I. PENDAHULUAN. Bank Umum Syariah telah muncul sejak tahun 1992 yang dipelopori oleh Bank

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. intermediasi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan suatu perekonomian.

I. PENDAHULUAN. serangkaian deregulasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) telah membawa

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat pesat setelah adanya liberalisasi keuangan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN (pakjun 1983) dan paket kebijakan oktober 1988 (pakto 1988). Deregulasi

BAB I PENDAHULUAN tentang liberalisasi perbankan yang memungkinkan pendirian bank-bank

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NONPARAMETRIK DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai agent of development, namun dalam hal ini masih dibebankan

BAB I PENDAHULUAN. transaksi antara pihak-pihak pencari dana (emiten) dengan pihak yang kelebihan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bank juga sebagai lembaga keuangan memegang peranan yang penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution)

I. PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS)

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

I.PENDAHULUAN. Perkembangan sektor ekonomi di Indonesia saat ini sangat pesat yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. dengan lahirnya UU No 7 Tahun1992 tentang perbankan nasional Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang terjadi di Amerika dan kawasan Eropa pada

BAB I PENDAHULUAN. Triandaru dan Totok Budi Santoso, 2009). Perkembangan Perbankan Syariah Indonesia (LPPSI) Bank Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Muamalat pada tahun Setelah terbukti mampu bertahan pada masa krisis

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK UMUM KONVENSIONAL DAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) ( Periode Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam UU perbankan No. 10 Tahun 1998 pasal 4 yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, mengalami perkembangan yang sangat cepat. Berdasarkan indikator-indikator

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, bank syariah telah muncul semenjak awal tahun 1990-an dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran. penting terhadap kualitas perekonomian suatu negara dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan salahsatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan prinsip-prinsip yang dianut dalam syariah Islam, menghadirkan

I. PENDAHULUAN. Sistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, serta

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perbankan nasional selama kurun waktu tahun 2003 sampai 2009

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. sistem keuangan yang berfungsi sebagai Financial Intermediary, yaitu suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Jika fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Januari Diakses melalui http// Tanggal 12 Oktober Undang-Undang Perbankan Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250 miliar Dollar AS,

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) yang menyimpan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah sebagai salah satu bagian dari industri perbankan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk menilai kesehatan suatu bank, di mana bank dengan kinerja yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang. Bank merupakan sektor penting dan berpengaruh dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian itu sendiri. Terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara bisa berjalan dengan lancar. Pertumbuhan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang tersedia secara optimal untuk dapat menghasilkan output yang

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Fungsi utama bank adalah sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam perekonomian suatu Negara sebagai lembaga perantara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data Council of Islamic Banks and Financial Institutions

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan intermediasi memandang bahwa sebuah lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan pada semester kedua tahun 2008 yang bermula dari

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 80 % dari keseluruhan system keuangan (Abidin, 2007).Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. ketika Bank Muamalat pertama kali berdiri dan beroperasi tahun Lalu. banking system, yakni sistem konvensional dan syariah.

pengiriman uang. Piter dan Suseno (2003) menyatakan bahwa

I. PENDAHULUAN. Selama lima tahun terakhir, industri perbankan syariah mengalami. perkembangan yang pesat. Berdasarkan laporan Perkembangan Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. moneter yang diambil. Mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan syariah di Indonesia telah muncul pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan memiliki peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, bank berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Atau lebih dikenal dengan fungsi perantara (intemediary) keuangan. Karena

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (Studi pada 6 Bank Umum Syariah terdaftar di BI tahun 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa bank lainnya (Martono, 2010 : 37). Tujuan fundamental bisnis

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB l PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian pasti ada hubungannya dengan dunia keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pada waktu itu bank- bank sentral

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank Umum Syariah telah muncul sejak tahun 1992 yang dipelopori oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI). Keberadaan BMI muncul pasca pemberlakuan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang menerapkan sistem bagi hasil. Bank Indonesia (2002) juga merinci Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil selain penetapan UU No. 7 Tahun 1992 sebagai pendukung perkembangan perbankan syariah. Penetapan perundang-undangan tersebut juga menandakan diberlakukannya dasar hukum beroperasinya perbankan syariah sekaligus dimulainya era sistem perbankan ganda (dual banking system) di Indonesia. Kinerja perbankan syariah yang relatif baik selama krisis ekonomi tahun 1997 menjadikan kepercayaan yang semakin besar, sehingga pemerintah dan otoritas moneter berupaya membantu perkembangannya melalui peluncuran dual banking system dengan terbitnya UU No. 10 Tahun 1998. Berdasarkan Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan, terdapat pengertian yang mendasar bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini mengandung fungsi bahwa Bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Pada butir ketiga juga terdapat beberapa aturan yang mengakomodasi berjalannya prinsip syariah oleh bank umum. Dengan berlakunya undang-undang tersebut, maka bank umum mempunyai landasan hukum yang kuat dalam

