PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN GI DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL BELAJAR IPS MODEL NHT DAN GI DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

AKTIVITAS BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL TC DAN MAM MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL TIPE NHT DAN MM

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL TS DAN SD DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL ST DAN TS DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN NHT DAN LT DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN GI (Studi Pada SMA NEGERI 14 BandarLampung)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI ANTARA PBL DAN MAM DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BELAJAR

HASIL BELAJAR EKONOMI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE DAN STAD MEMPERHATIKAN MOTIVASI

PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA PENGGUNAAN NHT DAN ST DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN

EFEKTIVITAS KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN PROBLEM POSING DAN PROBLEM SOLVING MEMPERHATIKAN EQ

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MELALUI NHT DAN MM DENGAN MEMPERHATIKAN AQ SISWA

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL CS DAN MM

HASIL BELAJAR IPS TERPADU MODEL TPS DAN TGT DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

STUDI KOMPARATIF HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF SCAFFOLDING DAN PBI MEMPERHATIKAN CARA BERPIKIR. (Artikel Skripsi)

HASIL BELAJAR ANTARA MODEL PJBL DAN DL

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN TPS DAN TAI DENGAN MEMPERHATIKAN INTELIGENCE QUOTIENT

HASIL BELAJAR IPS TERPADU MODEL PBL DAN PJBL DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BELAJAR

STUDI PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DAN PROBLEM SOLVING DENGAN MEMPERHATIKAN TES

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PBL DAN TPS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

Monif Maulana 1), Nur Arina Hidayati 2) 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UAD

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE YANG BERBEDA 1. Oleh

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

I. PENDAHULUAN. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini semakin hari kualitasnya makin

ABSTRACT. Key Words: Student Learning Outcomes, Cooperative Learning, NHT, STAD. ABSTRAK

HASIL BELAJAR ANTARA TAKE AND GIVE DAN MIND MAPPING MEMPERTIMBANGKAN KONSEP DIRI

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN CM, MAM DENGAN MEMPERHATIKAN BENTUK SOAL TERHADAP HASIL BELAJAR

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

Yudhi Hanggara 1, Wajubaidah

NASKAH PUBLIKASI STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN STRATEGI NHT DENGAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN MOJOLEGI TAHUN 2015/2016

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION DAN MAKE A MATCH. (Artikel Skripsi) Oleh. Muji Aprilia Fitriani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI. Desi Ilva Maryani 1), Pargito 2), Irma Lusi 3)

METODE PENELITIAN. penelitian yang membandingkan keberadaan suatu variabel atau lebih pada

VETRI YANTI ZAINAL STKIP PGRI

HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA MENGGUNAKAN MODEL TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION DAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT 1. Oleh

Ismarti 1, Raja Rizca Gusfyana 1. Indonesia Abstrak

PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANTARA TPS DAN TTW DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA MELALUI MODEL DL DAN PjBL. (Artikel Skripsi) Oleh: DITA WIDIASTUTI

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA SMP NEGERI 1 NGRAYUN PONOROGO

KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI MODEL TIME TOKEN ARENDS DAN JIGSAW PADA PELAJARAN IPS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER DISERTAI MEDIA CARD SORT DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

I. PENDAHULUAN. Menurut Hasbullah (2009:2). Kegiatan pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di

ANALISIS KOMPARATIF PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING DAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR 1) Oleh

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT, SNOWBALL THROWING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATERI SEGITIGA SISWA KELAS VII

(Studi Eksperimen di Kelas VII SMP Negeri 1 Salopa) Abstract

I. PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, pengangkatan tenaga kependidikan sampai pengesahan

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN NHT

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ST DAN MAM DENGAN MEMPERHATIKAN AQ

PERBEDAAN MORALITAS SISWA YANG MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DAN PROBLEM SOLVING DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL DAN INTERPERSONAL

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

Oleh : Retnosari Widiastuti ABSTRAKSI

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT & STAD DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PS DAN PP DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL

Sariyani, Purwati Kuswarini, Diana Hernawati ABSTRACT

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, PMETODE MENGAJAR GURU, MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI. Emi Fitria

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG

Diterima: 8 Maret Disetujui: 26 Juli Diterbitkan: Desember 2016

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

Wirakaryati dan Jurubahasa Sinuraya Jurusan Fisika FMIPA Unimed)

