KEDUDUKAN HAK RETENSI BENDA GADAI OLEH PT. PEGADAIAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

dokumen-dokumen yang mirip
KEWENANGAN PELAKSANAAN EKSEKUSI OLEH KREDITUR TERHADAP JAMINAN FIDUSIA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

EKSEKUSI TERHADAP SAHAM YANG DIGADAIKAN BERKAITAN DENGAN BERAKHIRNYA JANGKA WAKTU GADAI DALAM SCRIPLESS TRADING SYSTEM

HAK KREDITUR ATAS PENJUALAN BARANG GADAI

TANGGUNG JAWAB KREDITOR ATAS HILANGNYA BARANG GADAI

KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

PENGATURAN PENGALIHAN JAMINAN FIDUSIA DI INDONESIA

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB III PEMBAHASAN. Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk,

KEDUDUKAN RISALAH LELANG SEBAGAI UPAYA HUKUM PENEGAKAN HAK-HAK KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM HAL BENDA JAMINAN BERALIH

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

PELAKSANAAN PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA DALAM KREDIT PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Oleh I Wayan Gede Pradnyana Widiantara I Nengah Suantra Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKIBAT HUKUM JAMINAN FIDUSIA YANG BELUM DI DAFTARKAN TERHADAP PEMINJAMAN KREDIT PADA BANK

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG-PIUTANG YANG DIBUAT OLEH NOTARIS DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

BAB I PENDAHULUAN. menentu terutama bagi lapisan masyarakat tingkat menengah ke bawah.

Oleh : Made Bagus Galih Adi Pradana I Wayan Wiryawan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara seperti meminjam dari berbagai sumber dana yang ada. sehingga dapat mengakibatkan pemborosan.

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA AKIBAT DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

EKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN

ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI. Oleh A.A Putu Krisna Putra I Ketut Mertha Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA

IMPLEMENTASI PENGUASAAN OBYEK GADAI (MOTOR) DI LEMBAGA PEGADAIAN DENPASAR

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA BENDA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK. Oleh: Ni Made Trisna Dewi ABSTRACT

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan pelaku usaha atau perseorangan untuk menggerakan perekonomiannya,

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. permodalan bagi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menarik dana dari

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

UPAYA YANG DAPAT DITEMPUH OLEH KREDITOR APABILA OBJEK JAMINAN FIDUSIA YANG AKAN DILELANG DIKUASAI OLEH PIHAK KETIGA

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP BENDA JAMINAN FIDUSIA YANG MUSNAH DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PADA BANK RAKYAT INDONESIA (PT PERSERO)Tbk CABANG DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

PERJANJIAN GADAI YANG DIJAMIN DENGAN BARANG YANG BERASAL DARI HASIL KEJAHATAN : STUDI PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SESETAN

DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN PADA KREDIT DI BANK MANDIRI CABANG SANUR

PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN APABILA PIHAK DEBITUR MENINGGAL DUNIA

BAB I PENDAHULUAN. transaksi dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk kredit atau pinjaman.

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

BAB V PENUTUP. polis asuransi jiwa di PT Asuransi Jiwasraya Cabang Yogyakarta ini

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN. Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu zekerheid atau cautie.

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

Disusun dan. Oleh : SEPTIAN C

zekerheid atau cautie mencakup secara umum cara-cara kreditur menjamin

AKIBAT HUKUM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG TERHADAP STATUS SITA DAN EKSEKUSI JAMINAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004

PERBEDAAN WANPRESTASI DENGAN PENIPUAN DALAM PERJANJIAN HUTANG PIUTANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN OLEH PEMBELI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI TANAH YANG BELUM LUNAS DI KABUPATEN BADUNG

POLA PENYELESAIAN CESSIE DALAM KEGIATAN PERBANKAN PADA BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) CABANG UBUD

