I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia. Melalui pendidikan, peserta didik dibina untuk. perubahan jaman, bahkan mampu mengendalikannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu dalam kehidupannya akan menghadapi berbagai permasalahan,

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

I. PENDAHULUAN. siswa diharuskan aktif dalam kegiatan pembelajaran. dengan pandangan Sudjatmiko (2003: 4) yang menyatakan bahwa kegiatan

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu tahapan yang harus dilalui seorang individu untuk bergerak ke

I. PENDAHULUAN. TK (Taman kanak-kanak) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang paling indah dalam kisah hidup seseorang. Semua orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak dan semakin menguat pada masa remaja.hurlock (1980:235) kesatuan membentuk apa yang disebut sebagai konsep diri.

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

I. PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa. Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan menceerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menjadi kegiatan pokok bagi setiap manusia beradap. Berhasil atau tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Suatu keluarga itu dapat berbeda dari keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibentuk. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk individu. Dalam kehidupannya, manusia selain sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang individu atau lebih,

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan antara siswa satu dengan lain, memiliki potensi untuk tumbuh

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan orang lain. Setiap manusia akan saling ketergantungan dalam. individu maupun kelompok dalam lingkungannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

JURNAL PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PRAMBON KABUPATEN NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2016/2017

1. PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia biasanya dilaksanakan di tingkat SMP dan SMA. Bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

1. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

I. PENDAHULUAN. norma yang berlaku di masyarakat ataukah tidak. faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Sebagai pengajar dan

I. PENDAHULUAN. secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun (Monks, dkk., dalam Desmita, 2008 : 190) kerap

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-temannya. Jalinan

BAB I PENDAHULUAN. depan, seperti pendidikan formal di universitas mahasiswa diharapkan aktif, kunci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA kelas XI yang mayoritas berusia 16 sampai 18 tahun merupakan siswa yang berada pada masa remaja awal.

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Begitu juga dengan siswa di sekolah, siswa tidak dapat hidup sendiri tanpa teman, guru ataupun warga sekolah lainnya. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa remaja (usia 12 sampai 15 tahun). Pada jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks. Remaja dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, remaja telah memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya. Harlock (2000 :78) menyatakan bahwa proses yang sangat berarti dalam fase remaja yang juga akan mempengaruhi fase perkembangan berikutnya adalah terjadinya interaksi sosial dengan individu lain. Proses tersebut merupakan hal terpenting dari setiap tugas masa perkembangan, karena dengan melakukan interaksi sosial, individu akan belajar toleransi dan belajar mengenal dan memahami persamaan ataupun perbedaan yang ada

2 dalam kehidupan. Pencarian jati diri remaja dapat ditemukan remaja dalam proses interaksi sosial. Proses interaksi sosial yang sering berlangsung atau dilakukan siswa adalah pada lingkungan tempat belajarnya atau sekolah. Sekolah merupakan tempat yang baik untuk siswa belajar berinteraksi. Pada lingkungan ini, siswa sebagai bagian dari remaja mulai mengenal norma dan nilai yang dianut, perbedaan kebudayaan, sikap toleransi, dan berbagai hal yang berkaitan dengan aspek sosialisasi kehidupan. Namun, sering kali disebabkan karena ketidaktahuan dan persiapan dalam melakukan interaksi sosial yang baik, siswa mengalami kesulitan dan permasalahan dalam melakukan interaksi sosial. Maka dari itu interaksi sosial sangat lah penting bagi siswa agar siswa dapat diterima di lingkungan mereka dan interaksi sosial dapat membantu siswa dalam bersosialisasi sedangkan jika siswa dapat bersosialisasi dengan baik siswa tersebut lebih diterima teman-teman nya dan itu juga dapat mempengaruhi prestasi akademiknya. Menurut Hurlock (2000 :80) salah satu tugas perkembangan remaja yang berkaitan dengan interaksi sosial adalah bagaimana siswa dapat mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya. Remaja dalam bergaul, maka individu telah membentuk suatu hubungan dengan orang lain. Interaksi sosial ini akan meningkat seiring dengan pertambahan usia manusia itu sendiri, seperti pada masa kanak-kanak awal, interaksi sosial yang terbentuk adalah interaksi sosial dengan keluarga, kemudian pada masa kanak-kanak menengah sampai akhir, interaksi sosial yang terbentuk

3 adalah pertemanan sesama gender, namun terdapat perubahan dramatik atas interaksi sosial dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Ketidakmampuan atau permasalahan siswa melakukan interaksi sosial akan sangat berdampak besar terhadap kenyamanan, kondisi kejiwaan dan juga prestasi belajar siswa itu sendiri. Siswa yang mengalami kondisi seperti itu akan sulit diterima dalam lingkungannya dan dalam lingkungan pendidikan dan akan sulit diterima dalam kelompok belajarnya. Siswa yang mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial biasanya mengalami kesulitan untuk berkerja sama dalam kelompok, cenderung menyendiri dari pada berkelompok, sulit mengemukakan pendapat dan malu untuk tampil di depan kelas. Nisryana (2007 :56) dalam penelitiannya yang menjelaskan dengan berinteraksi siswa dapat membandingkan pemikiran dan pengetahuannya dengan orang lain. Siswa semakin tertantang untuk memperkembangkan pemikiran dan pengetahuannya sendiri. membandingkan pemikiran dan pengetahuannya dengan orang lain siswa dapat melakukannya dengan saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas, membentuk kelompokkelompok belajar, menyampaikan pendapatnya saat diskusi, dan bertanya mengenai hal-hal yang tidak diketahuinya sehingga siswa akan memperoleh prestasi yang lebih baik. siswa yang mampu berinteraksi sosial dengan baik, maka ia akan mendapatkan prestasi yang baik. Permasalahan interaksi sosial siswa ketika tidak memperoleh penanganan dan upaya untuk membantu mengentaskan permasalahan secara tepat akan