PENGARUH GABUNGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER DAN TANYA JAWAB TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI FAKULTAS EKONOMI

NASKAH PUBLIKASI EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

Nur Anisabitah dan Titin Sunarti Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN MURDER TERHADAP PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA SMA NEGERI 1 GOMBONG PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

Galih Wangi, Hernawan. Abstract

Bioedusiana Volume 01, Nomor 01, September 2016 ISSN

EFEKTIVITAS METODE PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

HASIL BELAJAR IPS TERPADU DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANTARA TSTS DENGAN GI

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MODEL SCAFFOLDING DAN PROBLEM BASED INSTRUCTION MEMPERHATIKAN GAYA BELAJAR

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan

PERBEDAAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHER

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

Kata kunci: Minat, Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh: ANITA KARLINA NPM:

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI METODE DISKUSI DAN TEKNIK KOOPERATIF SCRIPT (Studi Pada MTs Alfatah Natar Lampung Selatan)

I. PENDAHULUAN. Globalisasi seperti saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2014, Volume 6, Nomor 2

Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA MODEL KOOPERATIF TIPE TPS DAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR IPS

EFEKTIFITAS PRESTASI BELAJAR EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN DEEP DIALOG DAN CERAMAH

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 2 Juli 2017

Transkripsi:

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN GI DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI Vivien Barcellena Fentisari, Eddy Purnomo dan Yon Rizal Pendidikan Ekonomi P.IPS FKIP Unila Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 01 Bandar Lampung Abstract: This research aims to know difference of learning outcomes between students of grade VIII SMPN 3 Natar who are learned using NHT model with GI model. This research was clasified as an experimental research with comparative approach. Population in this research is 188 students and samples 76 students (2 classes) were taken by using cluster random sampling. The results of research showed: (1) There is difference in learning outcomes between students who are learning using NHT model with GI model. (2) The average in learning outcomes is taught using a model of learning NHT model is higher than that taught using the GI model for students who have low achievement motivation. (3) The average in learning outcomes is taught using a model of learning NHT model is lower than that taught using the GI model for studenst who have high achievement motivation. (4) There is interaction between model of learning and achievement motivation of students in learning outcomes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa kelas VIII SMPN 3 Natar yang diajarkan menggunakan model NHT dan GI. Populasi dalam penelitian ini adalah 188 siswa dan sampel 76 siswa (2 kelas) diambil dengan menggunakan cluster random sampling. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model NHT dengan model GI. (2) Rata-rata hasil belajar yang diajar menggunakan model pembelajaran NHT lebih tinggi dibandingkan yang diajar dengan model pembelajaran GI bagi siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. (3) Rata-rata hasil belajar yang diajar menggunakan model pembelajaran NHT lebih rendah dibandingkan yang diajar dengan model pembelajaran GI bagi siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi. (4) Ada interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi siswa terhadap hasil belajar. Kata Kunci: GI, hasil belajar, motivasi berprestasi, NHT

Juml ah Siswa Juml ah Siswa yang Aktif Prese ntase Konv en siona l Koop eratif Pendahuluan Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu Sumber daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Peningkatan kualitas SDM merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia untuk menghadapi persaingan global. Sebagaimana diketahui, pada era globalisasi menuntut kesiapan setiap bangsa untuk saling bersaing secara bebas. Oleh karena itu, sudah semestinya pembangunan sektor pendidikan menjadi prioritas utama yang harus dilakukan oleh pemerintah. Berdasarkan hal tersebut pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas pendidikan melalui perubahan kurikulum yang dapat menggali potensi peserta didik serta menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang siap menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum yang saat ini diterapkan di SMP Negeri 3 Natar menghendaki bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori, dan fakta tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian materi pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat hafalan dan pemahaman, tetapi juga tersusun atas materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi, dan sintesis. Untuk itu guru harus bijaksana dalam menetukan suatu model yang sesuai yang dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses belajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Namun, hal tersebut bertolak belakang dengan fakta di lapangan. Penerapan model pembelajaran dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Natar pada mata pelajaran IPS Terpadu di lima kelas adalah sebagai berikut. Tabel 1.Penerapan Model Pembelajaran dan Keaktifan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Natar pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Penerapan Model Keaktifan Siswa Pembelajaran No. Kelas 1. VIII A 37 6 16,22 2. VIII B 38 4 10,53 3. VIII C 38 5 13,16 4. VIII D 37 7 18,92 5 VIII E 38 2 5,26 Sumber: Hasil Observasi Peneliti di SMP Negeri 3 Natar Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara terhadap guru IPS Terpadu di SMP Negeri 3 Natar kelas VIII diketahui bahwa masih banyak guru yang belum menerapkan model pembelajaran yang dapat menggali serta mengembangkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar masih berpusat pada guru (teacher centered) dimana penyampaian materi lebih banyak didominasi oleh guru. Guru memegang kendali aktif, sementara siswa bersikap pasif sehingga proses pembelajaran kurang melibatkan

