BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan usia, jenis kelamin, elemen gigi dan posisi gigi. Berikut tabel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Rizqilayli Fajriyani 1, Erma Sofiani 2. Kedokteran Gigi FKIK UMY ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. jaringan ikat tubuh lainnya yang tersusun oleh jaringan pembuluh darah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 dilakukan pemantauan oleh Depkes RI yang. menunjukkan bahwa dari 13 jenis penyakit gigi dan mulut, yang paling

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Oleh NURADILLAH.BURHAN. Politehnik kesehatan kemenkes makassar jurusan keperawatan gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Beer dkk., 2006; Walton dan Torabinejad, 2008). gejalanya, pulpitis dibedakan menjadi reversible pulpitis dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

RADIOGRAPHIC EVALUATION OF CAPPING PULP DIRECT WITH CALCIUM HIROXIDE HARD SETTING IN DENTAL HOSPITAL UMY

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pulpa radikuler. Pulpa koronal terletak di kamar pulpa pada bagian

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran lebar mesiodistal gigi setiap individu adalah berbeda, setiap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

RADIOGRAPHIC EVALUATION OF INDIRECT PULP CAPPING WITH HARD SETTING CALCIUM HYDROXIDE IN RSGM UMY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian selular, termasuk odontoblas yang membentuk dentin. Anatomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kebersihan gigi dan mulut pada pasien pra-pengguna gigi tiruan cekat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pulpa gigi merupakan jaringan yang membentuk dentin selama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi dan mulut yang paling umum diderita, dan menggambarkan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN PENGGUNAAN SEMEN IONOMER KACA SEBAGAI BAHAN TUMPATAN DI RUMAH SAKIT ROBERT WOLTER MONGISIDI MANADO TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulut yang sering terjadi di Indonesia adalah karies dengan prevalensi karies aktif

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang unik pada bayi, balita, dan anak prasekolah. Dahulu Early Childhood Caries (ECC) dikenal

Rata-rata nilai plak indeks (%)

TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR 6 DAN 12 TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR

I. PENDAHULUAN. terapeutik pilihan yang dilakukan pada gigi desidui dengan pulpa terinfeksi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penilaian Frankl Behavior Rating Scale pada responden yang berjumlah 44

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi dalam melakukan diagnosa dan perencanaan perawatan gigi anak. (4,6,7) Tahap

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

umumnya, termasuk kesehatan gigi dan mulut, mengakibatkan meningkatnya jumlah anak-anak

PERAWATAN PULPA GIGI ANAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 107 mahasiswa profesi PSPDG

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pengunyahan, meningkatkan pengucapan dan memperbaiki estetika

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yang mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang

CLINICAL EVALUATION THE SUCCESS OF DIRECT PULP CAPPING USING HARD SETTING CALCIUM HIDROXIDE AT DENTAL HOSPITAL UMY ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. infeksi dan menutup sistem saluran akar dengan rapat. Perawatan saluran akar

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

BAB 1 PENDAHULUAN. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya (Turner et al, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN PENGGUNAAN MATERIAL RESTORASI SEMEN IONOMER KACA DI POLI GIGI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MANADO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada pasien Pasien pra-pengguna gigi tiruan sebagian lepasan di RSGM UMY

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBHASAN. profesi pendidikan dokter gigi UMY angkatan 2011 di Rumah Sakit Gigi

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kejadian yang penting dalam perkembangan anak (Poureslami, et al., 2015).

STATUS KEPARAHAN KARIES GIGI PADA MURID SEKOLAH DASAR DI DAERAH TERTINGGAL DAN DAERAH PERKOTAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. satu atau lebih gigi asli, tetapi tidak seluruh gigi asli dan atau struktur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fraktur around hip yang menjalani perawatan rutin.

