantor Pekon Saluran air Jembatan dan gorong-gorong 2. Ekonomi Mengembangkan BUMPek 3. Pendidikan Peningkatan SDM (PKK dan Kader Keuangan Pekon) 4. Agama Pembangunan / rehap Masjid 5. Kesehatan Perbaikan saluran pembuangan Sumber : SPJ-ADP Pekon Tahun 2012 Kenyataan yang terjadi didalam pelaksanaan program-program pemerintah pekon ini, masih sangat banyak dijumpai penyimpangan dari pihak-pihak terkait yang mencerminkan lemahnya penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitas oleh

9 aparat pekon Sukoharjo III. Selain itu, kurangnya partisipasi masyarakat secara aktif terhadap pelaksanaan kegiatan pekon menyebabkan tidak adanya bentuk laporan pertanggungjawaban dari pihak aparat pekon kepada masyarakat setempat karena lemahnya kontrol dari masyarakat sendiri. Kompleknya permasalahan dalam pelaksanaan program di pekon Sukoharjo III dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 3. Permasalahan dalam Program RKP Sukoharjo III, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu. Indikator Good Governance Permasalahan Transparansi Partisipasi Akuntabilitas 1. Kurangnya sarana dan prasarana informasi yang memadai sehingga sosialisasi kurang maksimal 2. Kurangnya kerjasama Pemerintah Pekon dengan pihak media sehingga masyarakat tidak mengetahui adanya kegiatan pembangunan karena publikasi yang minim 1. Tidak terdapat keterlibatan secara aktif dari masyarakat dalam RKP Sukoharjo III Tahun 2012. 2. Keterlibatan pihak non pemerintah (media) kurang begitu terlihat sehingga masyarakat tidak bisa berperan aktif dalam kegiatan pengawasan program ini. 1. Kurangnya tanggung jawab untuk menyelesaikan pembangunan, melakukan perbaikan dan pemeliharaan terhadap sarana yang belum lama selesai dibangun. 2. Pelaksanaan kegiatan dalam program pembangunan ini hanya seolah-olah demi berjalannya program kerja pemerintah pekon Sumber : Hasil olah data Desember 2012

10 Keadaan mengenai permasalahan yang terjadi di pekon Sukoharjo III juga diperkuat oleh salah satu anggota Badan Himpun Pemekonan (BHP), Sugi Hartono, dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Agustus 2012 sampai bulan Oktober 2012 yang menyatakan bahwa aparat pekon Sukoharjo III kurang melibatkan masyarakat secara aktif, aparat pekon lebih terkesan tertutup dalam melaksanakan program-program yang ada di pekon Sukoharjo III. Seharusnya dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Pekon harus mengakomodasi aspirasi dari masyarakat melalui Badan Himpun Pemekonan dan Lembaga Kemasyarakatan yang ada sebagai mitra Pemerintah Pekon yang mampu mewujudkan peran aktif masyarakat agar masyarakat senantiasa memiliki dan turut serta bertanggung jawab terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai sesama warga Pekon. Permasalahan dikalangan street level bureaucracy di pekon Sukoharjo III pada RKP Pekon belum bisa menunjukkan baiknya kinerja aparat pekon dalam rangka penerapan transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas. Masih ada sikap dan perilaku aparat pekon yang belum menunjukkan adanya penerapan transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di pekon Sukoharjo III. Bertolak dari permasalahan yang terjadi dikalangan street level bureaucracy di pekon Sukoharjo III, menjadi dasar pertimbangan bagi peneliti untuk melakukan kajian secara komprehensif tentang Penerapan Good Governance dikalangan Street Level Bureaucracy (Studi pada RKP Pekon Sukoharjo III, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu Tahun 2012).

11 B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka perumusan masalahnya adalah: 1). Bagaimana penerapan good governance dikalangan street level bureaucracy pada RKP Pekon Sukoharjo III, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu Tahun 2012? 2). Apa saja kendala yang dihadapi dalam penerapan good governance dikalangan street level bureaucracy pada RKP Pekon Sukoharjo III, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu Tahun 2012? C. Tujuan Peneltian 1). Untuk mendeskripsikan dan menganalisis penerapan good governance dikalangan street level bureaucracy pada RKP Pekon Sukoharjo III, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu Tahun 2012. 2). Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan good governance dikalangan street level bureaucracy pada RKP Pekon Sukoharjo III, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu Tahun 2012.

12 D. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan Ilmu Administrasi Publik, khususnya studi tentang penerapan prinsip-prinsip good governance. 2. Secara praktis: Diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan kepada Pemerintah pekon Sukoharjo III, kecamatan Sukoharjo, kabupaten Pringsewu untuk memperbaiki kinerja dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan berpegang pada prinsip-prinsip good governance.