GADAI DAN HAK KEBENDAAN TINJAUAN YURIDIS GADAI SEBAGAI HAK KEBENDAAN UNTUK JAMINAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi semuanya. Padahal kebutuhan ini beraneka ragam, ada yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. penjaminan lain seperti pada hak tanggungan dan jaminan fidusia.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN (STUDI DI BANK BNI CABANG GATSU BARAT) *

KREDIT SINDIKASI SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN KREDIT DALAM SKALA BESAR

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa upaya

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

PENGARUH UNDANG-UNDANG KEPAILITAN DAN UNDANG- UNDANG HAK TANGGUNGAN TERHADAP KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN APABILA DEBITUR PAILIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

TINJAUAN HUKUM TENTANG PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DENGAN JAMINAN PERHIASAN DI PEGADAIAN CABANG SENTANI

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI. (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps )

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

CESSIE SEBAGAI BENTUK PENGALIHAN PIUTANG ATAS NAMA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA WANITA YANG BEKERJA PADA MALAM HARI

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

PERSYARATAN JAMINAN DAN PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PRAKTEKNYA PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DESA ADAT KUTA

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

KAJIAN YURIDIS PENGALIHAN PIUTANG DARI KREDITUR KEPADA PERUSAHAAN FACTORING DALAM PERUSAHAAN PEMBIAYAAN ANJAK PIUTANG

O Pembingbing. 1. Ida Bagus Putra Atmadja 2. Ida Ayu Sukihana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana. Abstract

ASPEK HUKUM PENGALIHAN PIUTANG ATAS NAMA (CESSIE) KARENA WANPRESTASI PT. BANK SRI PARTHA KEPADA PT. SRI PARTHA PUSAKA DENPASAR

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA. Jaminan Fidusia telah digunakan di Indonesia sudah sejak masa

Transkripsi:

KEDUDUKAN HAK RETENSI BENDA GADAI OLEH PT. PEGADAIAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI oleh Mauritius Gusti Pati Runtung I Gusti Ngurah Parwata Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hak retensi benda gadai oleh PT. Pegadaian dalam hal debitur wanprestasi, sementara pendekatan yang dilakukan adalah secara yuridis normatif, yaitu metode penelitian dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Hak retensi merupakan hak yang memberikan jaminan dengan menguasai bendanya sebelum hutang dilunasi. Dalam gadai hak retensi yang dimiliki oleh kreditur atau penerima gadai merupakan hak yang digunakan dalam mengeksekusi barang jaminan milik debitur atau pemberi gadai yaitu dengan melakukan lelang. Lelang dilakukan pihak kreditur dikarenakan debitur atau pemberi gadai mengalami wanprestasi. Hasil penelitian menunjukkan PT. Pegadaian sebagai pihak kreditur atau penerima gadai mempunyai kewenangan ataupun hak untuk melakukan eksekusi langsung terhadap benda yang menjadi jaminan apabila debitur atau pemberi gadai wanprestasi. Kata Kunci : Hak Retensi, Gadai, Wanprestasi ABSTRACT This research aims to know the rights of retention of pawn object by PT Pegadaian in case the debtor defaults, while the approach is conducted legally, i.e. normative research method with guided the legislation. Retention rights are rights that provide security with his master before a debt repaid. In the pledge of rights of retention which are owned by the lender or mortgage recipients is used in executing the debtor's collateral or pledge giver that is by conducting an auction. The auction was conducted due to the debtor or creditor party givers pledge suffered defaults. The results showed PT. Pegadaian as the borrower or recipient of a pawn has the authority or right to make the execution directly against objects that are to be guaranteed in case of debtor default or pawn giver. Key Words : Rights Of Retention, Pledge, Defaults I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk sahnya suatu perjanjian gadai, pemberi gadai haruslah seorang yang berwenang menguasai bendanya. Benda itu kemudian bisa dipegang oleh kreditur atau si 1

