BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Peran guru

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Guru memiliki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Hal ini juga tak dapat dipungkiri terjadi karena peran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia pendidikan memiliki peranan penting bagi perkembangan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Masrini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru memiliki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang telah dipelajari mulai dari jenjang sekolah dasar. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan pembaharuan pendidikan di Indonesia dewasa ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meringankan kerja manusia. Matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal

Arnasari Medekawati Hadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP Bima

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi pembelajaran di sekolah, khususnya Sekolah Dasar (SD) dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memecahkan masalah yang muncul pada kehidupan sehari-hari (Winarni,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan. depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

Oleh: Yuniwati SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

Penerapan Metode Smart Games untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bilangan Berpangkat Pada Siswa Kelas IX SMPN 1 Kalidawir.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di. Sekolah Dasar yang dianggap sebagian siswa terasa sulit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. namun tidak menutup kemungkinan mereka masih berada pada tahap preoperasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratna Purwati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi sekarang ini pendidikan di Indonesia sudah mulai berkembang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan saja tetapi lebih menekankan pada proses penemuan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN No. 1 Enu Pada Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Metode Diskusi Kelompok

PENGGUNAAN ALAT PERAGA DALAM PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PECAHAN DAN PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MEMBUAT RINGKASAN CERITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan keterampilan. masalah yang merupakan fokus dalam pembelajaran matematika.

BAB I PENDAHULUAN. Dua dimensi yang harus dipahami oleh guru yaitu: (1) guru harus menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan alat berhitung yang kita gunakan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan proses belajar mengajar didalam kelas, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia, dengan mempelajari matematika siswa lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Volume Kubus dan Balok Menggunakan Alat Peraga di Kelas V SDN Pebatae Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang- Undang Sisdiknas No. 2 Tahun 2003 pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah nilai yang melebihi dari KKM. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MEDIA PENGGARIS RAPITUNG. Devi Afriyuni Yonanda Universitas Majalengka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kediri, pada pelaksanaan pembelajaran sifat-sifat bangun datar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dalam dirinya melalui proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, aktif, kreatif, inovatif, menyenangkan, dinamis, dan dialogis. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), salah satu isi program pengajarannya adalah matematika. Bidang studi matematika di sekolah dasar (SD) merupakan bidang studi yang berfungsi untuk mengembangkan logika berpikir siswa dalam menyelesaikan soal-soal atau memecahkan masalah-masalah logis baik yang terkait dengan matematika secara langsung ataupun bidang studi lain yang mengandung unsur logika. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Di samping itu, berbagai suatu cabang ilmu mempunyai karakteristik di mana memilih objek kejadian yang abstrak, sistematis, berpola pikir deduktif, logis, kritis, dan konsisten yang perlu mendapatkan sorotan serta pemahaman yang serius. Matematika diberikan dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah konstektual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Namun realitas membuktikan bahwa matematika pada dasarnya bersifat abstrak karena itu menyulitkan banyak orang memahaminya, terutama bagi anak yang baru sekolah, hal tersebut akhirnya dapat memicu suatu anggapan bahwa 1

2 matematika adalah pelajaran yang sulit/sukar. Di samping itu, pada umumnya matematika yang diajarkan di Indonesia sebagai produk yang sudah jadi/siap pakai. Guru harusnya senantiasa berupaya semaksimal mungkin untuk mengatur proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu bidang kajian matematika di SD adalah tentang pembagian. Pada tahap-tahap awal membelajarkan siswa tentang konsep dasar pembagian, guru kadang dihadapkan pada suatu kondisi di mana siswa/siswi sukar memahami konsep tersebut. Hal ini salah satunya dilatarbelakangi oleh belum tepatnya pendekatan dan metode yang digunakan, minimnya pemanfaatan media dan model dalam pembelajaran, kurangnya pemahaman dan kreativitas guru dalam merencanakan dan mengelola pembelajaran, dan lain-lain. Disamping itu pula, dominasi guru dalam proses pembelajaran menjadi salah satu faktor yang menyebabkan siswa sukar untuk mempelajari materi pembagian. Kesulitan-kesulitan tersebut, timbul karena guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau terlibat langsung dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran pengenalan konsep pembagian guru cenderung langsung menerapkan konsep, menjelaskan algoritma atau cara-cara menyelesaikan sebuah soal, dan memberi contoh bagaimana sebuah konsep diterapkan ke dalam sebuah soal cerita. Setelah guru menjelaskan konsep tersebut, kemudian guru memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan siswa dengan alasan agar siswa dapat menguasai dan menyimpan konsep tersebut dalam ingatannya. Tetapi ketika konsep tersebut diteskan, banyak siswa yang tidak dapat menjawabnya. Karena dengan pelajaran seperti itu mengakibatkan rendahnya pemahaman siswa sehingga dalam waktu yang relatif singkat hasil belajar tersebut sudah terlupakan. 1. Identifikasi Masalah Kondisi awal pembelajaran matematika di kelas II SDN Sumbersari Indah 3 disajikan secara konvensional/tradisional. Berdasarkan proses

