IDENTIFIKASI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PERPARKIRAN ON-STREET. Aditya Pratama 1 dan Parfi Khadiyanto 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melewati suatu ruas jalan berhenti dalam waktu yang singkat maupun lama. Kemacetan

BAB III METODOLOGI. Kebijakan penataan lalu lintas. Penataan lalu lintas dan rambu, Pengaturan parkir dan angkutan umum, Sirkulasi lalu lintas,dll.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR KHUSUS TERHADAP INTENSITAS PARKIR DI KAWASAN SIMPANG LIMA TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street Parking Menjadi Offstreet. (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

Strategi Penataan Aktifitas Parkir dan Pedagang Kaki Lima pada Koridor Komersial Kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI DAN KOLEKTOR DI KECAMATAN DEPOK DAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA PARKIR SEPANJANG JALAN WALIKOTA MUSTAJAB SURABAYA

ANALISIS KEBUTUHAN LAHAN PARKIR PADA KANTOR BADAN PERTANAHAN NASIONAL KOTA BALIKPAPAN

PENGARUH MANUVER PARKIR BADAN JALAN TERHADAP KARAKTERISTIK LALU LINTAS ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. luar datang ke Yogyakarta untuk sekedar berwisata maupun menetap untuk melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN I - 1

ANALISA DAMPAK HAMBATAN SAMPING DAN U-TURN TERHADAP KECEPATAN KENDARAAN (STUDI KASUS DEPAN PASAR FLAMBOYAN JALAN GAJAH MADA KOTA PONTIANAK)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum

BAB III METODOLOGI. Mulai. Persiapan. Pengamatan Pendahuluan. Identifikasi Masalah. Pengumpulan Data. Penyajian data. Analisis dan evaluasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. raya adalah untuk melayani pergerakan lalu lintas, perpindahan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil analisis dan pembahasan terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dampak Pembangunan Mall Olimpic Garden (MOG) Terhadap Lalu Lintas Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

JURNAL TEKNIK SIPIL, Bulan Desember, Tahun 2012 ANALISA DAMPAK LALU LINTAS GUMAYA TOWER HOTEL DI JALAN GAJAH MADA SEMARANG

ANALISIS KAPASITAS DAN KARAKTERISTIK PARKIR KENDARAAN DI PUSAT PERBELANJAAN (Studi Kasus Solo Grand mall Surakarta)

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya. kepemilikan kendaraan di perkotaan akan mempengaruhi pertumbuhan dan

PERENCANAAN FASILITAS PARKIR DI LUAR BADAN JALAN (OFF STREET PARKING) PASAR TANJUNG KABUPATEN JEMBER

BAB III METODOLOGI. Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari :

PENGARUH KEGIATAN KOMERSIAL TERHADAP KINERJA JALAN (STUDI KASUS KORIDOR JALAN YOS SUDARSO, PAAL DUA)

ANALISIS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PARKIR TERINTEGRASI UNTUK FIB, FH, DAN FISIP UNDIP KAMPUS TEMBALANG

PERHITUNGAN DAYA TAMPUNG KAWASAN PARKIR BANK SUMSEL BABEL JAKABARING DI KOTA PALEMBANG

Kata kunci: Bangkitan Pergerakan, Kinerja Ruas Jalan, Derajat Kejenuhan.

EVALUASI KINERJA PARKIR DI RSU HAJI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI PERSEPSI AKTIVITAS PARKIR PADA KORIDOR JALUR ARTERI DI PUSAT KOTA BREBES TUGAS AKHIR NUR IFADA AMALIA L2D

PENATAAN DAN PENANGANAN PARKIR PADA BADAN JALAN SEPANJANG RUAS JALAN CIMANUK KABUPATEN GARUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jendral Perhubungan Darat (1996), ada beberapa pengertian tentang perparkiran.

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK

ANALISIS KINERJA PARKIR PLAZA BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI PENGARUH PARKIR DI BADAN JALAN TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN KI SAMAUN TANGERANG

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah maka akan bertambah pula taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Mulai. Inventarisasi permasalahan dan kebutuhan data. Survei

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Parkir Kendaraan di Kawasan Pasar Baru Kota Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Jumlah Kendaraan di Kota Bandung pada Tahun

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

sementara (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996).

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Data Hotel Malioboro. yang menampung sebanyak 12 unit kendaraan mobil penumpang. Luas lahan. B. Data Geometri Jalan

EVALUASI PELAYANAN LAHAN PARKIR KENDARAAN RODA EMPAT DI TERMINAL 1 BANDAR UDARA SOEKARNO HATTA TANGERANG BANTEN*

PENETAPAN TARIF PARKIR SEBAGAI INSTRUMEN PENGENDALI PENGGUNA JASA PARKIR DI KAWASAN SIMPANGLIMA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami

Analisis Kinerja Ruas Jalan HOS Cokroaminoto Akibat Perkembangan Lalu Lintas di Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat parkir (Warpani,2002). Menurut Pedoman Perencanaan dan Pengoperesian

INVENTARISASI PARKIR JAKABARING BERDASARKAN GPS ANDROID

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB III METODE KAJIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat membentuk sebuah pusat salah satunya yaitu pasar.

Analisis Parkir Kendaraan Mobil Di Ruas Jalan Walikota Mustajab Surabaya

Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan ABSTRAK

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN PARKIR DI KABUPATEN JEMBRANA (Studi Kasus Parkir Tepi Jalan Pasar Umum Negara) TUGAS AKHIR BAB II

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street parking menjadi Off-street parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

Keperluan parkir. Kerja Shopping Hiburan Wisata. Dari keempat hal tersebut di atas, parkir untuk shopping merupakan masalah yang paling besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PENGARUH PARKIR ON-STREET TERHADAP KINERJA RUAS JALAN ARIEF RAHMAN HAKIM KOTA MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kian meningkat dalam aktivitas sehari-harinya. Pertumbuhan sektor politik,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik masing-masing kendaraan dengan disain dan lokasi parkir. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998).