EROSI PERMUKAAN LABIAL GIGI ANTERIOR PERMANEN RAHANG ATAS DAN BAWAH PADA PERENANG DI BEBERAPA KOLAM RENANG MEDAN

*coret yang tidak perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi permanen bersamaan di dalam rongga mulut. Fase gigi bercampur dimulai dari

PERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilakukan di RSGM UMY mengenai evaluasi klinis keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting. Pengambilan sample dilakukan dengan cara melihat data perawatan pasien melalui rekam medis tahun -. Sample yang diperoleh sejumlah 68 sample yang sesuai dengan kriteria inklusi. Data yang diambil dari rekam medis pasien berupa jenis kelamin, umur pasien, jenis gigi yang dirawat, dan keadaan gigi yang sebelum dilakukan perawatan serta setelah dilakukan perawatan pada kontrol - minggu, 5-8 minggu, dan >8 minggu - > tahun dengan penilaian keberhasilan terdiri dari kategori baik, cukup, kurang, dan buruk. Tabel. Distribusi frekuensi keadaan gigi pasien sebelum dilakukan perawatan kaping pulpa indirek Kategori Frekuensi Persentase Baik 5,8 % Cukup 9 56,5 % Kurang 5 8,7 % Buruk Total 68 Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi keadaan gigi pasien sebelum dilakukan perawatan kaping pulpa indirek paling banyak berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 9 responden (56,5%). Sebanyak 5 responden (,8%) pada kategori baik, 5 responden (8,7%) pada kategori kurang dan tidak ada responden () pada kategori buruk.

Tabel. Distribusi frekuensi keadaan gigi pasien - minggu setelah dilakukan perawatan kaping pulpa indirek Kategori Frekuensi Persentase Baik 79 9,6 % Cukup 7, % Kurang,5 % Buruk,6 % Total 5 Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa terdapat sebanyak 5 responden yang datang untuk kontrol pada - minggu setelah dilakukan perawatan kaping pulpa. Sebanyak 79 responden (9,6 %) termasuk kategori baik, 7 responden (, %) kategori cukup, responden (,5 %) kategori kurang, dan responden (,6%) kategori buruk. Table. Distribusi frekuensi keadaan gigi pasien 5-8 minggu setelah dilakukan perawatan kaping pulpa indirek Kategori Frekuensi Persentase Baik 9, % Cukup 6,8 % Kurang,9 % Buruk,9 % Total Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa terdapat sebanyak responden yang datang untuk kontrol pada 5-8 minggu setelah dilakukan perawatan kaping pulpa. Sebanyak responden (9, %) termasuk kategori baik, 6 responden (,8 %) kategori cukup, responden (,9 %) kategori kurang, dan responden (,9%) kategori buruk.

Tabel 5. Distribusi frekuensi keadaan gigi pasien >8 minggu - > tahun minggu setelah dilakukan perawatan kaping pulpa indirek Kategori Frekuensi Persentase Baik 87 9, % Cukup, Kurang, % Buruk,5 % Total Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa terdapat sebanyak responden yang datang untuk kontrol pada > 8 minggu - > tahun setelah dilakukan perawatan kaping pulpa. Sebanyak 87 responden (9, %) termasuk kategori baik, responden (,) kategori cukup, responden (, %) kategori kurang, dan responden (,5%) kategori buruk. Table 6. Distribusi frekuensi keadaan gigi pasien - minggu setelah dilakukan perawatan kaping pulpa indirek berdasarkan pengelompokan usia Usia Kategori Total -5 tahun 5, 5, 5- tahun 7, %, %, % 9,7 % -6 tahun,9 %, %, % 7-5 tahun 5 6,5 %,5 % 9,8 %, % 9 66, % 6-5 tahun 68, %, %, % 7,9 % 6-5 tahun 5 6,8 % 5 6,8 % 6-55 tahun,7 %, %, % 7, % 56-65 tahun 5 5, Total 79 9,6 % 7, %,5 %,6 %, 5

