FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SEBAGAI WAHANA DEMOKRASI DI DESA LOPANA KECAMATAN AMURANG BARAT Oleh JEINE JOSEPHUS 090813062 ABSTRAK Posisi dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa, telah memungkinkan keterlibatan langsung rakyat untuk turut mengambil bagian dalam proses pengambilan kebijakan-kebijakan di Desa, namun demikian Badan Permusyawaratan Desa dipilih dari dan oleh penduduk Desa yang memenuhi persyaratan. Anggota Badan Permusyawaratan Desa dipilih dari calon-calon yang diajukan oleh kalangan adat, kalangan agama, kalangan organisasi, politik, golongan profesi, dan unsur pemuka masyarakat lain yang memenuhi persyaratan. Demikian halnya yang terjadi di desa Lopana Kecamatan Amurang Barat, dimana demokrasi desa seharusnya adalah sebagai pengambilan atau pembuatan keputusan kolektif di desa oleh seluruh elemen masyarakat di desa dan masing-masing elemen masyarakat yang ada di desa tersebut seharusnya mempunyai jaminan hak dan kebebasan yang sama dalam menyampaikan pendapat maupun aspirasinya Disinilah penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah sebagai penyalur aspirasi masyarakat desa Lopana, serta faktor apa saja yang menjadi tugas dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam mekanisme penyelenggaraan pemerintahan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Badan Permusyawaratan Desa merupakan lembaga Perwakilan rakyat yang ada di desa sekaligus sebagai salah satu sarana yang melancarkan proses demokrasi di desa Kata Kunci : Badan Permusyawaratan Desa,Wahana Demokrasi, Desa. Latar belakang Lahirnya Badan Permusyawaratan Desa ini tentu tidak terlepas dari kritikan dan kekecewaan banyak pihak terhadap Lembaga Musyawarah Desa yang dulu dibentuk oleh Orde Baru secara seragam. Oleh karena itu keberadaan Badan Permusyawaratan Desa (DPR -nya Desa) ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk mengartikulasikan kepentingan masyarakat, partisipasi politik, alat legislasi dan control terhadap Pemerintahan Desa, atau dengan kata lain
Badan Permusyawaratan Desa diharapkan dapat menjadi wahana demokrasi ditingkat desa. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang merupakan titik tolak pengembangan demokrasi di Desa. Memisahkan secara tegas kedudukan Kepala Desa sebagai eksekutif dan Badan Permusyawaratan Desa sebagai Legislatif. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Desa Bertanggung jawab secara vertikal kepada Bupati tetapi secara horizontal kepada rakyat melalui Badan Permusyawaratan Desa, karena Badan Permusyawaratan Desa dipilih langsung oleh rakyat. Hadirnya Badan Permusyawaratan Desa ini telah memunculkan sesuatu kekuatan baru yang lebih otonom dihadapan Kepala Desa, atau paling tidak telah menggantikan atau menggeser kedudukan dan peran Lembaga Musyawarah desa yang dulu dikendalikan secara mutlak oleh Kepala Desa. Sekarang kepala desa harus rela membagi kekuasaan dengan Badan Permusyawaratan Desa baik dalam pembuatan keputusan maupun dalam hal pengelolaan kauangan. Kepala desa tidak dapat bertindak semaunnya sendiri karena dikontrol oleh rakyat melalui Badan Permusyawaratan Desa. Perumusan Masalah Apakah Badan Permusyawaratan Desa melaksanakan fungsinya sebagai wahana Demokrasi di Desa Lopana Kecamatan Amurang Barat? Tinjauan Pustaka BPD Badan Permusyawaratan Desa merupakan lembaga Perwakilan rakyat yang ada di Desa sebagai lembaga perwakilan maka Badan Permusyawatan Desa adalah salah satu sarana yang melancarkan proses demokrasi di desa dengan demikian di satu sisi Badan Permusyawaratan Desa harus mampu bertindak sebagai sarana yang melancarkan demokrasi di desa. Badan Permusyawaratan Desa juga harus berperan sebagai wakil rakyat yang dipilih melalui pemilihan umum yang bebas dan rahasia. Fungsi Badan Permusyawaratan Desa sebagai wakil rakyat tidak akan berguna apabila fungsinya sebagai sarana pelancar pengambilan keputusan-keputusan di desa yang diabaikan. Dalam melaksanakan funsinya sebagai sarana yang melancarkan pengambilan keputusankeputusan kolektif di desa maka Badan Permusyawaratan Desa yang merupakan wakil dari
