BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGINGAT CERITA MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEDIA BONEKA TANGAN PADA ANAK KELOMPOK B TK MASYITOH IV SURAKARTA TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. lahir sampai dengan usia enam tahun. Pemberian rangsangan pendidikan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara luas diketahui bahwa periode anak dibagi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kognitif saja tetapi juga tidak mengesampingkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI NYANYIAN/LAGU BAGI ANAK USIA DINI

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum memasuki

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (Undang Undang Sisdiknas tahun 2003) dari inilah maka, Pendidikan yang. bagaimana keberhasilan anak di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN FINGER PAINTING (Studi Kasus di BA Aisyiyah Nur Qomariyah, Kenokorejo, Polokarto, Sukoharjo) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) saja, tetapi masyarakat mulai mengenal PAUD. Dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan formal (Taman Kanak Kanak, Raudhatul Athfal,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. Kanak- kanak. TK adalah tempat anak belajar, anak berkembang lewat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. dari peradaban manusia. Dengan kata lain, baik buruknya manusia itu

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Miranti Rachmawati, 2014 Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Melalui Metode Bercerita Menggunakan Boneka Tangan

BAB I PENDAHULUAN. maupun Internasional. Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan

Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode merupakan cara yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Setiap guru

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kemampuan untuk berbuat dan belajar pada masa-masa berikutnya. Rentangan

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. juga masa awal kanak-kanak yang memiliki berbagai karakter atau ciri-ciri.

BAB I PENDAHULUAN. hlm 3. 1 Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011),

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. prasekolah, serta merupakan wadah pendidikan pertama di jalur formal yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia indonesia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan anak yang berusia antara 0 sampai enam tahun (Masnipal, 2013). Usia dini merupakan usia emas bagi anak. Usia tersebut merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak. Pada usia ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Pada masa ini pula anak bisa mulai memperoleh proses pendidikan. Pada usia tersebut anak mengalami masa peka untuk menerima rangsangan atau stimulus, sehingga cara belajar seharusnya anak dibuat menyenangkan. Pendidikan anak usia dini menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 14 adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Ruang lingkup pendidikan anak usia dini ada tiga jalur yaitu pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal anak usia dini salah satunya adalah pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK). TK merupakan tempat yang menyenangkan, nyaman, aman dan menarik bagi anak untuk bereksplorasi, mengembangkan kreativitas serta mengembangkan aspek-aspek perkembangan yang meliputi aspek kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial-emosi, dan lain-lain. Semua aspek perkembangan diharapkan dapat berkembang secara seimbang antara aspek yang satu dengan yang lain karena konsep diri dan harga diri seseorang akan turun kalau mereka tidak dapat melaksanakan tugas perkembangannya dengan baik dan mereka akan mendapat kecaman dan celaan dari masyarakat sekelilingnya (Mönks,Knoers, &Haditono 2004). Kemampuan kognitif diperlukan oleh anak dalam rangka mengembangkan pengetahuannya 1