4 menjadikan peserta, tidak dapat berkembang, sulit untuk memperoleh prestasi belajar yang baik. Suatu interaksi sosial dikatakan berkualitas jika mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri dengan segala kemungkinan yang dimilikinya. interaksi sosial antar siswa yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Ada siswa yang mudah untuk melakukan interaksi dengan orang lain, namun ada juga siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan interaksi dengan orang lain. Seperti yang diungkapkan oleh Prayitno (1995 :91) di dalam konseling kelompok individu dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi serta menerima dan menyampaikan pendapat secara logis, efektif dan produktif, kemampuan bertingkah laku dan berinteraksi sosial, juga berinteraksi dengan teman sebaya, sehingga itu semakin menguatkan bahwa penggunaan konseling kelompok dapat meningkatkan interaksi sosial siswa. Guru Bimbingan dan Konseling yang berperan sebagai konselor sekolah memiliki kewajiban untuk membantu siswa dalam menangani setiap permasalahan yang dialami oleh siswa, begitu juga dengan permasalahan interaksi sosial. Oleh karena itu, upaya konselor dalam memberikan bantuan dalam meningkatkan interaksi sosial siswa dapat dilakukan dengan menggunakan konseling kelompok. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 3 Natar pada tanggal 2 Februari 2014, peneliti menemukan banyak permasalahan

5 siswa yang berkaitan dengan interaksi sosial seperti ketika jam pelajaran ada siswa yang suka membuat keributan dan sulit untuk bekerja sama dengan teman saat mengerjakan tugas kelompok, sulit mengungkapkan pendapat saat diskusi kelompok dan ada juga siswa yang terlihat sering menyendiri saat jam istirahat. Setelah mengetahui permasalahan interaksi sosial yang dialami siswa, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan konseling kelompok untuk meningkatkan interaksi sosial siswa. Oleh karena itu, penulis ingin mengadakan penelitian dan mengangkat judul Peningkatan interaksi sosial siswa dengan layanan konseling kelompok pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Natar Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan saat peneliti melakukan penelitian pendahuluan pada tanggal, masalah-masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Terdapat siswa yang gugup saat berbicara dengan guru. 2. Ada siswa yang di jauhi oleh teman-teman nya 3. Ada siswa yang terlihat menyendiri di kelas saat jam istirahat. 4. Ada siswa yang dikucilkan dari teman-teman sekelasnya 5. Terdapat siswa yang lebih memilih mengerjakan tugas kelompoknya secara individu dari pada mengerjakan tugas kelompoknya secara bersama-sama. 6. Terdapat siswa yang kesulitan mengemukakan pendapatnya saat diskusi maupun saat diberi pertanyaan oleh guru.

6 7. Ada siswa yang tidak berani tampil di depan kelas saat diberi tugas oleh guru. 3. Pembatasan Masalah Bedasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah mengenai peningkatan kemampuan interaksi sosial dengan menggunakan konseling kelompok pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Natar Tahun Ajaran 2014/2015. 4. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka masalahnya dapat dirumuskan kemampuan siswa dalam interaksi sosial rendah, adapun permasalahannya adalah apakah kemampuan interaksi sosial siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan konseling kelompok pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Natar tahun pelajaran 2014/2015? B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai peneliti dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan interaksi sosial dengan menggunakan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Natar tahun pelajaran 2014/2015.

7 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai manfaat antara lain : 1. Manfaat teoritis Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pendidikan terutama hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan dibidang bimbingan dan konseling khususnya mengenai kemampuan berinteraksi sosial siswa menggunakan konseling kelompok. 2. Manfaat secara Praktis (a) Sebagai kontribusi pemikiran bagi sekolah, guna meningkatkan kualitas unit lembaga bimbingan dan konseling disekolah, (b) Sebagai kontribusi bagi guru pembimbing untuk lebih meningkatkan mutu layanan bimbingan dan konseling, khususnya dalam meningkatan interaksi sosial peserta didik melalui konseling kelompok. C. Ruang Lingkup Penelitian Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah : a. Ruang Lingkup Ilmu Ruang lingkup penelitian ini adalah konsep keilmuan bimbingan dan konseling, khususnya pada mata kuliah BK Sosial. b. Ruang Lingkup Objek Objek penelitian ini adalah meningkatkan Ineraksi Sosial Siswa dengan menggunakan konseling kelompok.

