BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KERANGKA TEORITIS. Djarwanto (2001) menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. ROA merupakan salah satu indikator untuk mengukur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Return on Assets (ROA) a. Pengertian Return on Assets (ROA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan dari perusahaan adalah untuk mendapatkan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sementara itu, pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2010:5)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. (Irham Fahmi, 2011 : 239)

BAB 1I TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II URAIAN TEORITIS. aktiva dengan Return on Investment (ROI) pada PT. Sumbetri Megah. Hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan dunia usaha yang semakin cepat dewasa ini membuat

PENGARUH RASIO LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terlebih dahulu apa itu kinerja. Istilah kinerja kerap dihubungkan dengan kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Posisi Keuangan Posisi keuangan merupakan salah satu informasi yang disediakan

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laba menurut beberapa ahli:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawir (2010:2) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini membutuhkan kajian sebagai berikut : yang terjadi dalam suatu perusahaan. menggambarkan kinerja perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam kondisi sehat akan mampu menghadapi tingkat persaingan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi merupakan suatu proses pencatatan, pengelompokan dan

BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian, Tujuan, dan Jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi keuangan dari perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan hasil dari kegiatan operasi normal perusahaan akan memberikan informasi keuangan yang berguna bagi entitas-entitas di dalam perusahaan itu sendiri maupun entitas-entitas lain di luar perusahaan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007:7) Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Berdasarkan definisi diatas, suatu laporan keuangan berfungsi untuk: 1. Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai aktiva, hutang serta modal yang dikenal dengan nama Neraca (Balance Sheet). 2. Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi 20

21 menyeluruh mengenai penghasilan, biaya serta laba atau rugi yang diperoleh yang dikenal dengan nama Laporan Laba Rugi (Income Statement). 3. Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan, yang dikenal dengan nama Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Owners Equity atau Statement of Stockholders Equity). 4. Setiap laporan tersebut menyediakan informasi yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya namun saling berkaitan karena mencerminkan aspek yang berbeda dari transaksi-transaksi atau peristiwa-peristiwa lain yang sama. 2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan Pada awalnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah berfungsi sebagai alat pengujian dari pekerjaan fungsi bagian pembukuan, akan tetapi untuk selanjutnya seiring dengan perkembangan jaman, fungsi laporan keuangan sebagai dasar untuk dapat menentukan atau melakukan penilaian atas posisi keuangan perusahaan tersebut. Dengan menggunakan hasil analisis tersebut, maka pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan. Melalui laporan keuangan juga akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban-kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang, struktur modal perusahaan, pendistribusian pada aktivanya, efektivitas dari penggunaan aktiva, pendapatan atau hasil usaha yang telah dicapai, beban-beban tetap yang harus dibayarkan oleh perusahaan serta nilai-nilai buku dari setiap lembar saham perusahaan yang bersangkutan.

22 Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007:3), tujuan dari laporan keuangan adalah: 1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini adalah memenuhi kebutuhan bersama dari sebagian besar pengguna. Namun demikian laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari berbagai kejadian di masa yang lalu (historis), dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. 3. Laporan keuangan juga telah menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship) atau merupakan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melakukan penilaian terhadap apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen, melakukan hal ini agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin saja mencakup keputusan untuk memanamkan atau menjual investasi mereka dalam suatu perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau melakukan penggantian manajemen. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk mengetahui kondisi keuangan dari suatu perusahaan dan kaitanya dengan:

23 a. Kemampuan perusahaan untuk melaksanakan segala kewajiban-kewajibannya pada saat sini dengan situasi yang kurang mendukung dan tidak dapat diprediksikan di masa yang akan datang. b. Kemampuan perusahaan dalam menarik manfaat untuk melaksanakan transaksi bisnis ataupun perluasan bisnis. Hal ini sangat dimungkinkan karena perusahaan memiliki sarana yang dibutuhkan atau kemampuan memperoleh dana melalui pinjaman (financing) atau penerbitan saham (stock issue). c. Kemampuan perusahaan untuk secara berkesinambungan untuk dapat membayar bunga pinjaman dan dividen. 2.1.3 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Jenis-jenis laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai berikut : 1. Neraca (Balance Sheet) Neraca adalah laporan sumber-sumber dari suatu perusahaan (harta), kewajiban perusahaan (hutang), dan perbedaan antara yang dimiliki (harta) dan apa yang dipinjam (hutang) yang disebut ekuitas. Dalam pengertian aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya (intangible assets) misalnya goodwill, hak paten, hak menerbitkan dan sebagainya. Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.

