BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru adalah profesi yang mulia dan tidak mudah dilaksanakan serta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ani Sumarni, 2013

I. PENDAHULUAN. seorang guru itu belumlah terwujud dalam usaha mereka untuk. membelajarkan dengan pertimbangan-pertimbangan yang seksama.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalir begitu cepat ini memberikan pengaruh terhadap perilaku peserta

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB I PENDAHULUAN. kompleks sehingga sulit dipelajari dengan tuntas. Oleh sebab itu masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Adanya

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia mulai mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Terbukti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widi Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. SKI), dalam kurikulum SMP Muhammadiyah 5 menjadi salah satu bagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PENINGKATAN KARAKTER RASA INGIN TAHU SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan persaingan hidup yang semakin tinggi. Tanpa pendidikan sama sekali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA

SKRIPSI RITA SRI WAHYUTI NIM: A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam meningkatkan kualitas hidup kreativitas sangatlah penting, karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menghabiskan waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan kini tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dasar tidak dilatih untuk berekspresi secara bebas dan terlalu lama dibiasakan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Karena, kreativitas belajar dapat melatih siswa untuk tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Seri Pengabdian Masyarakat 2015 ISSN: Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 4 No. 3, September 2015 Halaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ejaan yang salah dalam kehidupan sehari-hari sah-sah saja, tetapi bagi

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar. Disusun oleh: HARYANI ISTIQOMAH A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang serba modern dan canggih ini, dimana perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Efektivitas pembelajaran di sekolah merupakan indikator penting yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki, berpikir kritis dan memecahkan permasalahan yang. mengarah pada peningkatan hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. di tengah-tengah pergaulan masyarakat, warga bangsa, serta warga dunia. Melalui

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia akan dapat menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia,

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang terus berkembang pesat, sehingga dibutuhkan individu-individu

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. namun tergantung dari profesi dan kesenangan masing-masing individu

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan. Gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar. Oleh SITI JULAEHA NIM A.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wahyu Handining Tyas, 2013

BAB IV ANALISIS PERAN GURU EKSTRAKURIKULER BTQ DALAM MENGEMBANGKAN MINAT DAN BAKAT SISWA PADA BIDANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB II KAJIAN TEORI. tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan) 1. meningkatkan kemampuannya setinggi mungkin dalam setiap

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran terpenting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mentransfer nilai-nilai moral. Maka dalam pelaksanaannya, ketiga kegiatan tadi

BAB V PEMBAHASAN. A. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Media Wacana Press, Yogayakarta, 2003, hlm.

BAB V PENUTUP. Penelitian ini menemukan gambaran berpikir matematis siswa SMP dalam. Pembelajaran Berbasis Budaya Islam adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. hidup seseorang bahkan dalam kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. bagi kalangan masyarakat terkhusus generasi muda sekarang ini mulai dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan menulis merupakan aspek keempat dalam keterampilan berbahasa.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah profesi yang mulia dan tidak mudah dilaksanakan serta memiliki posisi yang sangat luhur di masyarakat. Guru tidak hanya sebatas tugas yang harus dilaksanakan di depan kelas saja, tetapi seluruh hidupnya memang harus di dedikasikan untuk pendidikan. Tidak hanya menyampaikan teori-teori akademis saja tetapi teladan yang digambarkan dengan perilaku seorang guru dalam kehidupan sehari-hari. Tidak mudah memang untuk menjadi seorang guru. Menjadi guru diharapkan tidak hanya didasari oleh gaji guru yang akan dinaikkan, bukan merupakan pilihan terakhir setelah tidak dapat berprofesi di bidang yang lain, tidak juga karena peluang. Selayaknya cita-cita untuk menjadi guru didasari oleh sebuah idealisme yang luhur, untuk menciptakan para siswa sebagai generasi penerus yang berkualitas. Akan tetapi dalam kenyataannya, harapan berbeda dengan kenyataan. Guru yang berprofesi sebagai pendidik kurang memiliki kualitas, termasuk guru Tempat Pendidikan Al Qur an (TPA). TPA adalah semata-mata sarana untuk belajar mengaji saja. Padahal, sesungguhnya TPA adalah tempat dimana pembentukan pemikiran, akhlak dan kreativitas dikembangkan. Memang ada kesalahan yang kerap terjadi di kalangan pendidik TPA yang memandang bahwa TPA adalah semata-mata hanya mendidik anak-anak agar bisa mengaji dan berakhlak mulia, TPA sebenarnya juga tempat untuk mengasah daya nalar dan intelektualitas anak. TPA adalah tempat dimana santri-santri akan menjadi pemimpin di masa depan. Anak saat ini adalah calon- 1

