1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Bengawan Solo adalah sungai terpanjang di Pulau Jawa, Indonesia dengan panjang sekitar 548,53 km. Wilayah Sungai Bengawan Solo terletak di Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, pada 110 18' BT sampai 112 45' BT dan 6 49' LS sampai 8 08' LS, beriklim tropis dengan suhu udara dan kelembaban yang tinggi. Sungai ini mengalir dari dua hulu sungai yaitu dari daerah Pegunungan Sewu, Wonogiri dan Ponorogo, selanjutnya bermuara di Laut Jawa utara Surabaya. Wilayah Sungai Bengawan Solo secara administratif terletak di 20 kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur, mencakup wilayah seluas 20.125 km², terdiri dari DAS Bengawan Solo Hulu, DAS Kali Grindulu & Kali Lorog, DAS Kali Madiun, DAS Bengawan Solo Hilir, DAS Pantura Gelangban (Gresik-Lamongan-Tuban) dan DAS Kali Lamong. Banjir besar di DAS Bengawan Solo Hulu pernah terjadi pada tahun 1966. Puncak banjir pada tahun 1966 diperkirakan sebesar 4.000 m 3 /s di Wonogiri, 2.000 m 3 /s di Surakarta dan 1.850 m 3 /s di Ngawi. Luas daerah genangan banjir di sebelah hulu Kota Surakarta sekitar 18.000 ha dan di Sragen sekitar 10.000 ha. Hampir seluruh daerah Surakarta tergenang banjir termasuk daerah perkotaan. Tinggi genangan yang terjadi di Kota Surakarta mencapai 1 sampai 2 m dan korban meninggal sebanyak 90 orang (Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo, 2012). Pada akhir Desember 2007 banjir cukup besar kembali terjadi di DAS Bengawan Solo Hulu yang menimbulkan puluhan ribu orang menderita dan ribuan rumah tergenang. Banjir Desember 2007 dirasakan oleh masyarakat sebagai banjir yang luar biasa yang pernah terjadi di DAS Bengawan Solo selama ini, mungkin dianggap terbesar setelah banjir Maret 1966. Banjir di wilayah Sub DAS Bengawan Solo Hulu yang terjadi di Sukoharjo dan Surakarta ini tidak disebabkan pelepasan air dari Waduk Serbaguna Wonogiri, melainkan karena curah hujan yang tinggi yaitu antara 80-135 mm dan terjadi secara merata. 1
2 Tanggul di Sungai Samin dan Sungai Wingko bobol akibat banjir (Perum Jasa Tirta I, 2008). Pada saat banjir di akhir 2007 ini kapasitas tampung alur Sungai Bengawan Solo di Jurug, Kota Surakarta sebesar 1.500 m 3 /s terlampaui oleh debit banjir sebesar 2.075 m 3 /s (Gunawan, 2009). Jalan provinsi Solo- Wonogiri tergenang di lima lokasi, di Kecamatan Nguter, Kecamatan Sukoharjo dan Desa Telukan (Kecamatan Grogol) akibat meluapnya anak sungai Bengawan Solo (Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo, 2008). Kontribusi outflow bendungan Wonogiri terhadap debit puncak banjir di Jurug/surakarta sekitar 8,8%, sebagian besar debit banjir berasal dari anak sungai di hulu Surakarta (Perum Jasa Tirta I, 2008). Banjir Desember 2007 disebabkan hujan ekstrim yang terjadi di Pegunungan Selatan (Wonogiri) dan G. Lawu (Karanganyar), lalu dialirkan melalui Bengawan Solo menuju Kota Solo, kemudian terkonsentrasi di Kota sebelah timur, sementara hujan di G. Merbabu dan Merapi (Boyolali dan Klaten) tidak besar, sehingga tidak menimbulkan banjir di Kota sebelah barat. Banjir yang terjadi setahun kemudian (akhir Januari 2009) lebih merata di seluruh bagian kota karena hujan yang terjadi juga merata. Baik di Boyolali, Sukoharjo, dan Karanganyar, terjadi hujan yang cukup lebat, dalam durasi yang cukup lama, meskipun intensitasnya tidak sebesar banjir tahun 2007. Hujan ini kemudian dialirkan melalui Kali Pepe, Kali Premulung, dan Bengawan Solo menuju Kota Solo. Inilah yang menjelaskan mengapa daerah Pajang dan Bumi ikut banjir tahun ini, padahal pada tahun 2007 tidak (Yusuf, 2009). Peta kejadian banjir 25-31 Desember 2007 di wilayah Sungai Bengawan Solo secara keseluruhan disajikan pada Gambar 1.1 berikut (Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo, 2008). Kajian ini selanjutnya hanya fokus pada DAS Bengawan Solo Hulu ruas antara Bendung Colo dan AWLR Jurug, kota Surakarta.