24 2. Laporan Laba Rugi (Income Statement) Laporan laba rugi yaitu sebagai alat untuk mengetahui kemajuan yang dicapai perusahaan dan juga mengetahui berapakah hasil bersih atau yang didapat dalam suatu periode. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:10), laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut yaitu pendapatan, laba rugi usaha, beban pinjaman, bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas, beban pajak, laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, pos luar biasa, hak minoritas, dan laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. 3. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan modal adalah ringkasan tentang perubahan modal yang terjadi dalam suatu periode tertentu. Maka dapat diketahui bahwa laporan perubahan ekuitas memberikan informasi mengenai tambahan atau pengurangan ekuitas selama periode tertentu. Penambahan ekuitas berasal dari investasi dan laba sedangkan pengurangan ekuitas biasanya karena kerugian atau pengambilan pribadi. 4. Laporan Arus Kas Dalam laporan ini yang dicantumkan semua transaksi dan keterjadian perusahaan yang mempunyai konsekuensi kas. Laporan arus kas menggambarkan keadaan masa yang akan datang, karena informasinya dapat digunakan untuk melakukan prediksi di masa yang akan datang.

25 5. Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen. 2.2 Analisis Laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan merupakan penelaahan terhadap hubungan hubungan dan kecenderungan terhadap laporan keuangan untuk menilai apakah posisi, keuangan, hasil opersi, dan perkembangan perusahaan itu memuaskan atau tidak. Menurut Munawir (2010) bahwa analisis laporan keuangan adalah data keuangan akan lebih berarti bagi pihak pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih dan dianalisa lebih lanjut sehingga dapat mendukung keputusan yang akan diambil. Sedangkan menurut Riyanto (2010) bahwa analisis laporan keuangan adalah dengan cara menghubungkan elemen elemen dari berbagai aktiva satu dengan yang lainnya, elemen elemen dari berbagai pasiva satu dengan lainnya serta menghubungkan elemen elemen dari aktiva dan pasiva dalam neraca pada suatu saat tertentu akan dapat diperoleh banyak gambaran mengenai posisi atau keadaan finansial suatu perusahaan. Dari pertanyaan diatas, dapat dikemukakan bahwa analisis laporan keuangan adalah memperbandingkan elemen elemen yang terdapat dalam

26 laporan keuangan untuk di analisis dalam dua periode atau lebih, sehingga akan dapat diketahui keadaan finansial suatu perusahaan. 2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dianalisis lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil. Sedangkan menurut Harahap (2010) bahwa tujuan analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Screening Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi laporan keuangan perusahaan dalam memilih kemungkinan investasi atau merger. 2. Understanding Analisis dilakukan dengan tujuan untuk memahami perusahaan, kondisi keuangan dan hasil usahanya. 3. Forecasting Analisis dilakukan dengan tujuan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.

27 4. Diagnosis Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasional, keuangan, atau masalah lainnya. 5. Evaluation Analisis dilakukan dengan tujuan untuk memulai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan. Dari pendapat diatas,dapat dikemukakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi atau untuk memberikan gambaran mengenai posisi keuangan dari satu perusahaan yang bermanfaat bagi pimpinan untuk merumuskan kebijaksanaan perusahaan untuk masa yang akan datang. 2.3 Kinerja Keuangan Istilah kinerja atau performance sering dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Selain itu kinerja dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Kinerja menjadi hal penting yang harus dicapai setiap perusahaan karena mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Menurut Munawir (2010:30) bahwa kinerja keuangan perusahaan merupakan satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan perusahaan. Sedangkan menurut Fahmi (2006:64) bahwa kinerja keuangan diartikan sebagai refleksi gambaran dari pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan.

28 Sementara itu Jumingan (2009:239) bahwa kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas. Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan merupakan pencapaian prestasi perusahaan pada suatu periode yang menggambarkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan, karena pengukuran tersebut dapat mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan dalam perusahaan. Sawir (2005:144) menyebutkan bahwa dalam menilai kinerja keuangan yang menggunakan analisis rasio keuangan perlu diketahui standar rasio keuangan tersebut. Standar tersebut dapat menentukan apakah kinerja keuangannya baik atau tidak. Penilian ini dilakukan dengan membandingkan rasio keuangan yang diperoleh dengan standar rasio keuangan yang ada. Pada umumnya, kinerja keuangan perusahaan dikategorikan baik jika besarnya rasio keuangan perusahaan bernilai sama dengan atau di atas standar rasio keuangan. Menurut Munawir (2010:31) bahwa tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah: 1. Mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.