Transkripsi:

Jurnal Ruang - Volume 1 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN 1858-3881 IDENTIFIKASI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PERPARKIRAN ON-STREET DI KORIDOR JALAN GAJAH MADA SEMARANG SEBAGAI KAWASAN KOMERSIAL Aditya Pratama 1 dan Parfi Khadiyanto 2 1 Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2 Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Email: aditplano2009@yahoo.co.id Abstrak : Koridor adalah sebagai suatu daerah yang membedakan antara wilayah jalan yang memiliki fasade antarbangunan yang tidak teratur dan berbeda bentuk. Selain itu suatu koridorr tidak hanya dilihat dari bentuknya saja tetapi dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia yang ada di dalamnya. Salah satunya koridor jalan Gajah Mada, koridor jalan ini dapat menggambarkan perkembangan sektor komersial yang ada di koridor utama Kota Semarang. Metodee penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan teknik sampling accidental sampling. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku masyarakat dalam perparkiran on-street di koridor jalan Gajah Mada Semarang sebagai kawasanan komersial. Pertumbuhan sebuah koridor jalan tidak akan mungkin terlepas dari kegiatan yang ada di dalamnya. Adanya berbagai macam kegiatan yang ada di koridor tersebut akan memunculkan suatu identitas atau ciri khas dari koridor tersebut. Koridor jalan Gajah Mada,Kota Semarang ditetapkan sebagai koridor komersial di Kota Semarang lebih tepatnya sebagai pertokoan dan ritel modern serta pedagang informal. Permasalahan yang ada di koridor jalan Gajah Mada ini adalah seringkali terjadi kemacetan yang disebabkan perilaku pengguna parkir yang memarkirkan kendaraanya tidak pada tempatnya seperti parkir pada daerah tidak bermarka parkir dan jalur pejalan kaki. Kondisi ini terjadi karena kurang adanya kesadaran dari masyarakat dalam berparkir. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa perilaku parkir yang dilakukan oleh pengguna parkir on-street di koridor jalan Gajah Mada dapat dilihat dari aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh pengguna parkir. Dalam hal ini yang termasuk perilaku perparkiran on-street adalah kemudahan parkir, cara mendaptkan tempat parkir, lama parkir, serta jarak parkir. Perilaku-perilaku tersebut satu sama lain saling berkaitan sehingga menunjukan aktivitas yang dilakukan oleh pengguna parkir. Kata kunci: Perilaku Masyarakat, Koridor Jalan, Parkir, Kawasan Komersial, Gajah Mada Semarang Abstract : Corridor is as a region that distinguish between the regions which have an irregular facade antarbangunan and different shapes. Besides a corridor not only be seen from the shape alone but of the activities undertaken by the people in it. One of these corridors jalan Gajah Mada, this road corridor can describe the development of the commercial sector is in the main corridor of the city of Semarang. The method used in this study is a quantitative, sampling Accidental sampling technique. This study aims to identify people's behavior in on-street parking in the corridor Semarang jalan Gajah Mada as a commercial area. Growth of a road corridor would not be possible regardless of the activity in it. The existence of a wide range of activities in the corridor will bring an identity or characteristics of the corridor. The corridor jalan Gajah Mada, Semarang is defined as a commercial corridor in the city of Semarang more precisely as modern shops and retail as well as informal traders. The problems that exist in jalan Gajah Mada corridor this is often a bottleneck that caused the behavior that users parking their vehicles parked out of place as the parking area and pedestrian ways. This condition occurs due to a lack of awareness of the community in parking. Results from this study is that the behavior is performed by the user parking on-street parking on jalan Gajah Mada corridor can be seen from the activity or activities conducted by park users. In this case that includes the behavior of on-street parking is ease of parking, how to get a parking lots, time parking, and parking distance. Behaviors of inter-related to each other so that shows activities undertaken by park users. Keywords: Behavior Society, Corridor, Parking, Commercial District, Gajah Mada Semarang Ruang; Vol. 1; No. 1; Th. 2013; Hal. 41-50 41

