BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ghea Anggraini, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, bab IV ayat 5 yang menyebutkan : Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aura Santika Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk menghasilkan generasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

BAB I PENDAHULUAN. usaha/dunia industri maupun sebagai wiraswasta. Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Melalui pendidikan sebuah negara dapat meningkatkan dan

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pratiwi Tristiyani, 2014 Pendapat peserta didik tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan pendidikan kejuruan adalah untuk menyiapkan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai dasar untuk menunjang keberhasilan pembangunan di segala

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. terencana dan secara sistematis ) diberikan kepada peserta didik oleh pendidik

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dalam suatu Bangsa dan Negara. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menjadi memiliki keterampilan. Arismantoro yang dikutip oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup. Nasional (UU No. 20/2003) Bab II Pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini bangsa Indonesia sedang melaksanakan pembangunan di segala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Era global telah menciptakan tingkat persaingan antar calon tenaga kerja

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lutfia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang berupaya melakukan pembangunan

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha pokok dalam peningkatan kecerdasan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa

PENTINGNYA PERAN SERTA ORANG TUA DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga akan diperoleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Asyarullah Saefudin, 2014

BAB I PENDAHULUAN. produksi dari laboring menjadi manufacturing dalam arti tenaga kerja manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan informasi serta persaingan yang ketat di antara organisasiorganisasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan berperan sangat penting dalam kelangsungan hidup suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan amanat tesrsebut di atas, secara umum tujuan lembaga pendidikan menyiapkan peserta didik agar mampu: (1) mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, (2) mengembangkan kehidupan untuk bermasyarakat, (3) mengembangkan kehidupan untuk berbangsa, bernegara dan (4) mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) secara substansi merupakan salah satu lembaga pendidikan kejuruan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan calon tenaga kerja kelas menengah dalam memasuki dunia kerja dan mengembangkan sikap profesional. Peraturan Pemerintah Republik Indodesia No 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 76 menyatakan tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah membekali peserta didik dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kecakapan kejuruan para profesi sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga sesuai dengan peranannya SMK

memiliki karakter berberbeda dengan SMU. Lulusan SMK disiapkan untuk bekerja dari pada melanjutkan pendidikan pada jenjang lebih tinggi, sehingga dalam menjalankan misinya SMK lebih menganut azas pendidikan dan latihan (Diklat) untuk dapat menghasilkan calon tenaga kerja yang produktif kelas menengah. Sedangkan lulusan Sekolah Menegah Umum (SMU) disiapkan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Vladimir Gasskov (2000: 5) menyatakan: The mandate of vocational school and training manifold. first, the vocational education and tarining system should deliver both foundation and specialist skills to private individuals, enabling them to find employment or launch their own business, to work productively and adapt to different technologies, tasks and conditions. Secara bebas dapat diartikan bahwa mandat bagi pendidikan dan latihan kejuruan, terpenting bahwa sistem pendidikan dan latihan kejuruan harus memberikan bekal keterampilan khusus untuk individu yang memungkinkan mereka untuk mencari pekerjaan atau memulai bisnis mandiri, melatih untuk bekerja produktif dan beradaptasi dengan kondisi kemajuan teknologi. Secara khusus pengertian tersebut menekankan tujuan lulusan pendidikan kejuruan disiapkan untuk memasuki dunia kerja, baik dalam menciptakan usaha mandiri maupun memasuki peluang atau lowongan kerja yang ada. Selain pengertian tersebut di atas, masih banyak definisi lain yang disampaikan oleh para ahli mengenai pendidikan kejuruan, dan pada umumnya pengertian tersebut berkembang sejalan dengan perubahan persepsi dan perkembangan masyarakat terhadap pendidikan kejuruan. Lebih lanjut SMK melalui salah satu kebijakan link and match dimulai tahun 1994, dengan tujuan untuk meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja, dunia usaha dan dunia industri pada khususnya. Kebijakan tersebut merupakan wahana untuk membangun kemitraan antara lembaga

pendidikan dengan dunia industri dalam menentukan proiritas program pendidikan dan pelatihan kejuruan agar siswa memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Senada dengan Finch and Crunkilton (1999: 16) menyatakan bahwa: tingkat relevansi kurikulum pendidikan dengan industry dapat ditempuh dengan adanya keterlibatan dari pihak stakeholders pendidikan kejuruan. Oleh sebab itu untuk menilai bahwa sebuah lembaga pendidikan kejuruan itu bermutu, yaitu bila mana lembaga diklat tersebut memiliki daya kesesuaian dengan dunia kerja, dengan kata lain para siswanya dapat mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap di dunia kerja. Gambaran tentang kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang juga di sarikan oleh Finch and Crunkilton (1999: 15-16), yaitu kualitas pendidikan kejuruan menerapkan ukuran ganda yaitu berkualitas di dalam sekolah in school success standard dan berkualitas di masyarakat out school success standard. kreteria pertama menuntut peserta didik berhasil dalam memenuhi tuntutan kurikuler yang diorientasikan pada tuntutan dunia kerja, sedangkan ktiteria kedua, meliputi keberhasilan peserta didik yang diperlihatkan pada kemampuan unjuk kerja sesuai standar kompetensi yang ditetapkan dunia kerja secara utuh. Berdasarkan hasil observasi terbatas pada beberapa SMK di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) pada bulan Juli 2011, menunjukkan bahwa lulusan SMK dalam mencari dan memasuki dunia kerja dihadapkan pada beberapa permasalahan antara lain: (1) beberapa peluang lowongan kerja yang ada lebih mengutamakan yang berpengalaman dibidangnya, sehingga kesempatan untuk diterima bagi para tenaga kerja yang baru lulus sekolah sangat kecil; (2) tingginya jumlah lulusan SMK setiap tahun, khususnya di wilayah Kabupaten HSU, dengan berbagai