29 2. Mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Mengetahui tingkat profitabilitas atau rentabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu dengan menggunakan aktiva atau modal secara produktif. 4. Mengetahui tingkat stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan mempertahankan usahanya agar tetap stabil, hal tersebut diukur dari kemampuan perusahaan membayar pokok hutang dan beban bunga tepat pada waktunya. Salah satu tujuan terpenting dalan pengukuran kinerja selain yang disebutkan di atas adalah untuk menilai apakah tujuan yang ditetapkan perusahaan telah tercapai, sehingga kepentingan investor, kreditor dan pemegang saham dapat terpenuhi. Untuk itu, analisis laporan keuangan umumnya dilakukan sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan. 2.3.1 Profitabilitas Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba melalui semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Harahap, 2010). Laba perusahaan merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dana (stokeholder) dan merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Seringkali juga digunakan untuk mengukur kinerja

30 perusahaan, dimana ketika perusahaan mempunyai laba yang tinggi berarti kinerjanya baik dan sebaliknya. Pengertian lain juga menyebutkan bahwa profitabilitas (profitability) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan mengukur tingkat efisiensi operasional dan efisiensi dalam menggunakan harta yang dimilikinya (Mas ud, 2008). Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi setiap tahunnya, memiliki kecenderungan untuk menggunakan modal sendiri dibandingkan dengan menggunakan hutang (Kesuma, 2009). Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka secara umum profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang diukur melalui rasio keuangan. Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dan juga untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber-sumber daya yang dimilikinya. Mengenai rasio-rasio profitabilitas sebagaimana yang diutarakan menurut Riyanto (2010:335), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut: 1. Margin keuntungan (profit margin) Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Profit margin = laba bersih Penjualan 2. Tingkat pengembalian Ekuitas (Return On Equity) Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

31 Return On Equity = Laba Bersih Ekuitas Rasio ini mengukur berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Menurut Harahap (2010:305), bahwa semakin besar rasionya semakin bagus karena dianggap kemampuan perusahaan yang efektif dalam menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan laba. 3. Tingkat pengembalian asset (Return On Assets) Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total asset. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Return On Assets = laba Bersih Total asset Penelitian ini menggunakan ROA sebagai alat untuk mengukur profitablias perusahaan. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio rentabilitas yang ada. Syamsuddin (2007:63) mendefinisikan Return on Investment (ROI) atau yang sering juga disebut dengan return on total assets adalah pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan. Menurut Prihadi (2008:68) bahwa Return on asset (ROA) mengukur tingkat laba terhadap aset yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut. Sedangkan Sartono (2009:65) mengemukakan Return on Investment (ROI) atau Return on Total Assets, adalah ratio antara laba setelah pajak/ Earning After Tax (EAT) dengan total aktiva. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income)

32 dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut (net operating assets). Return On Asset (ROA) atau yang sering disebut juga Return On Investment (ROI) diperoleh dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva (Horne dan Wachowicz, 2005). Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut: Return On Asset = Laba bersih setelah pajak Total aktiva ROA merupakan satu dari beberapa indikator yang penting untuk menilai propek perusahaan dimasa mendatang untuk mengetahui sejauh mana profitabilitas suatu perusahaan. Menurut Horne dan Wachowicz (2005) bahwa net profit margin maupun rasio perputaran aktiva tidak dapat memberikan pengukuran yang memadai atas keseluruhan efektifitas perusahaan. Net profit margin tidak memperhitungkan penggunaan aktiva, sedangkan rasio perputaran aktiva tidak memperhitungkan profitabilitas dalam penjualan. ROA dapat mengatasi kedua kelemahan tersebut. Peningkatan dalam daya untuk menghasilkan laba perusahaan akan terjadi jika terjadi peningkatan dalam perputaran aktiva, peningkatan dalam net profit margin, atau keduanya. sehingga informasi ROA ini menjadi nilai positif bagi investor dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Semakin baik pertumbuhan profitabilitas menunjukkan prospek perusahaan di masa depan dinilai semakin baik juga, hal ini berarti semakin baik pula nilai perusahaan dimata investor.