5 Berdasarkan tabel 6 jumlah kunjungan perawatan paling banyak pada responden dengan rentang usia 7-5 tahun yaitu sebanyak 9 responden dengan jumlah responden yang masuk kategori baik sebanyak 5 responden (6,5%). Table 7. Distribusi frekuensi keadaan gigi pasien - minggu setelah dilakukan perawatan kaping pulpa indirek berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Kategori Total Laki-laki 87 6,5 %,8 %,8 %, % 97 8,5 % Perempuan 9 9 5 57, Total 79 9,6 %,5 % 7, %,8 %,5 %, %,6 % 6,5 % 5 Berdasarkan tabel 7 responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak datang untuk melakukan perawatan kaping pulpa indirek yaitu sebanyak 5 responden (6,5%). Table 8. Distribusi frekuensi keadaan gigi pasien - minggu setelah dilakukan perawatan kaping pulpa indirek berdasarkan jenis gigi Jenis Gigi Kategori Total Insisivus Sentral 8 5,8 %, %, %, % 85 6,6 % Insisivus Lateral 6, %, % 6,6 % Kaninus 9,8 %, %, %, % Premolar, %, %, % 5,9 % Premolar 8, %, %,8 % 8 9, % Molar 57,7 % 5,, %, % 65, % Molar,6 %,8 %,8 % 9 5, % Molar 5,7 % Total 79 9,6 %, % 7, %,5 %,6 %,9 % 5

6 Berdasarkan tabel 8 jenis gigi yang sering dilakukan perawatan kaping pulpa indirek yaitu gigi molar pertama dengan jumlah 65 responden (,%). Table 9. Distribusi frekuensi keadaan gigi pasien 5-8 minggu setelah dilakukan perawatan kaping pulpa indirek berdasarkan pengelompokan usia Usia Kategori Total -5 tahun,9 %,9 % 5- tahun,9 % %,5 % 5, % -6 tahun 7, % 7, % 7-5 tahun 66,8 %,9 %,9 %,9 % 9 69,6 % 6-5 tahun 5, %,9 %,5 % 6 6,8 % 6-5 tahun 5, %,5 % 5,6 % 6-55 tahun,9 %,5 %, % Total 9, % 6,8 %,9 %,9 % Berdasarkan tabel 9 jumlah kunjungan perawatan paling banyak pada responden dengan rentang usia 7-5 tahun yaitu sebanyak 9 responden dengan jumlah responden yang masuk kategori baik sebanyak responden (66,8%). Table. Distribusi frekuensi keadaan gigi pasien 5-8 minggu setelah dilakukan perawatan kaping pulpa indirek berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Kategori Total Laki-laki 75 5,,5 %,9 % 78 6, % Perempuan 7 5 6 59, % Total 9, %, % 6,8 %,9 %,9 %,9 %,9 % 6,6 %

7 Berdasarkan tabel jumlah responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak datang untuk melakukan perawatan kaping pulpa indirek yaitu sebanyak 6 responden (6,6%). Table. Distribusi frekuensi keadaan gigi pasien 5-8 minggu setelah dilakukan perawatan kaping pulpa indirek berdasarkan jenis gigi Jenis Gigi Kategori Total Insisivus Sentral 5,,5 %,5 % 5,9 % Insisivus Lateral 6,5 %,5 % 5 7, Kaninus, %, % Premolar 9, %,5 %,7 % Premolar, %,5 %,7 % Molar 66,8 %, % 69, % Molar 8, %,5 %,5 %,5 % 5,8 % Molar 8 9,7 % Total 9, %,5 % 6,8 %,9 %,9 %, % Berdasarkan tabel jenis gigi yang sering dilakukan perawatan kaping pulpa indirek yaitu gigi molar pertama dengan jumlah 69 responden (,%).

8 Table. Distribusi frekuensi keadaan gigi pasien >8 minggu - > tahun setelah dilakukan perawatan kaping pulpa indirek berdasarkan pengelompokan usia Usia Kategori Total -5 tahun,, %, % 5- tahun 6,9 %, %,, % -6 tahun 7, %, %, % 9,9 % 7-5 tahun 6 65,6 %,6 % 7, % 6,9 % 7, % 6-5 tahun 7 5,, %,6 % 5 5,9 % 6-5 tahun, %,%, %,5 % 6-55 tahun 6,9 %, % 7, % 56-65 tahun,6 % Total 9, %,,9 %,5 %,6 % Berdasarkan tabel jumlah kunjungan perawatan paling banyak pada responden dengan rentang usia 7-5 tahun yaitu sebanyak responden dengan jumlah responden yang masuk kategori baik sebanyak 6 responden (65,6%). Table. Distribusi frekuensi keadaan gigi pasien >8 minggu - > tahun setelah dilakukan perawatan kaping pulpa indirek berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Kategori Total Laki-laki 5,7 %, % 5,6 %, 8,5 % Perempuan 75 5 9 55,7 % Total 87 9, %,6 %,,6 %, %,5 %,5 % 6,5 %