pelaksanaan prinsip syariah di Indonesia. Dalam hal ini, dengan diberlakukannya undang-undang mengenai perbankan tersebut, maka bank umum dapat menjalankan kegiatan usaha baik berupa bank konvensional maupun berupa bank yang menjalankan prinsip syariah. Penetapan UU No. 10 Tahun 1998 sebagai perubahan dari UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan, menyebabkan legalitas hukum baik dari aspek kelembagaan dan kegiatan usaha bank syariah telah diakomodir dengan jelas. Pasca penetapan UU No. 10 Tahun 1998 disusul keluarnya UU No. 23 Tahun 1999 tentang pemberian wewenang kebijakan moneter kepada Bank Indonesia, di mana kebijakan tersebut dapat dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Undang-undang tersebut memberikan landasan hukum yang kuat bagi Bank Indonesia untuk melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap perbankan syariah. Bank Indonesia menciptakan sebuah kerangka acuan yang diwujudkan dalam bentuk cetak biru (blue print) arsitektur perbankan nasional yang dipakai sebagai semua pihak yang terkait dalam industri perbankan. Cetak biru tersebut dikenal dengan istilah API (Arsitektur Perbankan Indonesia). API memuat tahap implementasi dan prioritas inisiatif-inisiatif dalam pengembangan perbankan syariah yang dibagi oleh Bank Indonesia menjadi tiga tahap. Tahapan tersebut yaitu, Tahap I periode 2002-2004 meletakkan landasan yang kuat bagi pertumbuhan, Tahap II periode 2004-2008 memperkuat struktur industri perbankan syariah, Tahap III periode 2008-2011 memenuhi standar keuangan dan kualitas pelayanan internasional. Sasaran-sasaran pengembangan BUS hingga tahun 2011, antara lain: (1) terpenuhinya prinsip-prinsip syariah dalam operasional perbankan; (2) diterapkannya prinsip-prinsip kehatihatian dalam operasional perbankan; (3) terciptanya sistem perbankan syariah yang kompetitif dan efisien; dan (4) terciptanya stabilitas sistemik serta terealisasinya kemanfaatan bagi masyarakat luas.

Perkembangan BUS di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia (2011), terlihat bahwa pada tahun 2004 terdapat tiga BUS dan meningkat menjadi enam BUS pada tahun 2010. Kantor BUS pun mengalami peningkatan pesat sebesar 79,01 persen dari tahun 2004 hingga tahun 2010. Sedangkan untuk total aset BUS yang telah berkembang dari tahun 2004 hingga tahun 2010 sebesar 83,97 persen. Perkembangan bank umum di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Bank Umum Syariah di Indonesia Jumlah Bank Jumlah Kantor Total Aset (Rp. Juta) Tahun Persentase Persentase Persentase BUS BUS Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan BUS 2004 3 263 12.527 2005 0 3 12,62 301 26,79 17.111 2006 0 3 12,75 345 19,10 21.151 2007 0 3 12,88 396 22,48 27.286 2008 40,00 5 31,13 575 19,83 34.036 2009 16,66 6 19,12 711 29,11 48.014 2010 45,45 11 41,48 1.215 39,37 79.186 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (2011) Perkembangan aset semakin meningkat dengan tumbuhnya jumlah kantor layanan masing-masing perbankan syariah kepada masyarakat. Adanya peningkatan dalam total aset BUS dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir, harus sesuai dengan cetak biru perkembangan perbankan syariah oleh Bank Indonesia yang semestinya menjadi suatu pedoman untuk membenahi struktur laporan keuangan BUS agar tampak ideal. Pembenahan ini dihadirkan dalam bentuk efisiensi antara sisi input dan sisi output dari perbankan syariah. Efisiensi merupakan faktor yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu organisasi, dalam hal ini industri perbankan syariah baik secara makro ataupun secara mikro. Dari sisi makro terkait dengan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, perbankan yang efisien sangat diperlukan untuk menunjang tercapainya stabilitas harga dan akan memberikan

dampak positif pada sektor-sektor lain. Dilihat dari sisi mikro tingkat efisiensi menggambarkan kemampuan bank mengelola input dan outputnya. Sehingga pengukuran efisiensi dan analisa terhadap determinan atau faktor-faktor menjadi hal yang sangat penting untuk mengevaluasi seberapa efisien operasional dari perbankan syariah dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi tersebut, sehingga BUS dapat meningkatkan efisiensinya. Perbedaan efisiensi antara Bank Umum Konvensional (BUK) dengan BUS menjadi suatu hal yang perlu diketahui sehingga peningkatan aset dapat menjadi langkah nyata untuk meningkatkan profit. Dengan diketahui perbedaaan tingkat efisiensi antara BUK dengan BUS menjadi suatu pemacu untuk dapat bersaing dengan baik. 1.2 Rumusan Masalah Dalam melakukan kegiatannya, BUS seperti halnya industri jasa bank umum lainnya juga menghasilkan suatu output. Dalam hal ini, output dari industri perbankan dapat berupa produkproduk yang ditujukan untuk nasabah bank tersebut. Untuk itu, dapat juga dikatakan bahwa salah satu indikator bank yang baik kinerjanya ialah bank yang efisien melakukan kegiatannya dalam menghasilkan produk-produk bank umum dan sejumlah aktivitas lainnya. Konsep efisiensi sangat penting bagi BUS. Menurut Molyneux dalam Novarini (2008), penelitian mengenai efisiensi bank Islam mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Peningkatan efisiensi biaya berarti pencapaian laba yang lebih tinggi dan memperbesar peluang untuk bertahan di pasar yang kompetitif. Hal ini penting bagi dunia perbankan Islam karena di pasar keuangan akan berhadapan langsung dengan lembaga keuangan konvensional.