33 2.3.2 Perputaran Piutang ( Receivable Turnover) Penyelenggaraan pasar perekonomian global sekarang ini banyak perusahaan melakukan penjualan produk atau jasa secara kredit. Hal ini berarti bahwa pada saat terjadi transaksi atau menjual tersebut, perusahaan tidak menerima uang tunai tetapi pembayaran produk atau jasa itu ditunda pelaksanaannya untuk jangka waktu tertentu yang telah ditentukan oleh perusahaan berdasarkan syarat-syarat tertentu. Menurut Jusup (2005:52) mendefinisikan piutang sebagai berikut: Piutang merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi penjualan secara kredit. Sedangkan Sutrisno (2009:55) memberikan pengertian piutang sebagai berikut: Piutang dagang adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain sebagai akibat dari penjualan secara kredit. Piutang sebagai elemen dari modal kerja selalu dalam keadaan berputar. Periode perputaran atau periode terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung kepada syarat pembayarannya. Makin lama syarat pembayarannya, berarti makin lama modal terikat dalam piutang yang ini berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu makin rendah. Menurut Sawir (2005:16) perputaran piutang atau receivable turnover adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana kecepatan perputaran piutang. Kasmir (2010:131) menyatakan, perputaran piutang (receivable turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode.

34 Menurut Sutrisno (2009:220) menyebutkan bahwa perputaran piutang (receivable turnover) merupakan ukuran efektivitas pengelolaan piutang. Semakin cepat perputaran piutang, semakin efektif perusahaan dalam mengelola piutangnya. Tingkat perputaran piutang atau receivable turnover dapat diketahui dengan cara membagi penjualan kredit dengan jumlah rata-rata piutang. Hanafi (2010:563) menyatakan bahwa rata-rata periode pengumpulan piutang adalah periode dari penjualan kredit terjadi sampai penjualan tersebut dibayarkan. Menurut Munawir (2010) jangka waktu pengumpulan piutang adalah jangka waktu yang menunjukkan waktu rata-rata yang diperlukan untuk menagih piutang. Sartono (2009) menambahkan periode pengumpulan piutang yaitu rata-rata hari yang diperlukan untuk merubah piutang menjadi kas. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa periode pengumpulan piutang adalah waktu yang dibutuhkan bagi perusahaan untuk mengumpulkan piutang menjadi kas. Periode pengumpulan piutang dapat memberikan tolak ukur mengenai lamanya waktu piutang yang beredar. Apabila rata-rata jangka waktu penagihan piutang terlalu lama, hal ini disebabkan oleh pengendalian piutang yang kurang terkontrol. Semakin lama hari pengumpulan piutang maka akan berdampak buruk pada profitabilitas perusahaan. Sedangkan, semakin cepat hari pengumpulan piutang maka akan berdampak baik bagi profitabilitas perusahaan piutang selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus. Dalam keadaan normal, piutang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi daripada persediaan, karena perputaran piutang ke kas hanya mempunyai satu langkah saja agar dapat menjadi uang tunai.

35 Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang adalah periode terikatnya piutang yang menunjukkan berapa kali piutang tersebut berputar selama periode tertentu sejak terjadinya piutang sampai piutang tertagih kembali kedalam kas perusahaan. Agar perputaran piutang dalam perusahaan efektif dan efisien maka manajemen perusahaan harus bisa mengelola perputaran piutang dengan baik. Piutang dalam perusahaan harus selalu dalam keadaan berputar selama periode tertentu agar terhindar dari terjadinya bad debt. Perusahaan dapat melakukan suatu tindakan untuk mempercepat perputaran piutang. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin tinggi pula profitabilitas pada perusahaan, karena dengan perputaran piutang yang tinggi menyebabkan investasi yang sedikit pada piutang, sehingga akan lebih cepat menjadi kas yang kemudian digunakan untuk investasi kembali dan dapat meminimalkan risiko kerugian piutang (bad debts). 2.3.3 Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) Perusahaan manufaktur selalu berhubungan dengan persediaan karena kegiatan produksi yang dilakukan selalu membutuhkan adanya barang yang siap untuk digunakan sepanjang waktu. Investasi dalam persediaan seringkali merupakan harta lancar yang paling besar dari total harta perusahaan, sehingga menjadi hal yang penting bagi manajemen untuk memantau tingkat persediaan secara cermat. Dalam banyak hal persediaan lebih sensitif terhadap fluktuasi bisnis umum dibanding harta-harta lainnya. Dalam periode yang baik, persediaan dapat segera terjual dan jumlah persediaan di gudang tidak berlebihan, tetapi jika

36 ada penurunan sedikit saja dalam siklus bisnis, banyak jenis persediaan mulai menumpuk di gudang. Pengelolaan persediaan sangat penting untuk menjaga agar persediaan yang ada tidak terlalu banyak juga tidak terlalu sedikit. Persediaan yang terlalu banyak memerlukan biaya yang besar, risiko-risiko dan investasi yang sangat tinggi, sehingga terlalu banyak uang yang di investasikan dalam persediaan dapat merugikan perusahaan, karena uang tersebut tidak menghasilkan keuntungan. Sebaliknya tingkat persediaan yang tidak memadai akan menimbulkan kerugian karena adanya permintaan-permintaan yang tidak dapat dipenuhi. Periode perputaran persediaan perlu diperhatikan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menghabiskan persediaan dalam proses produksinya. Hal ini dikarenakan semakin lama periode perputaran persediaan, maka semakin banyak biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjaga agar persediaan di gudang tetap stabil. Oleh karena itu, diperlukan adanya tingkat perputaran perputaran persediaan yang tinggi untuk mengurangi biaya yang timbul karena kelebihan persediaan. Alasan-alasan di atas meminta manajemen secara khusus perlu merumuskan dan menetapkan cara perencanaan dan pengendalian persediaan yang efektif. Salah satu cara pengendalian persediaan adalah dengan penggunaan rasio perputaran persediaan barang. Seperti telah dijelaskan bahwa makin cepat perputaran persediaan berarti makin kecil terikatnya modal dalam persediaan yang ditanamkan untuk memproduksi barang jadi.

37 Perputaran persediaan merupakan berapa kali persediaan akan berputar dan kembali lagi. Perputaran persediaan merupakan salah satu aktivitas perusahaan yang jelas sangat diperlukan dan diperhitungkan, karena dengan rasio perputaran persediaan tersebut perusahaan dapat mengetahui efisiensi biaya dan berguna juga untuk memperoleh laba yang besar. Pernyataan perputaran persediaan memiliki pengaruh terhadap rentabilitas didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh Orniati (2009) mengatakan bahwa dengan menurunnya jumlah perputaran persediaan maka akan berdampak pada jumlah persediaan dan berakibat pada menurunnya volume penjualan sehingga secara langsung akan menurunkan jumlah laba yang akan diperoleh perusahaan. Pernyataan lainnya dikemukakan oleh Brigham dan Houston (dalam Yulianto, 2006:97) bahwa perputaran lebih rendah menunjukkan menyimpan terlalu banyak persediaan. Kelebihan persediaan adalah sesuatu yang tidak produktif dan mencerminkan investasi dengan tingkat pengembalian yang rendah. Dari pernyataan ini, dapat disimpulkan bahwa menurunnya jumlah perputaran persediaan akan menurunkan jumlah laba yang akan diperoleh perusahaan. Hal ini berarti rentabilitas perusahaan menurun/rendah karena Soemarso (2010:381) menyatakan bahwa rentabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Inventory turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya overstock.

38 Pengertian perputaran persediaan menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut : Menurut Jumingan (2009) menjelaskan bahwa, perputaran persediaan menunjukkan barang dijual dan diadakan kembali selama satu periode akuntansi. Perputaran persediaan ini dihitung dengan membagi harga pokok penjualan (cost of goods sold) dengan persediaan rata-rata atau membagi nilai penjualan netto dengan persediaan rata-rata (jika tidak tersedia data harga pokok penjualan). Adapun untuk mengetahui rata-rata lamanya persediaan barang tersimpan dalam gudang dapat dihitung dengan membagi 365 hari (satu tahun dihitung 365 hari) dengan tingkat perputaran persediaannya. Untuk perusahaan industri terdapat jenis persediaan, yakni persediaan bahan dasar, persediaan barang dalam proses atau barang setengah jadi, dan persediaan barang jadi. Untuk masing-masing jenis persediaan tersebut dapat dihitung pula tingkat perputarannya sebagai berikut : Perputaran persediaan bahan dasar = Jumlah bahan dasar yang dipakai Rata-rata persediaan bahan dasar Perputaran persediaan bahan dalam proses = Jumlah biaya produksi Rata-rata persediaan barang dalam proses Perputaran persediaan barang jadi = Harga pokok penjualan Rata-rata persediaan barang jadi Menurut Kuswadi (2005:82), bahwa tingkat perputaran persediaan barang jadi diukur dengan rasio perputaran persediaan. Perputaran persediaan adalah besarnya rasio harga pokok produksi atas persediaan rata-rata selama satu periode

