HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PENJAHIT DI PUSAT INDUSTRI KECIL MENTENG MEDAN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

HUBUNGAN ANTARA SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI PASAR 45 MANADO Victoria P. Pinatik*,,A. J. M. Rattu*, Paul A. T.

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

Metode dan Pengukuran Kerja

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. kematian termasuk 37% back pain, 15% hearing loss, 13% chronic obstructive

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

ANALISA ERGONOMI PADA POSTUR KERJA OPERATOR PAKAN AYAM MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA) DI PT. X. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS ERGONOMI PADA PEKERJA LAUNDRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA BATIK DI KECAMATAN SOKARAJA BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PENGEPAKAN DI PT. DJITOE INDONESIA TOBAKO

Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo

IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI OPERATOR MESIN POTONG GUILLOTINE DENGAN METODE NORDIC BODY MAP (STUDI KASUS DI PT. XZY) ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

Analisis Postur Kerja Operator Penyusunan Karton Box di Departemen Produksi PT XYZ dengan Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA)

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN MASA KERJA DENGAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2020 mendatang, di mana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan persyaratan yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang. keselamatan dan kesehatan akan aman dari gangguan.

Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli Rajagukguk. Lhokseumawe Aceh Abstrak

LAMPIRAN Kajian risiko cummulative..., Dieta Febriyanti, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia

Riana Gustarida Jamal 1 Hendra 2. Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Abstrak

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA OPERATOR PADA PROSES PEMBUATAN PIPA UNTUK MENGURANGI MUSCULOSKELETAL DISORDERS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

GANGGUAN FISIK MAHASISW A SELAMA BEKERJA DENGAN KOMPUTER (STUDI KASUS : MAHASISW A GUNADARMA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

USULAN RANCANGAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN DAUN PANDAN UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI CV XYZ

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

Jurnal Kesehatan Masyarakat

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR BAGAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

Transkripsi:

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PENJAHIT DI PUSAT INDUSTRI KECIL MENTENG MEDAN 2015 (CORRELATION OF WORKING POSTURE WITH MUSCULOSKELETAL DISORDERS THE TAILORS AT PUSAT INDUSTRI KECIL MENTENG MEDAN IN 2015) Oleh : Agnestry putri sihombing 1, Kalsum 2, Mhd. Makmur Sinaga 2 1 Mahasiswa Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU 2 Dosen Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia Email: agnestry.putri@gmail.com ABSTRACT (MSDs) is a medical disorder of muscle tissue and bone structure. This research was aimed to find out the correlation of working posture with (MSDs) the tailors at Pusat Industri Kecil Menteng Medan in 2015. This research is an observational analytical with Cross Sectional design. The sample of 31 research tailors obtained by used was Total Sampling technique. The data collection was done using by RULA Assessment Worksheet and Nordic Body Map (NBM). The data analysis used Exact Fisher test. Based on the working posture with RULA assessment method, the unnatural posture was found in the body of the neck is 20 0 by 100% of tailors and the trunk is 20 0 by 64.5% of tailors with at a high level 67.7% and a very high level 32.3%. The tailors (100%) are MSDs with complaints in the neck, trunk, right shoulder and right calf with a medium level of 71.0% and a high level of 29.0%. Results of bivariate analysis, known correlation the working posture with with P value=0.015, which means there is a significant correlation between working posture with the tailors at Pusat Industri Kecil Menteng Medan in 2015. Suggested that tailors shall perform stretching while working and doing back exercises before going to bed at night. Keywords : Working Posture, MSDs, RULA, Tailor. Pendahuluan Dalam upaya mendukung perkembangan perekonomian kota Medan, pemerintah menyediakan kawasankawasan industri dengan manajemen terpadu. Kebijakan pengembangan sektor industri juga mencakup kebijakan pengembangan sub-sektor Usaha Kecil Menengah (UKM). Salah satu strategi yang ditempuh adalah membangun lokasi khusus industri kecil menengah yang diberi nama Pusat Industri Kecil (PIK) di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai (Profil Kabupaten/Kota, Kota Medan Sumatera Utara, 2004).