Identifikasi Perilaku Masyarakat dalam Perparkiran On-street di Koridor Jalan Gajah Mada Semarang Aditya Pratama dan Parfi Khadiyanto PENDAHULUAN Koridor adalah sebagai suatu daerah yang membedakan antara wilayah jalan yang memiliki fasade antarbangunan yang tidak teratur dan berbeda bentuk. Selain itu suatu koridor tidak hanya dilihat dari bentuknya saja tetapi dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia yang ada di dalamnya. Aktivitas yang ada di dalam suatu koridor tidak hanya satu aktivitas saja, namun ada beberapa aktivitas pendukung lainnya. Seperti aktivitas komersial, perkantoran dan hunian. Beberapa aktivitas yang ada di dalam suatu koridor tersebut dapat memunculkan suatu ciri khas. Menurut Rapoport (dalam Amalia, 2012), kegiatan rutin masyarakat memiliki nilai sosial budaya yang melandasinya, yaitu bagaimana masing-masing individu berperilaku sehingga terbentuk suatu ciri khas. Seperti yang telah dijelaskan bahwa suatu koridor pasti memiliki ciri khas jika dilihat dari aktivitas dominan yang dilakukan oleh penggunanya. Misalnya, koridor komersial, aktivitas dominan adalah komersial, karena hal ini merupakan ciri khas suatu koridor. Menurut Bohl (2002), pada suatu koridor komersial setiap tahunnya pasti mengalami perkembangan. Perkembangan koridor komersial terjadi pada awal tahun 1980 diawali munculnya kumpulan pertokoan. Kemudian pada tahun 1990, karena adanya perubahan gaya hidup dan prefrensi konsumen menyebabkan pergeseran pusat perbelanjaan tertutup, dari bentuk koridor ke bentuk open air shopping yakni kegiatan belanja yang dikombinasikan dengan kegiatan rekreasi ruang terbuka. Kegiatan belanja seperti ini membutuhkan site besar untuk mendukung aktivitas retail, hiburan, dan kegiatan makan. Selanjutnya perkembangan ini bergeser dari lingkungan belanja yang berorientasi kendaraan sepanjang koridor ke dalam kegiatan belanja yang dilakukan dengan berjalan kaki. Kegiatan belanja yang digabungkan dengan rekreasi ini berlanjut ke pengembangan pusat kota dengan menambahkan hunian dan kantor di atas fungsi retail tersebut. Perkembangan komersial seperti yang telah diuraikan, terlihat juga pada perkembangan yang terjadi di Kota Semarang. Kota ini adalah ibu kota Provinsi Jawa Tengah yang berkembang dari sektor komersialnya yang terpusat di tiga koridor utama yaitu jalan Pandanaran, jalan Pemuda, serta jalan Gajah Mada. Ketiga koridor jalan utama tersebut sering disebut sebagai Segitiga Emas atau Kawasan Pandama Kota Semarang. Makna ataupun arti Segitiga Emas Kota Semarang karena ketiga koridor jalan tersebut merupakan daerah atau kawasan investasi di Kota Semarang (Adinda C, 2008). Peneliti mengambil satu wilayah studi yaitu koridor Jalan Gajah Mada, sebab koridor jalan ini dapat menggambarkan perkembangan sektor komersial di koridor utama Kota Semarang. Perkembangan yang terjadi di koridor Jalan Gajah Mada terlihat jelas sekali terlihat dari bangunan hotel dan restoran di sepanjang koridor Jl. Gajah Mada, serta penataan jalur pejalan kaki. Perkembangan ini menunjukan koridor ini sebagai kawasan investasi Kota Semarang. Koridor ini dikatakan sebagai kawasan komersial karena aktivitas yang paling dominan adalah komersialnya. Aktivitas komersial yang ada pada koridor Jalan Gajah Mada, seperti pertokoan atau tempat belanja modern. Aktivitas dominan tersebut merupakan ciri khas dari koridor Jalan Gajah Mada. Jalan Gajah Mada juga memiliki aktivitas pendukung, seperti tempat ibadah, sekolah, hotel, dan kantor. Berbagai macam aktivitas pendukung yang ada di koridor tersebut juga mendukung perkembangan yang ada di koridor Jalan Gajah Mada. Menurut RTRW Kota Semarang tahun 2011-2031 koridor Jl. Gajah Mada digunakan sebagai commercial area. Permasalahan yang terjadi adalah pemanfaatan kawasan komersial di koridor Jalan Gajah Mada tidak didukung dengan penataan koridor yang baik. Oleh karena itu, koridor ini memiliki beberapa permasalahan yang menjadi kendala dalam kemajuan aktivitas komersial. Masalah yang menyebabkan kondisi penataan koridor Jl. Gajah Mada menjadi buruk adalah masalah parkir. 42 RUANG; VOL. 1; NO. 1; TH. 2013; HAL. 31-40

Identifikasi Perilaku Masyarakat dalam Perparkiran On-street di Koridor Jalan Gajah Mada Semarang Aditya Pratama dan Parfi Khadiyanto Permasalahan tersebut merupakan suatu prioritas bagi pemerintah Kota Semarang dalam penataan koridor Jalan Gajah Mada saat ini. Beberapa masalah yang ditimbulkan dari kondisi perparkiran di koridor Jl. Gajah Mada, yaitu kemacetan pada beberapa lokasi sepanjang koridor Jl. Gajah Mada. Penyebabnya adalah pengguna kendaraan roda empat yang memarkir kendaraannya tidak sesuai tempatnya. Selain itu, pengguna kendaraan roda dua yang memarkir kendaraan di jalur pejalan kaki. Permasalahan yang muncul ialah masalah perparkiran. Berikut ini akan dijelaskan mengenai permasalahan perilaku pengguna parkir di koridor Jl. Gajah Mada. Perilaku-perilaku oleh pengguna parkir merupakan suatu pokok permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Hal ini dimaksud peneliti dapat mengetahui perilaku penggunaan parkir oleh pengunjung koridor, sehingga dapat menghasilkan solusi atau rekomendasi tentang peningkatan pelayanan aktivitas komersial di koridor. Dalam mendukung perkembangan dan peningkatan pelayanan sektor komersial di koridor jalan Gajah Mada diperlukan adanya pengoptimalan fungsi koridor tersebut. Salah satu tindakan atau respon yang dapat dilakukan adalah penataan koridor, khususnya penataan parkir yang ada di dalam koridor jalan Gajah Mada. Adanya penataan koridor jalan Gajah Mada, diharapkan menjadi rekomendasi bagi pemerintah ataupun instansi terkait untuk membantu memperlancar aktivitas komersial yang tumbuh dan berkembang di koridor jalan ini. Berikut permasalahan kondisi perilaku masyarakat dalam perparkiran on-street di koridor Jalan Gajah Mada, antara lain: 1) Perilaku pengguna parkir on-street yang memarkirkan kendaraan di jalur pejalan kaki (pedestrian ways) terutama bagi pengguna motor, dikarenakan kurangnya lahan parkir sebagai penunjang aktivitas komersial di koridor Jl. Gajah Mada. 2) Perilaku pengguna parkir menjadi tidak taat aturan yaitu dengan memarkir kendaraan di daerah larangan parkir. Karena beberapa marka parkir yang ada di koridor Jl. Gajah Mada sudah mulai hilang. 3) Adanya perilaku pengguna parkir yang memarkirkan kendaraan di derah larangan parkir dan pedestrian ways yang disebabkan karena ada penambahan lebar jalur pejalan kaki sehingga kondisi ruang parkir yang ada di jalan sedikit berkurang. METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan sebagai pedoman sebuah penelitian agar memiliki dasar yang kuat dan validitasnya diakui. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang lebih mementingkan variabel-variabel sebagai objek penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan tahap yang bertujuan untuk memperoleh input data yang nantinya akan digunakan untuk proses analisis. Data diperoleh dengan pengumpulan data primer dilakukan menggunakan kuesioner atau wawancara tertutup kepada responden yang ada di lokasi studi yaitu pengguna koridor Jl. Gajah Mada khusunya pengguna parkir on-street. Pada tahap pengumpulan data primer ( kuesioner dan observasi) tentang perilaku masyarakat dalam perparkiran on-street di koridor jalan Gajah Mada disajikan berupa deskripsi kondisi jalan, deskripsi kondisi parkir, deskripsi perilaku masyarakat dalam perparkiran, serta deskripsi fungsi dan aktivitas yang ada dalam kawasan tersebut. Data-data dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan pengguna parkir koridor jalan Gajah Mada. Untuk memperoleh data sekunder ini dilakukan ke instansi-instansi terkait. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan nonrandom sampling, karena peneliti tidak memperhitungkan tingkat variasi antara setiap unit sampling dan kemungkinan kekeliruan sampel. Peneliti akan menggunakan teknik pengambilan sampling secara accidental sampling. Pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemuinya (Nawawi, 2003). Ruang; Vol. 1; No. 1; Th. 2013; Hal. 41-50 43

