KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA PADA MATERI SEGITIGA DI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

dokumen-dokumen yang mirip
KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan

POLA PENALARAN MATEMATIS SISWA DALAM MATERI BILANGAN BULAT DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP

POTENSI PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA DALAM MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENALARAN SISWA DALAM MENGGAMBAR GRAFIK FUNGSI TRIGONOMETRI DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN SISWA

RESPONS SISWA TERHADAP SAJIAN SIMBOL, TABEL, GRAFIK DAN DIAGRAM DALAM MATERI LOGARITMA DI SMA

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA

PEMBELAJARAN DIMENSI TIGA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SMA NEGERI 2 TANJUNG RAJA

KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH KELAS VIII SMP PONTIANAK

HUBUNGAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF DENGAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI OPERASI HITUNG PECAHAN DI SMP

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI TRIGONOMETRI

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI SMP

PENERAPAN PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMECAHAN MASALAH MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL DI MTS

KEMAMPUAN PENALARAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP DALAM MATERI BANGUN RUANG

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DIKAJI DARI TEORI BRUNER DALAM MATERI TRIGONOMETRI DI SMA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DENGAN WAWANCARA KLINIS PADA PEMECAHAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL KELAS VIII SMP

ANALISIS KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA DI KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DI SMP

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE DI MATERI SEGIEMPAT KELAS VII SMP NEGERI 1 INDRALAYA UTARA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

PEMAHAMAN KONSEPTUAL SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA MATERI ALJABAR DI SMP

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN GENDER PADA MATERI BANGUN DATAR

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

PENGARUH PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. 1 The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM), Principles and Standards

R. Azmil Musthafa et al., Analisis Tingkat Kemampuan Penalaran Siswa dalam...

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS VIII PADA MATERI KUBUS DAN BALOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DISPOSISI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERBENTUK OPEN START DI SMP NEGERI 10 PONTIANAK

PEMANFAATAN DIAGRAM DALAM PENYELESAIAN SOAL CERITA MATERI PECAHAN KELAS VII SMP NEGERI 6 PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI TRIGONOMETRI DIKAJI DARI SELF CONCEPT SISWA KELAS XI IPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN SELF CONFIDENCE MATEMATIS SISWA ABSTRAK

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI BARISAN DAN DERET ARITMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

POTENSI NUMBER SENSE SISWA PADA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MATRIKS DI SMA

KEMAMPUAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH DENGAN METODE MIND MAPPING DI KELAS BILINGUAL SMP NEGERI 1 PALEMBANG

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI PECAHAN DI SMP

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI NUMBER SENSE PADA MATERI BILANGAN DI SMP NEGERI 8 SINGKAWANG

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs. NEGERI BOJONG PADA MATERI STATISTIKA. Zuhrotunnisa ABSTRAK

KEMAMPUAN PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS SISWA DALAM MATERI KUBUS DI KELAS IX SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

OLEH : ANISATUL HIDAYATI NPM: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN METAPHORICAL THINKING PADA MATERI PERBANDINGAN KELAS VIII DI SMPN 1 INDRALAYA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA KEUANGAN BERDASARKAN MODEL POLYA SISWA SMK NEGERI 6 JEMBER

PEMAHAMAN TEKS DISKUSI OLEH SISWA SMP NEGERI 2 PONTIANAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dalam suatu kelompok. matematika yaitu pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Angie (Uno : 2009) menyatakan tanpa disadari

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN TUGAS MIND MIND SEBAGAI INSTRUMEN PENILAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA MATERI FUNGSI KUADRAT

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING DI KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 9 MALANG

DESKRIPSI PEMAHAMAN SISWA PADA PERMASALAHAN PERBANDINGAN DAN STRATEGI SOLUSI DALAM MENYELESAIKANNYA

BAB I PENDAHULUAN. dalam belajar matematika. Kesulitan siswa tersebut antara lain: kesulitan

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Matematika terdiri dari beberapa komponen yang. serta sifat penalaran matematika yang sistematis.

JURNAL. Mathematical Reasoning Profile of the XII Grade Students of High School in Problem Solving of Trigonometry

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK DAN SELF EFFICACY

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

KECAKAPAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

LITERASI MATEMATIS SISWA PADA KONTEN QUANTITY DI SMP NEGERI 02 PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 PADANG

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMK SETELAH MENGIKUTI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH. Marfi Ario 1)

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DAYA MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA DALAM MENEMUKAN RUMUS BARISAN ARITMATIKA BERBANTUAN ALAT PERAGA SEDERHANA

KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PENALARAN MATEMATIS PADA PERKULIAHAN KAPITA SELEKTA MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