peran siswa baik secara fisik maupun mental. Proses pembelajaran demikian membuat sebagian besar siswa kurang bersemangat dalam belajar. Kondisi ini ditunjukkan dengan jumlah siswa yang bertanya sedikit, kurang berani untuk mengungkapkan pendapat, dan merasa cukup menerima materi yang telah disampaikan oleh guru. Selain itu, masih banyak guru yang menggunakan metode langsung, yaitu guru menjelaskan, siswa memperhatikan, dan mencatat materi pelajaran sehingga, mengakibatkan kurangnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Untuk mengatasi hal itu, guru perlu menerapkan model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SMP Negeri 3 Natar adalah sebesar 70. Berdasarkan data yang ada, terlihat bahwa hasil belajar IPS Terpadu yang diperoleh siswa pada ulangan harian masih kurang optimal. Ini terlihat dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 atau yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal hanya 108 siswa atau 57,45%, sedangkan yang memperoleh nilai <70 adalah 80 siswa atau 42,55%. Hal ini senada dengan pendapat Djamarah dan Zain (2006: 128) yang mengatakan bahwa Siswa dinyatakan berhasil dalam belajarnya apabila siswa tersebut menguasai bahan pelajaran minimal 65%. Ketidaktuntasan hasil belajar IPS Terpadu yang terjadi perlu dilakukan perbaikan dan penerapan proses pembelajaran harus dioptimalkan. Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan di SMP Negeri 3 Natar masih belum terlaksana. Guru mata pelajaran IPS Terpadu menjelaskan bahwa tidak sedikit siswa yang kurang serius dalam mengikuti pelajaran. Mereka cenderung sibuk dengan kegiatan masing-masing, seperti: (1) mengobrol di dalam kelas, (2) bermain handphone, dan (3) mengerjakan tugas lain. Selain itu, masih terdapat siswa yang kurang antusias dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Hal ini menggambarkan bahwa minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS Terpadu masih rendah. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan oleh pendidik untuk memperoleh ilmu pengetahuan, pembentukan sikap, dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pemilihan suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan. Misalnya, materi pelajaran, sarana atau fasilitas yang tersedia, tingkat motivasi berprestasi siswa, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Menurut Heckhausen dalam Djaali (2012:103) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuan yang setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan. Standar keunggulan terbagi atas tiga komponen, yaitu standar keunggulan tugas, standar keunggulan diri, dan standar keunggulan siswa lain. Sistem pendidikan saat ini menuntut siswa untuk bersikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam menanggapi setiap pelajaran yang diajarkan. Sehingga guru dituntut tidak hanya sekedar menerangkan hal-hal yang terdapat dalam buku, namun memahami, mendorong, memberi inspirasi serta membimbing siswa lebih semangat dalam usaha mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dengan memahami

