RESPONS PETANI TERHADAP TEKNOLOGI BARU UNTUK MENGHASILKAN KACANG HIJAU YANG BERDAYA SAING

dokumen-dokumen yang mirip
KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU KACANG HIJAU SETELAH PADI SAWAH PADA LAHAN KERING DI NTT

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

Evaluasi Kelayakan Teknologi dan Analisis Usahatani Kacang Hijau di Lahan Kering Gresik Jawa Timur

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

KAJIAN DAMPAK PENERAPAN VARIETAS KACANG HIJAU VIMA I DAN KOMPONEN TEKNOLOGI PENDUKUNGNYA DI LAHAN SAWAH

KERAGAAN KACANG TANAH VARIETAS KANCIL DAN JERAPAH DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH

Kedelai merupakan bahan pangan masyarakat Indonesia sejak lebih

DOMINASI VARIETAS UNGGUL KEDELAI DI NANGROE ACEH DARUSSALAM: Kajian Penyebaran Varietas dan Preferensi Petani

Keragaan Usahatani Kacang Hijau di Lahan Suboptimal Kabupaten Sambas

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

PENGGUNAAN KACANG HIJAU VARIETAS VIMA-1 SEBAGAI LANGKAH ANTISIPATIF DALAM PENGELOLAAN SISTEM USAHATANI YANG PRODUKTIF DI LUAR MUSIM

ANALISIS DAYA SAING KEDELAI TERHADAP TANAMAN PADI DAN JAGUNG

Introduksi Varietas Kedelai Mendukung Program Peningkatan Produksi Menuju Swasembada Kedelai di Jawa Tengah

Karakteristik Sistem Usahatani Bawang Merah Dan Potensi Sebagai Penyangga Supplay Di Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

Pengembangan Kedelai Di Kawasan Hutan Sebagai Sumber Benih

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

RESPONS PETANI TERHADAP VARIETAS UNGGUL BARU DAN KOMPONEN TEKNOLOGI PTT KEDELAI (STUDI KASUS DI TEGALSEMPU YOGYAKARTA)

INTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA

Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah

ADOPSI TEKNOLOGI PTT DAN PENYEBARAN VARIETAS UNGGUL KEDELAI DI SULAWESI TENGGARA

X.82. Pengembangan tanaman jagung yang adaptif di lahan masam dengan potensi hasil 9,0 t/ha. Zubachtirodin

IDENTIFIKASI PLASMA NUTFAH KACANG HIJAU ASAL INTRODUKSI BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMIK

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS KACANG HIJAU SEBAGAI TANAMAN SELA DI ANTARA KELAPA PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT PROVINSI JAMBI

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 BALAI PENELITIAN TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH ABSTRAK

ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING DAN LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LEBAK, BANTEN

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

TEKNOLOGI PRODUKSI BAWANG MERAH OFF-SEASON MENGANTISIPASI PENGATURAN IMPOR PRODUK B. MERAH. S u w a n d i

POTENSI PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH PADA WILAYAH PENGEMBANGAN DI KABUPATEN NABIRE

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

Nurhayati, Ahmad Nirwan, dan Umar

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI LAHAN KERING MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

VARIASI TINGKAT PENAMBAHAN PENDAPATAN PETANI DARI TUMPANG SARI PALAWIJA + KAPAS (Studi Kasus di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul)

Peluang Peningkatan Produktivitas Kedelai di Lahan Sawah

LITKAJIBANGRAP. R.Y. Galingging, A. Firmansyah,A. Bhermana, Suparman, dan S. Agustini

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN

Peningkatan Indeks Panen pada Pertanian Lahan Kering Beriklim Kering sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Petani

MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

FAKTOR PENENTU PRODUKTIVITAS KEDELAI DI LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR, PROVINSI JAMBI

ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI MELALUI PENDEKATAN PTT MENDUKUNG SL-PTT KEDELAI DI SULAWESI TENGAH

OPTIMALISASI SISTEM JABALSIM DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN BENIH KEDELAI DI JAWA TENGAH

Perbaikan teknologi budi daya kacang hijau dan analisis usaha tani di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat

PERSEPSI PETANI KOOPERATOR TERHADAP EMPAT VARIETAS JAGUNG KOMPOSIT DI GIYANTI, KABUPATEN BLORA

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

PELUANG AGRIBISNIS BENIH JAGUNG KOMPOSIT DI JAWA TENGAH

PENYEBARAN, PREFERENSI, DAN KONTRIBUSI EKONOMI VARIETAS UNGGUL UBIKAYU DI JAWA TENGAH

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TEKNOLOGI USAHATANI KACANG HIJAU SETELAH PADI SAWAH DI DESA WAEKASAR, KECAMATAN MAKO, KABUPATEN BURU, MALUKU

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN PURWOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Studi kasus Daerah Rawan Pangan)

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

IDENTIFIKASI KINERJA USAHATANI DAN PEMASARAN JAGUNG DI NUSA TENGGARA BARAT. Hadijah A.D. Balai Penelitian Tanaman Serealia

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

UPAYA PERCEPATAN PENYEBARAN VARIETAS UNGGUL KEDELAI DI PULAU JAWA

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI DI KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

Kelayakan Usahatani Varietas Unggul Kedelai di Kabupaten Sleman

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

Kata kunci : Rhizobium, Uji VUB kedelai, lahan kering

ADAPTASI TIGA VARIETAS UNGGUL KEDELAI DENGAN INOVASI PTT DI LAHAN KERING BUMI NABUNG, LAMPUNG TENGAH

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

DEJA 1 DAN DEJA 2 : VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI TOLERAN JENUH AIR

Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Unggul Kedelai di Lahan Kering Kabupaten Ngawi Jawa Timur

TEKNOLOGI BUDIDAYA DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI DI LAHAN PASANG SURUT

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN KEDELAI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI PROVINSI JAMBI

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

Pemberian Mulsa Terhadap Tujuh Varietas Kacang Hijau dan Keharaan Tanah di Lahan Lebak Tengahan

Keragaan Beberapa VUB Padi Sawah di Lahan Pasang Surut Mendukung Swasembada Pangan

PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Produktivitas, Pendapatan, Keberlanjutan

Abstrak

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGOLAHAN TANAH BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

Daya Saing Kedelai terhadap Tanaman Pesaing pada Tingkat Usahatani

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

Transkripsi:

RESPONS PETANI TERHADAP TEKNOLOGI BARU UNTUK MENGHASILKAN KACANG HIJAU YANG BERDAYA SAING Fachrur Rozi, Imam Sutrisno, Budhi Santoso Radjit, dan Rully Krisdiana Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Email: f_rozi13@yahoo.com ABSTRAK Banyak teknologi dari varietas unggul baru kacang hijau tersedia dengan karakteristik tertentu berdasar agroekologi maupun tujuan penggunaannya, akan tetapi teknologi itu belum banyak digunakan oleh petani. Penelitian dilakukan setelah penanaman kacang hijau di MK II tahun 2012 dan melibatkan sebanyak 40 petani bertempat di desa watu-watu dan Julupa mai, Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan perilaku petani dalam menyikapi penerapan teknologi introduksi kacang hijau. Faktor utama atau yang sangat dominan dalam budidaya kacang hijau sebagai preferensi petani kooperator adalah jarak tanam, pemupukan, cara penanaman, dan varietas. Preferensi teknologi dari petani non kooperator sebagai faktor yang sangat dominan adalah persiapan lahan, cara penanaman, dan perlakuan benih. Di sini terlihat petani non kooperator hanya mempertimbangkan kegiatan-kegiatan di awal pada proses produksi yang menjadi faktor utama, sehingga budidaya kurang intensif terutama belum menjangkau kepada pemilihan varietas unggul dan perawatan yang baik. Ranking yang ditentukan petani untuk pemilihan varietas pada aspek produksi berturut-turut adalah varietas Vima-1, Kenari, Murai, dan Lokal. Sedangkan, untuk ketiga karakter lain seperti warna biji, ukuran biji dan tingkat harga pilihannya adalah varietas Vima-1, Murai, Kenari dan Lokal. Penawaran petani terhadap tingkat harga supaya kacang hijau berdaya saing dengan menetapkan tingkat harga layak minimum (willingness to accept) sebesar Rp 7000/kg. Secara faktual, tingkat harga kacang hijau varietas Vima- 1 berbeda lebih tinggi Rp1000-2000 atau (20-25%) dari harga kacang hijau yang biasa dijual. Kata kunci: respons, petani, kacang hijau, teknologi, berdaya saing ABSTRACT Farmer response to new technology that make mungbean competitiveness. Many technologies have been resulted mainly new varieties of mungbean with certain specifications based on agro ecology and utilization. However, the technology has not been widely used by farmers. The study was conducted at dry season or MK II and involves farmer cooperators and non-cooperators amount 40 persons. Survey location had been the village of Watu-Watu and Julupa'mai, Pallanga sub district, Gowa district, South Sulawesi. There are differences in the farmers behavior of application of mungbean technology introduced; the farmer cooperators have more in depth understanding of these technologies. The main factor of the farmer preference are space of planting, fertilization, planting method, and varieties. Besides that, there are complementary factor (or adjusted to the situation) are weed control, pest/diseases and seed treatment. The non cooperator farmer of technology preferences are land preparation, planting method and seed treatment. The condition, only consider the activities at the beginning of the production process to be a major factor, so that the less intensive cultivation, especially not use new varieties. Visually, the character of production aspect for farmer selecting respectively are varieties Vima-1, Kenari, Murai, and Local. Meanwhile, for the third character such as seed color, seed size and price levels are varieties Vima-1, Murai, Kenari and Lokal. Farmer estimation for mungbean production competitiveness is the minimum price level (willingness to accept) around Rp 7000/kg. Actually, the price level of Vima-1 in field is higher Rp 1000-2000 or (20-25%) than kind of usual mungbean (local). Keywords: response, farmer, mungbean, technology, competitiveness Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 483