2. Nasabah akan tertarik kepada harga yang lebih baik dan pelayanan yang berkualitas yang tentunya dihasilkan oleh operasional bank yang efisien. 3. Kesadaran akan hal-hal yang berhubungan dengan efisiensi akan memudahkan pembuat kebijakan untuk merumuskan kebijakan yang terkait dengan dunia perbankan sebagai suatu keseluruhan. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia sangat menyadari bahwa efisiensi di sektor perbankan merupakan salah satu kunci utama tercapainya stabilitas makro ekonomi dan efektifitas transmisi kebijakan moneter. Oleh karena itu penelitian dampak variabel mikro yakni ukuran bank dan variabel makro seperti tingkat inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Produksi (IPI) terhadap tingkat efisiensi bank diperlukan oleh bank sentral untuk mengevaluasi efektifitas kebijakan moneter. Terkait dengan perkembangan BUS yang semakin meningkat terutama dari perkembangan asetnya dari waktu ke waktu, maka sesuai dengan cetak biru perkembangan BUS, kondisi efisensi juga harus diperhatikan. Suatu BUS dalam hal ini tidak hanya dituntut untuk terus meningkatkan aset, namun bagaimana bank syariah dapat mencapai efisiensi dalam melakukan kegiatannya. BUS yang efisien akan dapat memperoleh peluang yang lebih besar dalam penciptaan profitabilitas yang lebih besar di masa yang akan datang. Menurut Berger dan Humphrey (1992), pembuatan skor efisiensi tidak bisa dilakukan secara parsial seperti misalnya pengukuran ratio biaya tenaga kerja dengan pendapatan, tetapi harus memperhitungkan seluruh output dan seluruh input yang ada. Sehingga pendekatan yang lebih tepat dalam pengukuran kinerja efisiensi adalah dengan menggunakan pendekatan frontier berupa analisa parametrik dan non-parametrik. Hasil studi menunjukkan pengukuran efisiensi yang dilakukan dengan non-parametrik maupun parametrik akan menunjukkan hasil yang yang

tidak terlalu jauh berbeda dan relatif konsisten (Hadad, 2003; Lee, 2005; Abidin dan Cabanda, 2007). Salah satu pendekatan non-parametrik yang umum dipakai untuk mengukur efisiensi perusahaan adalah menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Kelebihan metode DEA dalam aplikasi manajerial antara lain dalam mengukur efisiensi, DEA mengidentifikasi unit yang digunakan sebagai referensi yang dapat membantu untuk mencari penyebab dan jalan keluar dari ketidakefisienan. Selain itu, DEA tidak memerlukan spesifikasi yang lengkap dari bentuk fungsi yang menunjukkan hubungan produksi dan distribusi dari observasi yang diamati. Di Indonesia penelitian mengenai efisiensi perbankan termasuk penelitian efisiensi BUS juga sudah mulai banyak dilakukan. Namun kebanyakan penelitian baru melakukan pengukuran efisiensi dan melakukan studi komparatif dengan BUS di negara lain atau dengan BUK sebagaimana yang dilakukan oleh Ascarya dan Yumanita (2007), Heralina (2006) dan Mediadianto (2007). Belum terdapat studi yang memfokuskan diri pada penelitian yang memperbandingkan ketiga pendekatan efisiensi yaitu pendekatan aset, pendekatan produksi dan pendekatan intermediasi serta mengenai determinan atau faktor-faktor penentu efisiensi BUS di Indonesia. Bank umum idealnya dapat mengukur secara tepat tingkat efisiensi bank-bank yang diobservasi dan kemudian dapat menjelaskan faktor-faktor penentu yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat efisiensi tersebut sehingga hasil dari pengukuran dan analisis tersebut dapat menjadi acuan atau pedoman bagi internal bank untuk menentukan strategi yang tepat untuk peningkatan kinerjanya. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini ialah :

1. Bagaimana perbandingan tingkat efisiensi Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional di Indonesia menggunakan metode DEA pendekatan aset, produksi dan intermediasi? 2. Apa saja faktor-faktor penentu yang mempengaruhi skor efisiensi bank umum di Indonesia? 3. Bagaimana implikasi manajerial terhadap skor efisiensi yang dicapai oleh BUS di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis perbandingan efisiensi BUS dengan BUK di Indonesia menggunakan pendekatan aset, produksi dan intermediasi. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor penentu yang mempengaruhi efisiensi bank umum di Indonesia. 3. Merumuskan strategi kebijakan untuk meningkatkan skor efisiensi BUS.

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB