PENGARUH KARAKTERISTIK ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (Survey Pemerintah Daerah Se Eks Karisidenan Surakarta)

dokumen-dokumen yang mirip
SUKMA BAYU AJI SKRIPSI

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PENGANGGARAN PARTISIPATIF DENGAN KINERJA MANAJERIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi sektor publik merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB I PENDAHULUAN. alat bantu salah satu alat bantu yang digunakan adalah anggaran (budget) yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk beroperasi seefisien mungkin. Untuk itu pihak manajemen harus mampu

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN STRUKTUR ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS PELAKSANAAN ANGGARAN PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan usaha yang semakin ketat dewasa ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja organisasi yang optimal tergantung pada. bagaimana organisasi memanfaatkan sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. alat bantu. Salah satu alat bantu yang digunakan adalah anggaran (budget)

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA SURAKARTA. ( Studi Kasus pada PEMKOT Surakarta Tahun )

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah, menyeleksi serta mengimplementasikan proses adaptasi dengan

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJER

Pratama Ilham Safitrie B

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Reformasi di berbagai bidang yang berlangsung di Indonesia telah

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai dampak yang besar terhadap perencanaan tujuan dan

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN DAN TINGKAT KESULITAN TARGET ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN SISTEM REWARD

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam melaksanakan kegiatan operasional, setiap perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap

PERANAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA KEADILAN PROSEDURAL DAN KINERJA MANAJERIAL (Survei pada BAPPEDA Surakarta)

PELIMPAHAN WEWENANG DAN KOMITMEN ORGANISASI DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL

ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PERBANDINGAN KINERJA KUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM OTONOMI DAERAH PADA KABUPATEN SUKOHARJO DAN KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi telah memicu

ABSTRAK. Kata kunci: Anggaran, Budgetary Goal Characteristics, Self-Efficacy, Kinerja Manajerial. iii

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DITINJAU ASPEK KEU ANGAN" (Studi Empiris pada Wilayah Eks Karesidenan Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan

PERAN ANGGARAN PARTISIPATIF

BAB I PENDAHULUAN. Universitas merupakan suatu institusi pendidikan tinggi yang memberikan

PENGARUH UMPAN BALIK ANGGARAN DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

EVALUASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor

PENDAHULUAN. lebih mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. dan inovatif dengan mempertimbangkan faktor-faktor ekstern organisasi yang. tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

(Survei Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan organisasi. Dalam menjalankan fungsinya, manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan bahwa organisasi tersebut efektif. Sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha pada saat ini diharapkan pada banyaknya

EVALUASI KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENERAPKAN OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan harus diimbangi dengan kinerja yang baik, sehingga pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DENGAN KINERJA MANAJERIAL. (Survai Pada Perusahaan Manufaktur di Sukoharjo)

(Survey Pada Rumah Sakit Di Wilayah Kabupaten Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang perimbangan keuangan antara

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DI SURAKARTA. (Studi Empiris di Surakarta Tahun Anggaran )

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi telah memicu. terjadinya globalisasi. Globalisasi yang melanda hampir di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

BAB I PENDAHULUAN. berlaku dalam masyarakat saat itu. Pemimpin-pemimpin formal, bahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

ANALISIS PENGARUH PENDIDIKAN, PENGALAMAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN ANGGARAN

/BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan pada dunia baik yang ada di luar negeri maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah sebagai salah satu organisasi sektor publik setiap tahun

PENGARUH PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP HUBUNGAN ANTARA KINERJA MANAJER DAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN

PENGARUH MOTIVASI, PERILAKU PEMIMPIN DAN KESEMPATAN PENGEMBANGAN KARIER TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA SURAKARTA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOGIRI DAN KABUPATEN KARANGANYAR DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. direvisi menjadi Undang-Undang No. 32 tahun 2004 serta Undang-Undang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN ANGGARAN. (Studi Pada Perusahaan Manufaktur di Surakarta dan Sukoharjo)