PENDAHULUAN Kacang hijau merupakan komoditas potensial yang memiliki kelebihan baik ditinjau dari aspek teknis agronomis maupun ekonomis, seperti lebih toleran terhadap kekeringan, dapat dipanen sekitar umur 60 hari, risiko kegagalan panen kecil, budi daya mudah dapat ditanam pada lahan yang kurang subur, dan mempunyai harga jual yang relatif tinggi (Suhendi et al. 2001). Tingkat produktivitas kacang hijau dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain penggunaan varietas, kesuburan tanah, dan teknik budidayanya. Hasil kacang hijau di tingkat petani baru mencapai 0,8 t/ha, sementara di tingkat penelitian berkisar 1,4-2 t/ha (Balitkabi 2011). Pendapatan dari kacang hijau yang meningkat akan memberikan gairah petani untuk menanam karena usahatani kacang hijau tersebut berdaya saing dengan tanaman lain yang diusahakan pada musim yang sama (kedelai atau jagung). Tren harga di tingkat petani untuk komoditas kacang hijau dalam tiga tahun terakhir berkisar antara Rp 9000 12.000/kg, sementara harga kedelai Rp 4500-7000,-/kg. Namun, kenyataan di lapang petani belum menggunakan varietas unggul baru (benih beli di pasar) dan teknologi asalasalan (kurang intensif), sehingga hasilnya juga rendah (Radjit et al. 2004). Sulawesi Selatan adalah penghasil kacang hijau keempat untuk pemasok kebutuhan nasional setelah Jawa Tengah, Jawa Timur dan NTB. Kacang hijau di Sulawesi Selatan pada tahun 2011 adalah 41.093 ton atau 12% dari total produksi nasional dengan luas tanam 31.079 ha (BPS 2012). Produktivitas kacang hijau di Sulawesi Selatan adalah 1,32 ton/ha lebih tinggi dari propinsi lainnya dan tingkat nasional baru mencapai 1,15 ton/ha. Hal ini mengindikasikan bahwa adopsi teknologi baru kacang hijau lebih cepat di daerah ini. Di samping itu, areal tanam kacang hijau di Sulsel dalam lima tahun terakhir selalu meningkat sementara di wilayah lain mengalami fluktuasi. Areal tanam untuk kacang hijau hampir merata di Sulawesi Selatan. Namun sentra kacang hijau yang mempunyai areal tanam di atas 1.200 ha adalah Kabupaten Wajo, Jeneponto, Bone, dan Gowa. Banyak teknologi yang telah dihasilkan terutama varietas unggul baru dengan spesifikasi tertentu berdasar agroekologi maupun tujuan penggunaannya. Akan tetapi teknologi itu belum banyak digunakan petani. Dalam rangkaian penelitian teknologi kacang hijau telah didiseminasikan teknologi tersebut dari demplot di lapangan, sosialisasi, pelatihan, dan evaluasi respons petani terhadap teknologi. Penelitian ini ingin bertujuan untuk mengetahui repons petani secara kuantitatif terhadap teknologi kacang hijau yang telah diintroduksikan. Kuantifikasi dalam hal ini adalah melihat preferensi teknologi yang disukai petani sehingga dapat memberi ketepatan solusi bagi permasalahan teknologi usahatani kacang hijau yang dikembangkan di tingkat petani. METODOLOGI Penelitian lapang penerapan teknologi budi daya kacang hijau dilakukan pada MK I (bulan Mei 2012) pada lahan seluas 2 ha. Hasil penelitian teknis tanaman kacang hijau ini dijadikan benih dan disebarkan ke petani pada MK II. Mayoritas penanaman kacang hijau di Kabupaten Gowa dilakukan pada MK II (akhir Agustus). Sosialisasi teknologi juga dilakukan menjelang penanaman kacang hijau pada MK II 2012 kepada petani di Desa Watuwatu dan Julupa mai, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Penelitian repons petani terhadap teknologi dilakukan setelah panen pada MK II dan melibatkan 40 petani kooperator dan nonkooperator, dengan pertimbangan mereka sudah 484 Rozi et al.: Respons petani terhadap teknologi baru kacang hijau yang berdaya saing