penerima gadai. Karena benda gadai ada ditangna pemegang gadai, seakan-akan benda gadai ada di dalam genggaman pemegang gadai. jadai benda gadai pada asasnya ada dalam kekuasaan pemegang gadai. 1 Dilihat dari rumusan gadai dalam pelunasan piutang di muat suatu hak yang disebut hak retensi. Hak retensi ini merupakan hak yang bersifat memberi jaminan dengan menguasai bendanya sebelum hutang dilunasi. Berdasarkan Pasal 575 ayat (2) KUHPerdata dan Pasal 576 KUHPerdata dapat diketahu bahwa yang dinamakan dengan hak retensi adalah hak untuk menahan kebendaan milik debitur dengan tujuan agar debitur memenuhi kewajibannya atau membayar utangnya atau melaksanakan perikatannya kepada kreditur yang diberikan hak retensi tersebut. Sedangkan menurut J. Satrio hak retensi adalah hak yang diberikan kepada kreditur tertentu, untuk menahan benda debitur sampai tagihan yang berhubungan dengan benda tersebut dilunasi. 2 Dengan demikian tujuan hak retensi dalam gadai sebagai jaminan atas kredit yang disalurkan. Apabila debitur mengalami wanprestasi dalam gadai maka pelaksanaan hak retensi yang dilakukan dalam benda gadai adalah dengan melakukan pelelangan. 1.2 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam tentang kedudukan hak retensi benda gadai oleh PT. Pegadaian dalam hal debitur wanprestasi. II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penlitian yuridis normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) maupun literatur sebagai sumber penelitiannya. 3 2.2 Hasil dan Pembahsan Kedudukan Hak Retensi Benda Gadai Apabila Debitur Wanprestasi 1 J. Satrio, 2002, Hukum Jaminan Kebendaan Fidusia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 9 2 J. Satrio, 1993, Hukum Jaminan Hak-Hak Kebendaan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 22 3 Soerjono Soekamto, 2006, Pengantar Penelitian Hukum, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 20 2

Pengertian dan kedudukan perjanjian gadai diatur didalam Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi : Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang berpiutang lainnya dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan. Dimana kedudukan perjanjian dengan jaminan gadai diklasifikasikan dengan perjanjian yang bersifat accesoir. Perjanjian yang bersifat accesoir adalah perjanjian yang senantiasa merupakan perjanjian yang dikaitkan dengan perjanjian pokoknya. 4 Perjanjian pokok dalam perjanjian gadai adalah perjanjian pinjam meminjam atau perjanjian hutang piutang. Jadi dalam perjanjian ada dua perjanjian jaminan gadai yaitu perjanjian tambahan (perjanjian dengan jaminan gadai) dan perjanjian pokok (perjanjian pinjam meminjam). Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang artinya prestasi buruk. Adapun yang dimaksud wanprestasi adalah suatu keadaan yang dikarenakan karena kelalaian atau kesalahnnya debitur tidak dapat memenuhi prestasi seperti yang telah ditentukan dalam perjanjian dan bukan dalam keadaan memaksa, 5 menurut Subekti bentuk wanprestasi ada empat macam yaitu : 6 1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan. 2. Melakukakn apa yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana dijanjikannya. 3. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat. 4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. Menurut Pasal 1238 dan Pasal 1243 KIitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) debitur dinyatakan wanprestasi apabila sudah ada somasi, dimana pengertian somasi itu sendiri adalah pemberitahuan atau pernyataan dari kreditur kepada debitur yang berisi ketentuan bahwa kreditur menghendaki pemenuhan prestasi seketika atau dalam jangka waktu seperti yang ditentukan dalam pemberitahuan ini somasi. 13 4 Ny. Sri Soedewi, 1981, Huukm Perdata Hukum Benda, Liberty, Yogyakarta, hal. 37 5 Nindyo Pramono, 2003, Hukum Komersil, Pusat Pnerbitan UT, Jakarta, cet I, hal. 221 6 R. Subekti, 1997, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, (selanjutnya disingkat R. Subekti II ) hal. 3