MAYA PURNASARI B

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam

Henny Zurika Lubis (Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha yang semakin ketat dewasa ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Perusahaan akan dapat hidup dan berkembang pesat jika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan publik akan pemerintahan yang baik (Good Governance) memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI. Disusun oleh: RATNA YULIATI B

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka semakin besar pula diskreasi daerah untuk menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. mungkin. Untuk mewujudkan efektivitas dan efisiensi operasional maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anggaran merupakan elemen sistem pengendalian manajemen

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintahan merupakan salah satu organisasi yang non profit

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada undang-undang nomor

BAB I PENDAHULUAN. antara fakta dan teori. Keputusan tersebut merupakan penafsiran dari hal-hal

PENGARUH EVALUASI ANGGARAN DAN KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL. (Studi Empiris pada pejabat eselon III dan IV

DESENTRALISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan paradigma anggaran daerah dilakukan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Disamping itu, dalam menghadapi pesaing-pesaingnya perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. mulai mencoba mengenalkan konsep baru dalam pengelolaan urusan publik

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang. Anggaran menjadi alat manajerial yang umum digunakan

BAB I PENDAHULUAN. negeri, dan obligasi pemerintah, serta sumber dana lain yang sah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 33 Tahun 2004, menjadi titik awal dimulainya otonomi. dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diketahuinya informasi tentang tujuan dari anggaran sebagai feed forward

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJER DENGAN PELIMPAHAN WEWENANG SEBAGAI VARIABEL MODERATING

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

PERANAN INFORMASI AKUNTANSI KEUANGAN SEBAGAI ALAT PENILAIAN KINERJA MANAJEMEN

MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL MODERATING DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

Transkripsi:

PENGARUH KARAKTERISTIK ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (Survey Pemerintah Daerah Se Eks Karisidenan Surakarta) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun oleh: SRI WAHYUNI B 200 040 221 FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah adalah suatu organisasi yang diberi kekuasaan untuk mengatur kepentingan bangsa dan negara. Lembaga pemerintahan dibentuk umumnya untuk menjalankan aktivitas layanan terhadap masyarakat luas dan sebagai organisasi nirlaba, mempunyai tujuan bukan mencari keuntungan tetapi semata-mata untuk menyediakan layanan dan kemampuan meningkatkan layanan tersebut dimasa yang akan datang. Tujuan yang akan dicapai biasanya ditentukan dalam bentuk kualitatif misalnya meningkatkan keamanan dan kenyamanan mutu pendidikan, mutu kesehatan, dan keimanan. Penilaian kinerja terhadap lembaga dan organisasi tidak hanya berlaku pada lembaga atau orang non komersial. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui sejauhmana pemerintah, pembangunan, dan pelayanan masyarakat dan menyampaikan laporan keuangan. Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan termuat dalam Anggara Pendapatan Belanja Negara (BUMN). Yang menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam pembiayaan kegiatan pelaksanaan tugas pembangunan. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun kabupaten dan kota mamasuki era baru sejalan keluarnya UU No 22 tahun 1999 dan UU No 25 tahun 1999 yang mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam pengembangan kebijakan ini memperbaharui dan 1

2 dikeluarkannya UU No 32 tahun 2004 dan UU No 33 tahun 2004. Kedua UU ini mengatur tentang pemerintahan daerah dan keseimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah UU no 32 tahun 2004 sebagai revisi UU No 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah menetapkan bahwa permerintah dilaksanakan berdasarkan atas asas desentralisasi, asas dekonsentralisasi, dan asas tugas pembantuan, maka desentralisasi dibentuk dan disusun pemerintah propinsi dan pemerintah kota sebagai daerah otonomi. Selain itu Undang-undang No 33 tahun 2004 sebagai revisi Undang-undang No 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah akan dapat memberikan keuntungan atau otonomi yang luas, nyata dan pertanggung jawaban pemerintah daerah secara proposional. Lebih jauh lagi (Patty: 2006: 1), mengemukakan beberapa undang undang diatas telah merubah setting model manajemen dan control keputusan dipemerintah daerah dalam pengelolaan keungan daerahnya. Pada saat ini kepala daerah bukan satu satunya pihak yang berkepentingan (stakeholder) terhadap keberadaan organisasi pemerintah daerah, tepi terdapat berbagai pihak yang juga merupakan stakeholder kunci seperti Kepala Badan Dinas, Kantor dan unit lainnya. Keterlibatan pihak pihak ini dalam pengelolaan keuangan daerah diperlakukan sebagai pihak yang paling penting dalam mencapai tingkat Survival Organisasi pemerintah daerah, baik berkaitan dengan tingkat efisiensi, efektifitas, mupun kinerja organisasi pemerintah daerah secara keseluruhan sangat bergantung pada manajemen tingkat Badan, Dinas, Kantor dan Unit lainnya. Sebagai contoh dalam UU no. 33 / 2004, ps.