Tersedianya kawasan perindustrian ini maka dituntut kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kondisi kesehatan yang prima untuk meningkatkan produktivitas kerja guna memperoleh keluaran yang maksimal, sehingga mampu bersaing dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo (2003) bahwa umumnya usaha sektor informal belum memperhatikan dengan serius masalah yang berkenaan dengan ergonomi, mulai dari posisi kerja, peralatan kerja dan penyesuaian antara peralatan kerja dengan kondisi tenaga kerja yang menggunakan peralatan. Dengan kurangnya perhatian akan penyesuaian tempat kerja, posisi, serta peralatan terhadap tenaga kerja, tentunya akan menimbulkan beberapa permasalahan berupa penyakit akibat kerja. Menurut Tarwaka (2004), Penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh karena kurang atau tidak diterapkannya prinsipprinsip ergonomi adalah keluhan pada bagian musculoskeletal. Musculoskeletal Disorders (MSDs) adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. (MSDs) merupakan keluhan yang mempunyai gejala yang menyerang otot, syaraf, tendon, ligamen, tulang sendi, tulang rawan dan syaraf tulang belakang. Gejala penyakit tersebut bukanlah hasil dari pekerjaan yang instant atau bukanlah peristiwa akut seperti terjatuh, terpeleset, tergelincir, atau tertimpa, tetapi diakibatkan oleh pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus dan bersifat kronis yang dipengaruhi oleh faktor risiko seperti beban, postur, frekuensi, dan durasi (Bridger, 2003). Hasil Studi Departemen Kesehatan dalam profil masalah kesehatan di Indonesia tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 40.5% penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya. Gangguan kesehatan tersebut dijelaskan dalam penelitian oleh Sumiati (2007) terhadap 9482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia ditemukan yang paling banyak adalah gangguan (16%), selanjutnya penyakit kardiovaskuler (8%), gangguan pernafasan (3%), dan gangguan THT (1.5%). Penelitian yang dilakukan oleh Mutia Osni (2012) yaitu MSDs pada penjahit diketahui bahwa bagian tubuh yang paling banyak mengalami keluhan sakit ada pada bagian leher bagian atas, leher bagian bawah, punggung, pinggang dan betis kanan. Penelitian oleh Nurhikmah (2011) ditemukan hasil uji statistik Pvalue = 0.013 yang berarti ada hubungan bermakna antara tingkat risiko pekerjaan dengan MSDs. Hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di konveksi Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng VII Lingkungan X Kecamatan Medan Denai, diketahui terdapat sebanyak 10 konveksi yang masih aktif beroperasi dengan jumlah seluruh pekerja sebagai penjahit pakaian sebanyak 31 orang. Pekerjaan dimulai dari pukul 08.30-17.30 WIB dengan istirahat selama 1 jam yaitu pada pukul 12.00-13.00 WIB (dikondisikan). Hasil wawancara ditemukan bahwa gangguan kesehatan yang dialami pekerja khusus tahap menjahit potongan kain di konveksi ini berupa keluhan nyeri pada leher, punggung, pinggang, dan betis. Keluhan tersebut merupakan gangguan kesehatan yang berhubungan dengan otot dan rangka atau yang dikenal dengan sebutan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Tahap menjahit potongan kain merupakan pekerjaan yang berpotensi mempercepat timbulnya kelelahan dan nyeri pada otot-otot yang terlibat. Jika