Identifikasi Perilaku Masyarakat dalam Perparkiran On-street di Koridor Jalan Gajah Mada Semarang sebagai Kawasan Komersial Pratama dan Parfi Khadiyanto Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku masyarakat dalam perparkiran on-street di koridor Jl. Gajah Mada Semarang sebagai kawasan komersial. Kuesioner merupakan media untuk memperoleh informasi dari pengguna parkir yang dijumpai dengan jumlah sampel 75 dari jumlah populasi sebesar ±300. Sampel berdasarkan waktu berkunjung pengguna parkir yaitu pagi (08.00 11.00), siang (11.00 14.00), dan sore (14.00 17.00). KAJIAN LITERATUR Pengertian Perilaku Dan Perilaku Manusia Dalam Ruang Menurut Douglas (1977), bahwa perilaku manusia adalah tindakan terangterangan yang dilakukan oleh individu atau pribadi sebagai tanggapan terhadap lingkungan, namun terkecuali tindakan refleks secara tidak langsung individu akan memilih rangsangan sebelum melakukan respon. Ruang merupakan suatu tempat yang dikhususkan bagi suatu kegiatan dalam mengisi kekosongan tempat tersebut melalui suatu kegiatan didalamnya (Taringan, 2004). Sedangkan menurut Lawson (2001) perilaku manusia terhadap ruang dapat diartikan bahwa manusia selalu berhubungan dengan ruang setiap gerakan yang dilakukan oleh manusia berada dalam ruang seperti aktivitas bermain, belajar, bekerja dan menghuni. Pengertian Koridor Komersial Koridor jalan komersial merupakan koridor jalan yang pemanfaatan ruang di sepanjang jalannya untuk kegiatan komersial, perkantoran yang kompleks serta pusat pekerjaan di dalam kota (Bishop, 1989). Perkembangan Koridor Komersial Awal tahun 1980 bermunculan kumpulan pertokoan seiring meningkatnya pembangunan jalan raya dalam jumlah cukup besar dan terdiri dari berbagai jenis. Selanjutnya muncul mall dan departement store yang menempati site besar di perempatan jalan. Pada 1980-an, pengembang memperluas investasi dengan mengembangkan format retail yang khusus menjual produk tertentu menjadi toko tunggal bertema besar, seperti elektronik, furnitur, dan lain-lain yang bertujuan merebut pangsa pasar dari toko kecil dan supermarket. Format baru ini membutuhkan lahan yang besar pada lokasi strategis dan berdampak terhadap kepadatan lalu-lintas. Pada 1990-an, perubahan gaya hidup dan preferensi konsumen menyebabkan pergeseran pusat perbelanjaan tertutup dari bentuk koridor ke bentuk open air shopping yakni kegiatan belanja yang dikombinasikan dengan kegiatan rekreasi ruang terbuka. Kegiatan belanja ini membutuhkan site besar untuk mendukung aktivitas retail, hiburan, serta kegiatan makan. Perkembangan ini bergeser dari lingkungan belanja yang berorientasi kendaraan sepanjang koridor ke pengalaman belanja yang dilakukan dengan berjalan kaki. Kegiatan belanja digabungkan dengan rekreasi berkembang ke pengembangan pusat kota dengan menambahkan hunian dan kantor di atas fungsi retail, dan lokasi yang dipilih berada di persimpangan jalan utama. (Bohl, 2002). Pengertian Dan Status Parkir Menurut Warpani (1990) pengertian tentang parkir yaitu pada suatu kondisi kendaraan harus berhenti untuk sementara (menurunkan muatan) atau berhenti cukup lama. Berdasarkan cara penempatannya dan operasional sehari-hari menurut Setijowarno dan Frazila (2001) fasilitas parkir terdiri dari parkir pada badan jalan dan luar badan jalan. Parkir badan jalan adalah fasilitas parkir pada badan jalan. Parkir pada badan jalan sangat dipengaruhi oleh sudut parkir, lokasi parkir dan panjang jalan yang digunakan untuk parkir. Menurut Setijowarno dan Frazila (2001), fasilitas parkir bukan di badan jalan adalah fasilitas parkir yang berada pada areal tertentu atau di luar badan jalan. GAMBARAN UMUM Penggunaan Lahan Di Kota Semarang Perkembangan di Kota Semarang dapat dilihat dari penggunaan lahannya. Kota Semarang memiliki beberapa jenis penggunaan lahan. 44 RUANG; VOL. 1; NO. 1; TH. 2013; HAL. 41-50

