BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang telah diajarkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan. Guru mempunyai posisi

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna untuk meningkatkan mutu bangsa secara. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan peningkatan

PERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **)

PERANAN MGMP PENJAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU PENJAS. Oleh. Drs. Andi Suntoda S., M.Pd.

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21 ini Indonesia dihadapkan pada masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya sesuai dengan UU RI No. 20

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN. Gaya mengajar adalah cara atau metode yang dipakai oleh guru ketika sedang

BAB I PENDAHULUAN. arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). 1 Istilah pendidikan ini semula

I. PENDAHULUAN. dilakukan dan ditangani secara serius, salah satunya dengan cara mengupayakan

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi yang semakin maju ini. Pendidikan dalam. perkembangannya memperhatikan aspek afektif, kognitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam membentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan. meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

I. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. implementasi kurikulum di kelas, maka perlu mendapat perhatian serius. dilaksanakan oleh pelaku-pelaku yang profesional.

BAB I PENDAHULUAN. konsep kependidikan yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pendidikan agar dapat menciptakan peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. (Sagala, 2007:1). Pendidikan tidaklah semata-mata untuk menciptakan individu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berikut adalah beberapa kesimpulan dari hasil penelitian:

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Gema Insani, 2006), h. 1 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang bertugas untuk mendidik siswa menjadi manusia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dalam hal ini pada saat proses belajar mengajar guru memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional). Pelaksanaan pendidikan di Indonesia masih mengalami

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan setiap individu dapat meningkatkan potensi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan bahkan menjadi terbelakang. Dengan demikian pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. ukur kemajuan suatu bangsa, sehingga kualitas pendidikan sangat. diperhatikan oleh pemerintah. Hingga saat ini pemerintah terus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang dewasa ini sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Pembahasan beberapa hal tersebut secara rinci disajikan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 4 menjelaskan pula bahwa. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Robiah Adawiyah, 2014 Usaha Instruktur Dalam Optimalisasi Motivasi Belajar Bahasa Inggris

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan guna menghadapi tantangan dunia pada era globalisasi yang

(Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, pendidikan adalah suatu hal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang telah diajarkan sejak SMP. Artinya selama enam tahun bahasa Inggris sudah diajarkan di sekolah. Bahkan, saat ini banyak anak yang sudah menerima pelajaran bahasa Inggris sejak tingkat pendidikan sekolah dasar (SD). Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa sampai tingkat sekolah menengah atas (SMA) siswa belum mampu menggunakan bahasa Inggris baik aktif maupun pasif. Hal ini sangat memprihatin jika kita melihat bahwa bahasa Inggris Sebagai bahasa international yang penggunaannya mencakup berbagai aspek kehidupan maka pelajaran bahasa Inggris dipandang penting diajarkan di sekolah baik untuk bisa memahami teks berbahasa Inggris pada berbagai tulisan ilmiah, menyerap berbagai informasi dari berbagai media masa maupun dalam memenuhi prasyarata dalam dunia kerja. Karena dewasa ini banyak pekerjaan yang mensyaratkan menguasai bahasa Inggris aktif maupun pasif bagi para pelamarnya. Berdasarkan kenyataan itu pemerintah maupun semua elemen yang terkait dalam dunia pendidikan terus berusaha keras untuk menjawab tantangan itu, kurikulum yang berlaku di sekolah sudah banyak mengalami perubahan. Berbagai pendekatanpun sudah banyak dilakukan terutama di sekolah-sekolah pemerintah. Namun kendala besar yang masih dihadapi adalah masalah kompetensi profesional guru. 1

2 Sebagian besar guru bahasa Inggris sebenarnya belum mampu mengajarkan bahasa Inggris sesuai dengan yang diharapkan dalam standar kompetensi. Hal ini diperparah oleh kenyataan bahwa buku pelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah lebih banyak berfokus pada kemampuan anak mengerjakan tes/ujian untuk meraih nilai yang tinggi. Hal ini sangat tidak sesuai dengan pengertian belajar yang baik dengan mengalami, di mana siswa belajar mempergunakan yang telah dipelajarinya. Kondisi ini menuntut guru bahasa Inggris harus berkemampuan yang meliputi penguasaan model dan metode-metode pembelajaran bahasa Inggris, kepribadian untuk melaksanakan tugasnya sebagai guru bahasa Inggris, penguasaan bidang studi bahasa Inggris yang diajarkannya dan penguasaan caracara menyesuaikan diri dengan masyarakatnya di sekolah. Di samping itu guru harus bersifat dinamis, di mana guru harus terus meningkatkan kemampuannya sebagaimana yang tertuang dalam Undangundang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Harapan undang-undang tersebut menunjukkan adanya perubahan paradigma pola mengajar guru yang pada mulanya sebagai sumber informasi bagi siswa dan selalu mendominasi kegiatan dalam kelas berubah menuju