9 Berdasarkan tabel jumlah responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak datang untuk melakukan perawatan kaping pulpa indirek yaitu sebanyak 9 responden (6,5%). Table. Distribusi frekuensi keadaan gigi pasien >8 minggu - > tahun setelah dilakukan perawatan kaping pulpa indirek berdasarkan jenis gigi Jenis Gigi Kategori Total Insisivus Sentral 8, %, %, %, Insisivus Lateral 7 5, %, % 8 5,7 % Kaninus 5,6 % 5,6 % Premolar, %, %,5 % Premolar 7 8,6 %, %,6 % 9,6 % Molar,8 %,, % 5, Molar 7,6 % 5,6 %, 8 6, % Molar, % Total 87 9, %, %,, %,5 %,5 % Berdasarkan tabel jenis gigi yang sering dilakukan perawatan kaping pulpa indirek yaitu gigi molar pertama dengan jumlah responden (5,%). B. PEMBAHASAN Keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek secara klinis didapat dari hasil pemeriksaan subyektif dan pemeriksaan obyektif baik ekstra oral maupun intra oral. Evaluasi klinis dilakukan dengan pemberian kriteria skor kesembuhan pada suatu kasus sebagai: buruk, kurang, cukup, dan baik (Rukmo, ). Kriteria klinis yang digunakan untuk menentukan keberhasilan

5 perawatan kaping pulpa indirek adalah tidak adanya nyeri spontan dan atau sensitivitas pada gigi, tidak ada fistula, edema, dan atau pergerakan gigi yang abnormal (Franzon et al, 7). Sebelum dilakukan perawatan kaping pulpa indirek, keadaan gigi pasien paling banyak terdapat pada kriteria cukup yaitu sebesar 56,5 % atau sebanyak 9 responden dari total 68 responden. Keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek yang dilakukan oleh dokter gigi muda di RSGM UMY tahun - pada kontrol - minggu menunjukkan hasil dominan dengan kriteria baik 9,6 %, kontrol 5-8 minggu dengan kriteria baik 9, %, dan kontrol >8 minggu - > tahun dengan kriteria baik 9, %. Hal ini sesuai dengan penelitian Murray dan Godoy (6) yang menyatakan gigi dengan lesi karies yang dalam setelah dilakukan perawatan kaping pulpa indirek memiliki tingkat keberhasilan 86 % selama lebih dari tahun. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh sebuah studi yang menyatakan bahwa tingkat kesuksesan perawatan kaping pulpa indirek dengan menggunakan kalsium hidroksida adalah sebesar 9, % (Chandra et al, ). Hasil penelitian yang telah dilakukan di RSGM UMY diketahui bahwa secara deskriptif terdapat perbedaan tingkat keberhasilan perawatan pada - minggu, 5-8 minggu, dan >8 minggu setelah dilakukan perawatan kaping pulpa indirek. Tingkat keberhasilan pada kategori baik pada kontrol minggu sebesar 9,6%, 5 8 minggu 9,%, dan > 8 minggu 9,% dengan persentase rata-rata keberhasilan sebesar 9,%. Pada kriteria buruk pada kontrol - minggu sebesar,6 %, 5-8 minggu,9 %, dan > 8 minggu,5 %. Dentin