Identifikasi Perilaku Masyarakat dalam Perparkiran On-street di Koridor Jalan Gajah Mada Semarang Aditya Pratama dan Parfi Khadiyanto Tambak; 6 Lainnya; 22 Bangunan ; 40 Sawah; Tegalan; 13 21 GAMBAR 1 DIAGRAM PENGGUNAAN LAHAN DI KOTA SEMARANG Penggunaan lahan mengenai tingkat perkembangan kota dilihat dari segi fisik, misalnya banyak bermunculan bangunan gedung baru di koridorr utama Kota Semarang. GAMBAR 2 PETA PENGGUNAAN LAHAN DI KOTA SEMARANG Hal ini menunjukkann perkembangan Kota Semarang terdapat di pusat kota dan hampir sebagian besar penggunaan lahan pusat Kota Semarang berupa bangunan. Selain itu, pusat Kota Semarang juga memiliki satu kawasan yang memiliki nilai investasi yang cukup tinggi. Kawasan ini sering disebut sebagai Kawasan Segitiga Emas atau Pandama penggunaan lahan yang ada di kawasan ini sebagian besar adalah lahan terbangun dan memiliki fungsi kegiatan komersial. Kondisi Transportasi Dan Karateristik Pergerakan Masyarakat Di Jalan Utama Kota Semarang Kota Semarang memiliki beberapa ruas jalan yang terbagi ke dalam beberapa jenis jalan, yaitu negara (59.760 km), propinsi (28.890 km), dan (2.673.971 km) yang sudah tersebar di kota ini. Kapasitas jaringan jalan yang ada di Kota Semarang relatif cukup tinggi dengan banyaknya jaringan jalan utama memiliki lebar yang cukup besar. Lebar jalan utama Kota Semarang sendiri rata-rata memiliki empat lajur dengan ukuran lebar minimum 7-8 meter. Rata rata arus lalu- yang ada di jalan lintas atau pergerakan utama Kota Semarang tingkat pelayanan C, yaitu karateristik kecepatan dan gerak kendaraan dikendalikan. Tingkat pelayan jalan ini juga mengambarkan kondisi kejenuhan jalan. Apabila dilihat kondisi arus pergerakan di jalan utama yang cukup tinggi, pelayanan kinerja transportasi hampir jenuh. Kondisi Serta Kebijakan Perparkiran Di Kota Semarang Permasalahan lalulintas yang prioritas di Kota Semarang adalah mengenai perparkiran. Dimana permasalahan ini semakin hari semakin rumit, seperti dijelaskan mengenai kondisi karateristik pergerakan masyarakat di ruas jalan utama Kota Semarang mengalami tingkat kejenuhan. Hal ini dikarenakan pergerakan yang terjadi semakin tinggi serta kinerja jalan semakin rendah. Penyebab terjadinya masalah ini adalah munculnya lahan-lahan parkir liar terutama di pusat kota. Munculnya beberapa lahan parkir dipinggir jalan bukan merupakan masalah utama yang diangkat peneliti dalam perparkiran yang ada di Kota Semarang, namun masalah mengenai perparkiran yang berkaitan perilaku pengguna parkir yang salah, masih banyak pengguna parkir yang memanfaatkan bahu jalan dan trotoar sebagai lahan atau tempat parkir. Untuk menyelesaikan permasalahan perilaku kondisi perparkiran di Kota Semarang Pemerintah Kota Semarang telah memiliki kebijakan. Kebijakan perparkiran adalah Perda nomor 1 tahun 2004 mengenai penyelenggaraan dan retribusi parkir di tepi jalan umum, serta Perda No. 2 tahun 2004 tentang penyelenggaraan parkir swasta, tempat parkir khusus parkir dan retribusi tempat khusus parkir. Kebijakan ini dibuat untuk menyelesaikann permasalahan parkir. Selain itu, Pemerintah Kota juga sudah memiliki beberapa stratergi. Salah satunya Ruang; Vol. 1; No. 1; Th. 2013; Hal. 41-50 45

Identifikasi Perilaku Masyarakat dalam Perparkiran On-street di Koridor Jalan Gajah Mada Semarang sebagai Kawasan Komersial Pratama dan Parfi Khadiyanto dengan menerapkan manajemen perparkiran kota yang baik seperti larangan parkir, hal ini dilakukan agar kondisi transportasi terutama kondisi perparkiran dapat lebih tertata dan kemacetan-kemacetan yang ditimbulkan oleh permasalahn parkir akan hilang. Kondisi Koridor Jalan Gajah Mada Koridor jalan Gajah Mada yang terletak di Kecamatan Semarang Tengah ini memiliki fungsi sebagai kawasan perdagangan dan jasa atau komersial. Koridor jalan Gajah Mada ini memiliki panjang jalan sepanjang 1,67 km (Dinas Bina Marga Kota Semarang, 2013). GAMBAR 4 PETA KONDISI PERPARKIRAN DI RUAS I KORIDOR JALAN GAJAH MADA GAMBAR 3 PETA PEMBAGIAN RUAS JALAN DI KORIDOR JALAN GAJAH MADA SEMARANG Koridor jalan Gajah Mada ini memiliki beberapa karatersitik, seperti: arah arus lalu lintasnya terbagi menjadi dua arah, lebar jalan maksimal di koridor Jalan Gajah Mada ini adalah 12 meter dengan, selain itu LOS (Level Of Service) yang ada di koridor jalan Gajah Mada ini sebesar 0,58 dengan nilai C dimana arus stabil, tetapi kecepatan dan gerak kendaraan dikendalikan, pengemudi dibatasi dalam memilih kecepatan (Bappeda Kota Semarang, 2010). Kondisi Perparkiran Koridor Jalan Gajah Mada Kondisi perparkiran yang ada di koridor jalan Gajah Mada ini berpengaruh terhadap kondisi peningkatan kunjungan pengguna parkir, apabila kondisi parkir on-street pada khususnya tidak tertata baik, maka motivasi pengunjung terhadap aktivitas komersial sepanjang koridor jalan Gajah Mada akan mengalami penurunan pengunjung. Penggunaan lahan koridor jalan Gajah Mada didominasi bangunan pertokoan. GAMBAR 5 PETA KONDISI PERPARKIRAN DI RUAS II KORIDOR JALAN GAJAH MADA Tetapi, ada yang berupa hotel, rumah maupun kantor. Bangunan-bangunan yang ada di koridor jalan Gajah Mada ini rata-rata menggunakan parkir on-street, namun ada pula beberapa toko yang sudah memiliki kantong-kantong parkir tersendiri atau parkir off-street. GAMBAR 6 PETA KONDISI PERPARKIRAN DI RUAS II KORIDOR JALAN GAJAH MADA 46 RUANG; VOL. 1; NO. 1; TH. 2013; HAL. 41-50