2 tentang apa yang anak lihat, dengar, rasa, raba, ataupun penciuman melalui panca indera yang dimilikinya. Sujiono (2007) menyatakan bahwa proses kognisi meliputi berbagai aspek, seperti persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran dan pemecahan masalah. Ingatan merupakan kemampuan anak untuk menerima dan memasukkan informasi (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali informasi yang pernah dialami (remembering), serta mempunyai kemampuan memecahkan masalah. Suyadi (2014) yang mengutip revisi taksonomi Bloom, menyatakan bahwa kegiatan mengingat menggambarkan kerja otak dalam menyimpan informasi dan materi pembelajaran. Selain itu, kegiatan mengingat terjadi di semua tingkatan berpikir. Oleh karena itu, kemampuan mengingat sangat penting dalam proses kegiatan pembelajaran. Sesuai dengan Krathwohl (2002) mengingat merupakan kemampuan kognitif dasar yang dimiliki setiap manusia. Proses mengingat selalu akan digunakan pada tahap-tahap kemampuan kognitif selanjutnya. Ingatan manusia dan kemampuan otak manusia akan selalu kuat apabila digunakan dan distimulus dengan tepat. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 8 Januari sampai 15 Januari 2016 terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan pada kelompok B TK Masyitoh IV Surakarta diperoleh informasi bahwa kegiatan pembelajaran sudah sangat menarik. Guru mampu memberikan materi pembelajaran secara utuh dan sesuai dengan dunia anak, tetapi terdapat beberapa masalah yaitu anak sering kali hanya sebatas mendengarkan saat guru menjelaskan dan meniru gambar ataupun tulisan yang diberikan guru melalui papan tulis ke dalam buku anak. Hasil wawancara dengan guru kelompok juga menunjukkan bahwa kemampuan anak kelas B masih belum berkembang optimal terlihat ketika anak mengingat suatu hal atau mengingat tentang urutan sesuatu anak masih mengalami kesulitan. Anak- anak terkadang masih lupa tentang urutan suatu cerita atau yang lainnya. Hanya terdapat beberapa anak saja yang kemampuan mengingatnya bagus. Selain itu, jumlah anak dalam kelas yang lumayan banyak, yaitu 20 anak dengan 1 orang guru mengakibatkan kondisi kelas yang kurang kondusif karena guru kurang bisa mengkondisikan kelas dan membuat anak

3 menjadi sulit untuk berkonsentrasi. Anak mengalami kesulitan contohnya dalam mengurutkan langkah-langkah dalam melakukan sesuatu ataupun proses terjadinya sesuatu, apabila anak kurang memahami atau lupa tentang materi tersebut, maka kegiatan yang dilakukan menjadi kurang optimal. Permasalahan lain yang muncul di TK Masyitoh IV pada kelompok B adalah kemampuan untuk mengingat cerita. Berdasarkan permasalahan yang ada peneliti melakukan pretest kemampuan mengingat cerita dengan indikator 1) menjawab pertanyaan lebih kompleks, 2) melanjutkan sebagian cerita/ dongeng yang talah diperdengarkan, dan 3) mulai membuat urutan dalam cerita (alur). Hasil pretest menunjukkan kemampuan mengingat cerita diperoleh hasil persentase tuntas 7 anak atau 35 % dan belum tuntas 13 anak atau 65 %. Kemampuan mengingat cerita anak masih belum maksimal terlihat saat guru melakukan review pada akhir pembelajaran atau cerita sebagian besar anak tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru tentang pembelajaran atau cerita yang telah disampaikan. Anak dalam mengingat suatu hal ataupun cerita masih perlu dipancing seperti menyebutkan suku kata awal dari sebuah kata, dan saat anak diminta kembali menceritakan kembali cerita yang telah diperdengarkan, beberapa anak merasa kesulitan, kalaupun ada yang sudah bisa tetapi alur urutan ceritanya masih belum benar. Faktor yang menyebabkan kurangnya kemampuan mengingat cerita pada anak disebabkan media yang digunakan kurang menarik, sehingga anak kurang tertarik dan mudah bosan dengan pembelajaran yang disampaikan. Ketika memberikan cerita guru sering menggunakan buku cerita atau dongeng terkadang hanya dengan menggambar di papan tulis, anak pun mudah bosan dan tidak memperhatikannya. Media pembelajaran yang digunakan masih kurang bervariasi hanya menggunakan buku cerita dan gambar, sehingga anak harus diberi rangsangan dengan media yang tepat agar kemampuan mengingat cerita anak dapat meningkat. Terdapat bermacam-macam jenis metode pembelajaran dalam bercerita yang dicetuskan oleh para ahli, tetapi di TK Masyitoh IV metode yang sering digunakan adalah metode pemberian tugas dan benyanyi, sehingga anak merasa

