BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 5088 siswa SMP dan sederajat di Sumaetra Barat tidak lulus UN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL BELAJAR. Persyaratan. Disusun Oleh: A

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi siswa agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah. menjadi kader-kader pembangun bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. jalan untuk mencerdaskan bangsa adalah melalui dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN., karena dengan bekal pendidikan khususnya pendidikan formal diharapkan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar, baik guru maupun siswa pasti

BAB I PENDAHULUAN. siswa yang menganggap bahwa matematika itu sangat sulit dan membosankan. Padahal tidak semua anggapan mereka itu benar.

BAB I PENDAHULUAN. faktor mempengaruhi keberhasilan pendidikan tanpa diketahui faktor

BAB I PENDAHULUAN. atau pengalaman (Ngalim Purwanto, 2007:85). Dimana pengalaman. merupakan guru yang paling baik dalam belajar.

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas/mutu kehidupan manusia. Pendidikan ini terjadi melalui serentetan

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Widhi Anugrah Sukma Gemilang, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. dapat tercapai sesuai yang diinginkan (Hamalik, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar bisa hidup lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak. diperbincangkan, diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng

I. PENDAHULUAN. menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak suatu penciptaan dibatasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi sesuai Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan selanjutnya, sehingga pembelajaran di SD haruslah

BAB I PENDAHULUAN. materi pelajaran dapat diterima dengan mudah oleh siswa. Jika guru dapat

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

WILLY MONARINDRA A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian

BAB I PENDAHULUAN. lulusan dalam bidang matematika. Melalui pembelajaran matematika, siswa

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. yang luas dari para penulis, maupun para penyusun kurikulum khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran matematika sangat diperlukan adanya motivasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tinggi. Mencapai hasil yang maksimal dalam dunia pendidikan,

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. (Pasal 1 ayat 1 UU sisdiknas No. 20 tahun 2003). pendidik dan sarana serta prasarana yang berkualitas. Peringkat pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Jalur pendidikan di Indonesia terbagi menjadi tiga arah yaitu. pendidikan informal, pendidikan formal, dan pendidikan nonformal.

BAB I PENDAHULUAN. saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. siswa belum menguasai materi secara keseluruhan. Sistem pembelajaran

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN CARA BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE CONTEXTUAL

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan siswa dalam melakukan langkah - langkah pembelajaran dapat

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kalangan, keberadaannya yang multifungsional menjadikan pendidikan. merupakan tolak ukur yang utama dalam kehidupan.

MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI MATEMATIKA DI KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini akan dicapai apabila semua terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rohyan Sosiadi, 2013

: ICE DAHNIAR NIM A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. ini mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai taraf optimal.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya (Permana dan Utari Sumarmo, 2007: 117). Koneksi matematika harus

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia. Menurut Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 Standar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. belajar tergantung selain pada kemampuan juga pada minat belajar setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan siswa menyelesaikan soal cerita matematika meningkat. Dalam. dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pendidikan, Indonesia masih menghadapi berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

Tri Ani Hastuti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi siswa harus berperan aktif mencari sumber-sumber lain supaya tujuan

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam abad ke 21 ini. Oleh karena itu, siswa perlu dipersiapkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun ini banyak siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki hasil belajar matematika rendah. Hal ini dibuktikan dengan beberapa pemberitaan di media di beberapa daerah dari tahun ke tahun. Tahun 2009 sebanyak 5088 siswa SMP dan sederajat di Sumaetra Barat tidak lulus UN dalam mata pelajaran matematika (ujiannasional.org,2009). Pada tahun berikutnya sekertaris panitia UN Sulawesi Barat, Syamsir Syam yang dikutip oleh phinisinews (2011) mengatakan Sebanyak 1.620 siswa SMP dan sedaerajat dari total peserta UN sebanyak 18.207 se-sulawesi Barat, dinyatakan tidak lulus UN tahun ajaran 2011-2012 disebabkan nilai mata pelajaran matematika. Kelulusan ujian nasional (UN) tahun 2009 tingkat SMP sederajat di Jawa Tengah dari 504.315 siswa yang tidak lulus sebanyak 34.113 (12,36%), sebagian besar siswa tidak lulus ujian pada mata pelajaran matematika (forumkomunikasi, 2009). Pada tahun 2010 di Karanganyar termasuk Colomadu, dari 12.130 siswa SMP/MTs yang mengikuti ujian nasional (UN) sebanyak 856 siswa (7,86%) belum lulus ujian, sebagian besar siswa tidak lulus pada mata pelajaran matematika (suaramerdeka.com, 2010). Menurut Sri Suranto (Kepala Depdiknas Karanganyar) Hasil UN SMP/MTs 2010 1