39 tertentu. Rasio ini bertujuan untuk mengukur sampai seberapa jauh efisiensi perusahaan dalam mengelola dan menjual persediaannya (dalam bentuk produk jadi). Rasio ini menggambarkan kecepatan perputaran persediaan sehingga semakin besar rasio akan semakin baik. Semakin tinggi perputaran ini, semakin singkat atau semakin baik waktu rata-rata antara penanaman modal dalam persediaan dan transaksi penjualan. Menurut Kieso et al (2008) rasio keuangan yang digunakan dalam pengelolaan dan evaluasi tingkat persediaan adalah rasio perputaran persediaan. Rasio perputaran persediaan (inventory turnover ratio) mengukur berapa kali secara rata-rata persediaan terjual selama satu periode. Tujuannya adalah untuk mengukur likuiditas persediaan. Persediaan rata-rata dihitung dengan menambah persediaan awal dengan persediaan akhir lalu dibagi dua. Rasio perputaran persediaan dihitung dengan rumus: Perputaran persediaan = Harga pokok penjualan Persediaan rata-rata Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa tingkat perputaran persediaan mengukur kemampuan perusahaan dalam melakukan perputaran barang dagangannya dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang atau mengimbangi tingkat penjualan yang telah ditentukan, serta efisiensi persediaan dapat dilihat dari tingkat perputaran persediaan. Semakin cepat perputaran persediaan maka akan semakin efisien penggunaan persediaan dalam suatu perusahaan.

40 2.3.4 Current Ratio (Rasio Lancar) Merupakan salah satu dari rasio-rasio likuiditas yang digunakan untuk mengukur seberapa besar likuiditas perusahaan. Rasio lancar merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya (Horne dan Wachowicz, 2005). Dasar perbandingan tersebut dipergunakan sebagai alat petunjuk, apakah perusahaan yang mandapat kredit itu kira-kira akan mampu ataupun tidak untuk memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran kembali atau pada pelunasan pada tanggal yang sudah ditentukan. Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutanghutang tersebut. Namun, suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi bukan merupakan jaminan bahwa perusahaan mampu membayar utang yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit untuk ditagih. 2.3.5 Solvabilitas Ratio Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuanganya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan. Suatu perusahaan dikatakan solvable apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan

41 yang cukup untuk membayar semua hutang hutangnya, sebaliknya apabilah jumlah aktiva tidak cukupatau lebih kecil dari pada hutangnya, berarti persahaan tersebut dalam keadaan insovable. Hutang bisa berasal dari bank atau lembaga pembiayaan lainnya. Pada umumnya perusahaan yang terlalu banyak melakukan pembiayaan dengan hutang, dianggap tidak sehat karena dapat menurunkan laba. Peningkatan dan penurunan tingkat hutang memiliki pengaruh terhadap penilaian pasar (Nor dan Saad, 2012). Kelebihan hutang yang besar akan memberikan dampak yang negatif pada nilai perusahaan (Ogolmagai, 2013). Leverage menjadi indikasi efisiensi kegiatan bisnis perusahaan, serta pembagian resiko usaha antara pemilik perusahaan dan para pemberi pinjaman atau kreditur. Leverage ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva yang dimiliki perusahaan berasal dari hutang atau modal, sehingga dengan rasio ini dapat diketahui posisi perusahaan dan kewajibannya yang bersifat tetap kepada pihak lain serta keseimbangan nilai aktiva tetap dengan modal yang ada. Adapun rasio yang tergabung dalam rasio leverage adalah: 1. Total Debt To Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas) Merupakan perbandingan antara hutang-hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.