2 calon pemimpin. Di TPA, anak didik berjiwa berani, terpuji, jujur, rajin belajar, pandai membaca Al Qur an, dan memiliki jiwa tauhid yang tinggi. Anak adalah calon pemimpin, untuk menjadi pemimpin yang berakhlak Qur ani maka TPA sangat diperlukan. Jika anak berhasil di TPA, maka tidak mustahil anak didik juga akan berprestasi di sekolahnya (Raniyani, 2009). Guru TPA sebagai pendidik membawa pelajar pada pemahaman dan penguasaan ilmu agama Islam, ini sangat diperlukan dalam meningkatkan kualitas moral anak. Guru TPA dituntut untuk menguasai materi agama dengan baik sehingga saat memberikan pelajaran agama pun dapat meningkatkan kemampuan anak dalam menguasai pelajaran agama. Anak-anak Indonesia, domisili di Indonesia yang muslim sebesar 97%, akan tetapi yang ikut TPA hanya 55% (dan bertambah tiap tahun) dan anak tidak rutin mendatangi TPA karena kurang berminat, sedangkan anak yang membaca Al Qur an secara rutin hanya sekitar 20% saja. Persentasi yang kecil pada anak-anak yang ikut TPA karena kurang berminat dan guru kurang mengembangkan kreativitas untuk meningkatkan motivasi anak belajar di TPA. Kurangnya kreativitas guru TPA karena guru TPA kebanyakan tidak dibayar, hanya individu yang rela mengajar tidak dibayarlah yang mau menjadi guru TPA. Padahal ilmu yang diajarkan adalah ilmu akhirat yang sangat dibutuhkan orang. Apabila dibayar seharusnya dibayar paling mahal, karena tanggung jawab yang sangat berat. Tidak heran, guru TPA sering sekali berganti sehingga anak berulang kali beradaptasi dengan guru baru selain itu, gaji yang diberikan kepada guru TPA sangat minim sehingga tidak dapat dijadikan sebagai sumber untuk memenuhi kebutuhan hidup. Guru TPA sering

3 mencari pekerjaan lain untuk mencukupi kebutuhannya. Bahkan profesi guru TPA hanya dijadikan sebagai tambahan penghasilan (Rini, 2009). Pendidikan di TPA penting untuk membina moral anak, maka diperlukan kreativitas dalam pembelajarannya di TPA. Rini (2009) memberikan contoh TPA yang guru-gurunya memiliki kreativitas tinggi adalah TPA Al-Hikmah di Lampung. Pendidikan di TPA Al-Hikmah sangat memperhatikan bakat dan potensi anak. Setiap anak tentunya memiliki bakat yang berbeda. Bakat anak-anak itulah yang dibina para guru TPA ini. Maka, tidak heran, anak didik di TPA Al-Hikmah itu mencetak banyak prestasi. Seperti juara I lomba mewarnai se-jati Agung pada 2007, juara I lomba kasidah dalam acara Gebyar Agustus, juara I pidato putra, juara III fahmil Alquran, juara I tartil Alquran, dan banyak lagi yang lain. Untuk kepentingan mengajar para guru membuat jadwal untuk bimbingan belajar pelajaran sekolah di TPA itu. Untuk menarik minat anak-anak, mereka juga mengadakan nonton bareng film kartun dan film-film yang menanamkan nilai moral dan nilai Islam kepada anak-anak. Pembuatan majalah dinding juga dilakukan untuk memacu kreativitas anak-anak di desa itu. Berdasarkan hasil observasi pra penelitian bahwa kreativitas kerja pada guru TPA di Kecamatan Karang Nongko dapat diketahui melalui indikatornya, yaitu antara lain banyaknya siswa TPA di Kecamatan Karang Nongko sebagian kecil saja yang memiliki siswa TPA lebih dari 50 siswa. Sebagian besar jumlah siswa TPA di bawah 20 siswa. TPA yang siswanya banyak dikarenakan guru TPA yang kreatif dan sarana yang lengkap telah menarik minat orang tua untuk memasukkan anaknya di TPA tersebut. Kegiatan guru TPA di Kecamatan Karang Nongko dalam

