2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan.

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia SD/ MI secara eksplisit dinyatakan. kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di Sekolah Dasar (SD). Mata pelajaran Bahasa Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Retno Friethasari, 2015 PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D)

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan informasi pengetahuan ke buku catatan yang telah didapat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. 10. kreatifitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. 11

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. Asep Resa Baehaki,2014

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan. terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik disekolah melalui proses pembelajaran. Namun, mengupayakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan seusia manusia itu sendiri sebagai pelaku pendidikan. untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan dasar adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. bertujuan agar peserta didik memiliki keterampilan (1) berkomunikasi secara

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Keterampilanketerampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Belajar bahasa pada

BAB I PENDAHULUAN. Suatu implikasi dari sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928,

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN. dua materi ajar, yakni materi bahasa dan materi sastra. Materi bahasa

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

berkonotasi. Kemampuan menulis puisi merupakan salah satu materi pembelajaran sastra yang diajarkan dikelas. Ketrampilan menulis puisi wajib dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan komponen terpenting dalam kehidupan manusia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lain. Pada masyarakat modern dikenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu. menulis dan membaca merupakan komunikasi tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Terampil berbahasa sangat penting dikuasai.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B)

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara terencana dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat menetukan, bagi perkembangan individu maupun suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kemampuan Menulis. menghasilkan sebuah tulisan. memberdayakan pengetahuan dan perasaan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbahasa meliputi empat aspek dasar, yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dan telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang turut menentukan pencapaian tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang berkembang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. 1..1Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan serta dapat diturunkan kepada generasi-generasi mendatang. Bahasa

Berbahasa dan Bersastr

BAB 1 PENDAHULUAN. Di SMP Negeri 45 Bandung, kegiatan menulis tampaknya belum begitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Keterampilan Berbicara. manusia yang berbeda-beda antara satu manusia dengan yang lainnya.

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa persatuan, diciptakan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku, budaya, dan bahasa. Bahasa Indonesia selain sebagai pemersatu, sebagai salah satu budaya Indonesia yang merupakan identitas bangsa. Dengan menggunakan Bahasa Indonesia, setiap orang yang berasal dari daerah yang berbeda akan saling memahami satu sama lain, karena dapat berkomunikasi menggunakan satu bahasa, yaitu Bahasa Indonesia. Jika Bahasa Indonesia tidak ada, sudah pasti kita akan menggunakan bahasa dari masing-masing daerahnya. Dengan begitu kita akan kesulitan untuk memahami bahasa daerah yang diucapkannya. Sehingga kegiatan komunikasi tidak akan tersampaikan dengan baik. Dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar, seseorang dituntut untuk terlebih dahulu menguasai empat keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Aspek yang tidak kalah penting yang harus dikuasai dalam berbahasa Indonesia ialah berbicara. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang dapat berkembang pada kehidupan anak, yang dapat didahului oleh keterampilan menyimak dan membaca. Dengan seringnya melakukan kegiatan menyimak dan membaca, maka anak tersebut akan memperoleh perkembangan kosa kata. Semakin sering seseorang melakukan kegiatan menyimak dan membaca maka kegiatan berbicara pun akan terjadi dengan baik. Sehingga kegiatan berbicara akan muncul dari anak tersebut untuk mengucapkan bunyi-bunyi, berkomunikasi, dan mampu mengemukakan pendapatnya, dari situlah akan membuka pengetahuan aspek berbahasa yang lainnya yaitu aspek menulis. 1

Secara umum pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar, secara lisan maupun tulisan serta dapat menumbuhkan apresiasi sastra Indonesia. Berdasarkan Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dalam (Hartati, Tatat dkk. 2009 hlm. 28). Secara khusus tujuan dari mata pelajaran bahasa Indonesia adalah : 1. Siswa mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan. 2. Siswa mampu menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. 3. Siswa mampu memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. 4. Siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial. 5. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. 6. Siswa mampu menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Sesuai dengan tujuan dari mata pelajaran Bahasa Indonesia diatas, oleh sebab itu guru harus mampu merumuskan model atau pun metode pembelajaran yang sesuai dengan potensi siswa. Siswa paling tidak menunjukan kemampuan minimalnya dalam menggambarkan penguasaan pengetahuannya, keterampilan berbahasanya, dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia itu sendiri. Tahapan perkembangan bahasa individu dilihat dari perkembangan umur kronologis menurut Asrori dalam (Nisa, Rizky. 2014 hlm. 3) dibedakan ke dalam tahap-tahap berikut ini: 1. Tahap pralinguistik atau meraban (0,3 1 tahun), anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai fungsi komunikatif. 2. Tahap holofrastik atau kalimat satu kata (1 1,8 tahun), satu kata yang diucapkan oleh anak harus dipandang sebagai satu kalimat penuh mencakup aspek intelektual maupun emosional sebagai cara untuk menyatakan mau tidaknya terhadap sesuatu. 3. Tahap kalimat dua kata (1,8 2 tahun), anak mulai memiliki banyak kemungkinan untuk menyatakan kemauannya dalam berkomunikasi dengan menggunakan kalimat dua kata. 2