Identifikasi Perilaku Masyarakat dalam Perparkiran On-street di Koridor Jalan Gajah Mada Semarang Aditya Pratama dan Parfi Khadiyanto HASIL PEMBAHASAN Perilaku pengguna parkir dilihat dari karateristik pengguna parkir. Karateristik pengguna parkir on-street di koridor jalan Gajah Mada terbagi menjadi dua yaitu penggunaan dan persepsi oleh pengguna parkir. Karateristik pengguna parkir on-street di koridor Jl. Gajah Mada, antara lain: jenis moda yang digunakan oleh pengguna parkir, dan waktu berkunjung pengguna parkir onstreet di koridor Jl. Gajah Mada. Dari hasil survei lapangan untuk moda yang digunakan oleh pengguna parkir on-street di koridor Jl. Gajah Mada adalah motor dan mobil. Berdasarkan karateristik-karateristik tersebut maka perilaku pengguna parkir onstreet di koridor Jl. Gajah Mada ini mengambarkan kondisi aktivitas masyarakat dilihat dari perilaku parkirnya. Perilaku pengguna parkir on-street setelah di analisa menjadi beberapa identifikasi karateristik perilaku pengguna parkir on-street di koridor Jl. Gajah Mada, antara lain lama parkir, jarak parkir, kemudahan parkir, dan cara mendapatkan tempat parkir. Beberapa perilaku tersebut dilihat berdasar waktu berkunjung pengguna parkir on-street. 13 Ya 87 Tidak 22 78 Ikut Instruksi Juru Parkir Cari Tempat Parkir Sendiri GAMBAR 7 DIAGRAM KEMUDAHAN DAN CARA MENDAPATKAN TEMPAT PARKIR DI PAGI HARI Rata-rata waktu pagi hari pengguna parkir on-street pada jarak < 50 meter dari lokasi parkir sampai dengan tujuan sebesar 76, karena pengguna parkir merasa lebih mudah untuk menuju ke lokasi tujuan. Lama penggunaan parkir pada pagi yaitu < 1 jam sebesar 31, karena pengguna parkir berbelanja ataupun ke tempat makan, namun ada pengguna parkir selama 1-4 jam sebesar 34, melakukan aktivitas untuk belanja. Sedangkan, untuk lama parkir > 4 jam sebesar 35, menunjukkan aktivitas bekerja. 24 76 < 50 meter 51-100 meter GAMBAR 8 DIAGRAM LAMA DAN JARAK PARKIR DI PAGI HARI Lama atau durasi parkir pengunjung menunjukkan aktivitas yang dilakukan, pengunjung yang parkir selama < 1 jam melakukan aktivitas untuk belanja ataupun makan-makan. Aktivitas belanja tersebut rata-rata ada di sepanjang koridor Jl. Gajah Mada, untuk makan-makan paling dominan di ruas II ( Jalan Inspeksi sampai dengan perempatan Jl. Depok Jl. KH Wahid Hasyim) koridor Jl. Gajah Mada, sedangkan pengunjung parkir selama > 4 jam memiliki aktivitas bekerja, dapat dilihat di ruas I (perempatan Jl. Depok Jl. KH Wahid Hasyim sampai pertigaan Jl. Pemuda). Kondisi siang hari di koridor Jl. Gajah Mada, menunjukkan bahwa pengguna parkir ada yang merasa mudah sebesar 44 dan sulit untuk mendapatkan tempat parkir sebesar 56, hal ini dikarenakan aktivitas di koridor Jl. Gajah Mada mulai ramai. Bagi beberapa pengguna parkir mudah mendapatkan tempat parkir biasanya berada diruas II (Jalan Inspeksi sampai dengan perempatan Jl. Depok Jl. KH Wahid Hasyim) dan III (Jalan Inspeksi Jl. Moch Suyudi), sedangkan yang merasa sulit untuk mendapatkan tempat parkir rata-rata di ruas I (perempatan Jl. Depok Jl. KH Wahid Hasyim sampai pertigaan Jalan Pemuda), dimana aktivitas di ruas tersebut pada waktu siang hari sudah mulai padat atau ramai. 56 44 Ya Tidak 35 45 34 < 1 jam 1-4 jam > 4 jam 31 30 25 < 1 jam 1-4 jam > 4 jam GAMBAR 9 DIAGRAM KEMUDAHAN DAN CARA MENDAPATKAN TEMPAT PARKIR DI SIANG HARI Ruang; Vol. 1; No. 1; Th. 2013; Hal. 41-50 47