3 paradigma yang memposisikan guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dan selalu terjadi interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam kelas. Kenyataan ini mengharuskan guru untuk selalu meningkatkan kemampuannya terutama memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Menurut Pidarta (1999) bahwa setiap guru merupakan pribadi yang berkembang. Perkembangan yang dimaksud adalah perkembangan kompetesi profesional guru yang dapat dikembangkan lewat berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan peningkatan kompetensi professional guru, karena pendidikan dan pelatihan sudah tentu dapat lebih mengarahkan dan mempercepat laju perkembangan kompetensi profesional guru, yang pada akhirnya memberikan motifasi kepada guru-guru dalam melaksanakan tugas tugasnya di sekolah. Keberadaan guru amatlah penting bagi suatu bangsa, terlebih bagi keberlangsungan hidup bangsa di tengah-tengah lintasan perjalanan jaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai. Hal ini membawa konsekuensi kepada guru terutama guru bahasa Inggris untuk terus meningkatkan peranan dan kemampuan profesionalnya. Tantangan pendidikan yang demikian rumit saat ini menuntut guru harus keluar dari paradigma lama yang cenderung bersifat rutinitas dan kurang efektif, guru harus berani berinisiatif untuk melakukan berbagai terobosan baru dan membiasakan diri berpikir prioritas sehingga dapat secara optimal berkontribusi

4 terhadap keseluruhan proses pembaharuan pendidikan seiring dengan berbagai masalah dan tantangan yang ada di dalamnya. Perubahan dalam pendidikan dapat dimulai dari proses pembelajaran di kelas dimana guru memegang peranan professional yang sangat penting yaitu sebagai mediator, fasilitator, motivator, inovator dan dinamisator untuk menjalankan tugasnya dalam proses belajar mengajar. Unsur-unsur profesional guru tersebut dapat dikembangkan lewat berbagai kegiatan pendidikan atau Continuous Profesional Development (CPD) yang salah satunya adalah melalui pelaksanaan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Menurut Suparlan (2005:163) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan salah satu bentuk kegiatan untuk meningkatkan kemampuan guru agar lebih siap dalam menghadapi berbagai kesulitan pembelajaran. MGMP memiliki kedudukan yang sangat penting untuk meningkatkan pemahaman guru dalam keseluruhan proses pembelajaran, Walaupun Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bukan satu-satunya faktor penentu kualitas yang diharapkan namun Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sangat diperlukan sebagai sarana komunikasi bagi guru untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya dalam mengajar. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata pelajaran yang berada di suatu sanggar maupun kabupaten/kota yang berfungsi sebagai sarana untuk saling bermusyawarah, berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran. Tujuan dibentuknya Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang dikemukakan dalam buku pengelolaan

5 Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Depdikbud (1998: 4) adalah: 1. Menumbuhkan kegairahan guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi program kegiatan belajar mengajar. 2. Menyetarakan kemampuan dan kemahiran guru dalam proses belajar mengajar sehingga dapat menunjang usaha pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan. 3. Mendiskusikan permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari berbagai cara penyelesaian yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, guru, serta kondisi sekolah dan lingkungan. 4. Membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang berkaitan dengan keilmuan, teknologi media pembelajaran, kegiatan pelaksanaan kurikulum dan metodologi serta sistim evaluasi mata pelajaran yang bersangkutan. 5. Saling berbagi informasi dan pengalaman dalam rangka menyesuaikan dengan perkembangan teknologi yang digunakan dalam media dalam pembelajaran. Berdasarkan tujuan dibentuknya Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tersebut jelas bahwa secara ideal guru sebagai anggota Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dituntut aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan, hal ini terkait dengan peningkatan kompetensi profesional guru serta adanya standar kemampuan yang harus dicapai dalam mengajar. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan hadirnya kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di kalangan guru mata pelajaran khususnya mata pelajaran bahasa Inggris akan memberikan kontribusi yang