4. Tahap pengembangan tata bahasa awal (2 5 tahun), anak mulai mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat bertambah, ucapan semakin kompleks, dan menggunakan kata jamak. 5. Tahap pengembangan tata bahasa lanjutan (5 10 tahun), anak semakin mampu mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih kompleks serta mampu melibatkan gabungan-gabungan kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi, dan konjungsi. 6. Tahap kompetensi lengkap (11 tahun dewasa), akhir masa kanak-kanak, memasuki masa remaja dan dewasa, perbendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa mengalami perubahan, dan semakin lancar serta fasih dalam berkomunikasi. Berdasarkan paparan diatas, siswa kelas V SD dalam perbendaharaan kata seharusnya terus meningkat, gaya bahasanya mengalami perubahan, dan semakin lancar serta fasih dalam berkomunikasi. Sehingga diharapkan siswa mampu berbicara dalam mengemukakan pendapat dan ide yang ada dipikirannya dengan menggunakan pilihan kata bahasa yang santun. Diakui atau tidak, pembelajaran Bahasa Indonesia khusunya dalam aspek berbicara yang selama ini terjadi di sekolah masih jauh dari kondisi yang diharapkan. Hal ini tercermin dari masih banyaknya guru yang memperlakukan sama antara pembelajaran berbicara dengan pembelajaran membaca. Begitu juga dari pihak siswa, banyak siswa yang merasa takut, tidak percaya diri, bahkan malu untuk mengemukakan pendapat dan semua ide gagasan yang ada dipikirannya. Tidak sedikit siswa yang merasa dirinya kurang dalam berbicara, sehingga dia akan melimpahkan dan membiarkan teman-teman yang lainnya yang dianggap lebih aktif untuk berbicara. Oleh sebab itu guru sulit mengajak siswa untuk melakukan kegiatan berbicara yang seharusnya dapat dilaksanakan di dalam kelas oleh seluruh siswa dengan sebagaimana mestinya yang terdapat pada tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia. Faktanya berdasarkan pengamatan yang ditemukan di lapangan dan hasil analisis nilai kognitif maupun afektif pada siswa kelas V di salah satu SD Negeri kecamatan Sukajadi kota Bandung, khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia materi aspek berbicara yang terkandung dalam KD : mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa, hasilnya pembelajarannya 3

dirasa masih kurang. Hampir 80% dari siswa di kelas tidak mampu dan tidak siap untuk berbicara mengemukakan pendapat persoalan faktual beserta alasan dengan menggunakan pilihan kata bahasa yang santun. Proses pembelajaran yang biasa dilakukan di salah satu SD Negeri kecamatan Sukajadi kota Bandung ini dalam kegiatan berbicara biasanya hanya dengan menggunakan teks yang sudah ada yang secara nyaring dibaca siswa, kemudian siswa diminta untuk menanggapi teks tersebut dengan sekedar menuliskannya saja. Pada dasarnya menulis adalah salah satu bentuk komunikasi secara tulisan. Sedangkan yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia semua siswa mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan. Jelas terbukti bahwa SD tersebut belum melakukan kegiatan berbicara dengan bagaimana semestinya Pembiasaan semacam ini kurang mampu membentuk kreativitas siswa dalam mengemukakan pendapat atau ide gagasan yang ada dipikirannya. Siswa tidak biasa diajak untuk berpikir dan berani dalam mengemukakan pendapat atu ide gagasannya. Siswa hanya dibiasakan terampil menyampaikan ide yang telah ada yang dibuat oleh orang lain dan dituangkan dalam sebuah tulisan. Pembentukan keterampilan berbicara semacam ini tidak akan berdampak baik untuk mengolah kemampuan komunikasi siswa yang diharapkan yaitu mampu mengemukakan pendapat atau menyampaikan ide gagasan dalam berbagai konteks dan tujuan pembicaraan. Hal terakhir yang menyebabkan kondisi pembelajaran berbicara kurang optimal adalah kurangnya pengetahuan dan kemampuan guru dalam menguasai strategi, model dan metode pembelajaran untuk pembelajaran Bahasa Indonesia dalam aspek berbicara. Akibatnya pembelajaran Bahasa Indonesia dalam aspek berbicara cenderung berlangsung monoton dan kurang merangsang gairah siswa untuk belajar berbicara. Sehingga anak harus dibiasakan untuk berani mengemukakan pendapat atau mengungkapkan idenya secara bebas. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah yang sudah dipaparkan diatas, saya sebagai peneliti akan melakukan penelitian dengan menggunakan 4