Identifikasi Perilaku Masyarakat dalam Perparkiran On-street di Koridor Jalan Gajah Mada Semarang sebagai Kawasan Komersial Pratama dan Parfi Khadiyanto Rata-rata pengunjung mudah untuk mendapatkan parkir, dengan cara mengikuti instruksi juru parkir sebesar 55, namun bagi pengunjung yang sulit mendapatkan tempat parkir memilih tempat parkir sendiri sebesar 45. Ketika pengunjung memilih tempat sendiri, ada yang memarkirkan di jalur pejalan kaki ada pula yang memarkirkan di daerah tidak bermarka parkir. Sebagian besar perilaku pengguna parkir on-street di siang hari rata-rata parkir dengan jarak < 50 meter dari lokasi parkir sampai dengan lokasi tujuan sebesar 66. Parkir pada jarak 51 100 meter dari lokasi parkir sampai dengan lokasi tujuan 34, pengguna parkir meletakkan atau memarkir kendaraanya sedikit jauh karena tidak mendapat tempat parkir yang dekat dengan lokasi tujuan. Lama parkir pengguna parkir on-street, yaitu < 1 jam sebesar 30, 1 4 jam sebesar 25, dan > 4 jam sebesar 45. Hal ini dikarenakan pengguna parkir on-street melakukan berbagi aktivitas di koridor jalan Gajah Mada seperti kerja, makan-makan maupun belanja. 34 66 45 55 < 50 meter Ikut Instruksi Juru Parkir 51-100 meter Cari Tempat Parkir Sendiri GAMBAR 10 DIAGRAM LAMA DAN JARAK DI SIANG HARI Sore hari sebagian besar pengguna parkir on-street mudah mendapatkan tempat parkir 4 dan 56 sulit mendapatkan tempat parkir. Berdasar cara mendapatkan tempat parkir, pengguna parkir mengikuti instruksi juru parkir sebesar 60. Kondisi di koridor Jl. Gajah Mada, sore hari rata-rata perilaku pengguna memarkir kendaraannya dengan jarak < 50 meter dari lokasi parkir sampai dengan lokasi tujuan sebesar 60 dan ada yang memarkir dengan jarak 51-100 meter dari lokasi parkir sampai dengan lokasi tujuan sebesar 40, karena pengguna parkir mudah untuk menuju ke lokasi tujuan. 56 Ya 44 Cari Tempat Parkir Sendiri GAMBAR 11 DIAGRAM KEMUDAHAN DAN CARA MENDAPATKAN TEMPAT PARKIR DI SORE HARI Waktu berkunjung sore hari rata-rata parkir selama < 1 jam 52, karena aktivitas pengguna adalah berbelanja. Namun ada pula parkir 1-4 jam sebesar 28 dengan aktivitas berbelanja maupun makan-makan. Sedangkan lama parkir > 4 jam sebesar 20, digunakan untuk bekerja, rata-rata pengguna parkir yang bekerja. Lama parkir oleh pengguna parkir on-street di kordor Jl. Gajah Mada menunjukkan aktivitas yang dilakukan. 20 28 Tidak < 1 jam 1-4 jam > 4 jam 52 40 40 60 Ikut Instruksi Juru Parkir 60 < 50 meter 51-100 meter GAMBAR 12 DIAGRAM LAMA DAN JARAK PARKIR DI SORE HARI KESIMPULAN & REKOMENDASI Kesimpulan Identifikasi perilaku pengguna parkir on-street di koridor Jl. Gajah Mada dilihat dari masing-masing perilaku seperti lama parkir mengambarkan aktivitas yang dilakukan pengguna parkir on-street. Untuk perilaku jarak parkir dan, kemudahan parkir, dan cara mendapatkan tempat parkir yaitu mengambarkan perilaku masyarakat dalam menggunakan atau mengakses tempat parkir, sedangkan jenis moda dan waktu berkunjung itu mengambarkan karateristik penggunaan tempat parkir. Kesimpulan perilaku masyarakat dalam perparkiran on-street di koridor Jl. Gajah Mada Semarang sebagai kawasan komersial menurut waktu berkunjung, yaitu: 48 RUANG; VOL. 1; NO. 1; TH. 2013; HAL. 41-50

Identifikasi Perilaku Masyarakat dalam Perparkiran On-street di Koridor Jalan Gajah Mada Semarang Aditya Pratama dan Parfi Khadiyanto Kondisi di pagi hari rata-rata orang merasakan mudah mendapatkan tempat parkir karena aktivitas yang ada di sepanjang koridor Jalan Gajah Mada belum terlalu ramai. Rata-rata cara mendaptakan tempat parkir ini masih mengikuti instruksi juru parkir. Jarak parkir untuk pengguna pagi hari rata-rata berjarak < 50 meter karena pengguna parkir lebih merasa mudah menuju ke lokasi tujuan. Lama parkir di waktu berkunjung ini berbeda-beda tergantung dari aktivitas yang dilakukan pengguna parkir tersebut. Kondisi siang hari sedikit berbeda dengan kondisi pagi, dimana pengguna parkir memarkir kendaraanya sebagian besar merasa sulit. Pada kondisi ini sebagian besar pengguna parkir memarkirkan kendaraannya masih dengan cara mengikuti instruksi juru parkir. Sedangkan jarak parkir yang digunakan oleh pengguna parkir adalah < 50 meter, hal ini dilakukan karena pengguna parkir lebih merasa mudah untuk menuju kelokasi tujuan. Lama parkir yan dilakukan oleh pengguna parkir di koridor Jalan Gajah Mada ini adalah < 1 jam, 1-4 jam dan > 4 jam, namun yang dominan pengguna parkir adalah 1-4 jam. Aktivitas yang dilakukan adalah untuk berbelanja atau makan-makan. Kondisi sore hari hampir sama dengan pagi hari dimana pengguna rata-rata merasa mudah mendapatkan tempat parkir. Kemudahan tersebut didapat pengguna parkir dengan cara mengikuti instruksi juru parkir. Untuk jarak parkir yang dominan di sore hari adalah < 50 meter dengan lama waktu parkir paling dominan di ruas ini adalah < 1 jam. Berdasarkan analisa perilaku masyarakat tersebut di temukan beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut disebabkan oleh kondisi perparkiran yang ada di koridor Jalan Gajah Mada. Untuk lebih jelas mengenai kondisi di koridor Jalan Gajah Mada. Berikut ini akan dijelaskan mengenai kondisi koridor Jalan Gajah Mada baik dari kondisi jalan, kondisi fungsi dan aktivitas yang ada di koridor tersebut, serta kondisi fasilitas parkirnya. Koridor Jalan Gajah Mada termasuk dalam kelas jalan arteri sekunder dengan lebar jalan yaitu antara 7-8 meter. Jalan Gajah Mada memiliki panjang jalan ± 1,67 km. Aktivitas di koridor Jalan Gajah Mada ini adalah komersial. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan sebanyak 81 lahan sebagai pertokoan, 8 lahan sebagai perkantoran dan 10 sebagai rumah atau hunian serta 1 digunakan sebagai lahan pendidikan. Dari penggunaan lahan yang ada di koridor Jalan Gajah Mada terlihat bahwa penggunaan lahan pertokoan menjadi suatu daya tarik bagi pengunjung koridor Jalan Gajah Mada. Hal ini dapat dilihat dari perilaku pengguna parkir yang dominan nya beraktivitas untuk berbelanja. Selain itu, beberapa aktivitas di sepanjang koridor Jalan Gajah Mada telah didukung dengan fasilitas koridor salah satunya adalah parkir. Fasilitas parkir yang ada di koridor Jalan Gajah Mada di golongkan menjadi dua yaitu on-street dan off-street. Untuk kondisi parkir off-street di koridor Jalan Gajah Mada terletak di beberapa bangunan di koridor ini. Namun, dalam hal ini peneliti lebih fokus terhadap kondisi dan perilaku pengguna parkir on-street yang ada di koridor Jalan Gajah Mada. Untuk kondisi parkir on-street yang ada di koridor Jalan Gajah Mada ini dikelola oleh pemerintah Kota Semarang. Hal ini didukung dengan adanya kebijakan pemerintah Kota Semarang yaitu Perda No. 1 Tahun 2004 mengenai penyelenggaraan parkir dan retribusi parkir di tepi jalan umum. Kondisi fisik perparkiran on-street di koridor Jalan Gajah Mada menggunakan pola sejajar dengan sudut parkir 1800 (derajat), letak parkir di koridor Jalan Gajah Mada ini terbagi menjadi dua sisi. Karateristik dari pengguna parkir on-street di koridor Jalan Gajah Mada ini dilihat berdasarkan jenis moda yang paling dominan digunakan oleh pengguna parkir onstreet di koridor Jalan Gajah Mada. Dari hasil survei lapangan ditemukan bahwa jenis moda yang dominan digunakan oleh pengguna parkir on-street di koridor Jalan Gajah Mada adalah mobil yaitu sebesar 55, tetapi ada juga yang menggunakan motor sebesar 45. Pada kondisi lapangan yang ada di koridor Jalan Gajah Mada perparkiran yang ada di rancang hanya untuk mobil belum dirancang untuk motor. Berdasarkan kondisi tersebut Ruang; Vol. 1; No. 1; Th. 2013; Hal. 41-50 49