6 besar terhadap peningkatan kompetensi profesional guru dan berdampak pada kegiatan belajar mengajar terutama dalam peningkatan prestasi belajar siswa. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Memperhatikan permasalahan sebagaimana telah diketengahkan pada bagian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bahasa Inggris dalam upaya meningkatkan kompetensi profesional guru di kota Bandung. Secara garis besar, permasalahan yang menyangkut kompetensi profesional guru merupakan suatu permasalahan yang sangat kompleks. Pada penelitian ini, kompetensi profesional guru yang dimaksud adalah profesional guru bahasa Inggris yang terbentuk melalui kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang diduga dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Kompetensi guru yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi ke dalam empat kategori, yakni; merencanakan program belajar mengajar, menguasai bahan pelajaran, melaksanakan atau mengelola proses belajar mengajar, serta menilai kemajuan proses belajar mengajar. Sedangkan prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa yang diperoleh dari penilaian aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa berupa nilai raport. Memperhatikan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini dirumuskan lagi ke dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai

7 berikut: 1. Bagaimana gambaran kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bahasa Inggris SMA di kota Bandung? 2. Bagaimana gambaran kompetensi profesional guru bahasa Inggris SMA di kota Bandung? 3. Bagaimana gambaran prestasi belajar siswa mata pelajaran bahasa Inggris SMA di kota Bandung? 4. Bagaimana kontribusi kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris terhadap kompetensi profesional guru? 5. Bagaimana pengaruh profesionalisme guru terhadap peningkatan prestasi belajar siswa? 6. Bagaimana hubungan jalur Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap Prestasi Belajar Siswa melalui kompetensi professional guru? C. Asumsi Penelitian Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Kegiatan Musyawarah guru mata pelajaran MGMP merupakan salah satu kegiatan yang turut berkontribusi terhadap peningkatan kompetensi profesional guru di kota Bandung. 2. Dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh guru dari kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) berdampak

8 signifikan pada pelaksanaan tugas-tugasnya dalam proses belajar mengajar di kelas. 3. Setiap guru merupakan pribadi yang berkembang. Perkembangan itu merupakan kontribusi dari berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan peningkatan kompetensi profesional guru. 4. Guru merupakan komponen yang terpenting dalam dunia pendidikan yang dapat mempengaruhi keberhasilan komponen-komponen lain dalam proses pembelajaran. 5. Kompetensi profesional merupakan modal utama bagi guru untuk dapat melaksanakan tugas sebagai seorang guru. D. Hipotesis Untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh variabel Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap Kompetensi Profesional Guru dan terhadap variabel Prestasi Belajar Siswa, maka penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut: 1. Pengaruh MGMP terhadap kompetensi profesional guru kegiatan MGMP berkontribusi positif yang signifikan terhadap kompetensi profesional guru. 2. Perngaruh kompetensi profesional guru terhadap prestasi belajar siswa Terdapat pengaruh kompetensi profesional guru terhadap prestasi belajar siswa SMA di kota Bandung. 3. Hubungan jalur Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap Prestasi Belajar Siswa melalui kompetensi profesional guru

9 Ada hubungan yang signifikan jalur Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap Prestasi Belajar Siswa melalui kompetensi professional guru. Pengujian hipotesis di atas akan dibuktikan melalui hasil penelitian yang dilakukan di sekolah terhadap 54 guru bahasa Inggris yang termasuk anggota Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bahasa Inggris SMA di kota Bandung. E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi kegitatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam upaya meningkatkan kompetensi profesional guru yang telah mengikuti kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan kaitanya dengan prestasi belajar siswa. Secara khusus penelitian ini ditujukan untuk: 1. Mengetahui gambaran kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bahasa Inggris SMA di kota Bandung 2. Mengetahui gambaran kompetensi profesional guru bahasa Inggris SMA di kota Bandung 3. Mengetahui gambaran prestasi belajar siswa mata pelajaran bahasa Inggris SMA di kota Bandung 4. Mengetahui kontribusi kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris terhadap kompetensi profesional guru