motivasi berprestasi siswa, guru dapat membantu siswa memperlancar proses pembelajaran yang dilakukan dan memperkecil peluang kesulitan yang dihadapi siswa sehingga siswa dapat meningkatkan prestasinya di sekolah. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas untuk mencapai tujuan bersama. Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa dalam kelompok kooperatif saling membantu sehingga menjadikan siswa lebih aktif dalam belajar. Peneliti menerapkan dua model pembelajaran kooperatif yakni tipe Number Head Together (NHT) dan Group Investigation (GI) pada dua kelas. Pemilihan kedua model tersebur karena dianggap mampu memberikan peningkatan hasil belajar IPS Terpadu dan pada analisis data yang akan dikaitkan dengan motivasi berprestasi siswa. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Model ini dikembangkan oleh Spencer Kagan. Tipe NHT lebih banyak melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran untuk mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran. Menurut Anita Lie (2004:58) disebutkan bahwa langkah umum (sintaks) penerapan NHT adalah sebagai berikut. 1. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. 2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. 3. Kelompok memtutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini. 4. Guru memanggil salah satu nomor. 5. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka. Pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajarai melalui bahan-bahan yang tersedia kemudian menyajikan dalam suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Teknik presentasi dilakukan siswa dengan cara seluruh anggota kelompok maju atau setiap kelompok mewakilkan beberapa anggotanya untuk presentasi sedangkan kelompok yang lain menunggu giliran untuk mempresentasikan hasil investigationnya. Kelompok yang belum mendapat giliran presentasi harus mengevaluasi dan member tanggapan dari topik yang tengah dipresentasikan. Peran guru dalam GI adalah sebagi sumber belajar dan fasilitator. Selain itu, guru juga memperhatikan dan memeriksa setiap kelompok bahwa mereka mampu mengatur pekerjaannya dan membantu setiap permasalahan yang dihadapi di dalam interaksi kelompok tersebut. Pada akhir kegiatan, guru menyimpulkan dari masing-masing kegiatan kelompok dalam bentuk rangkuman. Melalui kedua model tersebut diharapkan dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat mencapai indikator dari kompetensi

dasar serta hasil belajar siswa dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah. Pelajaran IPS Terpadu materi Memahami Kegiatan Pelaku Ekonomi di Masyarakat kelas VIII memiliki standar kompetensi yaitu memahami kegiatan pelaku ekonomi di masyarakat. Siswa dituntut untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan mendiskusikan mengenai hubungan kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas dan pelaku ekonomi rumah tangga, masyarakat, perusahaan, koperasi, dan negara. Diduga model pembelajaran NHT dan GI cocok digunakan pada materi tersebut. Hal ini dikarenakan model NHT dan GI menekankan pada kerja sama siswa dalam kelompok. Selain itu, siswa juga dapat saling bertukar informasi dan berdiskusi dengan anggota kelompoknya dalam memecahkan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1)Mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe GI. (2)Mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe GI dalam pencapaian hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. (3)Mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe GI dalam pencapaian hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi. (4)Mengetahui interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu. Metode Penelitian ini tergolong penelitian eksperimen dengan pendekatan komparatif. Penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan suatu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda (Sugiyono, 2008: 57). Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai yaitu mengetahui perbedaan suatu variabel, yaitu hasil belajar IPS Terpadu dengan perlakuan yang berbeda. Metode eksperimen yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental semu (quasi eksperimental design). Penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen atau eksperimen semu. Bentuk penelitian ini banyak digunakan di bidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia (Sukardi, 2003: 16). Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Negeri 3 Natar semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Natar Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari lima kelas sebanyak 188 siswa. Dengan teknik cluster random sampling terpilih siswa kelas VIII B (38 siswa) dan VIII C (38 siswa) sebagai sampel. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, dokumentasi, tes dan non tes. Jenis data pada penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data hasil belajar IPS Terpadu siswa materi Memahami Kegiatan Pelaku Ekonomi di Masayarakat yang diperoleh dari postes dan hasil angket Motivasi Berprestasi siswa. Analisis data kuantitatif menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. Pengujian hipotesis

dianalisis dengan menggunakan analisis varian dua jalan (Anava) dan t-test dua sampel independent. Hasil dan Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan kedua variabel bebas, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) terhadap variabel terikatnya yaitu hasil belajar ekonomi melalui variabel moderatornya yaitu motivasi berprestasi, maka digunakan analisis varian dua jalan (Anava) untuk menguji hipotetsis pertama dan keempat. Sedangkan untuk hipotesis kedua dan ketiga menggunakan t-test dua sampel independent. Hipotesis Pertama Pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus Analisis Varian Dua Jalan, maka hipotesis pertama Fhitung 5,161 dan Ftabel 4,03. Berdasarkan kriteria pengujian, karena Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak. Dengan kata lain, hipotesis diterima. Oleh karena itu, ada perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu siswa antara yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT dan yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe GI. Hipotesis Kedua Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus T-test Dua Sampel Independen diperoleh thitung 7,878 > ttabel 2,06, maka Ho ditolak. Dengan kata lain, hipotesis diterima. Oleh karena itu, rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah terhadap mata pelajaran yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT lebih tinggi dibandingkan yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe GI. Hipotesis Ketiga Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus T-test Dua Sampel Independen diperoleh thitung 2,408 > ttabel 2,06, maka Ho ditolak. Dengan kata lain, hipotesis diterima. Oleh karena itu, rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi terhadap mata pelajaran yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT lebih rendah dibandingkan yang diajar menggunakan model pembeljaran tipe GI. Hipotesis Keempat Karena hipotesis satu, hipotesis kedua, serta hipotesis ketiga diterima, maka hipotesis keempat diterima. Hal ini dapat dibuktikan melalui pengujian keempat menggunakan Analisis Varian Dua Jalan diperoleh Fhitung 47,779 > Ftabel 4,03. Dengan kata lain, hipotesis diterima. Oleh karena itu, terdapat interaksi antar model pembelajaran dengan motivasi berprestasi siswa terhadap mata pelajaran.