masyarakat tersebut, harus menjembatani masyarakat dengan pemerintah desa agar minimal adanya kesamaan pendapat salam menentukan keputusan-keputusan kolektif di desa. Dan bila tidak dijembatani maka setidaknya Badan Permusyawaratan Desa mampu menyalurkan aspirasi masyarakat kepada pemerintah Desa agar nantinya setiap keputusan-keputusan yang diambil merupakan kesepakatan bersama dan sesuai dengan harapan dan keinginan dari masyarakat. Jadi kesimpulan mengenai arti dari fungsi Badan Permusyawaratan Desa sebagi wahana demokrasi di desa sebagai alat atau sarana yang melancarkan proses pengambilan/pembuatan keputusan-keputusan kolektif di desa dengan mengikutsertakan seluruh elemen masyarakat yang ada di desa dan setiap elemen tersebut mempunyai jaminan hak dan kebebasan yang sama dalam menyampaikan pendapat maupun aspirasinya. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Minahasa Selatan Kecamatan Amurang Barat tepatnya di Desa Lopana 2. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. 3. Fokus Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah menyangkut Peran BPD sebagai penampung dan penyalur aspirasi masyarakat desa, sebagai penyelenggara pertemuan yang mengikutsertakan elemen-elemen masyarakat yang ada, sebagai pembuat peraturan Desa dan dalam memberikan masukan/usulan kepada Kepala Desa didalam menjalankan proses Pemerintahan di desa, serta mengontrol/mengawasi keputusan-keputusan yang dibuat oleh kepala desa. 4. Sasaran Penelitian/ Pemilihan Informan Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Oleh karena itu seorang informan harus benar-benar tahu atau pelaku yang terlibat langsung dengan permasalahan penelitian.
5. Sumber Data Untuk menjawab rumusan masalah yang diangkat di dalam penelitian ini, maka jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari para informan yang melalui wawancara di dalam pertanyaan serta masalah yang diajukan terdiri dari: Pemerintah Desa, BPD, Tokoh Agama, Tokoh Politik, dan Masyarakat umum b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber lain selain sumber data primer terdiri dari: 1). Arsip atau dokumen resmi yang berkaitan dengan agenda Badan Permusyawaratan Desa dalam melaksanakan tugasnya. 2). Data yang merupakan hasil pengumpulan orang atau instansi dalam bentuk publikasi, laporan, dokumen, dan buku-buku lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. 6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah; a. Teknik Dokumentasi b. Teknik Wawancara (Interview) c. Teknik Pengamatan (Opservasi) 7. Metode Analisa Data Untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan dalam penelitin ini maka akan digunakan metode analisa kualitatif yaitu suatu penyajian data dalam bentuk keteranganketerangan, uraian-uraian dan analisa-analisa atas dokumen pribadi maupun dokumen resmi, hasil pengamatan, hasil wawancara, catatan lapangan dan lain sebagainya yang sebelumnya telah dikumpulkan. (Kartini Kartono, 1990;270). HASIL PENELITIAN 1. Peran Badan Permusyawaratan Desa Sebagai Penyerap dan Penyalur Aspirasi Masyarakat Desa. Badan Permusyawaratan Desa secara teoritis, adalah kekuatan masyarakat politik yang menjadi jembatan antara masyarakat sipil dari Negara yang ditingkat Desa diperankan oleh Pemerintah Desa. Sebagai jembatan, dan sekaligus sebagai lembaga perwakilan masyarakat, Badan
Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi pembuatan keputusan atau dalam bentuk legislasi dan juga melakukan kontrol terhadap Pemerintah Desa sebagai pembuat kebijakan Desa. 2. Peran Badan Permusyawaratan Desa Sebagai Penyelenggara Pertemuan Yang Mengikutsertakan Elemen Masyarakat Yang Ada Di Desa. Pelaksana demokrasi di desa pada dasarnya diartikan sebagai pengambil/pembuat keputusan kolektif didesa oleh seluruh elemen masyarakat di desa dan masing-masing elemen masyarakat di desatersebut mempunyai jaminan hak dan kebebasan yang sama dalam menyampaikan pendapat maupun aspirasinya. 3. Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam Membuat Peraturan Desa Salah satu peranan penting yang harus dilakukan oleh badan permusyawaratan desa sebagai wakilnya masyarakat desa adalah menyusun peraturan desa. Peraturan desa dimaksudkan adalah ketentuan-ketentuan yang sifatnya mengatur atau segala sesuatu yang menyangkut kepentingan masyarakat desa Lopana sebelum dijadikan peraturan desa maka terlebih dahulu peraturan desa yang disusun oleh pemerintah desa dan juga yang disusun oleh badan permusyawaratan desa. 4. Peran Badan Permusyawaratan Desa dalam Memberi Masukan atau Usulan Kepada Kepala Desa Dalam Menjalankan Proses Pemerintahan Di Desa Lembaga perwakilan baru di desa yang dikenal dengan nama badan Permusyawaratan Desa (BPD), selain sebagai pengayom adat istiadat dan penyalur aspirasi juga diharapkan sebagai pengontrol jalannya proses pemerintahan di Desa. Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa diberi mandat untuk memimpin dan menjalankan proses pemerintahan di Desa, antara institusi tersebut harus saling bekerja sama dan saling mendukung satu sama lain, atau dengan kata lain Badan Permusyawaratan Desa merupakan mitra Pemerintahan Desa. 5. Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam Mengontrol/Mengawasi Keputusan- Keputusan Yang Dibuat Oleh Kepala Desa Salah satu tugas yang tidak lebih penting dari Badan Perwakilan Desa adalah mengontrol keputusan-keputusan yang dibuat atau dikeluarkan oleh pemerintah desa dalam hal ini Kepala
Desa. Bahwa Badan Permusyawaratan Desa mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan Kepala Desa. Kesimpulan Berdasarkan undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah daerah, badan permusyawaratan desa berfungsi sebagai pengayom adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dan mengawasi penyelenggaraan proses Pemerintahan Desa. Maka dengan melihat posisi dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa mendukung terciptanya kehidupan demokrasi de desa Desa Lopana merupakan salah satu desa yang telah memiliki Badan Permusyawaratan Desa sebagai wakilnya masyarakat desa. Badan Permusyawaratan desa Lopana diharapkan dapat dijadikan alat untuk pendukung terciptanya kehidupan demokrasi di desa Lopana. Hal ini bisa dilihat dari aktifnya anggota Badan Permusyawaratan Desa didalam menangkap dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa kepada pemerintah desa, menyelenggarakan pertemuan yang melibatkan setiap unsure masyarakat yang ada di desa, berperan membuat keputusan/pereturan desa, memberi masukan dan usulan kepada lurah didalam proses penyelenggara Pemerintah Desa dan dapat melakukan pengontrolan/pengawasan dari keputusankeputusan yang dibuat oleh kepala desa. Jadi Badan Permusyawaratan Desa Lopana dapat melaksanakan tugasnya sebagai alat atau tempat untuk mendukung terciptanya kehidupan demokrasi di desa Lopana Saran Kerjasama di antara para anggota Badan Permusyawaratan Desa Lopana sangatlah dibutuhkan, karena keputusan Badan Permusyawaratan Desa Lopana yang dibuat di kerjakan secara tim, jadi perlu adanya dukungan dari setiap anggota Badan Permusyawaratan Desa Lopana, berdasarkan tugas dan fungsinya masing-masing. Bila di dalam tubuh Badan Permusyawaratan Desa Lopana sendiri telah tercipta kerjasama tim yang baik dan kompak,maka hasil keputusan yang di buat akan baik juga. Daftar Pustaka
Budiaharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu politik, Jakarta : Gramedia, 1999 Hadi, Sutrisno, Metedologi Research, Yogyakarta : Gadjah Mada University Pers 1975,jilid 1. Julaintara, Dadang, Arus Bawah Demokrasi, Yogyakarta :Lapera Pustaka Utama, 2000 Kartono,Kartini, Pengantar Metodologi Research, Bandung : Manda Maju, 1990 Khoiran,M. Nur, Pendidikan Politik Bagi Warga Negara, Yogyakarta : LKIS, 1994 Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia, 1994 Lapera,Tim, Otonomi Versi Negara, Yogyakarta : Lapera Pustaka Utama, 2000 Mahfud MD, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Yogyakarta, Gama Media, 1999 Partanto, Pius. A, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya : Arkola, 1994. Poerwadaminta, W.J,S, Kamus Ilmiah Bahasa Indonesia, Jakarata : Balai Pstaka, 1984. Ridwan, M. Deden, Demokrasi Kekuasaan, Jakarta : LSAF, 1999. Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survei, Jakarta : LP3ES, 1989. Suhartono, Politik Lokal, Yogyakarta : Lapera Pustaka Utama, 2000 Surachmad, Winarno, Dasar-Dasar Teknik Metodologi Research Ilmiah, Bandung : Transiti, 1984. Perundang-Undangan : Undang-Undang Nomor. 32 2004 tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintah Desa. Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005, Tentang Desa Keputusan Mentri Dalam Negeri Nomor 63 Tahun 1999 tentang Petunjuk pelaksanaan dan Penyesuaian Peristilahan Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Desa dan Kelurahan. Keputusan Mentri Dalam Negeri Nomor. 64 Tahun 1999 tentang Peraturan Umum Mengenai Desa.