Gambar 1.1 Peta kejadian banjir di Wilayah Sungai Bengawan Solo 2007 3
4 1.2 Rumusan Masalah Hujan ekstrim tahunan di DAS Bengawan Solo Hulu mengakibatkan debit aliran sungai yang besar di beberapa anak sungai antara Bendung Colo, Sukoharjo sampai dengan Jurug, Surakarta. Besar debit aliran yang terdapat pada masingmasing anak sungai berbeda-beda pada setiap kejadian hujan besar yaitu tergantung pada sub daerah aliran sungai mana saja yang terjadi hujan. Diperlukan suatu simulasi beberapa kejadian hujan agar diketahui karakteristik hidrograf banjir di anak sungai (lateral inflow) dan travel time banjir dari batas hulu hingga batas hilir kajian. Hasil analisis karakteristik banjir ini dapat digunakan sebagai masukan penting dalam menyusun sistem peringatan dini banjir. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui parameter karakteristik banjir yang berupa debit puncak banjir, waktu puncak banjir, dan debit lateral inflow di sistem DAS Bengawan Solo Hulu di ruas Bendung Colo hingga Jurug, Kota Surakarta. 2. Melakukan pemodelan secara hidrologi dalam estimasi hidrograf banjir di Jurug, Kota Surakarta melalui pemodelan hujan aliran (rainfall-runoff model) dan pemodelan penelusuran banjir (channel routing model) yang berdasarkan karakteristik fisik dari DAS dan respon DAS terhadap masukan (hujan). 1.4 Batasan Penelitian Batasan penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut. 1. Penelitian dilakukan pada DAS dan anak-anak Sungai Bengawan Solo antara Bendung Colo di Kabupaten Sukoharjo dengan koordinat 07 45'07" LS dan 110 54'05" BT sampai dengan AWLR Jurug di Kota Surakarta dengan koordinat 07 33'59" LS dan 110 51'40" BT. DAS yang dikaji seluas ±1.738 km 2 yang secara administrasi terletak di Kabupaten Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, dan Kota Surakarta. Peta batas wilayah yang dikaji pada penelitian ini disajikan pada Gambar 1.2.
5 2. Data hidrologi yang digunakan adalah data curah hujan dan data tinggi muka air yang digunakan berupa data real time dari stasiun telemetri yang dimiliki oleh Perum Jasa Tirta I, khususnya yang berada di DAS Bengawan Solo Hulu ruas Bendung Colo hingga AWLR Jurug. 3. Pemodelan penelusuran banjir di ruas sungai yang ditinjau dilakukan secara hidrologis. Gambar 1.2 Peta wilayah penelitian 1.5 Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut. 1. Hidrograf satuan terkini pada masing-masing sub-das di Bengawan Solo Hulu ruas Bendung Colo hingga AWLR Jurug. 2. Model simulasi hujan aliran untuk mengetahui hidrograf banjir di AWLR Jurug, Kota Surakarta. 3. Gambaran karakteristik respon DAS Bengawan Solo ruas Bendung Colo - Kota Surakarta terhadap berbagai variasi hujan.
6 4. Lama waktu tempuh aliran dari batas hulu hingga batas hilir penelitian yang dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan sistem peringatan dini banjir di wilayah Kota Surakarta. 1.6 Keaslian Penelitian Penelitian secara hidrologis di wilayah DAS Bengawan Solo Hulu, khususnya ruas Bendung Colo hingga AWLR Jurug sebelumnya pernah dilakukan oleh Gunawan (2009) yaitu studi kasus pada anak-anak sungai Bengawan Solo antara Bendung Colo di Sukoharjo hingga AWLR Jurug di kota Surakarta dengan rekonstruksi kejadian banjir Bengawan Solo 2007. Pada penelitian tersebut perhitungan hidrograf satuan dilakukan secara sintetik menggunakan model tampungan DAS (Clark) yang didasarkan pada karakteristik fisik dari DAS. Pada penelitian ini proses perhitungan hidrograf satuan menggunakan metode Collins. Penurunan hidrograf satuan untuk DAS yang tidak terukur menggunakan metode SCS Dimensionless Unit Hydrograph.