3 72 dan PP No. 58/ 2005, ps. 36 dinyatakan bahwa satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), bisa Badan, Dinas, Kantor dan Unit lainnya, harus menyusun Rencana kerja dan Anggaran (RKA SKPD). Selama ini banyak organisasi memperlakukan anggaran sebagai alat pengendalian. Pandangan tradisional tentang anggaran ini didasarkan atas model manajemen tradisonal yang menekankan pada otoritas, pertanggung jawaban dan pengendalian, para ilmuwan berpendapat bahwa pandangan tradisional tentang anggaran hanya menempatkan anggaran sebagai instrument koorsif yang dipakai manager atasan memaksakan tujuannya kepada bawahannya (Schiff dan Lowin dalam Trisnawati, 2000) pandangan tradisional mengabaikan aspek prilaku manusia dalam penyusunan anggaran. Anggaran disusun untuk membantu menajemen mengkomunikasikan tujuan orgaisasi semua manajer pada unit organisasi di bawahnya, untuk mengkoordinasi kegiatan, dan untuk mengevaluasi kinerja manajer (Supriyono, 1999 : 349). Agar tujuan tersebut dapat dicapai dalam penyusunan anggaran tidak boleh hanya dilakukan oleh manajer puncak tetapi harus disusun dan peran serta (partisipasi) para manajer tingkat menengah dan bawah. Untuk meningkatkan efektifitas anggaran suatu anggaran haruslah memperhatikan aspek prilaku manusia agar anggaran tersebut mampu memotivasi manajer pelaksana untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam anggaran (Kennis dalam Trisnawati 2000) mengembangkan

4 karakteristik anggaran yang mempertimbangkan aspek perilaku manusia. Kelima karakteristik tersebut adalah : 1. Budgetary Partisipation (tingkat partisipasi dalam penyusunan anggaran) 2. Budgetary Goal Difficulty (tingkat kesulitan sasaran anggaran) 3. Budgetary Evaluation (evaluasi anggaran) 4. Budgetary Feedback (umpan balik anggaran) 5. Budgetary Goal Clarity (kejelasan sasaran anggaran). Partisipasi anggaran adalah suatu proses yang didalamnya terdapat individu yang terlibat dan mempunyai pengaruh terhadap penyusunan target anggaran yang akan dievaluasi dan perlunya penghargaan atas pencapaian target anggaran tersebut (Growell, 1982 dalam Puput, 2007). (Hoopwon, 1976; 73 dalam Morinda) menjelaskan dalam lingkungan organisasi partisipasi dapat mempertimbangkan dalam suatu alat untuk mengurangi perbedaan kekuasaan lebih menekankan pada pengembangan manusia yang lebih baik daripada produktifitas dan cenderung diterima sebagai kriteria operasional yang lebih efektif. Kejelasan sasaran anggaran menggambarkan luasnya sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas dan spesifik srta dimengerti oleh pihak yang bertanggungjawab terhadap pencapaiannya. (Kennis, 1979 dalam Trisnawati). (Locke, 1986 dalam Zulfikar dan Sri Murwanti) menyatakan bahwa menyantumkan sasaran anggaran secara spesifik adalah lebih produktif dibanding dengan tidak adanya sasaran yang spesifik dan hanya akan mendorong karyawan untuk melakukan yang terbaik.

