BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Program

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2006). Menurut WHO (World Health Organization), pada tahun 2013 AKI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKI dari 334

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah, tetapi bukannya tanpa

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara-negara di dunia sebagai pengganti pembangunan global Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini kesehatan global difokuskan pada masalah kesehatan ibu, sampai saat ini masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan selama periode masa nifas perlu mendapat perhatian karena sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. kesepakatan global ( Millenium Development Goals/MDG s) pada tahun 2015,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Amerika Latin dan Karibia 85/ KH, Amerika Utara 23/ KH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan pelayanan maksimal dari petugas kesehatan. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BAB I PENDAHULUAN. tahun Penurunan angka kematian ibu per kelahiran bayi. Millenium (Millenium Development Goals/MDGs).

BAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan sebagai komplikasi persalinan atau nifas, dengan penyebab terkait atau

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya, kesejahteraan anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) mengacu pada jumlah wanita yang meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan AKI di negara-negara ASEAN, penolong persalinan adalah hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Ibu di negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu diketahui dari jumlah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. orangan, keluarga maupun masyarakat. Pelayanan antenatal adalah pelayanan

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu bersalin (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

BAB I PENDAHULUAN. tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. berkembang yaitu sebesar 99 persen (Wiknjosastro, 2002 hlm 23).

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan yang Aman atau Making Pregnancy Safer (MPS) pada tanggal 12

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum yang layak. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian ibu di dunia pada tahun 2000 disebabkan kehamilan

I. PENDAHULUAN. akibat komplikasi kehamilan dan persalinan (Priyanto, 2009). World. Singapura sudah sangat baiksebesar 6 per KH.

KERANGKA ACUAN KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN

BAB 1 PENDAHULUAN Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi angka

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indikator derajat kesehatan masyarakat, tercermin dalam kondisi angka kematian,

BAB I PENDAHULUAN. minggu pertama kehidupan dan 529 ribu ibu meninggal karena penyebab yang

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan

BAB 1. terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsi 24%, infeksi 11%, pelayanan obstetri belum menyeluruh masyarakat dengan layanan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Ibudan Anak (KIA)merupakan masalah kesehatan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan status kesehatan masyarakat di Indonesia sudah mulai

BAB I PENDAHULUAN. dengan AKI di negara-negara ASEAN, penolong persalinan adalah hal yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama mortalitas (Saefudin, 2002). AKI ini menggambarkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan melihat indikator yang tercantum dalam Milenium

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu atau AKI di Indonesia merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut World Health Organization (WHO) (2008), angka prevalensi anemia

BAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan keluarga. Setelah era Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan suatu program yang

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan data UNICEF, WHO, UNFPA dan Bank Dunia tren angka

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diceritakan ke orang lain. Memori melahirkan, peristiwa dan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bersalin dan nifas. Namun demikian banyak faktor yang membuat teknologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan keluarga dan sekitarnya secara umum. Penilaian status kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan lembar fakta World Health Organization (WHO) tahun 2013, setiap hari terjadi sekitar 800 kematian ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan dan persalinan merupakan proses normal, alamiah dan. sehat. Namun bila tidak dipantau secara intensif dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang wanita

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Makin tinggi angka kematian ibu disuatu negara maka dapat dipastikan bahwa derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin merupakan kelompok rentan yang memerlukan pelayanan maksimal dari petugas kesehatan, salah satu bentuk pelayanan yang harus diberikan kepada ibu melahirkan adalah penolong oleh tenaga kesehatan (Azwar, 2009). Pada tahun 2010 sekitar 800 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan kelahiran anak, termasuk pendarahan hebat setelah melahirkan, infeksi, gangguan hipertensi, dan aborsi tidak aman. Dari 800 kematian, 440 terjadi di sub-sahara Afrika dan 230 di Asia Selatan. Risiko seorang wanita di negara berkembang meninggal karena penyebab yang berhubungan dengan kehamilan selama hidupnya adalah sekitar 25 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tinggal di negara maju. Kematian ibu biasanya terjadi selama masa kehamilan sampai dengan 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa memperhatikan lama kehamilan yang disebabkan atau dipicu oleh kehamilannya atau penanganan kehamilannya (Prawirohardjo, 2009). Jumlah kematian ibu saat melahirkan mencapai 40.000 orang per bulan di dunia, dan sepanjang tahun 2008 angka tesebut telah turun sebesar 10% menjadi 36.000 kematian setiap bulannya. Menurut World Health Organization