3 observasi/pengamatan dan diskusi yang dilakukan bersama-sama observer (Kepala SDN Sumbersari Indah 3 sekaligus sebagai supervisor 2) diidentifikasi dan diperoleh data-data sebagai berikut: a. Guru lebih banyak menyajikan pembelajaran dengan metode ceramah; b. Metode drill/hapalan lebih dominan dikembangkan oleh guru; c. Siswa kurang antusias dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran matematika; d. Siswa kurang diberi kesempatan untuk memanipulasi benda kongkrit/nyata dalam mempelajari konsep dalam suatu materi pembelajaran; e. Siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit dan sukar untuk dipelajari; f. Penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran yang belum tepat; 2. Analisis Masalah Dari enam butir masalah pembelajaran tersebut peneliti dengan dibantu oleh observer menganalisis akar permasalahan yang harus segera dicarikan solusinya. Analisis dilakukan dengan cara mendeteksi tiap butir permasalahan yang satu sama lain saling berkaitan. Berdasarkan hasil analisis dan diskusi dengan observer, diperoleh akar permasalahannya adalah penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran yang belum tepat. Peneliti menganggap permasalahan tersebut merupakan akar atau sumber bagi permasalahan lainnya. Dalam hal ini, apabila permasalahan tersebut dapat diatasi dan diperbaiki maka permasalahan lainnya pun akan teratasi. Asumsinya, apabila guru dapat memilah dan memilih pendekatan dan metode pembelajaran yang relevan dengan karakteristik siswa SD ataupun karakteristik matematika itu sendiri maka guru akan mencari pendekatan dan metode pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk memanipulasi benda kongkrit sesuai dengan tahapan berpikir mereka dan dengan sendirinya kebiasaan guru menyajikan pembelajaran menggunakan metode ceramah ataupun mengembangkan metode drill/hapalan

4 akan mendramatisir. Hal tersebut pada akhirnya akan mendorong terciptanya antusias dan semangat siswa dalam pembelajaran. Temuan peneliti dilapangan, data hasil pembelajaran sebelumnya menunjukan dari 32 orang siswa yang mengikuti pembelajaran pembagian, diperoleh data sebanyak 20 orang siswa mengalami kesulitan dalam menentukan bentuk pengurangan berulang dari suatu pembagian, 7 orang siswa mengalami kesulitan dalam menentukan bentuk pembagian dari pengurangan berulang yang diketahui dan 3 orang siswa mengalami kekeliruan dalam menentukan nilai akhir dari suatu pembagian yang diketahui bentuk pengurangan berulangnya. Berdasarkan data awal diketahui 40,6% (13 orang) siswa belum mencapai ketuntasan belajar (KKM 70) dan alternatif pemecahan masalah yang akan peneliti laksanakan adalah dengan mencoba menerapkan pendekatan matematika realistik menggunakan metode demontrasi untuk meningkatkan konsep pembagian di kelas II SDN Sumbersari Indah 3 Bandung. Pendekatan pembelajaran matematika realistik berusaha memperkenalkan matematika sebagai suatu proses, jadi bukan sebagai barang yang sudah jadi. Permasalahan disajikan dalam bentuk soal cerita, konstektual, pemecahan masalah secara kongkret, realistik sehingga mudah dihayati oleh peserta didik. Perlahanlahan mereka digiring berpikir abstrak dari yang realistik sehingga akhirnya antara keduanya tidak lagi berbeda di kepala murid. Piaget dengan teori perkembangan peserta didik mengklasifikasikan anak ke dalam 4 tahap penjejangan menurut umur rata-rata. Keempat tahap tersebut meliputi tahap sensori motorik (0-2 tahun), tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasional kongkrit (6/7-11/12 tahun), dan tahap formal (11/12 tahun ke atas). Berdasarkan teori Piaget tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak usia sekolah dasar berada pada tataran berpikir operasional kongkrit yang berimplikasi pada pembelajaran matematika diperlukan benda-benda nyata untuk membantu pemahaman siswa. Hal ini senada dikatakan oleh Burner dalam TIM MKPBM (2001) yang mengisyaratkan bahwa dalam belajar matematika seyogyanya siswa terlebih dahulu diharapkan atau berinteraksi dengan benda nyata dalam kegiatan