4 pembelajaran, guru hanya menunggui siswa menghafal dan membaca Al-Qur an dan kegiatan tersebut dilakukan setiap pengajaran. Di sisi lain, guru mempunyai kewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang menyenangkan, menarik minat anak untuk belajar membaca Al Quran dan supaya anak tidak rewel, tidak ramai, dan tidak membosankan, serta memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam menerima pelajaran, maka diperlukan kreativitas guru. Semiawan (Akbar dkk, 2001) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas meliputi, baik ciri-ciri aptitude seperti kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility) dan keaslian (originality) dalam pemikiran maupun ciri-ciri (non-aptitude), seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari pengalamanpengalaman baru. Kreativitas dalam kehidupan individu sangat penting, sebab dengan adanya kreativitas individu dapat melakukan pendekatan secara bervariasi dalam penyelesaian terhadap suatu persoalan. Dari potensi kreatifnya, seseorang dapat menunjukkan hasil perbuatan, kinerja atau karya, akan mempermudah individu dalam mencapai tujuan yang yang diinginkan. Akbar, dkk. (2001) bahwa kreativitas dalam kehidupan sangat penting ada empat alasan penting mengapa seseorang perlu kreativitas. Keempat alasan tersebut adalah: Pertama, kreativitas membantu anak menjadi lebih berhasil guna jika orang tua atau guru tidak bersama anak. Kedua, kreativitas menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah yang tidak mampu diramalkan oleh anak yang timbul di masa depan. Ketiga, kreativitas dapat mempengaruhi, bahkan dapat mengubah karir pribadi serta dapat

5 menunjang kesehatan jiwa dan badan seseorang. Keempat, kreativitas dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar. Secara lebih luas, kreativitas dapat menimbulkan terciptanya ide-ide baru, cara-cara baru dan hasil-hasil yang baru. Kreativitas akan menjadi lebih berguna apabila dikelola dan dikembangkan seseorang dengan hasil perbuatan, kinerja atau karya, akan mempermudah individu dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Kreativitas sangat diperlukan bagi seorang guru TPA. Menurut Hapsari (2008) bahwa guru TPA yang memiliki kreativitas tinggi dapat merubah suasana pembelajaran agama yang monoton. Pembelajaran yang biasanya dilakukan dengan cara mendengarkan penjelasan guru TPA tentang agama dan membaca Al Qur an dengan cara mengeja dapat dirubah oleh guru TPA dengan memanfaatkan media elektronik seperti VCD sehingga anak timbul minat belajar agama. Kreativitas guru TPA dengan memanfaatkan sarana media elektronik selain menarik minat siswa juga mengajarkan kepada siswa untuk mengenal perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern. Selanjutnya minat tersebut diwujudkan melalui motivasi dalam diri siswa. Akan tetapi dalam kenyataan, tidak semua guru memiliki kreativitas tinggi untuk mendidik anak-anak. Ada guru yang kurang kreativitas atau kreativitas rendah. Guru TPA memiliki kreativitas rendah karena dipengaruhi oleh kondisi guru TPA sendiri, seperti tingkat pendidikan rendah dan motivasi mengajar rendah. Hal ini dapat diketahui dari perilaku guru TPA saat mengajar hanya melakukan caracara lama yang bersifat monoton. Cara-cara lama tersebut, seperti guru mengajar anak-anak dengan cara mengeja dan menghafalkan Al-Qur an tidak diikuti dengan penjelasan arti bacaan tersebut sehingga anak memiliki kecenderungan malas belajar