pogram keahlian beragam; (3) jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan peluang lowongan kerja yang tersedia (terbatas); dan (4) semakin maraknya tingkat pengangguran lulusan SMK, khususnya untuk wilayah Kabupaten HSU. Mengantisipasi dari permasalahan tersebut, SMK melalui kebijakan link and match yang secara sempit tidak sekedar mempersiapkan siswa kompeten memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap, melainkan link and match lebih bermakna luas bahwa lulusan SMK memiliki wawasan mutu, wawasan masa depan, wawasan keunggulan, wawasan ekonomi, dan wawasan profesionalisme, baik dalam memasuki peluang kerja yang ada maupun menciptakan pekerjaan secara mandiri. Paket pendidikannya dalam kurikulum SMK, sebagai upaya aplikasi kebijakan link and macth pendidikan sistem ganda dual system yang dikemas dalam program praktik kerja industri (Prakerin) hingga saat ini merupakan program wajib. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memberikan wawasan, pengetahuan dan pengalaman praktik kerja nyata pada siswa SMK, sehingga diharapkan melaului pengalaman kerja tersebut, siswa akan lebih mengenal suasana kerja sesungguhnya dan berupaya menyiapkan kemampuan secara fisik maupun mental. Praktikum merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam proses belajar mengajar di SMK. Pembekalan melalui praktikum sangat berguna dalam mempersiapkan kompetensi siswa yang siap bekerja. Praktikum dalam kegiatan belajar mengajar di SMK dilakukan dalam lingkungan sekolah sendiri yakni dalam ruang praktikum berupa workshop, laboratorium dan lingkungan kerja lainnya. Upaya lain SMK melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Tahun 2007, dalam kebijakannya memberikan fasilitas program untuk

pengembangan program unit produksi sekolah, dengan salah satu tujuannya menjadikan SMK sebagai wahana kegiatan praktik pendidikan dan latihan yang berorientasi pada dunia kerja. Dengan asumsi bahwa SMK sebagai institusi lembaga pendidikan formal yang melakukan proses pembelajaran berbasis dunia kerja yang sangat mungkin menghasilkan produk maupun jasa yang layak dijual dan mampu bersaing di pasar kerja. Upaya tersebut selaras dengan prinsip filosofi pendidikan kejuruan yang dikemukakan oleh Charles Prosser (www.tamucommerce.edu) dalam prinsip pertamanya menyatakan bahwa: Career & Technology (C&T) education will be efficient in proportion as the environment in which the learner is trained is a replica of the environment in which he must subsequently work. Arti secara bebas dapat bermakna bahwa pendidikan kejuruan akan efektif apabila lingkungan belajar dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja. Oleh karena itu, SMK sangat perlu menciptakan dan mengembangkan suasana belajar bekerja nyata, dalam hal ini melalui kegiatan praktik unit produksi dan jasa di lingkungan SMK. Kegiatan praktik kerja nyata yang relevan dengan program keahlian dan tuntutan pasar kerja sangat perlu bagi siswa SMK sebagai wahana replika kerja di dunia SMK. Unit produksi sekolah merupakan suatu program kegiatan usaha yang dilakukan di dalam sekolah dan bersifat bisnis (Profit Oriented) yang dikelola langsung oleh warga sekolah (kepala sekolah, ketua program, guru, dan siswa) dengan memperdayakan sumber daya yang ada serta dikelola secara profesional Guruvalah (www.geocities.ws/guruvalah/entrepreneur_kepsek.html). Dengan kata lain, unit produksi merupakan suatu aktivitas bisnis yang dilakukan secara berkesinambungan dalam mengelola sumber daya sekolah sehingga dapat