mengetahui atau menerapkan teknologi kacang hijau, sehingga dengan diketahui repons dan preferensinya. Agar lebih tepat dalam menggambarkan repons petani, maka analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor dengan pendekatan principal Componen Analysis (PCA) (Simamora 2004). Model analisis ini memungkinkan untuk menunjukkan besaran kontribusi repons. Analisis faktor dalam penelitian ini menggunakan data yang berasal dari pendapat reponden terhadap komponen-komponen dari paket teknologi kacang hijau dengan tujuan untuk mengetahui sikap dan persepsi petani. Repons atau sikap petani ditunjukkan dengan memilih pernyataan yang diterjemahkan ke dalam nilai dengan skor: Tidak dipertimbangkan = nilai 1 Kurang dipertimbangkan = nilai 2 Dipertimbangkan = nilai 3 Sangat dipertimbangkan = nilai 4 Output dari analisis adalah pengelompokan variabel dominan yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam memilih komponen teknologi yang digunakan dalam usahatani kacang hijau. Mekanisme analisis dari metode Principal Component Analysis (PCA) dilakukan ekstraksi dari variabel respons. Tujuan pendekatan analisis ini adalah untuk memaksimalkan tingkat keragaman yang mampu dijelaskan oleh komponen atau faktor hasil ekstraksi hingga mendekati tingkat keragaman total dari seluruh variabel sebelum ekstraksi (Gaspersz 1992). Dari ekstraksi faktor dapat diketahui distribusi masing-masing variabel terhadap komponen atau faktor yang dihasilkan. Namun sebelum mengetahui distribusi masing-masing variabel, perlu untuk diketahui jumlah dari komponen yang terbentuk. Jumlah ini dapat diketahui dengan melihat nilai eigenvalues (akar ciri) dari hasil analisis. Besaran eigenvalues menunjukkan tingkat keragaman yang mampu dijelaskan oleh variabel secara bersama-sama dalam masing-masing jumlah komponen. Atau dengan kata lain, eigenvalues menunjukkan derajat kepentingan dari tiap-tiap faktor atau komponen yang terbentuk. Nilai eigenvalues dari masing-masing komponen dan tingkat keragaman yang mampu dijelaskan oleh variabel dalam komponen yang terbentuk selanjutnya dijadikan dasar penentuan jumlah komponen yang layak untuk mewakili seluruh variabel yang dianalisis. HASIL DAN PEMBAHASAN Preferensi Petani terhadap Teknologi Budidaya Kacang Hijau a. Petani kooperator Hasil analisis memperlihatkan bahwa dari total 8 komponen sebagai variabel terdapat tiga komponen yang mewakili keseluruhan variabel yang dianalisis untuk petani kooperator maupun nonkooperator dalam pengembangan teknologi produksi kacang hijau. Hal ini dikarenakan ketiga komponen tersebut memiliki total nilai eigenvalues (akar ciri) di atas 1, di mana nilai 1 merupakan nilai minimum eigenvalues dari faktor yang layak dipertahankan. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 485