6 di TPA. Pengajaran guru TPA tersebut kurang sesuai dengan sikap guru saat pelatihan, ketika guru-gurunya menandatangani perjanjian atas nama Allah, bahwa guru TPA akan berusaha menjadi teladan dalam pengajaran kadang terlupakan sehingga guru TPA kurang kreativitasnya (Raniyani, 2009). Kreativitas sangat diperlukan bagi seorang guru TPA. Akbar dkk. (2001) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas, antara lain: sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri. Nampak bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kreativitas adalah motivasi, Moekijat (2001) berpendapat bahwa motivasi adalah suatu pendorong yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku yang mempunyai tujuan tertentu. Motivasi merupakan faktor berdasarkan kebutuhan dan keinginan yang ada dalam diri seseorang, kekuatan ini akan mempengaruhi pikiran yang selanjutnya akan mengarahkan perilaku seseorang. Seperti halnya mengarahkan perilaku pada seorang guru TPA. Motivasi mengajar seorang guru merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri guru TPA yang menimbulkan kelangsungan kegiatan pembelajaran untuk anak-anak TPA. Guru TPA yang memiliki motivasi akan tergerak untuk meningkatkan kualitas mengajarnya sehingga tujuan yang diinginkan dapat memberikan pengetahuan kepada anak didik dapat tercapai. Guru TPA akan meningkatkan kualitas mengajarnya dengan cara menguasai materi dan menggunakan berbagai metode dalam penyampaian pembelajaran sehingga dapat menarik minat anak didik untuk belajar. Akan tetapi dalam kenyataan dikatakan oleh Raniyani (2009) bahwa sebagian guru TPA memiliki motivasi rendah dalam mengajar. Hal tersebut dapat diketahui melalui pembelajaran yang dilakukan guru

7 TPA bersifat monoton. Maksudnya, guru TPA hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan tugas. Guru TPA kurang memiliki ide-ide untuk menggunakan metode-metode lain. Atas dasar uraian tersebut, maka dapat diketahui bahwa guru TPA memiliki kreativitas rendah. Karena guru TPA merupakan guru sosial yang hanya mendapatkan sedikit pembayaran sebagai pengajar. Di sisi lain, guru TPA memiliki kebutuhan-kebutuhan yang sama seperti orang-orang pada umumnya sehingga guru TPA mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Permasalahan lainnya, yaitu motivasi mengajar guru TPA juga rendah karena kurangnya kesadaran guru TPA untuk meningkatkan kualitas mengajarnya. Guru TPA masih menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan tugas yang bersifat monoton. Atas dasar permasalahan tersebut, maka timbul pertanyaan penelitian, yaitu: apakah ada hubungan antara motivasi mengajar dengan kreativitas kerja pada guru TPA di Kecamatan Karang Nongko Kabupaten Klaten? B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini, yaitu ingin mengetahui: 1. Hubungan antara motivasi mengajar dengan kreativitas kerja pada guru TPA di Kecamatan Karang Nongko Kabupaten Klaten. 2. Peran motivasi mengajar terhadap kreativitas kerja pada guru TPA di Kecamatan Karang Nongko Kabupaten Klaten. 3. Tingkat motivasi mengajar pada guru TPA di Kecamatan Karangnongko Kabupaten Klaten. 4. Tingkat kreativitas kerja pada guru TPA di Kecamatan Karangnongko Kabupaten Klaten.

8 C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Guru TPA (Ustadz atau Ustadzah) Dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang hubungan antara motivasi mengajar dengan kreativitas kerja pada guru TPA (Ustadz atau Ustadzah) di Kecamatan Karang Nongko Kabupaten Klaten. 2. Pengurus TPA Dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang hubungan antara motivasi mengajar dengan kreativitas kerja pada pengurus TPA di Kecamatan Karang Nongko Kabupaten Klaten. 3. Kantor Urusan Agama (KUA) Dapat memberikan informasi tentang hubungan antara motivasi mengajar dengan kreativitas kerja pada pengurus TPA di Kecamatan Karang Nongko Kabupaten Klaten. 4. Bagi Departemen Agama (Depag) Hasil penelitian tentang hubungan antara motivasi mengajar dengan kreativitas kerja pada pengurus TPA di Kecamatan Karang Nongko Kabupaten Klaten dapat dijadikan sebagai sumber informasi. 5. Peneliti Dapat di gunakan sebagai bahan perbandingan dan menambah wacana pemikiran untuk mengembangkan, memperdalam, dan memperkaya khasanah teoritis mengenai hubungan antara motivasi mengajar dengan kreativitas kerja pada guru TPA di Kecamatan Karang Nongko Kabupaten Klaten.