10 5. Mengetahui pengaruh profesionalisme guru terhadap peningkatan prestasi belajar siswa 6. Mengetahui hubungan jalur Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap Prestasi Belajar Siswa melalui kompetensi professional guru 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini dianggap penting dilaksanakan karena hasilnya memiliki arti praktis dan teoritis. Secara praktis hasil penelitian ini sangat bermanfaat baik bagi Sekolah Menengah Atas maupun pihak-pihak yang terkait di luar Sekolah Menengah Atas (SMA). a. Bagi Sekolah Menengah Atas (SMA) Penelitian ini berusaha untuk mengetahui kontribusi kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap peningkatan kompetensi profesional guru bahasa Inggris pada Sekolah Menengah Atas (SMA). Oleh Karena itu guru bahasa Inggris yang telah mengikuti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) diduga memberikan dampak positif yang dapat dirasakan oleh semua komponen yang ada di sekolah tempat mengajar. b. Bagi Instasi Pemerintah Terkait. Instansi pemerintah yang dimaksud adalah Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Dinas Pendidikan Propinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/kota, dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi

11 dalam pembuatan kebijakan untuk penyelenggaraan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) kota Bandung. Bagi para pengurus Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) baik tingkat propinsi maupun kabupaten/kota, hasil penelitian ini sangat berguna sebagai feed back guna mengetahui sejauh mana efektifitas dan efisiensi kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bahasa Inggris yang diselenggarakan di Kota Bandung. c. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Secara teoritis hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang penjaminan mutu pendidikan dan program program pelatihan yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan kompetensi professional guru di Sekolah Menengah Atas (SMA). Tuntutan masyarakat yang semakin meningkat terhadap mutu pendidikan sebagai jaminan keberhasilan putra putri mereka yang dipercayakan pada proses pendidikan di sekolah. Untuk itu diperlukan berbagai macam penelitian sekitar masalah Kompetensi Profesional Guru khususnya para guru bahasa Inggris di Sekolah Menengah Atas (SMA). F. Metode Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode korelasional. Penelitian korelasional yang dimaksud adalah bersifat menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Seperti dikemukakan Masri S. (1995:21) penelitian korelasional dapat digunakan unruk maksud (1)

12 eksplorasi (2) deskriptif (3) penjelasan (eksplanalory atau confirmatory), yakni menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis; (4) evaluasi, (5) prediksi (6) penelitian operasional, dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial. Jenis penelitian korelasional ini memfokuskan pada pengungkapan hubungan kausal antar variabel, yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk mengetahui hubungan sebab berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi, dengan tujuan memisahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung sesuatu variabel penyebab terhadap variabel akibat. Variabel sebab-akibat tersebut adalah MGMP Musyawarah Guru Mata Pelajaran terhadap Kompetensi Profesional Guru terhadap dampaknya pada Prestasi Belajar Siswa. G. Pengertian Operasional Agar tidak terjadi kesalah pahaman, maka berikut akan diberikan pengertian operasional yang digunakan dalam penelitian ini. Pengertian operasional yang dimaksud adalah pengertian operasional dari (1) kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), (2) kompetensi profesional guru dan (3) Prestasi belajar siswa. 1. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) adalah forum/wadah kegiatan guru mata pelajaran sejenis pada jenjang SMP dan SMA untuk memecahkan masalah-masalah dan penyempurnaan pelaksanaan proses belajar-mengajar yang meliputi berbagai hal seperti menghilangkan perbedaan penguasaan materi pelajaran antar guru dan antar wilayah, perbaikan metode penyajian, penggunaan media dan alat pengajaran, sistem evaluasi belajar serta

13 hal-hal lain yang secara langsung atau tidak langsung menunjang terlaksananya kegiatan proses belajar mengajar. Kegiatan dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tersebut merupakan satu kesatuan dengan tugas dan profesi guru dalam usaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan untuk menunjang peningkatan kegiatan belajar-mengajar. 2. Kompetensi Profesional Guru Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Dari berbagai sumber yang membahas tentang kompetensi guru, secara umum dapat diidentifikasi bahwa ruang lingkup kompetensi profesional guru mencakup kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional. Kompetensi pedagogik ialah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang memenuhi kaidah-kaidah pedagogik. Kompetensi kepribadian ialah kompetensi yang harus dimiliki oleh guru berkenaan dengan pribadi yang arif, berakhlak mulia, dan menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi sosial ialah kemampuan guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan semua pihak termasuk kepada peserta didik, dan kompetensi profesional ialah kemampuan guru dalam menunjukkan keahliannya sebagai guru profesional.

14 3. Prestasi Belajar Siswa Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Seperti yang dikatakan oleh Winkel (1997:168) bahwa proses belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Menurut Marsun dan Martaniah dalam Sia Tjundjing (2000:71) prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Menurut Poerwodarminto (Mila Ratnawati, 1996 : 206) yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi belajar itu sendiri diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapor sekolah. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam buki laporan yang disebut rapor.