2 digunakan untuk memetakan kondisi dunia pendidikan di Karanganyar. Hasil ini dimanfaatkan sebagai sarana berinterospeksi diri tentang proses mengajar siswa. Menurut Slameto (2003:54) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu: Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (Intern) yaitu faktor biologis, faktor psikologis. Faktor yang ada pada luar individu yang disebut dengan faktor Ekstern, yaitu lingkungan. Lingkungan dapat berupa fasilitas belajar, cara guru mengajarkan (metode) dan pendidikan guru. Dalam UU SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003 Bab III Pasal 45 tentang sarana dan prasarana pendidikan, dinyatakan bahwa : 1. Setiap satuan pendidikan formal maupun non formal meyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, kecerdasan intelektual sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. 2. Ketentuan mengenai penyediaan sarana dan prasarana pendidikan pada semua satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Dari kedua ayat di atas dimaksudkan agar tiap-tiap sekolah menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai semua

3 keperluan pendidikan agar siswa dapat memanfaatkannya sebagai penunjang belajar siswa. Pada kenyataanya masih ada sekolah yang fasilitasnya masih kurang (zonapantau.com). Berdasarkan hasil penelitian Setyono (2010) siswa yang prestasi belajarnya kurang disebabkan karena kurangnya fasilitas belajar yang ada di sekolah seperti perpustakaan sekolah, alat peraga, ruang praktek, laboratorium komputer, dan sebagainya. Berkenaan dengan pembelajaran (pendidikan dalam arti terbatas), pada dasarnya setiap kegiatan pembelajaran pun harus direncanakan terlebih dahulu sebagaimana diisyaratkan dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007. Menurut Permediknas ini bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi dari pengamatan Depdiknas dibeberapa sekolah diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa masih rendah. Hal ini disebabkan karena penerapan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru-guru masih berfokus pada metode ceramah yang hanya menjadikan siswa sebagai objek belajar bukan subjek belajar. (Depdiknas, 2006:12)

4 Peneliti mensinyalir masih seringnya penggunaan pembelajaran konvensional pada kegiatan belajar merupakan faktor dominan yang mempengaruhi hasil belajar. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang mengandalkan ceramah dan alat bantu utama yaitu papan tulis, sehingga proses belajar mengajar terfokus pada keaktifan guru dan siswa cenderung pasif dan merasa bosan. Dalam konteks pembelajaran maka guru dituntut untuk dapat mengelola pembelajaran (learning management), yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran (Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses). Di sini, guru lebih berperan sebagai agen pembelajaran (PP 19 tahun 2005), tetapi dalam hal ini lebih dikenal dengan istilah manajer pembelajaran, guru bertindak sebagai seorang planner, organizer dan evaluator pembelajaran). Dari uraian di atas maka penentuan strategi pembelajaran itu sangat penting untuk menanggulangi anggapan bahwa matematika adalah pembelajaran yang sulit. Strategi pembelajaran yang mampu mengantisipasi kelemahan pembelajaran konvensional salah satunya adalah Pembelajaran Kontekstual (CTL). Menurut Sanjaya Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan (Supriyono, 2009:79). Karena materi ini mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata maka matematika

5 tidak terlihat abstrak sehingga siswa mampu memahami materi. Pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan keaktifan siswa, pembelajaran lebih terintegrasi dan menyenangkan karena siswa lebih berantusias jika pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan di sekitar mereka (depdiknas, 2009). Dari uraian di atas maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian mengenai PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI I JATEN KARANGANYAR KELAS VII. B. Identifikasi Masalah Pelaksanaan proses pembelajaran matematika masih banyak mengalami permasalahan yang dihadapi. Permasalahan yang dihadapi diantaranya: 1. Proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang cenderung monoton dan membosankan karena tidak ada variasi dalam pembelajaran. 2. Adanya anggapan bahwa matematika merupakan materi ajar yang sulit dipahami. 3. Siswa kurang mampu memahami konsep matematika karena matematika abstrak.

6 C. Pembatasan Masalah 1. Penggunaan metode pembelajaran kontekstual dan konvensional sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika. 2. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa SMP N 1 Jaten Karanganyar kelas VII tahun ajaran 2012/2013 pada materi himpunan. D. Rumusan Masalah Bagaimanakah perbedaan hasil belajar matematika menggunakan metode pembelajaran kontekstual dan konvensional pada siswa SMP N I Jaten kelas VII tahun ajaran 2012/2013 materi himpunan? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar matematika siswa SMP N I Jaten kelas VII tahun ajaran 2012/2013 materi himpunan. F. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Secara umum hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai pengembangan ilmu dan sebagai sarana dalam menuangkan ide ilmiah serta memperoleh pengalaman dalam penelitian.

7 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru, memberikan pengalaman baru atau referensi terhadap pembelajaran kontekstual. b. Bagi siswa, dapat mengembangkan keaktifan dan bekerjasama dalam proses pembelajaran seperti menemukan konsep, memberikan pengalaman dalam pembuktian permasalahan, dan belajar bersama. c. Bagi sekolah, sebagai masukan bahwa pembelajaran kontekstual memberikan perbaikan dalam proses pembelajaran sehingga meningkatkan kualitas hasil belajar matematika. d. Bagi peneliti, membuka wawasan dan menambah pengalaman dalam proses pembelajaran yang menerapkan strategi pembelajaran kontekstual. e. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk pengembangan strategi pembelajaran lainnya.