berlangsung setiap hari dan dalam waktu yang tertentu bisa menimbulkan sakit permanen dan kerusakan pada otot, sendi, tendon, ligamen dan jaringan- jaringan lainnya. Namun bagi pekerja, keluhankeluhan tersebut dianggap bukan suatu masalah serius karena mereka masih tetap dapat melakukan pekerjaannya. Padahal dalam Pulat & Alexander (1991), (MSDs) merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan turunnya hasil produksi, hilangnya jam kerja, tingginya biaya pengobatan dan material, meningkatnya absensi, rendahnya kualitas kerja, injuri dan ketegangan otot, meningkatnya kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dan error, meningkatnya biaya pergantian tenaga kerja, dan berkurangnya cadangan yang berhubungan dengan kondisi darurat. Salah satu tahapan dalam proses produksi pakaian yang menjadi fokus peneliti adalah tahap menjahit potongan kain menggunakan mesin jahit listrik (Speed). Tahap ini dikerjakan dengan cara duduk di bangku kerja tanpa diselingi dengan berdiri dan mengoperasikan mesin dengan menginjak pedal mesin jahit listrik (Speed) menggunakan kaki kanan. Kemudian pekerja mengatur posisi kain sesuai pola jahitan ke mesin jahit listrik (Speed) dengan gerakan mendorong kain ke arah depan menggunakan tangan. Tahap penjahitan ini cukup monoton sehingga pekerja melakukan pekerjaannya dengan posisi postur tubuh yang mereka rasa nyaman tanpa mengacu pada sikap kerja yang baik dan benar, contoh pekerja cenderung menekuk leher, menundukkan kepala, membungkukkan badan condong kearah depan dan kaki kiri bertumpu di sembarang tempat. Mesin jahit listrik (Speed) berfungsi untuk menjahit pakaian dengan berkecepatan tinggi yang biasa dipakai pada industri pakaian jadi yang diproduksi dalam jumlah besar. Cara kerja mesin jahit listrik (Speed) yaitu dengan menggunakan aliran listrik kemudian mesin dioperasikan dengan menginjak pedal mesin dan secara otomatis akan berkerja dengan kecepatan tinggi. (MSDs) merupakan penyakit akibat kerja yang paling banyak terjadi pada proses penjahitan pakaian. Besarnya kasus dan dampak yang ditimbulkan oleh gangguan kesehatan (MSDs) pada pekerja di sektor ini perlu dikendalikan, dimana kepedulian akan keselamatan dan kesehatan kerja masih banyak yang diabaikan baik oleh pemilik usaha maupun pekerjanya sendiri. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain studi Cross Sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Juli 2015 pada penjahit di Pusat Industri Kecil Menteng VII Lingkungan X, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, diperoleh sampel sebanyak 31 orang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Metode pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM) dan lembar observasi RULA (Rapid Upper Limb Assessment). Variabel penelitian terdiri dari variabel independen yaitu sikap kerja dan variabel dependen yaitu Musculoskeletal Disorders. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat Chi Square dengan melihat tabel Exact Fisher. Hasil dan Pembahasan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin, Umur, dan Masa Kerja Responden Variabel Kategori N % Jenis Laki-laki 9 29 Kelamin Perempuan 22 71 Umur 49 tahun 16 51,6 > 49 tahun 15 48,4 Masa 6 tahun 16 51,6 kerja > 6 tahun 15 48,4