menghasilkan produk atau jasa yang mendatangkan keuntungan. Definisi tersebut secara prinsip bersumber dan berkembang dari pada pengertian mengembangkan sekolah setuhnya (School Intergreted Development) yang efektif. Praktikum secara praktis bagi siswa SMK merupakan aspek penting, melalui kegiatan praktik siswa akan memperoleh pengalaman yang riil dalam melakukan pekerjaan tertentu dengan segala kemampuannya kompetensi. Oleh karena itu, untuk mendukung keberhasilan sekolah kejuruan diperlukan usaha bersama baik pemerintah, sekolah, masyarakat, dunia industri dan lain sebagainya. Merujuk dari uraian penjelasan latar belakang di atas, khususnya pentingnya kesiapan kerja bagi siswa SMK dalam memasuki dunia kerja. Sehingga dirasa sangat perlu untuk melakukan kajian dan analisis melalui penelitian dengan judul, Pengaruh Kegiatan Praktik Unit Produksi Sekolah, Pengalaman Praktik Kerja Industri dan Dukungan Lingkungan Keluarga Terhadap Kesiapan Kerja Siswa SMK di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalimantan Selatan. B. Identifikasi Masalah Adapun beberapa permasalahan yang diidentifikasi dari latar belakang antara lain sebagai berikut. 1. Banyaknya lulusan SMK di Kabupaten HSU masih belum terserap di dunia kerja. 2. Beberapa lowongan kerja yang ada lebih mengutamakan yang sudah memiliki berpengalaman. 3. Jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan peluang lowongan kerja yang tersedia

4. Operasional kegiatan unit produksi sekolah SMK di Kabupaten HSU masih terbatas di lingkup sekolah. 5. Pengelolaan dan manajemen unit produksi sekolah SMK di kabupaten HSU belum terprogram secara sistematis dan professional. 6. Kepedulian warga sekolah terhadap kegiatan unit produksi SMK di kabupaten HSU masih rendah. 7. Kurangnya kerja sama pihak sekolah dengan pihak dunia kerja yang relevan untuk kepentingan praktik siswa SMK. 8. Terbatasnya dunia industri dan dunia kerja yang sesuai dengan bidang keahlian siswa SMK di kabupaten HSU. 9. Ketidakyakinan dunia kerja terhadap kemampuan siswa SMK di Kabupaten HSU masih rendah. 10. Peran dan dukungan keluarga dalam mempromosikan anak ke sekolah masih belum nyata. C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan yang terkait dan untuk mengarahkan penelitian ini lebih fokus, maka penelitian perlu dibatasi pada konteks sebagai berikut: 1. Penelitian difokuskan pada karakteristik kesiapan kerja siswa SMK di Kabupaten Hulu Sungai Utara. 2. Penelitian difokuskan pada kegiatan unit produksi sekolah, sebagai sarana penunjang siswa SMK, untuk melatih kemampuan pengetahuan, keterampilan berproduksi atau jasa di lingkup sekolah.

3. Penelitian difokuskan pada kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin), sebagai bagian dari penerapan kebijakan link and macth yang secara langsung dapat melatih kompetensi kerja bagi siswa SMK di dunia kerja, baik secara pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang benar. 4. Penelitian ini juga difokuskan pada dukungan lingkungan keluarga, sebagai lingkungan pertama dan utama bagi anak dalam membentuk, mengembangkan dasar kepribadian untuk menjadi manusia dewasa dan berperan sebagai motivator dalam memasuki dunia kerja. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, maka penelitian ini dapat dirumusan antara lain sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh kegiatan praktik unit produksi terhadap kesiapan kerja siswa SMK di Kabupaten HSU? 2. Seberapa besar pengaruh pengalaman praktik kerja industri terhadap kesiapan kerja siswa SMK di Kabupaten HSU? 3. Seberapa besar pengaruh dukungan lingkungan keluarga terhadap kesiapan kerja siswa SMK di Kabupaten HSU? 4. Seberapa besar pengaruh secara bersama-sama aktivitas kegiatan praktik unit produksi sekolah, pengalaman praktik kerja industri, dan dukungan lingkungan keluraga terhadap kesiapan kerja siswa SMK di Kabupaten HSU? E. Tujuan Penelitian hal berikut: Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain untuk beberapa

1. Menginvestigasi berapa besar pengaruh aktivitas kegiatan praktik unit produksi sekolah terhadap kesiapan kerja siswa SMK di Kabupaten HSU. 2. Menginvestigasi berapa besar pengaruh pengalaman praktik kerja industri terhadap kesiapan kerja siswa SMK di Kabupaten HSU. 3. Menginvestigasi berapa besar pengaruh dukungan lingkungan keluarga terhadap kesiapan kerja siswa SMK di Kabupaten HSU. 4. Menginvestigasi berapa besar pengaruh secara bersama-sama aktivitas kegiatan praktik unit produksi sekolah, pengalaman praktik kerja industri, dan dukungan lingkungan keluraga terhadap kesiapan kerja siswa SMK di Kabupaten HSU. F. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Secara teoritis: a. Dapat menambah teori dan konsep dasar dalam mengkaji tentang kesiapan kerja siswa SMK di kabupaten HSU. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pustaka, yang dapat menambah khasanah keilmuwan bagi para pembaca 2. Manfaat praktis a. Bagi sekolah dan pengelola unit produksi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi alternatif sehingga kedepan mampu menyelenggarakan unit produksi dan kegiatan praktik industri yang efektif dan efisien. b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal dalam mengkaji makna pembelajaran berbasis kerja kaitannya dengan dunia pendidikan kejuruan.