Tabel 1. Komponen 1 2 3 4 5 6 7 8 Eigenvalues dan tingkat keragaman yang dapat dijelaskan oleh komponen yang terbentuk pada petani kooperator dan nonkooperator Petani kooperator Petani nonkooperator Total eigenvalues 3,23 1,988 1,095 0,799 0,591 0,157 0,113 0,018 Persentase keragaman 40,478 24,847 13,682 9,991 7,389 1,969 1,417,227 Persentase kumulatif keragaman 40,478 65,325 79,007 88,998 96,388 98,356 99,773 100,000 Total eigenvalues 2,290 1,515 1,300 0,993 0,723 0,598 0,478 0,104 Persentase keragaman 28,628 18,937 16,245 12,408 9,037 7,479 5,970 1,294 Persentase kumulatif keragaman 28,628 47,565 63,810 76,219 85,256 92,736 98,706 100,000 Selain memiliki nilai eigenvalues di atas 1, ketiga faktor ini mampu menjelaskan tingkat keragaman dari seluruh variabel yang ada sebesar 79%. Interpretasi dari munculnya ketiga komponen (faktor) hasil analisa ini adalah faktor 1 yaitu kelompok yang dimiliki oleh atribut (variabel) yang berkategori sangat dominan; faktor 2 yaitu kelompok yang dimiliki oleh atribut yang berkategori dominan; dan faktor 3 adalah kelompok atribut yang kurang dominan pengaruhnya terhadap sikap. Oleh karena diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa tiga komponen merupakan yang paling bagus untuk meringkas atribut-atribut yang diteliti, maka analisis faktor menyediakan matrik komponen yang menunjukkan distribusi kedelapan variabel dalam tiga komponen hasil ekstraksi. Tabel 2. Faktor loading dari masing-masing variabel terhadap komponen atau faktor umum petani kooperator kacang hijau. No Variabel Komponen atau faktor umum 1 2 3 1 Persiapan lahan -0,534 0,226 0,460 2 Cara penanaman 0,736 0,490-0,205 3 Jarak tanam 0,942 0,235 0,050 4 Penggunaan varietas unggul 0,673-0,206 0,605 5 Perlakuan benih -0,636 0,562 0,043 6 Pemupukan 0,800-0,125-0,137 7 Pengendalian gulma 0,160 0,803 0,512 8 Pengendalian hama/penyakit 0,007 0,789-0,435 Nilai variabel pada masing-masing kolom komponen atau faktor umum disebut faktor loading yang menunjukkan besarnya kontribusi dari masing-masing variabel terhadap masing-masing komponen pengganti dan dianggap mewakili tiap-tiap variabel yang terlibat. Untuk menentukan pada komponen mana suatu variabel terwakili dengan tepat, maka diperhatikan besarnya nilai pada faktor loading untuk tiap-tiap variabel pada masing-masing komponen. Dasar pertimbangan umum yang digunakan adalah suatu atribut akan termasuk dalam suatu komponen jika nilai mutlak faktor loadingnya >0,5. Tabel 2 memperlihatkan besarnya faktor loading untuk tiap-tiap variabel pada masingmasing komponen. 486 Rozi et al.: Respons petani terhadap teknologi baru kacang hijau yang berdaya saing

Tabel 2 menunjukkan bahwa tiap-tiap variabel hanya terwakili oleh satu komponen. Hal ini dikarenakan nilai faktor loading untuk tiap variabel terhadap komponen telah dioptimalkan, sehingga untuk tiap variabel nilai faktor loading yang lebih dari 0,5 hanya terdapat pada satu komponen. Adapun penjelasan (Tabel 1) adalah berpedoman pada nilai faktor loading terhadap tiap-tiap komponen, maka variabel-variabel tersebut terdistribusi habis ke dalam komponen 1, 2 karena nilai korelasinya lebih kuat (>0,5) dan dimulai dari keeratan yang paling kuat berdasar nilai korelasinya. Komponen 1 terdiri dari 4 variabel, yaitu: jarak tanam, pemupukan, cara penanaman, dan varietas dengan nilai korelasi masing-masing berturut-turut 94%, 80%, 74% dan 67% Komponen 2 terdiri dari 3 variabel, yaitu: pengendalian gulma, pengendalian hama/penyakit, dan perlakuan benih. Berdasarkan hasil analisis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa petani kooperator pada penerapan teknologi kacang hijau akan sangat mempertimbangkan 4 faktor utama yaitu jarak tanam, pemupukan, cara penanaman, dan varietas unggul baru. Di samping itu juga mempertimbangkan 3 faktor pelengkap yang berhubungan dengan kondisi yaitu pengendalian gulma, pengendalian hama/penyakit, dan perlakuan benih. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut ke dalam sikap dan perilaku, maka menunjukkan sudah ada peningkatan kapasitas petani terhadap pemahaman teknologi budidaya kacang hijau. b. Petani nonkooperator Petani nonkooperator tidak terlibat langsung dalam pelaksanaan penelitian pengembangan teknologi budidaya kacang hijau. Pemahaman teknologi oleh petani non kooperator kurang, karena mereka hanya mengikuti sehari sosialisasi penerapan teknologi budidaya kacang hijau, sehingga ada perbedaan sikap atau preferensi dengan petani kooperator terhadap teknologi tersebut. Tabel 3. No Faktor loading dari masing-masing variabel terhadap komponen atau faktor umum petani non kooperator kacang hijau. Komponen atau faktor umum Variabel 1 2 3 1 Persiapan lahan 0,925-0,111 0,228 2 Cara penanaman 0,870-0,031-0,022 3 Jarak tanam 0,125 0,734 0,026 4 Penggunaan varietas unggul 0,251-0,428 0,583 5 Perlakuan benih 0,680 0,319-0,018 6 Pemupukan 0,031 0,184 0,601 7 Pengendalian gulma -0,018 0,023 0,841 8 Pengendalian hama/penyakit -0,017 0,781 0,090 Hasil analisis menunjukkan nilai eigenvalues (akar ciri) yang menunjukkan tingkat keragaman dari seluruh variabel sebesar 63,81% (Tabel 1). Adapun variabel-variabel yang terdistribusi ke dalam komponen ditunjukkan oleh nilai faktor loading terhadap tiap-tiap komponen (Tabel 3). Komponen 1 terdiri dari 3 variabel, yaitu: persiapan lahan, cara penanaman, dan perlakuan benih Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 487