(WHO) tahun 2008, AKI di negara-negara Asia menyumbang hampir sepertiga jumlah kematian ibu global. Sebanyak 98% dari seluruh kematian ibu di Asia terjadi di India, Bangladesh, Indonesia, Nepal, dan Myanmar. Secara umum kematian ibu di dunia disebabkan oleh perdarahan (25%), infeksi pasca persalinan (15%), aborsi tidak aman (13%), gangguan tekanan darah tinggi (12%), partus lama (8%), penyebab obstetrik langsung lainnya (8%), dan penyebab tidak langsung (19%) (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2007). Berdasarkan data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2010, penyebab langsung kematian ibu terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah persalinan yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi puerperium (8%), abortus (5%), trauma obstetrik (5%), emboli (5%), partus lama / macet (5%), dan lain-lain (11%). Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor risiko keterlambatan (tiga terlambat), diantaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan emergensi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Menurut hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2008), AKI di Indonesia sebesar 228/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34/100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2009 adalah 226/100.000 kelahiran hidup untuk AKI, dan 26/100.000 kelahiran hidup untuk AKB. Data tersebut menunjukkan bahwa upaya penurunan AKI di Indonesia belum memuaskan. Sesuai dengan kesepakatan global target Indonesia yang ingin dicapai dalam menurunkan

angka kematian ibu adalah 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Biro Pusat Statistik, 2010). Angka Kematian Ibu (AKI) di Sumatera Utara selama empat tahun terakhir dinilai cukup tinggi yakni melebihi AKI secara nasional yakni 228/100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2007 AKI mencapai 231/100.000 kelahiran hidup. Tahun 2008 meningkat menjadi 258/100.000 kelahiran hidup dan tahun 2009 menjadi 260/100.000 kelahiran hidup. Angkanya mencapai 249/100.000 kelahiran hidup per Agustus 2010 (Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2010). Kesehatan ibu dan bayi pada saat melahirkan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah penolong persalinan. Data penolong persalinan dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kesehatan terutama dalam hubungannya dengan tingkat kesehatan ibu dan anak serta pelayanan kesehatan secara umum (Biro Pusat Statistik, 2008). Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih merupakan salah satu cara paling efektif dalam upaya menurunkan kematian ibu, oleh karena itu sasaran dari pembangunan kesehatan salah satunya adalah meningkatnya secara bermakna jumlah ibu hamil yang memeriksakan diri dan melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2007). Berdasarkan data RISKESDA (2010), tahun 2002 persentase cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 66,7%, tahun 2009 meningkat menjadi 77,34% dan tahun 2010 meningkat lagi menjadi 82,3%. Harapan pada tahun 2015 proporsi persalinan oleh tenaga kesehatan 100% menurut kesepakatan global (Millenium Development Goals). Selain dari AKI, derajat kesehatan masyarakat di Indonesia juga dapat ditinjau AKB. Salah satu faktor yang memengaruhi AKB adalah tenaga penolong persalinan.