8 c. Ruang lingkup Subjek Subjek penelitian ini adalah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Natar Lampung Selatan. d. Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Natar Kabupaten Lampung Sealatan pada tahun pelajaran 2014/2015. D. Kerangka Pikir Proses interaksi sosial akan terjadi apabila antara individu yang satu dengan yang lainnya melakukan kontak sosial dan komunikasi sosial. Di mana kontak sosial dilakukan individu dengan cara memberikan sentuhan fisik kepada individu lain, dengan begitu terjadilah interaksi sosial. Selain melakukan kontak sosial, individu juga melakukan komunikasi sosial. Komunikasi ini lakukan individu untuk menyampaikan informasi atau pendapat yang akan individu berikan kepada individu lain, dengan begitu terjadilah interaksi sosial antara individu yang satu dan yang lainnya. Menurut Bonner (Gerungan,2004: 65) terjadinya interaksi sosial dipengaruhi oleh faktor adanya keinginan individu meniru orang lain (imitasi), keinginan untuk mempengaruhi orang lain (sugesti), keinginan untuk menjadi sama dengan orang lain (identifikasi), dan perasaan tertarik kepada orang l ain (simpati). Faktor-faktor tersebut adalah pendorong individu untuk melakukan interaksi sosial.

9 Suatu interaksi sosial dikatakan berkualitas jika mampu memberikan kesempatan kepada individu untuk mengembangkan diri dengan segala kemungkinan yang dimilikinya. Dalam hal ini, interaksi sosial antar individu yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Ada individu yang mudah untuk melakukan interaksi dengan orang lain, namun ada juga individu yang mengalami kesulitan dalam melakukan interaksi dengan orang lain. Permasalahan interaksi sosial remaja akan menghambat terjadinya proses pembelajaran yang efektif. Remaja yang mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial atau yang memiliki interaksi sosial rendah akan sulit untuk bekerja sama saat bekerja kelompok, cenderung diam dan pasif, sulit untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan pendapat saat diskusi, sehingga dalam hal ini menggangu tercapainya tugas perkembangan siswa terutama perkembangan aspek sosial dan interaksi sosialnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ridwan ( Sunarto, 2008:38), interaksi sosial yang rendah pada siswa dapat berdampak: (1) Ingin menyendiri; remaja biasanya mulai menarik diri dari berbagai kegiatan keluarga dan sering bertengkar dengan teman-teman. Sering melamunkan, betapa seringnya ia tidak dimengerti. (2) Antagonisme Sosial; remaja sering sekali tidak mau bekerja sama, sering membantah dan menentang. (3) Emosi yang meninggi; kemurungan, ledakan amarah dan cenderung menangis karena hasutan yang sangat kecil. (4) Hilangnya kepercayaan diri. anak yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri, sekarang menjadi kurang percaya diri dan takut pada kegagalan karena daya tarik menurun dengan orang tuanya.

10 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa remaja yang memiliki interaksi sosial yang rendah akan sulit untuk memiliki teman dekat, kurang percaya diri, antagoisme sosial dan emosi tinggi. Hal ini dikarenakan remaja yang memiliki interaksi sosial rendah cenderung tidak memperdulikan keadaan disekitarnya, lebih senang menyendiri dibandingkan bergabung dengan yang lainnya, kurang percaya diri terhadap potensi yang dimilikinya sehingga membuatnya merasa minder, dan merasa dirinya lebih baik diantara temanteman lainnya sehingga membuatnya kurang disukai oleh lingkungan disekitarnya. Guru bimbingan dan konseling yang berperan sebagai konselor sekolah memiliki kewajiban untuk membantu siswa dalam menangani setiap permasalahan yang dialami oleh siswa, begitu juga dengan permasalahan interaksi sosial. Oleh karena itu, upaya konselor dalam memberikan bantuan dalam meningkatkan interaksi sosial siswa dapat dilakukan dengan menggunakan konseling kelompok. Menurut Menurut, Warner & Smith (Wibowo, 2005:82) menyatakan bahwa: konseling kelompok merupakan cara yang baik untuk menangani konflikkonflik antar pribadi dan membantu individu dalam pengembangan kemampuan pribadi mereka. Adapun alur Kerangka berfikir penelitian ini adalah sebagai berikut: Kemampuan Interaksi Sosial Rendah Kemampuan Interaksi Sosial Meningkat Konseling Kelompok

11 Gambar 1.2. Skema Kerangka Berfikir Peningkatan kemampuan interaksi sosial siswa dapat ditunjukkan dengan perubahan perilaku yang terjadi, seperti jika sebelumnya siswa sulit menjalin hubungan dengan teman atau sering terlihat menyendiri di kelas, maka setelah mengikuti kegiatan konseling kelompok maka ia akan mudah berbaur dengan teman yang lain, tidak malu menyampaikan pendapatnya, lebih memahami perasaan orang lain dan tidak memaksakan pendapatnya. E. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ha : Kemampuan interaksi sosial dapat ditingkatkan dengan layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Natar Tahun Pelajaran 2014/2015. Ho : Kemampuan interaksi sosial tidak dapat ditingkatkan dengan layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Natar Tahun Pelajaran 2014/2015.