Pembahasan 1. Ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif GI. Berdasarkan hasil penelitian ternyata rata-rata hasil belajar IPS Terpadu kelas eksperimen lebih tingggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu kelas kontrol, hal ini terlihat pada hasil belajar dari kelas eksperimen dan kontrol. Dengan kata lain, bahwa perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa dapat terjadi karena adanya penggunaan model pembelajaran yang berbeda untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar kelas kontrol dapat dibuktikan melalui uji hipotesis pertama. Ternyata Ha diterima dan Ho ditolak dengan menggunakan uji analisis varian dengan rumus Anava Dua Jalan diperoleh Fhitung 5,161 dan Ftabel 4,03. Dengan kriteria pengujian hipotesis Ha diterima jika Fhitung > Ftabel. Dengan demikian, ada perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu siswa antara yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT dengan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran GI. Salah satu penelitian yang memperkuat hasil penelitian penulis adalah penelitian yang dilakukan oleh Ellysa Dianvitasari, 2012. Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dan Number Heads Together (NHT) dengan Memperhatikan Kemampuan Awal pada SMA Negeri 14 Bandar Lampung. Dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa antar eksperimen 1 dan eksperimen 2. Hasil belajar IPS Terpadu siswa yang menggunakan model pembelajran tipe NHT lebih tinggi dibandingkan hasil belajar IPS Terpadu yang menggunakan model pembelajaran GI, karena pada tipe NHT setiap siswa dikelompokkan dan diberi penomoran sehingga terjadi kesiapan dalam mengetahui bahasan materi yang diberikan antar siswa dan setiap siswa memiliki tugas secara individu. Dengan penerapan model NHT ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Model ini juga dapat meningkatkan semangat kerja sama siswa dan dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Menurut Anita Lie (2002) prosedur teknik number head together adalah saat pemanggilan siswa untuk menjawab atau melakukan sesuatu yang dipanggil adalah nomor kepala dari salah satu kelompok secara acak. Hal ini akan menyebabkan semua siswa harus siap. Penghargaan diberikan jika jawaban benar untuk nilai kelompok. Teknik ini memberikan kesempatan kepada semua siswa dalam kelompok untuk saling memberikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Pada model pembelajaran tipe GI, siswa dilibatkan secara aktif sejak dari awal perencanaan sampai akhir pembelajaran, guru hanya sebagai fasilitor. Sehingga dapat mengakibatkan siswa yang malas akan menjadi semakin malas karena mengandalkan teman yang dianggap lebih pintar. Siswa menganggap model ini membosankan dan kurang menarik. Akibatnya, pemahaman siswa terhadap materipun tidak maksimal. Hal ini lah yang menyebabkan hasil belajar pada siswa