Hak retensi benda gadai oleh PT. Pegadaian dalam hal debitur wanprestasi adalah dimulai dari sejak barang yang digadaikan diserahkan sampai pada diputuskannya wanprestasi yang dimana keputusan wanprestasi tersebut secara otomatis dilakukan oleh PT. Pegadaian dimana keputusan tersebut dilihat dari tanggal jatuh tempo dalam SBK (Surat Bukti Kredit). Hak retensi merupakan hak yang diberikan kepada kreditur tertentu, untuk menahan benda debitur sampai tagihan yang berhubungan dengan benda tersebut dilunasi. Hak retensi ini timbul dari sejak wanprestasi sampai selesai dibayarkan, apabila benda yang ditahan oleh pihak kreditur tidak dibayarkan oleh pihak debitur maka yang akan dilakaukan adalah dengan cara lelang. Sebelum terjadinya lelang pihak kreditur melakukan parate eksekusi. Parate eksekusi adalah menjalankan sendiri atau mengambil sendiri apa yang menjadi haknya, dalam arti tanpa perantaraan hakim dan eksekusi yang dilaksanakan dapat dilakukan sendiri oleh pemegang jaminan gadai tanpa melalui campur tangan pengadilan. 7 Setelah terjadinya eksekusi kreditur melakukan pelelangan. Dimana lelang tersebut dilaksanakan di kantor cabang pegadaian atau ditempat lain yang ditunjuk oleh pemimpin kantor cabang pegadaian tersebut. Berdasarkan buku pedoman operasional pegadaian kredit cepat dan aman bagian lelang, dalam hal eksekusi, lelang, kreditur memerlukan persetujuan debitur terlebih dahulu, dimana persetujuan/pemberitahuan tersebut dilakukan dengan tertulis dari kreditur kepada pemilik barang atau debitur. Dalam hal lelang terdapat adanya uang kelebihan (ukel) dimana uang kelebihan hasil lelang ini dikembalikan kepada nasabah/debitur setelah selesai pelelangan. Uang kelebihan yang dikembalikan kepada nasabah merupakan hasil penjualan lelang barang jaminan antara nilai penjualan lelang dengan jumlah uang pinjaman, sewa modal dan biaya lainnya, selain itu uang kelebihan ini merupakn hak dari nasabah atau debitur. 8 7 R. Subekti, Pelaksanaan Perikatan Eksekusi Riil dan Uang Paksa, MARI, Jakarta, hal. 69 8 Pegadaian, 2010, Pedoman Pengelolaan Pegadaian Kredit Cepat dan Aman Non Online, PT. Pegadaian, hal. IV.B.10 4

Kedudukan hak retensi dalam perjanjian pegadaian adalah sebagai jaminan atas penguasaan benda milik debitur oleh kreditur yang akan selalu mengikuti perjanjian pokoknya dalam hal utang piutang karena hak retensi merupakan hak yang lahir dari adanya benda yang dijaminkan/melekat pada benda jaminan yang digadaikana kepada kreidtur. III. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas maka dapat ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan, sebagia berikut: Kedudukan hak retensi benda gadai oleh PT. Pegadaian dalam hal debitur wanprestasi adalah sebagai jaminan atas penguasaan benda milik debitur karena hak retensi merupakan hak yang lahir dari adanya benda yang dijaminkan/melekat pada benda jaminan yang digadaikan. DAFTAR PUSTAKA Pramono, Nindyo, 2003, Hukum Komersil, Pusat Pnerbitan UT, Jakarta. Satrio, J., 1993, Hukum Jaminan Hak-Hak Kebendaan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. ----------, 2002, Hukum Jaminan Kebendaan Fidusia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Soedewi, Ny. Sri, 1981, Huukm Perdata Hukum Benda, Liberty, Yogyakarta. Soekanto, Soerjono, 2006, Pengantar Penelitian Hukum, PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Subekti,R., 1997, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, (selanjutnya disingkat R. Subekti ). Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) Terjemahan, R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Pradnya Paramita, Jakarta. Pegadaian, 2010, Pedoman Pengelolaan Pegadaian Kredit Cepat dan Aman Non Online, PT. Pegadaian. 5