5 tersier akan terbentuk lebih dari 6 hari (8 minggu) setelah pengaplikasian bahan kaping. Pembentukan dentin tersier pada minggu keempat menghasilkan dentin tipis yang bersifat porous, namun pembentukannya masih terus berlanjut. Pembentukan jembatan dentin yang baru sering dianggap sebagai indikasi keberhasilan perawatan kaping pulpa (Hargreaves dan Goodis, ). Material kalsium hidroksida dianggap dapat menstimuli diferensiasi sel-sel odontoblas baru yang akan membentuk dentin tersier (Walton dan Torabinejad, 8). Menurut American Academy of Pediatric Dentistry (), keadaan gigi yang terlindungi dari kontaminasi bakteri menghasilkan prognosis yang baik karena pembentukan dentin reparatif untuk melindungi pulpa juga akan terbentuk. Indikasi keberhasilan secara klinis dan radiografis ditunjukkan dengan tidak adanya tanda dan gejala patologi dan tanggalnya gigi secara dini. Kegagalan dicatat ketika gigi secara klinis diekstraksi atau adanya tanda patologi secara radiografis seperti adanya nyeri setelah perawatan, pembengkakan, terbentuknya abses, mobilitas abnormal dan internal, resorbsi akar eksternal, atau adanya furkasi. Gigi yang tanggal lebih dini (lebih dari 6 bulan awal) dan adanya karies sekunder pada permukaan restorasi gigi yang dilakukan perawatan juga dicatat sebagai kegagalan (Al-Zayer et al, ). Aplikasi bahan restorasi sementara dan permanen harus diperhatikan kualitasnya, karena kegagalan yang paling sering dikaitkan dengan restorasi yang tidak memadai (Bjorndal, 8).

5 Keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting dapat dilihat berdasarkan usia, jenis kelamin, dan jenis gigi. Hasil penelitian berdasarkan pengelompokan usia pada kontrol - minggu, 5-8 minggu, dan >8 minggu menunjukkan bahwa usia yang dominan datang untuk melakukan kontrol perawatan kaping pulpa indirek adalah usia 7-5 tahun dengan keadaan gigi dominan pada kategori baik. Usia tersebut merupakan usia remaja akhir menurut Depkes RI (9). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Monica dkk (5) pasien dengan usia antara - tahun mempunyai tingkat keberhasilan terhadap perawatan yang tinggi karena sel di dalam pulpa yang banyak sehingga memungkinkan proses penyembuhan berjalan dengan baik. Berdasarkan jenis kelamin, kunjungan perawatan kaping pulpa indirek lebih didominasi oleh perempuan dibandingkan laki-laki dengan kriteria baik di atas 5%. Sesuai dengan hasil penelitian Asgary et al () yang menyatakan bahwa sebanyak 6 responden perempuan (57.%) datang untuk melakukan perawatan kaping pulpa indirek sedangkan jumlah responden lakilaki hanya terdiri dari responden (.9%). Penelitian yang dilakukan oleh Azado dan Unamatokpa () di Nigeria dari total 7 orang yang berkunjung ke dokter gigi terdapat orang berjenis kelamin perempuan dan sisanya sebanyak 6 orang berjenis kelamin laki-laki. Hal tersebut menunjukkan bahwa wanita lebih sering mengunjungi dokter gigi dan mengutamakan kebersihan gigi dan mulut dibanding laki-laki (Permatasari, ). Menurut American

5 Dental Association (ADA), perempuan (89%) lebih rutin datang ke dokter gigi untuk merawat giginya dibandingkan laki-laki (75%). Berdasarkan jenis gigi, gigi yang sering dilakukan perawatan kaping pulpa adalah gigi molar pertama. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya pit dan fisur pada gigi molar permanen sehingga sisa makanan mudah menumpuk pada daerah ini sehingga mudah terjadi karies. Gigi molar pertama permanen banyak terserang karies segera setelah erupsi dan merupakan gigi permanen yang pertama kali tumbuh. Hasil penelitian di Inggris menyatakan anak pada usia tahun sebanyak 6% telah mengalami karies molar pertama permanen (Susi dkk, ). Berdasarkan sebuah studi yang dilakukan oleh Al-Zayer et al () menyatakan bahwa umur, gender, penilaian resiko karies, dan tingkat pengalaman operator tidak berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan suatu tindakan kaping pulpa indirek. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Walton & Torabinejad (997) bahwa lokasi gigi (atas atau bawah, anterior atau posterior), maupun faktor-faktor demografis (umur dan jenis kelamin) tidak merupakan faktor yang konsisten berpengaruh pada perawatan. Hasil penelitian yang dilakukan di RSGM UMY tentang perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting menunjukkan tingkat keberhasilan yang tinggi yaitu rata-rata di atas 9% baik pada kontrol - minggu, 5-8 minggu, dan >8 minggu.