yang diajar menggunakan model pembelajaran GI lebih kecil dibandingkan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran NHT yang sifatnya berkerja kelompok namun masih memiliki tanggung jawab masing-masing. Model pembelajaran kooperatif didasarkan pada teori konstruktivisme. Hal ini terlihata pada teori Vygotsky ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan. Pertama, dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar kelompok-kelompok siswa dengan kemampuan yang berbeda, sehingga siswa dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam daerah pengembangan terdekat/proksimal masing-masing. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan perancahan (scaffolding). Dengan scaffolding, semakin lama siswa semakin dapat mengambil tanggung jawab untuk pembelajarannya sendiri. Huda (2011: 59) mengatakan pembelajaran kooperatif dapat menciptakan suasana ruang kelas yang terbuka (inclusive). Hal ini disebabkan pembelajaran ini mampu membangun keberagaman dan mendorong koneksi antarsiswa. Huda (2011: 29) menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lain. Setelah dilakukan penelitian dan analisis data diperoleh kondisi atau kenyataan bahwa hasil belajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT lebih tinggi daripada hasil belajar menggunakan model pembelajaran GI. 2. Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu yang diajar menggunakan model pembelajaran NHT lebih tinggi dibandingkan yang diajar dengan model pembelajaran GI bagi siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Berdasarkan analisis dapat diketahui bahwa rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah terhadap mata pelajaran yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT lebih tinggi dibandingkan hasil belajar IPS Terpadu yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe GI. Hal ini dibuktikan melalui uji hipotesis kedua ternyata Ha diterima dan Ho ditolak dengan menggunakan uji T-test diperoleh thitung 7,878 > ttabel 2,06 dengan kriteria pengujian Ha diterima jika thitung > ttabel. Dengan demikian, rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah terhadap mata pelajaran yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT lebih tinggi dibandingkan yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe GI. Menurut Huda (2011: 157) pembelajaran kooperatif tipe NHT berfungsi untuk mereview, mengecek tingkat pemahaman dan pengetahuan siswa. Tahap penomoran yang terdapat dalam NHT memungkinkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan berlombalomba untuk mempersiapkan diri secara maksimal untuk melakukan presentasi dengan baik. Demikian dengan teknik acak yang memicu siswa lebih semangat untuk menerangkan hasil diskusi mereka dengan baik. Peran rekan sebaya yang ada dalam tim juga menjadi bermanfaat, karena menjadi pemicu rekan yang

lainnya untuk ikut menanamkan motivasi berprestasi tinggi untuk menerima pelajaran dengan baik, sehingga hasilnya pun bisa dikatakan tinggi. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT bagi siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah, siswa tidak dapat mengandalkan teman sekelompoknya dikarenakan dengan metode pembelajaran ini siswa dituntut untuk memahami materi atau atau dipaksa harus bisa menguasai materi yang telah dibagi, dan harus dapat memberikan penjelasan atau kontribusi pada saat presentasi di depan kelas. Karena salah satu prinsip pembelajaran kooperatif adalah setiap siswa harus memastikan bahwa teman satu kelompok harus menguasai materi dan dapat menjawab pertanyaan. Sedangkan siswa yang motivasi berprestasi tinggi merasa tidak harus mempersiapkan dirinya secara matang karena ia menganggap dirinya telah mampu dan cukup untuk berprestasi. Pada pembelajaran tipe GI, siswa yang motivasi berprestasi rendah kurang termotivasi pada aktivitas belajar pada metode ini. Hal ini dikarenakan, pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan, dan siswa dituntut untuk berfikir kritis. Sedangkan pada umumnya siswa motivasi berprestasi rendah merupakan siswa yang dapat dikategorikan malas, maka untuk diperlakukan metode GI, diragukan akan menimbulkan dorongan yang sangat signifikan untuk lebih unggul. Sehingga hasil belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah yang pembelajarannya menggunakan kooperatif tipe NHT lebih tinggi dibandingkan kooperatif tipe GI. 3. Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu yang diajar menggunakan model pembelajaran NHT lebih rendah dibandingkan yang diajar dengan model pembelajaran GI bagi siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi. Berdasarkan analisis dapat diketahui bahwa rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT lebih rendah dibandingkan hasil belajar IPS Terpadu yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe GI. Hal ini dibuktikan melalui uji hipotesis kedua ternyata Ha diterima dan Ho ditolak dengan menggunakan uji T-test diperoleh thitung 2,408 > ttabel 2,06 dengan kriteria pengujian Ha diterima jika thitung > ttabel. Dengan demikian, rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi terhadap mata pelajaran yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT lebih rendah dibandingkan yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe GI. Menurut Johnson, Schwitzgebel dan Kalb dalam Djaali (2012:109) salah satu karakter individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki karakter menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil-hasilnya dan bukan atas dasar untung-untungan, nasib, atau kebetulan. Sehingga siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi pada pembelajaran kooperatif tipe GI semakin baik pengetahuannya, pembelajaran berpusat pada siswa sehingga pemahaman terhadap pembelajaran lebih cepat dibandingkan yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah dapat mengandalkan temannya yang memiliki motivasi berprestasi tinggi jika ia tidak mengetahui pemecahan masalah yang diangkat dalam pembelajaran tipe GI. Hal ini dapat mengakibatkan