Komponen 2 terdiri dari 2 variabel, yaitu pengendalian hama/penyakit, dan jarak tanam Komponen 3 terdiri dari 3 variabel, yaitu pengendalian gulma, pemupukan dan penggunaan varietas unggul Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat jauh perbedaan sikap antara petani kooperator dan non kooperator (Tabel 2 dan 3). Petani non kooperator sangat dominan mempertimbangkan hanya kegiatan-kegiatan di awal proses produksi seperti persiapan lahan, cara penanaman, dan perlakuan benih. Besarnya kontribusi faktor-faktor ini terhadap pengambilan keputusan petani dalam usahatani kacang hijau ditunjukkan dengan nilai korelasi masing-masing sebesar 92,5%, 87%, dan 68%. Mereka beranggapan budidaya kacang hijau sebagai kegiatan pengisi lahan kosong setelah padi I dan padi II, sehingga pelaksanaanpun kurang intensif terutama belum menjangkau ke dalam pemilihan varietas unggul dan perawatan yang baik. Variabel-variabel seperti varietas dan yang termasuk dalam tahap perawatan seperti pengendalian gulma, hama/penyakit, pemupukan, dan jarak tanam masuk faktor yang kurang dominan untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Sikap dari petani non kooperator ini menggambarkan preferensi dari profil petani kacang hijau secara umum yang belum tersentuh teknologi. Keikutsertaan dalam sosialisasi sehari dengan hanya pemaparan materi teknologi budidaya belum mampu meningkatan kapasitas petani. Hal ini sesuai dengan piramida pembelajaran untuk orang dewasa (pyramida of learning) yang menyatakan bahwa orang dewasa belajar lebih efektif apabila ikut serta mengerjakan tidak hanya mendengarkan dan berbicara (Lunandi 1987). Kesimpulan yang dapat diambil dari kedua analisis ini adalah penerapan teknologi budidaya kacang hijau kepada petani sudah memenuhi sasaran, tetapi perlunya diseminasi atau sosialisasi lebih intensif di daerah Sulawesi Selatan, karena belum menjangkau kepada petani secara luas. Repons Petani terhadap Varietas Unggul a. Sikap petani Teknologi VUB kacang hijau yang diintroduksikan kepada petani ada 3 varietas yaitu Vima-1, Murai, dan Kenari. Varietas Vima-1 dengan beberapa keunggulannya seperti produksi, panen serempak, umur pendek, dan mudah lunak dalam pengolahan mendapat tempat dihati para petani. Dengan uji statistik Friedman dalam (Siegel 1988) menunjukkan terdapat perbedaan preferensi petani dalam pemilihan keempat varietas tersebut secara signifikan (Tabel 3). Hal ini ditunjukkan dengan nilai χ 2 hitung =62,1 > χ 2 tabel (4;0,01)= 15,09 sehingga tolak H 0 dan diterima H 1. Secara visual, untuk karakter produksi ranking yang dipilih petani berturut-turut adalah varietas Vima-1, Kenari, Murai, dan Lokal. Sedangkan, untuk ketiga karakter lainnya adalah varietas Vima-1, Murai, Kenari, dan Lokal. Hasil kajian Leki Seran et al (2012) mengungkapkan bahwa varietas Vima-1 telah meningkatkan produktivitas kacang hijau dua kali lipat dari yang biasa di tanam petani di NTT. Demikian juga di beberapa tempat lahan rawa pasang surut di Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, dan NTB menunjukkan varietas Vima 1 dapat mencapai sampai potensi hasilnya sebesar 2,81 t/ha (Raihan et al 2011; Ermawati et al 2011; Basuki et al 2013). Hal ini berarti kacang hijau varietas Vima-1 di senangi oleh petani di berbagai tempat. 488 Rozi et al.: Respons petani terhadap teknologi baru kacang hijau yang berdaya saing