metode brainstorming untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Dalam metode brainstorming, siswa dituntut untuk belajar bersama, berdiskusi dengan teman sekelompoknya, semua siswa pun dituntut mengemukakan pendapat dan semua ide yang ada dipikirannya. Dalam kenyataannya, sering kali ada satu siswa yang dominan dan banyak bicara, namun ada juga siswa yang pasif dan menyerahkan semua tugas pada rekannya yang lebih dominan sehingga pemerataan tanggung jawab dalam kelompok tidak tercapai dan tidak semua siswa dapat berbicara sesuai dengan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia. Namun dalam metode brainstorming ini semua siswa wajib mengemukakan pendapatnya atau ide gagasannya tanpa tekecuali. Dan siswa pun bebas mengemukakan pendapat atau ide gagasannya tanpa takut disalahkan. Dengan alasan tersebut, saya termotivasi akan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas terhadap siswa Kelas V Semester 2 Pada Salah Satu SD Negeri kecamatan Sukajadi kota Bandung tahun akademik 2014/2015 dengan judul Penerapan Metode Brainstorming Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V Sekolah Dasar 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas yaitu kurangnya siswa dalam keterampilan berbicara, maka rumusan umum masalah penelitian ini adalah mengetahui bagaimana bentuk penerapan metode brainstorming untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V Sekolah Dasar? kemudian, untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut, maka secara khusus penulis membuat dua pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penerapan metode brainstorming untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V Pada Salah Satu SD Negeri kota Bandung tahun akademik 2014/2015? 5

2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan berbicara siswa melalui penerapan metode brainstorming siswa kelas V Pada Salah Satu SD Negeri kota Bandung tahun akademik 2014/2015? 6

1.3 Tujuan Penelitan Menyesuaikan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan penerapan metode brainstorming untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V Pada Salah Satu SD Negeri kota Bandung tahun akademik 2014/2015? 2. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan berbicara siswa melalui penerapan metode brainstorming siswa kelas V Pada Salah Satu SD Negeri kota Bandung tahun akademik 2014/2015? 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Manfaat hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan dan sebagai sumber referensi dalam menunjang proses pembelajaran kepada anak didik. Dan semoga dengan adanya penelitian ini dapat menjadi ilmu pengetahuan mengenai gambaran tentang metode brainstorming atau curah pendapat dan implementasinya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa. 1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi siswa, diharapkan hasil penelitian dapat menciptakan pengalaman pribadi yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan keberanian dan percaya diri siswa tersebut, sehingga munculah daya keaktifan, kreatifitas dan interaksi khususnya dengan guru dan kelompoknya saat pembelajaran dilaksanakan, sehingga akan menimbulkan hasil yang positif pada peningkatan keterampilan berbicara siswa. b. Bagi guru, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan pengetahuan tersendiri mengenai metode Brainstorming yang pada dasarnya proses pembelajaran dilakukan secara berkelompok, serta metode Brainstorming dapat menjadi bahan ajar baru untuk meningkatkan 7

pemahaman guru tentang bagaimana cara meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa dalam proses pembelajaran. c. Bagi LPTK, diharapkan dari penelitian ini dapat dijadikan penggambaran tersendiri yang nantinya akan dijadikan landasan untuk menerapkan metode brainstorming khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V, sehingga ini menjadi suatu hal yang akan dapat diterapkan oleh para guru. 8