KEMAMPUAN KONEKSI SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN ANALOGI MATEMATIS DALAM MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematik dan Percaya Diri Siswa Kelas X Melalui Model Discovery Learning

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SUMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH STRUKTUR ALJABAR II (TEORI GELANGGANG)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pendidikan banyak sekali ilmu yang dapat digali untuk meningkatkan. SDM, salah satunya adalah ilmu matematika.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DITINJAU DARI ANALOGI SISWA DALAM MATERI ALJABAR DI SMP

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENERAPAN TEORI BRUNER BERBANTUAN KARTU SAPURA PADA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar siswa kita. Padahal matematika sumber dari segala disiplin ilmu

ELI HANDAYANI

Transkripsi:

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA PADA MATERI SEGITIGA DI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Sandi Hidayat, Rif at, Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan, Pontianak Email: sandihidayat09@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan penalaran induktif dan deduktif siswa pada materi segitiga dikelas VIII SMP Islamiyah Pontianak berdasarkan tingkat kemampuan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Subjek penelitian ini adalah 21 siswa kelas VIII A, 4 siswa tingkat atas, 15 siswa tingkat menengah dan 2 siswa tingkat bawah. Hasil analisis data menunjukkan kemampuan penalaran induktif untuk tingkat atas (25%) masuk kategori baik, (50%) masuk kategori cukup dan (25%) masuk kategori sangat, tingkat menengah (13,33%) masuk kategori baik, (26,67%) masuk kategori cukup dan (60%) masuk kategori -sangat dan siswa tingkat bawah (50%) masuk kategori cukup dan (50%) masuk kategori sangat. Untuk kemampuan penalaran deduktif siswa tingkat atas (25%) masuk kategori baik, (25%) masuk kategori cukup dan (50%) masuk kategori -sangat, tingkat menengah (13,33%) masuk kategori cukup dan (86,67%) masuk kategori -sangat dan siswa tingkat bawah (100%) masuk kategori -sangat. Kata kunci : Kemampuan Penalaran Induktif, Deduktif, Segitiga Abstract: The research aimed to know the ability of inductive and deductive reasoning in triangle material on students of senior high school Islamiyah Pontianak on Grade VIII based on their ability. The research used descriptive methodology. The participants of the the research were 21 students of Grade VIII A, 4 students consisting 4 students in high level, 15 students in medium and 2 students in lower level. The research findings showed that the ability to reason inductively for high level (25%) was good, (50%) was average, and (25%) was poor. In medium level the ability to reason inductively (13,33%) was good, (26,67%) was average, and (60%) was poor-very poor. In lower level (50%) was average and (50%) was very poor. The ability to reason deductively, the high level students (25%) was good, (25%) was average, and (50%) was poor-very poor. In medium level (13,33%) was average, (86,67%) was poor-very poor and in lower level (100%) was poor-very poor. Key words: ability of inductive and deductive reasoning, triangle 1

T ujuan pembelajaran metematika dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), terdiri dari (1) memahami konsep matematika; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat; (3) memecahkan masalah; (4) mengomunikasikan gagasan; dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan (Depdiknas, 2006). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan National Caouncil of Teachers of Mathematics (NCTM:2000) terdapat lima tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran matematika di sekolah yaitu kemapuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan penalaran dan bukti (reasoning), kemampuan komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connnection) dan kemampuan representasi (representation). Satu diantara tujuan pembelajaran matematika yang harus dimiliki oleh siswa adalah kemampuan penalaran matematis. Melalui penalaran matematis, siswa dapat mengajukan dugaan kemudian menyusun bukti, melakukan manipulasi terhadap permasalahan (soal) matematika dan menarik kesimpulan yang logis berdasarkan langkah-langkah yang menghubungkan pernyataan membentuk sebuah argument dan menyusun argument yang valid. Ball and Bass (Brodie, 2010: 8) menyatakan reasoning is a basic skill of mathematics sedangkan Kilpatrick et al (Brodie, 2010: 62) menyatakan learning mathematical reasoning as part of mathematical proficiency dan Brodie (2010: 11) menyatakan mathematical reasoning is a key element of mathematics and thus is central to learning mathematics in school. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penalaran matematis merupakan keterampilan dasar dan bagian dari keterampilan matematika yang harus ada pada pembelajaran matematika disekolah. Begitu pentingnya penalaran dalam matematika, Shadiq (2004:3) menyatakan bahwa materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatih melalui belajar materi matematika. Sedangkan Wardani (2010:19) menyatakan bahwa untuk memiliki penalaran yang baik pelajari matematika, dan untuk memahami matematika dengan baik maka pelajari matematika dengan menggunakan penalaran. Dari dua pernyataan tersebut jelaslah bahwa penalaran sangat penting yang harus dimiliki peserta didik untuk menyelesaikan masalah-masalah berkaitan dengan matematika. Kemampuan penalaran matematis dalam penelitin ini adalalah kecakapan atau kesanggupan siswa untuk membuat suatu kesimpulan atau pernyataan baru mengenai permasalahan-permasalahan matematika dan menjelaskan atau memberikan alasan atas sebuah penyelesaian berdasarkan pernyataan yang diketahui benar dan dianggap benar. Kemampuan penalaran dalam penelitian ini difokuskan pada kemampuan penalaran induktif dan kemampuan penalaran deduktif. Penalaran induktif adalah penarikan kesimpulan dari hal-hal khusus menuju pada kesimpulan umum. Sedangkan penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan yang bersifat khusus berdasarkan hal yang bersifat umum. Penalaran induktif dan 2