Jumlah sampel sebanyak 31 orang dengan sebaran data yaitu jenis kelamin laki-laki (29%) dan perempuan (71%). Umur 49 tahun (51,6%) dan > 49 tahun (48,4%). Masa kerja 6 tahun (51,6%) dan > 6 tahun (48,4%) (tabel 1.). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Penilaian Sikap Kerja Sikap Kerja N % Tinggi (Skor 5-6) 21 67,7 Sangat Tinggi (Skor 7) 10 32,3 Dari hasil penilaian RULA didapatkan skor sikap kerja yaitu pada level tinggi dengan skor 5-6 (67,7%) dan level sangat tinggi dengan skor 7 (32,3%) (tabel 2). Nilai RULA untuk setiap postur pada sikap kerja duduk ditemukan bahwa penjahit di Pusat Industri Kecil Menteng Medan khusus pengerjaan tahap menjahit potongan kain adalah 100% termasuk kategori sikap kerja tidak alamiah. Penilaian tersebut diatas menunjukkan bahwa sudut yang dibentuk oleh postur lengan atas (Upper Arm) dan lengan bawah (Lower Arm) adalah postur normal yaitu < 135 0, namun pada saat bekerja semua pekerja meninggikan bahu dan lengan bawah melintasi garis tengah badan. Sudut yang dibentuk oleh pergelangan tangan (Wrist) merupakan postur normal yaitu < 45 0, namun ketika bekerja semua pekerja melakukan perputaran pada pergelangan tangan ½ putaran yaitu ketika memutar tuas lingkaran pada mesin. Sudut yang dibentuk oleh leher (Neck) pada seluruh pekerja berada pada postur tidak normal yaitu 20 0 (100%). Sudut yang dibentuk oleh punggung (Trunk) yaitu postur normal (< 20 0 ) ada 11 orang (35,5%), dan postur tidak normal ( 20 0 ) ada 20 orang (64,5%), semua pekerja sering memiringkan badan ke kiri dan atau ke kanan. Untuk postur pada kaki cukup dilihat tertopang atau tidak pada saat bekerja dan pada penjahit ditemukan bahwa semua pekerja menopangkan kakinya. Berdasarkan hasil penilaian terhadap sikap kerja dengan level tinggi dan sangat tinggi maka dapat diambil langkah perbaikan yaitu penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin. Artinya, kebiasaan pekerja bekerja dengan postur tidak normal harus segera diperbaiki dan dirubah menjadi postur normal. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Penilaian Musculoskeletal N % Disorders Sedang (Skor 50-70) 22 71,0 Tinggi (Skor 71-91) 9 29,0 Hasil penilaian menggunakan kuesioner Nordic Body Map didapatkan pada level sedang dengan total skor 50-70 (71,0%) dan level tinggi dengan total skor 71-91 (29,0%) (tabel 3.). Dengan didapatkan yang merasakan keluhan ditingkat sakit pada leher bawah terdapat 20 orang (64,5%), leher atas 15 orang (48,4%), bahu kanan 15 orang (48,4%) dan betis kanan 18 orang (58,1%), kategori sangat sakit yaitu keluhan di pinggang 14 orang (45,2%), punggung 13 orang (41,9%). Berdasarkan hasil tersebut bahwa pekerja mengeluh sakit bahkan sangat sakit pada bagian tubuh tertentu, hal ini disebabkan sikap kerja tidak alamiah, seperti yang pertama pekerja cenderung menundukkan kepala condong kearah jahitan, lalu secara otomatis punggung akan membungkuk ke arah depan. Sikap kerja ini berpotensi menyebabkan nyeri punggung (Low Back Pain), sakit pada pinggang, dan sakit pada leher. Kemudian yang kedua pekerja cenderung mengangkat bahu ketika bekerja dengan alasan merasa kurang nyaman dengan ketidaksesuaian antara postur tubuh pekerja dengan tinggi meja dan tinggi kursi yang digunakan. Hal ini dapat menimbulkan pegal atau sakit pada tubuh bagian bahu dan lengan atas. Ketiga, pekerjaan menjahit dilakukan dengan