42 2. Total Debt to Total Asset Ratio (Rasio Hutang terhadap Total Aktiva) Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. 2.3.6 Pertumbuhan Penjualan (Growth) Penjualan memiliki pengaruh yang strategis bagi sebuah perusahaan, karena penjualan yang dilakukan harus didukung dengan harta atau aktiva dan bila penjualan ditingkatkan maka aktiva pun harus ditambah. Dengan mengetahui penjualan dari tahun sebelumnya, perusahaan dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada. Variabel kontrol didefinisikan sebagai variabel yang diduga dapat berpengaruh terhadap variabel dependen. Tingkat pertumbuhan (growth) pada dasarnya mencerminkan produktivitas perusahaan dan merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihak internal (manajemen) maupun pihak eksternal (investor dan kreditor) perusahaan. pertumbuhan penjualan (sales growth) suatu perusahaan memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Dengan mengetahui seberapa besar pertumbuhan penjualan, perusahaan dapat memprediksi seberapa besar laba yang akan dihasilkan. 2.3.7 Ukuran Perusahaan (Size) Ukuran perusahaan adalah suatu pengukuran yang didasarkan pada besar atau kecilnya perusahaan tersebut. Variabel ukuran perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dari total aktiva perusahaan. Nilai aktiva dipakai

43 sebagai ukuran perusahaan karena selama ini masih terdapat compounding effect yang timbul karena perusahaan yang besar selalu diidentikkan dengan nilai aktiva yang besar pula namun dalam penelitian ini ukuran perusahaan merupakan variabel kontrol (Salno dan Baridwan:2000). Variabel kontrol didefinisikan sebagai variabel yang diduga dapat berpengaruh terhadap variabel dependen. Skala ekonomis besarnya perusahaan menunjukkan besarnya total aktiva suatu perusahaan. Perusahaan yang besar relatif lebih sensitif dibandingkan dengan perusahaan kecil. Secara logis perusahaan yang memiliki nilai aktiva yang tinggi pula sehingga mendorong pihak investor dalam menilai perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang bagus dikarenakan perusahaan tersebut melakukan kegiatan operasionalnya dengan baik. Hal ini akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut. Semakin besar perusahaan tersebut maka semakin besar pula laba yang akan dihasilkan perusahaan, sehingga kinerja perusahaan bisa dikatakan baik, hal inilah nantinya dapat mempengaruhi profitabilitas pada perusahaan tersebut Kusuma (2005) ada tiga teori yang secara implisit menjelaskan hubungan antara ukuran perusahaan dan tingkat keuntungan, antara lain : 1. Teori teknologi, yang menekankan pada modal fisik, economies of scale, dan lingkup sebagai faktor-faktor yang menentukan besarnya ukuran perusahaan yang optimal serta pengaruhnya terhadap profitabilitas. 2. Teori organisasi, menjelaskan hubungan profitabilitas dengan ukuran perusahaan yang dikaitkan dengan biaya transaksi organisasi, didalamnya terdapat teori critical resources.

44 3. Teori institusional mengaitkan ukuran perusahaan dengan faktor-faktor seperti sistem perundang-undangan, peraturan anti-trust, perlindungan patent, ukuran pasar dan perkembangan pasar keuangan. 2.4 Penelitian Terdahulu 1. Hastuti (2010) melakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh Periode Perputaran Persediaan, Periode Perputaran Hutang Dagang, Rasio Lancar, Leverage, Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2008). Dia berpendapat bahwa hanya Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadah ROA. Sedangkan untuk Periode Perputaran persediaan, Periode Perputaran Hutang, Leverage dan Rasio Lancar berpengaruh negatif terhadap ROA. Hal ini berarti bahwa perusahaan dengan periode perputaran persediaan, periode perputaran hutang dagang, rasio lancar dan leverage yang tinggi akan menghasilkan ROA yang rendah. Sedangkan perusahaan dengan pertumbuhan penjualan dan ukuran perusahaan yang tinggi akan menghasilkan ROA yang tinggi. 2. Susanti (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh Pengaruh Perputaran Persediaan, Perputaran Piutang, dan Pertumbuhan Penjualan terhadap ROA pada perusahaan dagang yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Dia berpendapat bahwa secara parsial menunjukkan bahwa variabel perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sedangkan secara parsial variabel perputaran persediaan dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh

45 signifikan terhadap ROA. Secara simultan menunjukkan bahwa variabel perputaran persediaan, perputaran piutang, dan pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap ROA. 2.5 Rerangka Pemikiran Rasio keuangan merupakan rasio yang digunakan oleh perusahaan untuk mengukur efektif tidaknya kebijakan yang telah diambil oleh perusahaan. Rasiorasio yang ada dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Rerangka pemikiran di dalam penelitian ini menjelaskan bahwa dalam penelitian ini variabel independen yang terdiri dari perputaran piutang, perputaran persediaan, current ratio dan debt to equity ratio dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan yang diukur dengan ROA sebagai variabel dependennya. Berdasarkan perhitungan terhadap model analisis, akan diperoleh parameterparameter dengan tanda positif ataupun negatif. Tanda positif ataupun negatif ini menunjukkan hubungan dari variabel independen dan dependennya. Selain rasio keuangan sebagai variabel independen adapun beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan diantaranya adalah pertumbuhan penjualan dan ukuran perusahaan. Faktor tersebut dalam penelitian ini digunakan sebagai variabel kontrol.