4 bosan dengan metode yang sering digunakan. Metode yang ingin peneliti gunakan untuk meningkatkan kemampuan mengingat cerita yaitu metode bercerita berbantuan media boneka tangan. Boneka tangan merupakan alat bantu visual yang sangat baik. Boneka tangan dapat mempertahankan perhatian dan mendorong partisipasi anak. Boneka tangan juga mendorong anak bercakap-cakap dengan orang lain (Brits, J., Potgieter, A, dan Potgieter, M.,2014). Selain itu boneka tangan dapat digunakan langsung oleh anak. Pada saat anak menceritakan kembali cerita yang dibawakan guru, boneka tangan ini dapat merangsang dan dapat membantu mengingat kembali isi cerita. Kegiatan ini pun akan dilakukan dengan pendekatan yang sesuai dengan usia dan perkembangan anak. Bachri (2005) mengatakan bahwa bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Melalui metode bercerita dengan boneka tangan sebagai media pembelajaran, anak dapat mendengarkan cerita sambil melihat berbagai macam karakter boneka tangan yang digunakan guru dalam menyampaikan cerita. Boneka tangan yang digunakan saat kegiatan bercerita pun bervariasi disesuaikan dengan materi cerita yang akan disampaikan. Gunawan (2010) berpendapat bahwa boneka sebagai media cerita memiliki banyak kelebihan dan keuntungan. Anak-anak pada umumnya menyukai boneka, sehingga cerita yang dituturkan lewat karakter boneka jelas akan mengundang minat dan perhatiannya. Anak-anak juga bisa terlibat dalam permainan boneka dengan ikut memainkan boneka. Hal ini berarti, boneka bisa menjadi pengalih perhatian anak sekaligus media untuk berekspresi atau menyatakan perasaannya. Bahkan boneka bisa mendorong tumbuhnya fantasi atau imajinasi anak. Ketertarikan anak pada boneka tangan akan membuat anak memperhatikan cerita yang disampaikan dan membuat cerita tersebut lebih berkesan untuk anak. Cerita yang berkesan tersebut biasanya akan diingat oleh anak. Kemampuan mengingat anak pun akan menjadi lebih kuat dengan penggunaan media tersebut. Peneliti menggunakan boneka tangan karena boneka tangan adalah media visual yang merupakan sarana dalam menyampaikan pesan atau materi dalam

5 kegiatan pembelajaran. Boneka tangan sangat membantu komunikasi menjadi efektif, maka diharapkan dapat memberi kontribusi positif pada kemampuan mengingat cerita pada anak didik. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengajukan penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan kemampuan mengingat cerita melalui metode bercerita dengan media boneka tangan pada anak kelompok B TK Masyitoh IV Surakarta tahun pelajaran 2015/2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut Apakah melalui metode bercerita dengan media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan mengingat cerita pada anak kelompok B TK Masyitoh IV Surakarta tahun ajaran 2015/2016?. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat ditetapkan tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut Untuk meningkatkan kemampuan mengingat cerita melalui metode bercerita dengan media boneka tangan pada anak kelompok B TK Masyitoh IV Surakarta tahun ajaran 2015/2016. D. Manfaat Penelitian Penelitian tentang penerapan metode bercerita dengan media boneka tangan untuk meningkatkan kemampuan mengingat cerita pada anak kelompok B TK Masyitoh IV Surakarta tahun pelajaran 2015/2016 diharapkan memiliki manfaat, yaitu : 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini digunakan sebagai acuan kegiatan pembelajaran di TK khususnya dan pendidikan anak usia dini pada umumnya, serta menambah pengembangan kegiatan pembelajaran tentang kemampuan mengingat cerita dan metode bercerita dengan media boneka tangan.

6 2. Manfaat Praktis a. Bagi anak 1) Meningkatnya kemampuan anak dalam mengingat cerita. 2) Memberikan suasana belajar yang lebih menyenangkan, sehingga anak lebih semangat dalam belajar. b. Bagi guru 1) Meningkatnya profesionalisme guru. 2) Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran tentang kemampuan mengingat urutan cerita dan metode bercerita dengan media boneka tangan di TK. 3) Memberikan motivasi kepada guru untuk lebih kreatif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di TK. c. Bagi sekolah Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pertimbangan dan rujukan dalam menetukan program atau kegiatan dalam upaya meningkatkan kemampuan mengingat cerita pada anak melalui metode bercerita dengan media boneka tangan.