postur tubuh yang statis atau tetap yaitu dalam keadaan duduk dan bagian tubuh yang sering melakukan pergerakan adalah bagian tangan, pergelangan tangan dan kaki kanan yaitu ketika mengatur posisi jahitan dan ketika menginjak pedal dinamo mesin jahit. Pergerakan berulang yang dikerjakan oleh tangan ketika mengatur posisi jahitan akan menimbulkan pegal atau sakit pada lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Pergerakan kaki kanan yang berulang untuk menginjak pedal mesin akan menimbulkan pegal pada pergelangan kaki kanan, ditambah dengan kebiasaan buruk pekerja yaitu menopang kaki kiri pada penyangga besi meja yang tempatnya lebih tinggi dari pedal mesin dengan alasan perasaan nyaman untuk melakukannya, tanpa disadari hal tesebut menyebabkan ketidakstabilan peredaran darah antara kaki kiri dan kaki kanan sehingga mengakibatkan kaki terasa kebas atau mati rasa. Hal ini dapat menyebabkan pegal atau sakit pada pergelangan kaki, betis, dan paha. Kondisi ini juga didukung oleh dinamo mesin yang menghasilkan getaran yang akan meneruskan getarannya tersebut dari pergelangan kaki, betis, lutut, paha, hingga seluruh tubuh. Tabel 4. Hasil Uji Exact Fisher Sikap Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Penjahit di Pusat Industri Kecil Menteng 2015 Sikap Kerja 5-6 (Tinggi) 7(Sangat Tinggi) Jumlah 50-70 (Sedang) 71-91 (Tinggi) Jumlah N % N % N % 18 4 22 58,1 12,9 71,0 3 6 9 9,7 19,4 29,0 21 10 31 67,7 32,3 100 Sig. (p) 0,015 Tahap menjahit potongan kain merupakan satu kesatuan tahapan yang tidak dapat dipisahkan, yaitu mengatur posisi jahitan dengan mesin sesuai pola yang sudah dibentuk sebelumnya kemudian menginjak pedal mesin Speed agar mesin berjalan dan tahap menjahit potongan kain dapat berlangsung. Tahap ini melibatkan seluruh tubuh, maka sikap kerja sangat memengaruhi kondisi kesehatan tubuh pekerja. Pada tahap mengatur posisi jahitan dengan mesin melibatkan bagian tubuh seperti leher, punggung, lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Pada tahap ini faktor risiko yang dapat menyebabkan MSDs adalah sikap kerja tidak alamiah, posisi statis > 1 menit dan gerakan berulang dengan frekuensi > 4x permenit (Stanton,2005). Sikap kerja pada proses ini sesuai dengan hasil analisis RULA adalah : 1) Pada leher, hasil RULA menunjukkan sikap kerja dominan berada pada skor 3 yaitu > 200 flexion. Hal ini terlihat dari kebiasaan pekerja menekuk leher ke arah depan dengan alasan agar dapat melihat jahitan secara optimal sehingga meminimalisir kesalahan pada jahitan. Posisi normal yaitu posisi miring pada leher tidak melebihi 20. 2) Pada punggung, hasil RULA pada skor 2 dan 3 dengan membentuk sudut 150 s/d < 600 flexion dengan penambahan skor +1 karena punggung cenderung miring ke kiri dan atau ke kanan. Hal ini terlihat dari postur punggung pekerja yang jauh dari sikap kerja alamiah menurut Humantech (1995) yaitu postur tubuh membungkuk tidak boleh lebih dari 20. 3) Pada lengan atas, hasil RULA pada skor 2 yaitu 20-450 flexion dengan penambahan skor +1 karena bobot lengan ditopang. Hal ini terlihat postur pada bahu terangkat dan posisi normalnya siku berada dekat dengan tubuh sehingga bahu kiri dan kanan dalam keadaan lurus dan proporsional.