deduktif sering dijumpai dalam pembelajaran matematika. Penalaran induktif dalam matematika sering dijumpai pada berbagai materi,salah satunya terdapat di materi geometri pada penentuan karakteristik suatu bangun datar, pada materi barisan dan deret bilangan serta membuktikan jumlah sudut segitiga sebesar 180 0. Sedangkan penalaran deduktif sering dijumpai disemua materi matematika. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Soejadi (2000) bahwa karakteristis pembelajaran matematika adalah penalaran deduktif. Adanya penalaran induktif dan deduktif akan memberikan dampak bagi pembelajaran matematika yang membutuhkan kedua penalaran tersebut. Proses Penalaran induktif deduktif dapat digunakan sebagai salah satu cara dalam mempelajari suatu konsep matematika. Dengan proses induktif, dibuat daftar sifatsifat yang muncul dari contoh tersebut. Sifat- sifat ini dianggap sebagai suatu fenomena yang dapat diamati kemudian diperkirakan hasil baru yang dinginkan (dugaan). Kemudian untuk meyakinkan kebenaran hasil baru (dugaan) tersebut dibuktikan dengan proses deduktif. Dengan demikian penalaran induktif dan deduktif sangat berperan dalam proses pembelajaran dan dalam pemecahan masalah. SMP Islamiyah merupakan sekolah yang berstatus sekolah swasta yang berada di kota Pontianak. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara (tanggal 25 Febuari 2013) dengan guru matematika SMP Islamiyah Pontianak bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal materi segitiga ini dilihat dari hasil ulangam siswa banyak mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Pada kenyataanya saat ini dalam proses pembelajaran dalam kelas guru tidak pernah secara khusus melihat kemampuan penalaran matematis siswa dalam bentuk mengevaluasi pencapaian hasil belajar. Dalam mengevaluasi pencapaian hasil belajar guru lebih sering memberikan soal terkait pemahaman konsep. Berdasarkan informasi dari guru dan penelitian pendahuluan tersebut peneliti menduga bahwa salah satu faktor penyebab rendahnya hasil ulangan siswa dan hal yang meyebabkan siswa tidak bisa menyelesaikan permasalahan matematika dikarenakan rendahnya kemampuan matematika siswa. Rendahnya kemampun matematika siswa SMP Islamiyah tersebut karena terbiasanya siswa dalam mengembangkan penalaran matematisnya dalam menyelesaikan soal dan memahami konsep dari materi segitiga atau materi-materi yang telah dipelajari sebelumnya. Berangkat dari informasi dan fakta yang telah dikemukakan diatas penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang kemampuan penalaran matematis siswa pada materi segitiga di kelas VIII SMP Islamiyah Pontianak. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang kemampuan penalaran matematis.secara lebih rinci rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana kemampuan penalaran induktif siswa pada materi segitiga ditinjau dari tingkat kemampuan di kelas VIII SMP Islamiyah Pontianak? (2) Bagaimana kemampuan penalaran deduktif siswa pada materi segitiga ditinjau dari tingkat kemampuan di kelas VIII SMP Islamiyah Pontianak? 3

METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan penalaran induktif dan deduktif siswa kelas VIII SMP Islamiyah Pontianak pada materi segitiga. Subyek dalam penelitian ini adalah 21 siswa kelas VIII-A SMP Islamiyah Pontianak, yaitu 4 siswa berkemampuan tinggi, 15 siswa berkemampuan sedang dan 2 siswa berkemampuan rendah. Penjejangan kemampuan tersebut berdasarkan nilai ulangan harian yang diperoleh siswa sebelumnya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah soal tes kemampuan penalaran serta pedoman wawancara. Soal tes kemampuan penalaran induktif dan deduktif diberikan pada siswa. Soal tes ini terdiri masing masing dua soal untuk mengukur kemampuan penalaran induktif dan kemampuan penalaran deduktif. Jadi hasil tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan penalaran induktif dan deduktif siswa dalam menyelesaikan soal segitiga. Pedoman wawancara digunakan sebagai panduan wawancara untuk menggali kemampuan penalaran siswa. Wawancara dilakukan kepada 4 siswa terdiri dari 1 siswa berkemampuan atas, 2 siswa berkemampuan menengah dan 1 siswa berkemampuan bawah. Analisis kemampuan penalaran induktif dan deduktif siswa dengan mengeroksi jawaban siswa berdasarkan rubik penskoran dan kemudian menentukan persentase skor yang diperoleh siswa dari hasil tes. Persentase skor yang diperoleh siswa dihitung menggunakan rumus : Persentase skor siswa = skor yang diperoleh siswa skor maksimum x 100% Berdasarkan persentase skor yang diperoleh siswa dapat ditentukan kategori kemampuan penalaran siswa pada rentang 0 persentase skor 100. Setelah diketahui kategori kemampuan siswa kemudian dilihat kemampuan dari masingmasing indikator dari setiap kemampuan penalaran induktif dan deduktif yang dapat dicapai siswa. Pengkategorian siswa dibagi menjadi lima kriteria berdasarkan persentase skor yang diperoleh. Adapun pengkategoriannya adalah sebagai berikut. Tabel 1 Kategori Kemampuan Penalaran Kategori Persentase Skor Sangat baik 81 100 Baik 66 80 Cukup 56 65 Kurang 40 55 Sangat 39 (Modifikasi Arikunto, 2012:281) 4

Prosedur penelitian dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap: (1) tahap persiapan yaitu peneliti melakukan observasi kesekolah, mengurus surat izin penelitian, menyusun instrument penelitian, melakukan validasi soal kepada orang yang ahli dalam matematika, setelah soal dianggap valid untuk digunakan kemudian melakukan uji coba soal dan menganalisis hasil uji coba; (2) Tahap pelaksanaan yaitu semua siswa diberikan tes untuk mengukur kemampuan penalaran induktif dan deduktif siswa kemudian siswa perwakilan dari masing tingkat kemampuan diwawancarai. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Data yang diperoleh dalam penelitian adalah data tentang kategori kemampuan penalaran induktif dan deduktif siswa kelas VIII A SMP Islamiyah Pontianak berdasarkan tingkat kemampuan (kemampuan atas, menengah dan bawah) dalam menyelesaikan soal materi segitiga. Adapun indikator kemampuan penalaran induktif dalam penelitian ini adalah (1)kemampuan mengajukan dugaan dan (2) kemampuan menemukan pola, aturan atau sifat untuk membuat generalisasi. Sedangkan indikator kemampuan penalaran deduktif adalah (1) Kemampuan memeriksa kebenaran dari suatu kesimpulan dengan menyusun bukti langsung berdasarkan aturan tertentu dan (2) kemampuan melakukan perhitungan berdasarkan aturan tertentu dan menarik kesimpulan secara logis dari argument yang disusun. Ringkasan data kemampuan penalaran induktif dan deduktif, berikut disajikan tabel kategori kemampuan penalaran induktif dan deduktif berdasarkan tingkat kemampuan. Tabel 2 Data Kategori Kemampuan Penalaran Induktif BerdasarkanTingkat Kemampuan Atas Siswa SMP Islamiyah Pontianak Kode siswa Indikator Kategori Indikator Kategori 1/ soal 1 2/ soal 2 NIU 1 Sangat 0 Sangat IIES 3 Kurang 4 Sangat baik DS 3 Kurang 3 Baik DL 2 Sangat 4 Sangat baik Skor maksimum 6 4 Rata-rata 2,25 2,75 Kategori Sangat Baik Data hasil tes diketahui bahwa siswa kemampuan atas untuk indikator mengajukan dugaan, 2 siswa (50%) berada pada kategori dan 2 siswa (50%) lainnya berada pada kategori sangat. Secara rata-rata kemampuan tingkat atas 5