5 Kesulitan sasaran anggaran menggambarkan adanya rentang sasaran dari sangat longgar dan mudah dicapai sama dengan sangat ketat dan tidak dapat dicapai (Kennis, 1979 dalam Trisnawati 2000). Evaluasi anggaran adalah tindakan yang dilakukan untuk menelusuri anggaran ke department yang bersangkutan dan digunakan sebagai dasar untuk penilaian kinerja department. (Kennis, 1979 dalam Zulfikar dan Sri Murwanti, 2006) menyatakan bahwa umpan balik tingkat sasaran anggaran yang dicapai merupakan salah satu variable penting yang memberi motivasi kepada manajer. Jika bawahan tidak mengetahui hasil dari apa yang dicapai maka tidak akan merasa bahwa mereka telah berhasil atau gagal. Dari beberapa riset yang ada menunjukkan bahwa aspek perilaku dalam penyusunan anggaran di telaah lebih lanjut. Beberapa penelitian mengaitkan karakteristik anggaran dengan gaya kepemimpinan, informasi job relevan (Muslimah, 1996 dalam Trisnawati, 2000). Karakteristik anggaran dengan job satisfaction, job involvement (Nopwood, 1976; Fauzi, 1996 dalam Trisnawati, 2000). Peneliti ini mencoba untuk menguji pengaruh karakteristik anggaran yang dikembangkan oleh Kennis (1979 dalam Trisnawati, 2000) dengan kinerja manajer. Peneliti ini merupakan pengembangan terhadap penelitian Kennis (1979 dalam Trisnawati, 2000), Fauzi (1996 dalam Trisnawati, 2000) dan Trisnawati, 2000 yang mencoba mengkaitkan antara karakteristik anggaran dengan kinerja manajerial yang akan berdampak pada kinerja organisasi secara keseluruhan.

6 Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis terdorong untuk mengangkat permasalahan inti dalam bentuk penelitian dalam judul PENGARUH KARAKTERISTIK ANGGARAN TERHADAP KINERJA MAAJERIAL (survey Pemerintah Daerah Se- Karesidenan Surakarta). B. Perumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah kinerja manajerial dipengaruhi oleh penyusunan anggaran yang mempertimbangkan karakteristik anggaran yang meliputi: Budgetary Participation (partisipasi penyusunan), Budgetary goal difficult (kesulitan sasaran anggaran), Budgetary evaluation (evaluasi anggaran), Budgetary feedback (umpan balik anggaran), Budgetary clarity (kejelasan anggaran) terhadap kinerja manajerial. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini untuk menguji pengaruh budgetary (partisipasi penyusunan anggaran), budget goal clarity (kejelasan sasaran anggaran), budget goal difficulty (kesulitan sasaran anggaran), budgetary feedback (umpan balik anggaran) dan budgetary evaluation (evaluasi anggaran) terhadap kinerja manajerial.

7 D. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan peikiran dalam mengadakan perubahan sistem penganggaran yang lebih baik yang dapat meningkatkan kinerja. 2. Penelitian ini diharapkan menambah pengalaman dalam menerapkan teori yang telah diperoleh, khususnya mengenal sistem penganggaran yang dapat digunakan sebagai acuan penelitian berikutnya. E. Sistematika Penulisan Skripsi Bab I PENDAHULUAN. Bab ini mengenai latar belakang masalah, perumusan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas mengenai pengertian Kinerja Manajerial, karakteristik anggaran, proses penyusunan anggaran, karakteristik anggaran, penelitian terdahulu, dan perumusan hipotesis. Bab III METODE PENELITIAN. Bab ini meguraikan tentang ruang lingkup penelitian, populasi sampel, dan teknik pengambilan sampel pengumpulan data dan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian. Bab IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Bab ini berisi data penelitian dan pembahasan dari hasil analisis penelitian.

8 Bab V PENUTUP. Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dadi hasil analisis data penelitian, keterbatasan penelitian dan saran bagi penelitian berikutnya.