Meskipun banyak ibu hamil yang pernah memeriksakan kehamilannya ke tenaga medis, namun masih banyak persalinan yang ditolong oleh tenaga non medis, khususnya yang terjadi di desa. Usaha yang dapat menekan AKB dan AKI adalah upaya Gerakan Sayang Ibu (GSI), Safe Motherhood, dan penempatan bidan di desadesa. Dengan usaha-usaha ini diharapkan angka penolong persalinan oleh tenaga medis dapat ditingkatkan (Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Sarana pelayanan kesehatan untuk ibu hamil telah tersedia dengan sistem rujukan berjenjang dengan mata rantai rujukan mulai dari POSYANDU, POLINDES, PUSKESMAS, hingga ke rumah sakit kabupaten. Pada tiap-tiap jenjang tersebut dilengkapi dengan adanya bidan di desa, bidan/dokter di PUSKESMAS, dokter spesialis obstetrik dan ginekologi serta dokter spesialis anak pada rumah sakit dengan alat-alat yang cukup canggih, namun pemanfaatan sarana tersebut masih rendah. Terdapat 60-80% ibu bersalin belum menggunakan sarana pelayanan kesehatan disebabkan merasa tidak membutuhkan, jarak yang jauh dengan transportasi terbatas, biaya mahal yang harus ditanggung oleh keluarga, sumber informasi dan kepercayaan terhadap dukun yang masih sangat tinggi (Rochjati, 2003). Kondisi sosial masyarakat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Situasi sosial dalam hal ini pendidikan, kepercayaan, normal, nilai dan kebiasaan saat ini memang tidak kondusif untuk memilih penolong dalam masalah kesehatan reproduksi di Indonesia (Muhammad, 1996). Adanya hambatan dalam akses pelayanan yaitu pengambilan keputusan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan terutama dialami oleh perempuan karena adanya status perempuan yang tidak mendapat izin dari suami, keputusan dominan dipegang suami dalam menentukan

pertolongan persalinan istri, sehingga terjadi subordinasi pengambilan keputusan untuk kepentingan dirinya (Azwar, 2009). Menurut Sarwono (2008) yang mengutip teori Anderson, mengemukakan bahwa keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan itu ada tiga komponen, yaitu (1) komponen predisposisi terdiri dari demografi, struktur sosial dan kepercayaan kesehatan, (2) komponen enabling (pendukung) terdiri dari sumber daya keluarga (penghasilan keluarga, kemampuan membeli jasa pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan), (3) komponen need, merupakan komponen yang paling langsung berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan. Berdasarkan analisis teori tersebut, maka determinan keputusan ibu hamil untuk melakukan pertolongan persalinan dipengaruhi oleh faktor akses informasi, sosial dan ekonomi. American Journal of Obstetrics & Gynecology memberikan bukti terkuat bahwa melahirkan di rumah cenderung memiliki risiko bagi bayi yang baru lahir dibandingkan di rumah sakit. Penelitian ini mengambil 12 negara dan 500.000 kelahiran dari negara-negara industri antara lain: Amerika Serikat, Kanada, Australia, Swedia, Belanda, dan Swiss. Data menunjukkan bahwa kelahiran di rumah yang direncanakan untuk ibu sehat dan berisiko rendah dibandingkan dengan kelahiran di rumah sakit yang direncanakan dalam kelompok yang sama, dimana ibu bersalin memiliki dua kali lipat risiko kematian neonatal (0,2% dan 0,09%). Ketika bayi dilahirkan dengan cacat bawaan menunjukkan risiko kematian neonatal tiga kali lipat. Faktor peningkatan kematian disebabkan terjadinya kesulitan bernafas dan usaha yang gagal pada resusitasi, kualitas bidan yang kurang baik dan kurangnya akses ke layanan rumah sakit. Sedangkan menurut Manalu (2007) terdapat beberapa faktor