tergolong sangat kurng. Sedangkan indikator menemukan pola, aturan atau sifat untuk membuat generalisasi, 2 siswa (50%) berada pada kategori baik sangat baik dan 2 siswa (50%) lainnya berada pada kategori sangat. Dan secara rata-rata tergolong baik. Tabel 3 Data Kategori Kemampuan Penalaran Induktif BerdasarkanTingkat Kemampuan Menengah Siswa SMP Islamiyah Pontianak Kode siswa Indikator Kategori Indikator Kategori 1/ soal 1 2/ soal 2 Di 3 Kurang 1 Sangat BRS 0 Sangat 1 Sangat ES 3 Kurang 3 Baik FM 3 Kurang 4 Sangat baik Gi 3 Kurang 0 Sangat HF 3 Kurang 4 Sangat baik AK 3 Kurang 1 Sangat JAR 3 Kurang 3 Baik LM 3 Kurang 3 Baik Ni 1 Sangat 4 Sangat baik NFL 3 Kurang 2 Kurang BH 3 Kurang 3 Baik RP 3 Kurang 0 Sangat SN 3 Kurang 3 Baik TS 1 Sangat 3 Baik Skor maksimum 6 4 Rata-rata 2,53 2,33 Kategori Kurang Cukup Data hasil tes diketahui bahwa siswa kemampuan menengah untuk indikator mengajukan dugaan, 12 siswa (80%) berada pada kategori dan 3 siswa(20%) berada pada kategori sangat. Secara rata-rata kemampuan tingkat menengah pada indikator mengajukan dugaan tergolong. Sedangkan indikator menemukan pola, aturan atau sifat untuk membuat generalisasi, 9 siswa (60%) berada pada kategori baik sangat baik dan 6 siswa (40%) lainnya berada pada kategori - sangat. Dan secara rata-rata tergolong cukup. 6

Tabel 4 Data Kategori Kemampuan Penalaran Induktif BerdasarkanTingkat Kemampuan Bawah Siswa SMP Islamiyah Pontianak Kode siswa Indikator Kategori Indikator Kategori 1/ soal 1 2/ soal 2 TSR 1 Sangat 2 Kurang SR 3 Kurang 3 Baik Skor maksmum 6 4 Rata-rata 2,00 2,50 Kategori Sangat cukup Data hasil tes diketahui bahwa siswa kemampuan bawah untuk indikator mengajukan dugaan, 1 siswa (50%) berada pada kategori dan 1 siswa (50%) lainnya berada pada kategori sangat. Secara rata-rata kemampuan siswa tingkat menengah pada indikator mengajukan dugaan tergolong sangat. Sedangkan indikator menemukan pola, aturan atau sifat untuk membuat generalisasi, 1 siswa (50%) berada pada kategori baik dan 1 siswa (50%) lainnya berada pada kategori. Sedangkan secara rata-rata kemampuan siswa berada pada kategori cukup. Tabel 5 Data Kategori Kemampuan Penalaran Deduktif BerdasarkanTingkat Kemampuan Atas Siswa SMP Islamiyah Pontianak Kode siswa Indikator Kategori Indikator Kategori 1/ soal 3 2/ soal 4 NIU 4 Baik 4 Baik IIES 3 Kurang 4 Baik DS 1 Sangat 0 Sangat DL 4 Baik 1 Sangat Skor maksimum 6 6 Rata-rata 3,00 2,25 Kategori Kurang Sangat Data hasil tes diketahui bahwa siswa kemampuan atas untuk indikator memeriksa kebenaran dari suatu kesimpulan dengan menyusun bukti langsung berdasarkan aturan tertentu, 2 siswa (50%) berada pada kategori baik dan 2 siswa (50%) lainnya berada pada kategori - sangat. Secara rata-rata kemampuan tingkat atas tergolong. Sedangkan indikator melakukan perhitungan berdasarkan aturan tertentu dan menarik kesimpulan secara logis dari 7

argument yang disusun, 2 siswa (50%) berada pada kategori baik dan 2 siswa (50%) lainnya berada pada kategori sangat. Dan secara rata-rata tergolong sangat. Tabel 6 Data Kategori Kemampuan Penalaran Deduktif BerdasarkanTingkat Kemampuan Menengah Siswa SMP Islamiyah Pontianak Kode siswa Indikator Kategori Indikator Kategori 1/ soal 3 2/ soal 4 Di 1 Sangat 0 Sangat BRS 1 Sangat 0 Sangat ES 1 Sangat 0 Sangat FM 1 Sangat 2 Sangat Gi 1 Sangat 0 Sangat HF 1 Sangat 4 Baik AK 4 Baik 0 Sangat JAR 1 Sangat 0 Sangat LM 3 Kurang 4 Baik Ni 4 Baik 1 Sangat NFL 1 Sangat 1 Sangat BH 1 Sangat 2 Sangat RP 1 Sangat 0 Sangat SN 1 Sangat 1 Sangat TS 3 Kurang 4 Baik Skor maksimum 6 6 Rata-rata 1,677 0,76 kategori Sangat Sangat Data hasil tes diketahui bahwa siswa kemampuan menengah untuk indikator memeriksa kebenaran dari suatu kesimpulan dengan menyusun bukti langsung berdasarkan aturan tertentu, 2 siswa (13,33%) berada pada kategori baik dan 13 siswa(86,67%) berada pada kategori - sangat. Secara rata-rata kemampuan tingkat menengah tergolong sangat. Sedangkan indikator melakukan perhitungan berdasarkan aturan tertentu dan menarik kesimpulan secara logis dari argument yang disusun, 3 siswa (20%) berada pada kategori baik dan 12 siswa (80%) lainnya berada pada kategori sangat. Dan secara rata-rata tergolong sangat. 8