perbedaan hasil belajar, siswa motivasi berprestasi tinggi hasil belajarnya lebih baik yang menggunakan kooperatif tipe GI dibandingkan tipe NHT. Aktivitas belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi pada model NHT lebih rendah karena ia menganggap dirinya telah mampu dan merasa tidak harus mempersiapkan dirinya secara matang. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah menganggap dirinya belum mampu. Hal tersebut yang menjadi pemicu untuk bersungguh-sungguh dalam memahami materi yang ada. Dapat disimpulkan bahwa pada model NHT siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan dapat lebih memahami materi pelajaran secara mendalam karena akan dibantu oleh teman-temannya yang merasa lebih unggul akan dirinya untuk memahami materi pelajaran dalam belajar kelompok. Pemanggilan nomor secara acak akan menimbulkan rasa deg-degan. Walapun siswa memiliki motivasi berprestasi tinggi, tak banyak yang hapalannya hilang karena dipanggil secara tiba-tiba. Aktivitas belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi pada model GI lebih tinggi dan semakin baik pengetahuannya, pemahaman terhadap materi lebih cepat dibandingkan yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah pada umumnya merupakan siswa yang dapat dikategorikan malas, maka untuk diperlakukan model GI diragukan akan menimbulkan dorongan yang sangat signifikan untuk lebih unggul. Pembelajaran kooperatif tipe GI dilihat dari aktivitasnya, membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan tipe NHT, siswa dituntut aktif mencari sendiri materi dari berbagai sumber, mendiskusikannya, dan kegiatan akhir mempresentasikan hasil diskusi tersebut. Pada model ini juga interaksi tutor teman sebaya lebih banyak, masingmasing siswa dapat mengeluarkan pendapat dan memahami materi lebih dalam. Sehingga hasil pelajarannya menggunakan model kooperatif tipe GI lebih tinggi dibandingkan tipe NHT pada siswa dengan motivasi berprestasi tinggi. 4. Ada interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi siswa terhadap mata pelajaran. Berdasarkan hasil analisis pengujian hipotesis kedua diperoleh rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah terhadap mata pelajaran yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT lebih tinggi dibandingkan yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe GI. Pada pengujian hipotesis ketiga diperoleh rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi terhadap mata pelajaran yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT lebih rendah dibandingkan yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe GI. Pada pengujian hipotesis kesatu, kedua, dan ketiga Ha diterima. Dengan kata lain, bahwa terjadi interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi siswa ini dibuktikan dengan pengujian hipotesis ke empat diperoleh Fhitung 47,779 > Ftabel 4,03 berarti hipotesis diterima. Dengan demikian, terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi siswa. Seperti yang dikatakan Sardiman (2001: 173) mengatakan bahwa pada setiap siswa pada hakikatnya memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan semacam ini dapat membawa akibat perbedaan-perbedaan pada kegiatan yang lain, misalnya soal kreativitas, gaya belajar, bahkan juga dapat membawa perbedaan dalam hal

prestasi belajar siswa. Salah satu penelitian yang memperkuat hasil penelitian penulis adalah penelitian yang dilakukan oleh Yenni Pamungkas, 2012. Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievment (STAD) dan Problem Based Instruction (PBI) dengan Memperhatikan Motivasi Berprestasi. Dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan hasil belajar. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif GI. 2. Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu yang diajar menggunakan model pembelajaran NHT lebih tinggi dibandingkan yang diajar dengan model pembelajaran GI bagi siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. 3. Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu yang diajar menggunakan model pembelajaran NHT lebih rendah dibandingkan yang diajar dengan model pembelajaran GI bagi siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi. 4. Ada interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi siswa terhadap mata pelajaran IPS Terpadu. Daftar Rujukan A.M. Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers Anita Lie. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo Anita Lie. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo Djaali. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Djamarah, S. B dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Ellysa. 2012. Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dan Number Heads Together (NHT) dengan Memperhatikan Kemampuan Awal (Studi Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012). Unila Miftahul Huda. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Yeni Pamungkas. 2012. Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievment (STAD) dan Problem Based Instruction (PBI) dengan Memperhatikan Motivasi Berprestasi (Studi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012). Unila