4) Pada lengan bawah, hasil RULA pada skor 1 yaitu 600-1000 flexion dengan penambahan skor +1 karena lengan bekerja melintasi garis tengah badan. 5) Pada pergelangan tangan, hasil RULA pada skor 2 dan 3 yaitu 0 150 dan > 150 flexion maupun extension dengan penambahan skor +1 karena pergelangan tangan berada pada radial maupunulnar. Dan perputaran pergelangan tangan dominan pada ½ putaran yaitu skor 1. Menurut Humantech (1995) sikap kerja alamiah pergelangan tangan adalah berada dalam keadaan garis lurus dengan jari tengah, tidak miring ataupun mengalami fleksi/ekstensi. Pada tahap menjalankan mesin jahit Speed, yaitu dengan cara menginjak pedal mesin melibatkan tubuh bagian kaki. Postur pada kaki yaitu kaki tertopang maka diberi skor 1 (supported posture). Hasil uji exact fisher antara sikap kerja dengan, diketahui nilai p = 0,015 dimana p < 0,05 artinya ada hubungan yang signifikan antara sikap kerja dengan Musculoskeletal Disorders pada penjahit di Pusat Industri Kecil Menteng Tahun 2015. Sudut yang dominan berada pada postur tidak normal yaitu sudut yang dibentuk oleh leher (Neck) 20 0 (100%), punggung (Trunk) ( 20 0 ) (64,5%), maka ditemukan banyak pekerja mengalami keluhan Musculoskeletal dominan pada leher dan punggung. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap penjahit di Pusat Industri Kecil Menteng 2015, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1 Dari 31 pekerja di PIK Menteng, ditemukan bahwa 100% mengeluh MSDs yaitu MSDs pada level sedang dengan total skor 50-70 sebanyak 22 orang (71,0%) dan level tinggi dengan total skor 71-91 sebanyak 9 orang (29,0%). 2 Sikap kerja berdasarkan perhitungan dengan metode RULA, yaitu pada level tinggi dengan skor 5-6 sebanyak 21 orang (67,7%) dan level sangat tinggi dengan skor 7 sebanyak 10 orang (32,3%). 3 Ada hubungan bermakna antara sikap kerja dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Saran Berdasarkan hasil penilaian RULA terhadap sikap kerja pada penjahit di Pusat Industri Kecil Menterng Medan 2015 yaitu terdapat level tinggi dan level sangat tinggi maka dibutuhkan perbaikan berupa penyelidikan atau perubahan sesegera mungkin (mendesak), maka disarankan : 1 Pekerja wajib melakukan peregangan (Stretching) saat bekerja. 2 Dengan ditemukan sudut yang dominan dibentuk oleh punggung adalah postur tidak normal ( 20 0 ), maka agar pekerja terhindar dari Low Back Pain atau pekerja yang sudah mengalami sakit punggung (Low Back Pain), disarankan agar secara mandiri dan rutin melakukan senam punggung pada malam hari sebelum tidur. 3 Sebaiknya pekerja rutin minum air 2L/hari agar melancarkan peredaran darah. 4 Jika nyeri berkelanjutan hingga menyebabkan gangguan tidur, maka sebaiknya memeriksakan diri ke dokter atau instansi kesehatan untuk diberikan terapi khusus. Daftar Pustaka Bridger, R.S., 2003. Introduction to ergonomics. 2nd Edition, London: Taylor & Fancis.Inc. Bukhori, Endang, 2010. Hubungan Faktor Risiko Pekerjaan dengan Terjadinya Keluhan MSDs pada Tukang Angkut Beban Penambang Emas di Kecamatan Cilograng

Kabupaten Lebak Tahun 2010, Jakarta : skripsi FKM UIN Humantech, 1995. Aplied Ergonomics Training Manual 2nd Edition, Australia:Berkeley Vale Notoadmodjo, Soekidjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta: Jakarta. Nurhikmah, 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan (MSDs) Pada Pekerja Furnitur Di Kecamatan Benda Kota Tangerang Tahun 2011. Jakarta : skripsi FKM UIN Nurmianto, Eko, 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi ke 2, Guna Widya :Surabaya. Osni, Mutia, 2012. Gambaran Faktor Risiko Ergonomi dan Keluhan Subjektif Terhadap Gangguan MSDs Pada Penjahit Sektor Informal di Kawasan Home Industry RW 6, Kelurahan Cipadu Tahun 2012, Depok : skripsi FKM UI Santoso, Gempur, 2004. Ergonomi : Manusia, Peralatan dan Lingkungan, Jakarta :Prestasi Pustaka. Stanton, Neville et.al., 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods, Florida: CRC Press. Wignjosoebroto, Sritomo, 2003. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Surabaya:PT Guna Widya. Sumiati, 2007. Analisis Risiko Low Back Pain (LBP) pada Perawat Unit Darurat dan Ruang Operasi di RS. Prikasih Jakarta Selatan, Depok : skripsi FKM UI Tarwaka, et al., 2004. Ergonomi untuk Kesehatan, Keselamatan kerja & Produktivitas, Edisi I, Cetakan I, Surakarta : UNIBA Press.., 2010. Ergonomi Industri, Solo: Harapan Press