Identifikasi Perilaku Masyarakat dalam Perparkiran On-street di Koridor Jalan Gajah Mada Semarang sebagai Kawasan Komersial Pratama dan Parfi Khadiyanto terlihat bahwa di koridor Jalan Gajah Mada kurang lahan parkir sehingga menimbulkan permasalahan yaitu perilaku pengguna parkir yang memarkir kendaraanya di jalur pejalan kaki. Selain itu kondisi perparkiran yang ada di koridor Jl. Gajah Mada sedikit mengalami perubahan terlihat dari penambahan jalur pejalan kaki yang mengakibatkan ruang parkir di koridor Jalan Gajah Mada sedikit berkurang dan marka-marka parkir yang ada di koridor Jalan Gajah Mada mulai hilang. Kedua kondisi tersebut menyebabkan parkir di derah larangan parkir dan jalur pejalan kaki, kondisi ini dapat dikatakan bahwa pengguna parkir tersebut tidak taat aturan. Rekomendasi Dari kesimpulan diatas, ada beberapa hal yang dapat di rekomendasikan dari studi identifikasi perilaku masyarakat dalam perparkiran on-street di koridor Jalan Gajah Mada, berikut ini beberapa rekomendasi bagi beberapa stakeholder terkait dengan penataan koridor Gajah Mada pada umumnya dan penataan parkir khususnya pemerintah ataupun Perencana. Dalam hal ini pemerintah memiliki otoritas paling besar dalam penataan suatu kawasan atau koridor atau jalan, harus bisa lebih menciptakan suatu kota yang memiliki ciri khas baik itu di dalam kawasan atau koridor. Perencanaan harus melihat perilaku manusia sebagai pengguna ruang, tata ruang mempengaruhi perilaku manusia didalamnya sehingga tata ruang yang baik akan dapat mengurangi dampak kekacauan sosial. Dengan melihat kondisi perilaku dalam perpakiran on-street di koridor Jalan Gajah Mada yang rata-rata pengguna parkirnya lebih merasa mudah apabila memarkirkan kendaraanya di daerah dekat dengan lokasi tujuan, maka muncul beberapa rekomendasi terkait penataan parkir dilihat dari perilaku masyarakatnya, antara lain: 1. Membuat kantong-kantong parkir di sepanjang koridor Jalan Gajah Mada. 2. Peraturan yang mengatur mengenai larangan parkir pada daerah larangan parkir baik di daerah pejalan kaki maupun di daerah tidak bermarka parkir. 3. Pembedaan zona antara pengguna pakir mobil ataupun motor 4. Pemilik Bangunan di Sepanjang Koridor Jalan Gajah Mada. Untuk mendukung adanya penataan koridor yang menggunakan kantong parkir di koridor Jalan Gajah Mada ini, perlu adanya partisipasi dari pemilik bangunan yang ada di sepanjang koridor Jalan Gajah Mada untuk penyediaan kantong parkir. DAFTAR PUSTAKA Adinda, C. 2008. Penataan lalu lintas kawasan Pemuda - Pandanaran - Gajahmada Semarang. Tugas Akhir tidak diterbitkan Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang. Bohl, Charles. C. 2002. Place Making: Developing Town Centers, Main Street, And Urban Village. Urban Land Institute Bishop, Kirk R. 1989. Design Urban Corridors. Chicango: American Planning Association. Douglas J, Porteous. 1977. Environmental Aesthetics: Ideas, Politics, and Planning. Routledge Lawson, B.2001. The Language Space. Architectural Press. Nawawi. H. 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Taringan, R. 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara Setijowarno, Frazila. 2001. Pengantar Sistem Transportasi. Semarang: Penerbit Unika Soegiyopranata. Warpani, S. 1990. Merencanakan Sistem Perangkutan. Bandung: ITB Press. www.bappedakotasemarng.co.id www.suaramerdeka.com 50 RUANG; VOL. 1; NO. 1; TH. 2013; HAL. 41-50