Tabel 4. Ranking preferensi petani terhadap varietas unggul kacang hijau. No Karakter Varietas (jumlah skor/ranking) Vima-1 Murai Kenari Lokal 1 Tingkat produksi 118 / 1 81 / 3 83 / 2 73 / 4 2 Warna kulit biji 114 / 1 87 / 2 83 / 3 79 / 4 3 Ukuran biji 107 / 1 87 / 3 85 / 2 84 / 4 4 Tingkat harga 113 / 1 94 / 2 92 / 3 90 / 4 Catatan: Angka di atas pada kolom menunjukkan skor, sedang yang di bawah menunjukkan ranking pilihan b. Keinginan minimum tingkat harga Kacang hijau varietas Vima-1 yang dicobakan di petani mempunyai beberapa keunggulan dalam aspek produksi, umur pendek dan sekali panen, cepat lunak apabila diolah selayaknya mempunyai daya tawar harga lebih tinggi dibanding varietas lokal yang biasa ditanam oleh petani (lokal). Estimasi penawaran petani terhadap tingkat harga kacang hijau varietas Vima-1 berbeda lebih tinggi Rp 1000-2000 atau (20-25%) dari harga kacang hijau yang biasa dijual. Saat penelitian dilakukan harga kacang hijau yang biasa di tingkat petani Rp 4000/liter atau sekitar Rp 5000/kg. Untuk menciptakan kacang hijau yang berdayasaing, maka tingkat harga layak minimum yang ditetapkan (willingness to accept) menurut petani sebesar Rp 7000. Pada tingkat harga ini petani mulai mendapatkan keuntungan dari usahatani kacang hijau yang dilakukan. Tingkat harga kacang hijau tertinggi yang selama pernah terjadi berkisar antara Rp 10.000 Rp 12.000/kg. Kondisi seperti in terjadi apabila suplai di Jawa berkurang dan kekurangan dipasok dari Sulawesi Selatan. Penanaman kacang hijau di Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan pada musim tanam yang menguntungkan yaitu pada bulan Agustus- Oktober, di mana pada saat-saat tersebut di Jawa berlangsung musim penghujan dan sedang dilakukan penanaman padi di sawah ataupun palawija non kacang hijau di lahan kering (tegal). Kacang hijau di Jawa ditanam di sawah pada MK II bulan Juni atau MK I bulan April/Mei di lahan kering. Pada sekitar bulan Oktober-Nopember suplai kacang hijau di Jawa menurun sedang di Sulawesi Selatan panen raya. Tabel 5. Tingkat Harga Tawar Varietas Unggul Kacang Hijau (Willingness to Accept) No Varietas Tingkat harga (Rp/kg) 1 2 3 4 Vima-1 Murai Kenari Lokal 7000-8000 6000 6000 6000 Perbedaan harga dengan varietas lokal (Rp/kg) 1000-2000 atau 20-25% Adopsi Teknologi Kacang Hijau Teknologi budidaya kacang hijau saat ini mulai diyakini oleh petani kooperator dalam meningkatkan produksi. Petani yang menerima teknologi sudah memahami peningkatan hasilnya, dan secara intuitif perlakuan penerapan teknologi akan meningkatkan produksi. Dalam musim tanam MK II (penanaman bulan Agustus 2012) semua petani kooperator mengadopsi teknologi introduksi yang sudah dicobakan. Petani nonkooperator hanya mengadopsi penggunaan benih varietas unggul kacang hijau hasil panen dari penelitian, belum mengadopsi secara keseluruhan seperti cara tanam, jarak tanam, dan perlakuan benih. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 489

Dalam kebiasaan, petani hanya menggunakan pupuk daun untuk tanaman kacang hijau. Demikian juga dengan jarak tanam, petani kooperator sudah mengembangkan dengan jarak tanam 30 x 15 cm atau 40 x 15 cm yang sebelumnya 20x 20 cm pada bekas tunggul jerami. Perlakuan benih sebelum tanam atau seed treatmen belum dilakukan petani kooperator maupun nonkooperator. Alasannya, belum nampak pengaruh nyata pada pertanaman dan juga hanya menambah biaya di samping tiadanya ketersediaan bahan di lapang (pasar) sekitar petani. Repons petani terhadap varietas Vima-1 sangat disukai, karena panen serempak dan umur pendek, sehingga petani beranggapan penggunaan varietas tersebut akan menekan biaya dan meningkatkan pendapatan yang cukup berarti. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Terdapat perbedaan perilaku petani dalam menyikapi penerapan teknologi introduksi kacang hijau yaitu: Petani kooperator karena terlibat langsung dalam penelitian teknologi kacang hijau memahami secara mendalam teknologi tersebut. Faktor utama atau yang sangat dominan dalam budidaya kacang hijau sebagai preferensi petani kooperator adalah adalah jarak tanam, pemupukan, cara penanaman, dan varietas. Faktor yang dominan sebagai faktor pelengkap (disesuaikan dengan situasi) adalah pengendalian gulma, pengendalian hama/penyakit dan perlakuan benih. Preferensi petani non kooperator terhadap teknologi sebagai faktor yang sangat dominan adalah persiapan lahan, cara penanaman, dan perlakuan benih. Terlihat di sini hanya mempertimbangkan kegiatan-kegiatan di awal proses produksi menjadi faktor utama, sehingga budidayanya kurang intensif terutama belum menjangkau ke dalam pemilihan varietas unggul dan perawatan yang baik. Kondisi petani non kooperator ini menggambarkan petani kacang hijau secara umum yang belum tersentuh teknologi. 2. Sikap petani terhadap teknologi kacang hijau pada aspek produksi ditunjukkan dengan meranking preferensi varietas berturut-turut adalah Vima-1, Kenari, Murai, dan Lokal. Sedangkan, untuk ketiga karakter seperti warna biji, ukuran biji dan tingkat harga adalah varietas Vima-1, Murai, Kenari dan Lokal. 3. Penawaran petani terhadap tingkat harga supaya kacang hijau berdaya saing dengan menetapkan harga layak minimum ( willingness to accept ) sebesar Rp 7000/kg. Secara faktual di lapang, tingkat harga kacang hijau varietas Vima-1 berbeda lebih tinggi Rp 1000-2000 atau (20-25%) dari harga kacang hijau yang biasa dijual. 4. Penerapan teknologi budidaya kacang hijau kepada petani sudah memenuhi sasaran, tetapi perlunya diseminasi atau sosialisasi teknologi lebih intensif di daerah Sulawesi Selatan, karena belum menjangkau kepada petani secara luas. DAFTAR PUSTAKA Balitkabi. 2011. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. Basuki Irianto, Sri Hastuti, Awaludin Hipi, dan Kukuh Wahyu w. 2005. Tingkat Keuntungan Usahatani Kacang Hijau sebagai Komoditas Unggulan Daerah NTB. http://ntb.litbang. deptan.go.id/ind/2005/tph/tingkat keuntungan.doc [26 Maret 12013]. BPS. 2012. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan. http: www.bps.go.id/ 490 Rozi et al.: Respons petani terhadap teknologi baru kacang hijau yang berdaya saing