Tabel 7 Data Kategori Kemampuan Penalaran Deduktif BerdasarkanTingkat Kemampuan Bawah Siswa SMP Islamiyah Pontianak Kode siswa Indikator Kategori Indikator Kategori 1/ soal 3 2/ soal 4 TSR 1 Sangat 4 Baik SR 3 Kurang 0 Sangat Skor maksmum 6 6 Rata-rata 2,00 2,00 kategori Sangat Sangat Data hasil tes diketahui bahwa siswa kemampuan bawah untuk indikator memeriksa kebenaran dari suatu kesimpulan dengan menyusun bukti langsung berdasarkan aturan tertentu, 1 siswa (50%) berada pada kategori dan 1 siswa (50%) lainnya berada pada kategori sangat. Secara rata-rata kemampuan siswa tingkat menengah tergolong sangat. Sedangkan indikator melakukan perhitungan berdasarkan aturan tertentu dan menarik kesimpulan secara logis dari argument yang disusun, 1 siswa (50%) berada pada kategori baik dan 1 siswa (50%) lainnya berada pada kategori sangat. Sedangkan secara rata-rata kemampuan siswa berada pada kategori sangat. Pembahasan Berdasarkan data hasil tes dan wawancara tentang kemampuan penalaran induktif dan deduktif siswa kelas VIII-A SMP Islamiyah Pontianak. Berikut akan dibahas hal-hal sebagai berikut: Kemampuan Penalaran Induktif Berdasarkan Tingkat Kemampuan (atas, menengah dan bawah) Berdasarkan analisis data hasil tes diperoleh kemampuan penalaran induktif siswa tingkat kemampuan atas, menengah dan bawah. Kemampuan penalaran induktif untuk indikator 1/ soal nomor 1, siswa tingkat kemampuan atas 4 siswa (100%) masuk kategori sangat, siswa kemampuan tengah 15 siswa (100%) masuk kategori - sangat dan siswa tingkat kemampuan bawah 2 siswa (100%) masuk kategori sangat. Secara rata-rata kemampuan penalaran induktif untuk indikator mengajukan dugaan siswa tingkat kemampuan atas masuk kategori sangat, siswa tingkat kemampuan menengah masuk kategori dan kemampuan siswa tingkat kemampuan bawah masuk kategori sangat. Jika dilihat dari tampilan jawaban siswa, siswa yang memiliki kemampuan hanya mampu memberikan tiga kemungkinan jenis segitiga yang terbentuk tetapi tidak dapat memberikan alasan dengan benar. Kemudian siswa yang memiliki 9

kemampuan sangat, dari tampilan jawabannya memiliki perbedaan. Dari dua jawaban siswa tersebut, satu siswa mampu memberikan dua kemungkinan jenis segitiga tanpa memberikan alasan dan satu siswa lainnya mampu memberikan satu kemungkinan jenis segitiga dengan benar serta alasan yang dikemukakan salah. Secara umum kemampuan penalaran induktif siswa untuk indikator mengajukan dugaan berada pada kategori - sangat. Rendahnya kemampuan penalaran induktif siswa dikarenakan siswa tidak mampu memberikan alasan/penjelasan atas dugaan kemungkinan jenis segitiga yang terbentuk. Berdasarkan analisis data hasil tes diperoleh kemampuan penalaran induktif siswa tingkat kemampuan atas, menengah dan bawah. Kemampuan penalaran induktif untuk indikator 2/soal nomor 2, siswa tingkat kemampuan atas 3 siswa (75%) masuk kategori baik sangat baik dan sisanya 1 siswa (25%) masuk kategori sangat, siswa tingkat kemampuan tengah 9 siswa (60%) masuk kategori baik sangat baik dan sisanya 6 siswa (40%) masu kategori sangat dan siswa tingkat kemampuan bawah 1 siswa (50%) masuk kategori baik dan 1 siswa (50%) masuk kategori. Secara rata-rata kemampuan penalaran induktif untuk indikator menemukan pola, aturan atau sifat untuk membuat generalisasi siswa tingkat kemampuan atas masuk kategori baik, siswa tingkat kemampuan menengah dan bawah masuk masuk kategori cukup. Bila dilihat dari tampilan jawaban siswa bahwa siswa yang memiliki kemampuan sangat baik sudah mampu memeberikan jawaban dengan benar dan tepat, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan baik mampu memberikan kesimpulan umum berdasarkan contoh-contoh khusus yang diketahui dan siswa yang memiliki kemampuan dan sangat, jawaban yang diberikan siswa tidak benar/tidak tepat. siswa yang memiliki kemampuan hanya mampu memberikan dua kesimpulan hubungan jumlah dua sisi segitiga dengan sisi yang lainnya berdasarkan contoh-contoh khusus. Berdasarkan uraian diatas bahwa tidak ada perbedaan kemampuan penalaran induktif siswa tingkat kemampuan atas, menengah dan bawah yaitu berada pada kategori. Rendahnya kemampun penalaran induktif siswa SMP Islamiyah kelas VIII ini, dari hasil wawancara dan hasil tes diketahui bahwa siswa tidak mampu untuk memberikan alasan terhadap dugaan yang dikemukakannya serta siswa tidak pernah diberikan tes secara khusus untuk mengukur kemampuan mengajukan dugaan dan generalisasi. Hasil analisis data diatas dapat disimpulkan kemampuan penalaran induktif secara umum untuk tingkat atas (25%) masuk kategori baik, (50%) masuk kategori cukup dan (25%) masuk kategori sangat, tingkat menengah (13,33%) masuk kategori baik, (26,67%) masuk kategori cukup dan (60%) masuk kategori sangat dan siswa tingkat bawah (50%) masuk kategori cukup dan (50%) masuk kategori sangat. 10