5 memanipulasi objek kongkrit (tahap enaktif), tahap berikutnya pembelajaran dalam semi kongkrit adalah bahasa gambar (tahap ikonik), dan terakhir dalam bentuk simbol (tahap simbolik). Dengan demikian, dalam mengajarkan suatu materi pembelajaran di kelas rendah, seorang guru harus dapat menyajikan materi awal secara kongret dan menghubungkan pembelajaran dengan benda-benda nyata sehingga siswa dapat memahami materi dengan mudah. Pernyataan tersebut didasarkan atas pandangan Dienes dan Ruseffendi (1990;40) yang menyatakan bahwa konsep dapat dipelajari dengan baik oleh siswa bila penyajiannya di mulai dengan benda-benda kongkret yang beraneka ragam. Berdasarkan temuan awal tersebut, maka untuk menyelesaikan permasalahan di atas secara tepat dan akurat diperlukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai upaya memperbaiki pelaksanaan pembelajaran matematika di SD khususnya untuk mengurangi kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari pengenalan konsep pembagian di kelas II SDN Sumbersari Indah 3 Bandung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana implementasi penerapan pendekatan matematika realistik meningkatkan aktivitas dan pemahaman siswa pada pembelajaran konsep pembagian di kelas II SDN Sumbersari Indah 3? Dari rumusan itu, diuraikan dalam beberapa pertanyaan berikut ini: 1. Bagaimana rencana pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan matematika realistik pada pembelajaran pengenalan konsep pembagian di kelas II SDN Sumbersari Indah 3? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika realistik pada materi konsep pembagian di kelas II SDN Sumbersari Indah 3? 3. Bagaimana aktivitas belajar siswa pada pembelajaran pengenalan konsep pembagian dengan penerapan pendekatan matematika realistik di kelas II SDN Sumbersari Indah 3?

6 4. Bagaimana pemahaman siswa pada pembelajaran pengenalan konsep pembagian dengan menerapkan pendekatan matematika realistik di kelas II SDN Sumbersari Indah 3? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui rencana pembelajaran dengan menerapkan pendekatan matematika realistik pada pembelajaran pengenalan konsep pembagian di kelas II SDN Sumbersari Indah 3. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik pada pembelajaran penegenalan konsep pembagian di kelas II SDN Sumbersari Indah 3. 3. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa pada pembelajaran pengenalan konsep pembagian dengan menerapkan pendekatan matematika realistik di kelas II SDN Sumbersari Indah 3. 4. Untuk mengetahui pemahaman siswa pada pembelajaran pengenalan konsep pembagian dengan menerapkan pendekatan matematika realistik di kelas II SDN Sumbersari Indah 3. D. Manfaat Hasil Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a. Peserta Didik a. Melalui pendekatan realistik diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar. b. Melalui pendekatan realistik diharapkan agar meningkatkan perhatian, bermakna, dan menarik bagi siswa karena mereka turut aktif dalam proses pembelajaran tidak hanya DDCH (Duduk, Diam, Catat, Hapal) tetapi mereka mengalami sendiri secara praktis. c. Memperoleh pengalaman baru dalam pembelajaran matematika. b. Bagi Guru/Peneliti

7 Guna pengembangan kemampuan dalam merancang rencana perbaikan pembelajaran, memilih dan menerapkan suatu pendekatan dan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran serta mengembangkan kemampuan profesionalisme melalui kegiatan tindakan kelas. c. Teman Sejawat Sebagai rujukan dan penyemangat bagi teman sejawat sesama guru untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) dikelasnya. d. Bagi Lembaga/ Sekolah Dengan adanya Penelitian Tindakan Kelas berarti pembelajaran di kelas lebih berkualitas sehingga terjadinya perubahan positif dan diharapkan dapat dijadikan ajang pembinaan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran oleh kepala sekolah. E. Hipotesis Tindakan Apabila pendekatan matematika realistik diterapkan pada pembelajaran matematika maka pemahaman konsep pembagian pada siswa kelas II SDN Sumbersari Indah 3 Tahun Pelajaran 2012/2013 meningkat. F. Definisi Operasional a. Pemahaman Matematika Realistik Matematika realistik adalah pendekatan pembelajaran matematika yang berdasarkan pandangan kontruktivistik, yaitu proses belajar matematika yang memberikan keleluasaan kepada siswa mengkontruk konsep-konsep matematika melalui konteks (contextual problem). Konteks diterjemahkan siswa ke dalam model-model matematika sebagai jembatan untuk menghantarkan siswa sampai pada memahami konsep-konsep formal. b. Pemahaman konsep

8 Pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan peserta didik dalam memahami dan menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan konsep pembagian bilangan. c. Pembagian Bilangan Pembagian merupakan pengurangan yang berulang untuk bilangan yang sama. d. Alat Peraga Alat peraga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu alat atau benda yang digunakan untuk menjelaskan pembelajaran pembagian bilangan kepada peserta didik agar lebih mudah memahami materi yang disampaikan.