46 Variabel Independen : Perputaran Piutang (Receivable Turnover) (RTO) Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) (ITO) Rasio Lancar (Current Ratio) (CR) Variabel Dependen : Profitabilitas (ROA) Debt to Equity Ratio (DER) Variabel Kontrol : Pertumbuhan Penjualan (growth) (GR) Ukuran Perusahaan (Size) Gambar 1 Rerangka Pemikiran 2.6 Hipotesis Penelitian 2.6.1 Pengaruh Perputaran Piutang terhadap ROA Harahap (2010:308) menyebutkan bahwa rasio perputaran piutang ini menunjukan berapa cepat penagihan piutang. Semakin besar perputaran piutang semakin baik karena penagihan piutang dilakukan dengan cepat. Penelitian lain

47 dilakukan oleh Hanafi (2010:563) yang menyatakan semakin cepat piutang tersebut berputar maka semakin tinggi efisiensi modal yang tertanam dalam piutang, dan semakin tinggi perputaran piutang maka semakin pendek waktu pengumpulan piutang. Ini berarti piutang tersebut berputar cepat maka piutang akan lebih cepat menjadi kas sehingga bisa dimanfaatkan kembali untuk operasi perusahaan. H1: Perputaran Piutang berpengaruh positif terhadap ROA 2.6.2 Pengaruh Perputaran Persedian terhadap ROA Perputaran persediaan merupakan rasio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan (Munawir, 2010). Perputaran persediaan ini mengukur berapa kali jumlah persediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun (dijual dan diganti). Semakin tinggi rasio ini semakin baik kinerja suatu perusahaan karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan dengan cepat. H2: Perputaran Persediaan berpengaruh positif terhadap ROA 2.6.3 Pengaruh Current Ratio terhadap ROA Horne dan Wachowicz (2005) profitabilitas berbanding terbalik dengan likuiditas. Semakin besar dana yang ditempatkan untuk memenuhi likuiditas perusahaan, maka perusahaan dapat kehilangan kesempatan untuk mendapatkan tambahan laba karena dana yang dimiliki tidak menghasilkan keuntungan. H3: Current Ratio berpengaruh negatif terhadap ROA

48 2.6.4 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap ROA Menurut Prihadi (2008) menyebutkan bahwa dengan struktur pendanaan lebih besar untuk hutang akan semakin besar resiko kebangkrutan. Hal ini dikarenakan semakin besar resiko kegagalan untuk membayar. Hal lain yang dapat terjadi yaitu menyebabkan jumlah bunga yang harus dibayarkan semakin besar. Ini dikarenakan perusahaan lebih banyak memiliki hutang daripada aktivanya sendiri. H4: Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap ROA 2.6.5 Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap ROA Pertumbuhan penjualan memiliki peran penting dalam pencapaian tujuan perusahaan. Menurut Nugroho (2011) menyebutkan dengan mengetahui seberapa besar pertumbuhan penjualan, perusahaan dapat memprediksi seberapa besar laba yang akan didapatkan. Dengan menggunakan rasio pertumbuhan penjualan, perusahaan dapat mengetahui trend penjualan dari produknya dari tahun ke tahun. Brigham dan Houston (dalam Yulianto,2006) menyebutkan bahwa penjualan harus dapat menutupi biaya sehingga dapat meningkatkan keuntungan, maka perusahaan dapat menentukan langkah yang akan diambil untuk mengantisipasi kemungkinan naik atau turunnya penjualan pada tahun yang akan datang. 2.6.6 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap ROA Dengan adanya sumber daya yang besar, maka perusahaan dapat melakukan investasi baik untuk aktiva lancar maupun aktiva tetap dan juga memenuhi permintaan produk. Hal ini akan semakin memperluas pangsa pasar. Razan dan Zingales (dalam Kusuma, 2005) menurut teori critical resources,

49 semakin besar skala perusahaan maka profitabilitas juga akan meningkat, tetapi pada titik atau jumlah tertentu ukuran perusahaan akhirnya akan menurunkan laba (profit) perusahaan.