Kemampuan Penalaran Deduktif Berdasarkan Tingkat Kemampuan (atas, menengah dan bawah) Berdasarkan analisis data hasil tes diperoleh kemampuan penalaran deduktif siswa tingkat kemampuan atas, menengah dan bawah. Kemampuan penalaran deduktif untuk indikator 1/ soal nomor 3, siswa tingkat kemampuan atas 2 siswa (50%) masuk kategori baik dan 2 siswa (50%) masuk kategori sangat, siswa kemampuan tengah 2 siswa (13,33%) masuk kategori baik dan 13 siswa (86,66%) masuk kategori - sangat, dan siswa tingkat kemampuan bawah 2 siswa (100%) masuk kategori sangat. Secara rata-rata kemampuan penalaran deduktif untuk indikator memeriksa kebenaran dari suatu kesimpulan dengan menyusun bukti langsung berdasarkan aturan tertentu siswa tingkat kemampuan atas masuk kategori dan siswa tingkat kemampuan menengah dan bawah masuk kategori sangat. Secara umum kemampuan penalaran deduktif siswa tingkat kemampuan atas berada pada kategori. Rendahnya kemampuan penalaran deduktif siswa dikarenakan siswa tidak dapat menyebutkan aturan digunakan, melakukan kesalahan konsep dan kesalahan perhitungan. Secara umum kemampuan penalaran deduktif siswa tingkat kemampuan menegah dan bawah berada pada kategori sangat. Rendahnya kemampuan penalaran deduktif tingakat kemampuan menengah dan bawah dikarenakan siswa tidak dapat menyebutkan aturan digunakan, melakukan kesalahan konsep dan kesalahan perhitungan. Serta siswa tingkat kemampuan menengah dan bawah tidak mampu meberikan jawaban. Jika dilihat dari tampilan jawaban siswa, siswa yang memiliki kemampuan baik sudah mampu menyusun pembuktian secara runtut dan kesimpulan benar tanpa menyebutkan aturan tertentu yang digunakan. Kemudian siswa yang memiliki kemampuan, dari tampilan jawabannya sudah mampu menyusun pembuktian secara runtut tanpa menyebutkan aturan tertentu yang digunakan tetapi ada kesalahan perhitungan sehingga kesimpulan salah. Selanjutnya siswa yang memiliki kemampuan sangat dalam menyusun pembuktian tanpa menggunakan aturan tertentu dan mengalami kesalahan konsep sehingga kesimpulan salah. Selanjutnya berdasarkan analisis data hasil tes diperoleh kemampuan penalaran deduktif siswa tingkat kemampuan atas, menengah dan bawah. Kemampuan penalaran deduktif untuk indikator 2/ soal nomor 4, siswa tingkat kemampuan atas 2 siswa (50%) masuk kategori baik dan 2 siswa (50%) masuk kategori sangat, siswa kemampuan tengah 3 siswa (20%) masuk kategori baik dan 12 siswa (80%) masuk kategori sangat, dan siswa tingkat kemampuan bawah 1 siswa (50%) masuk kategori baik dan 1 siswa lainnya masuk kategori sangat. Secara rata-rata kemampuan penalaran deduktif untuk indikator kemampuan melakukan perhitungan berdasarkan aturan tertentu dan menarik kesimpulan secara logis dari argument yang disusun. siswa tingkat kemampuan atas, menengah dan bawah masuk kategori sangat. Secara umum kemampuan penalaran deduktif siswa tingkat kemampuan atas, menengah dan bawah berada pada kategori sangat. Rendahnya kemampuan 11