tnmn_pgn.php?kat=3 [26 Maret 12013]. Ermawati, Endang Iriani dan Hairil Anwar. 2011. Respon Petani Terhadap Pengembangan Kacang Hijau Varietas Vima-1 di desa Tempura Kabupaten Demak. Dalam: A. Widjono, Hermanto, M.M. Adie, Yusmani, Suharsono, Sholihin, A.A. Rahmianna, N. Nugrahaeni, N. Saleh, A. Kasno, Subandi dan Marwoto (penyunting). Akselerasi Inovasi Teknologi untuk Mendukung Peningkatan Produksi Aneka Kacang dan Umbi. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Puslitbangtan. Bogor. Gasperz Vincent. 1992. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Tarsito. Bandung. Leki Seran Y, Medo Kote, dan Frederikus L, Benu. 2012. Pengembangan kacang hijau varietas unggul Vima-1 di Kabupaten Belu NTT. Dalam: Adi Widjono,Hermanto, Novita Nugrahaeni, A,A, Rahmianna, Suharsono, Fachrur Rozi, Erliana Ginting, Abdullah Taufiq, Arief Harsono, Yausmani Prayogo, Eriyanto Yusnawan (penyunting). Inovasi Teknologi dan Kajian EkonomiKomoditas Aneka Kacang dan Umbi. Mendukung Empat Sukses Kementerian Pertanian. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2011. Puslitbangtan. Badang Litbang Pertanian. Bogor. Lunandi, A, G. 1987. Pendidikan orang dewasa. PT Gramedia. Jakarta. Radjit, B.S., N, Prasetiaswati, Bejo, S.W. Indiati, M. Rahayu, dan R.D. Purwaningrahayu. 2004. Evaluasi kelayakan teknis komponen teknologi semi organic pada kacang hijau di lahan sawah. Raihan Suaidi, Muhammad Saleh dan Eddy William. 2011. Penampilan Tiga Varietas Kacang Hijau di Lahan Rawa Pasang Surut Sulfat Masam Tipe B. Dalam: Moch, Muchlish Adie, Sholihin, A.A. Rahmianna, I Ketut Tastra, Fachrur Rozi, Hermanto, Apri Sulistio, Sumartini. Inovasi Teknologi untuk Pengembangan Kedelai Menuju swasembada. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2010. Puslitbangtan. Badang Litbang Pertanian. Bogor. Siegel Sidney. 1988. Statistik Nonparametrikuntuk Ilmu-ilmu Sosial. PT. Gramedia. Jakarta. Simamora Bilson. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Soehendi, R., M. Anwari, R. Iswanto, dan Sumartini. 2001. Keragaan Kacang Hijau Galur VC, 2750 dan Ketahanannya Terhadap Penyakit Embun Tepung. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Dalam Upaya Optimalisasi Potensi Wilayah Mendukung Otonomi Daerah. Pusat Litbang Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian Bekerjasama Dengan Universitas Udayana. Denpasar Bali. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013 491