penalaran deduktif siswa untuk indikator melakukan perhitungan berdasarkan aturan tertentu dan menarik kesimpulan secara logis dari argument yang disusun. dikarenakan siswa tidak dapat menyebutkan aturan digunakan, melakukan kesalahan konsep dan kesalahan perhitungan dan tidak dapat menarik kesimpulan logis dengan benar berdasarkan argument yang disusun. Dilihat dari hasil jawaban, siswa yang memiliki kemampuan baik sudah mampu melakukan perhitungan tanpa menyebutkan aturan tertentu yang digunakan dan dapat menarik kesimpulan logis dengan benar berdasarkan argument yang disusun. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan sangat. Jawaban yang diberikan siswa beragam. Ada 7 siswa (58,33%) tidak dapat memberikan jawaban, 3 siswa (25%) hanya mampu melakukan perhitungan tanpa menyebutkan aturan tertentu yang digunakan dengan argument yang disusun tidak benar karena ada kesalahan konsep dan tidak dapat menarik kesimpulan logis dengan benar berdasarkan argument yang disusun dan 2 siswa lainnya (16,67%) sudah mampu Melakukan perhitungan tanpa menyebutkan aturan tertentu yang digunakan dengan melakukan kesalahan perhitungan dan tidak dapat menarik kesimpulan logis dengan benar berdasarkan argument yang disusun. Berdasarkan uraian diatas bahwa tidak ada perbedaan kemampuan penalaran deduktif siswa tingkat kemampuan atas berada pada kategori, dan kemampuan menengah dan bawah yaitu berada pada kategori sangat. Rendahnya kemampun penalaran deduktif siswa SMP Islamiyah kelas VIII ini, dari hasil tes diketahui bahwa siswa tidak mampu menyusun pembuktian secara runtut tanpa menggunakan aturan tertentu, kesalahan konsep sehingga kesimpulan salah dan tidak mampu menyebutkan aturan tertentu yang digunakan dengan argument yang disusun tidak benar karena, kesalahan konsep dan tidak dapat menarik kesimpulan logis dengan benar berdasarkan argument yang disusun. Analisis data diatas dapat disimpulkan kemampuan penalaran deduktif siswa tingkat atas (25%) masuk kategori baik, (25%) masuk kategori cukup dan (50%) masuk kategori -sangat, tingkat menengah (13,33%) masuk kategori cukup dan (86,67%) masuk kategori -sangat dan siswa tingkat bawah (100%) masuk kategori -sangat. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran induktif siswa tingkat kemampuan atas, menengah dan bawah. Secara umum kemampuan penalaran induktif untuk tingkat atas (25%) masuk kategori baik, (50%) masuk kategori cukup dan (25%) masuk kategori sangat, tingkat menengah (13,33%) masuk kategori baik, (26,67%) masuk kategori cukup dan (60%) masuk kategori -sangat dan siswa tingkat bawah (50%) masuk kategori cukup dan (50%) masuk kategori sangat. Untuk kemampuan penalaran deduktif siswa tingkat atas (25%) masuk kategori baik, (25%) masuk 12

kategori cukup dan (50%) masuk kategori -sangat, tingkat menengah (13,33%) masuk kategori cukup dan (86,67%) masuk kategori -sangat dan siswa tingkat bawah (100%) masuk kategori -sangat. Saran Beberapa saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada guru matematika untuk mempertimbangkan dan dijadikan sebagai salah satu acuan dalam pembelajaraan matematika terutama dalam menumbuhkan kemampuan penalaran induktif dan penalaran deduktif pada materi segitiga maupun materi yang lainnya. (2) Peneliti menyarankan agar penelitian dapat dilanjutkan atau dijadikan acuan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan mpembelajaran yang dapat menggali kemampuan penalaran induktif dan deduktif melalui motode pembelajaran yang sesuai. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi.(2012). Dasar-Dasat Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara Brodie, K (2010). Teaching Mathematical Reasoning I Secondary School Classrooms. New York. Springe Depdiknas.(2006). Peraturan Mentri Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi NCTM.(2000). Principles And Standards For School Mathematics.Reston. ISBN Shadiq, F. (2004). Penalaran, Pemecahan Masaah, dan Komunikasi Dalam Pembelajaran Matematika.(online). (http://p4tkmatematika.org/download/sma/pemecahanmasalah.pdf, (diakses tanggal 21 januari 2013) Soedjadi,R.(2000).Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia.Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Wardani, Sri (2010). Teknik Pengembangan Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika di SMP/MTs. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.Yogyakarta 13