yang memengaruhi seorang ibu dalam pengambilan keputusan dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan, khususnya penolong persalinan. Faktor tersebut adalah pendidikan dan pendapatan. Semakin tinggi pendidikan keluarga maka semakin tinggi pula kesadaran untuk mencari pelayanan kesehatan. Demikian pula halnya dengan tingkat pendapatan. Pola pencarian pelayanan kesehatan lebih tinggi pada keluarga dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Pengambilan keputusan ibu hamil untuk menentukan penolong persalinan juga dipengaruhi oleh informasi kesehatan yang diterimanya. Penelitian Bangsu (2001) di Bengkulu, bahwa keputusan masyarakat memilih pertolongan oleh dukun bayi cenderung dipengaruhi oleh kemudahan mendapatkan pelayanan. Kemudahan pelayanan bersifat all in yaitu menolong persalinan, membantu pekerjaan ibu hamil pada hari persalinan, memandikan bayi dan bahkan bersedia merawat bayi hingga lepas tali pusar sampai kondisi ibu mulai pulih. Berdasarkan data dari Profil PUSKESMAS Terjun Tahun 2012, diketahui jumlah tenaga kesehatan meliputi 14 perawat, 14 bidan, satu dokter umum, satu PUSKESMAS pembantu, pencapaian cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yakni sebesar 83%. Sedangkan target Departemen Kesehatan Republik Indonesia sebesar 90%. Hal ini menunjukkan program cakupan ibu bersalin di PUSKESMAS Terjun belum dapat mencapai target. Wilayah kerja PUSKESMAS Terjun terdiri dari lima kelurahan yang terdiri dalam 88 lingkungan dengan luas wilayah 4.447 km 2. Data jumlah penduduk yaitu 125.487 jiwa dengan jumlah keluarga sebanyak 29.734. Jumlah ibu bersalin periode Januari sampai September Tahun 2012 sebanyak 976 orang, jumlah bidan di

PUSKESMAS sebanyak 14 orang dan dukun terlatih sebanyak 11 orang. Untuk mendukung proses persalinan ibu hamil terdapat 11 balai pengobatan swasta atau klinik bersalin dengan jumlah bidan 34 orang. Pada umumnya ibu bersalin dan keluarga memilih tempat persalinan sarana kesehatan yaitu klinik/ PUSKESMAS 81%, namun ditemukan 19% ibu bersalin di rumahnya. Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada bulan Juni 2012 dengan petugas kesehatan PUSKESMAS Terjun dikatakan bahwa di wilayah kerja PUSKESMAS Terjun angka melahirkan di rumah masih tinggi, baik yang ditolong oleh bidan maupun non bidan. Masih tingginya persalinan yang ditolong oleh non bidan disebabkan penilaian masyarakat yang kurang percaya terhadap kemampuan tenaga kesehatan untuk penolong persalinan, karena adanya ibu yang meninggal pada saat melahirkan yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Menurut petugas keadaan ini sebenarnya bukan kesalahan penolong persalinan, namun keterlambatan ibu mendapat penolong persalinan dan kondisi ibu yang memiliki riwayat risiko tinggi. Temuan lainnya hasil wawancara peneliti pada bulan Juni 2012 dengan beberapa masyarakat di wilayah kerja PUSKESMAS Terjun, masyarakat menyatakan masih percaya ditolong oleh non kesehatan (dukun bayi) pada saat persalinan. Selain itu, hasil pengamatan peneliti didapatkan bahwa, masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja PUSKESMAS Terjun kebanyakan berasal dari masyarakat yang berpendidikan rendah yakni Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP) sehingga pemahaman mereka terhadap kesehatan kurang baik. Kecamatan Medan Marelan merupakan daerah pesisir yang termasuk tinggi angka kemiskinan (62,9%) setelah Kecamatan Medan Labuhan (65,6%).

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh akses informasi, sosial (pendidikan, kepercayaan, norma, kebiasaan) dan ekonomi terhadap pengambilan keputusan ibu dalam persalinan di wilayah kerja PUSKESMAS Terjun Kecamatan Medan Marelan. 1.2. Permasalahan Belum tercapainya target cakupan ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan 83% (target 90%) yang diduga berkaitan dengan faktor akses informasi, sosial dan ekonomi, sehingga rumusan permasalahan penelitian adalah bagaimana pengaruh akses informasi, sosial (pendidikan, kepercayaan, norma, kebiasaan) dan ekonomi terhadap pengambilan keputusan ibu dalam persalinan di Wilayah Kerja PUSKESMAS Terjun Kecamatan Medan Marelan. 1.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh akses informasi, sosial (pendidikan, kepercayaan, norma, kebiasaan) dan ekonomi terhadap pengambilan keputusan ibu dalam persalinan di wilayah kerja PUSKESMAS Terjun Kecamatan Medan Marelan. 1.4. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ada pengaruh akses informasi, sosial (pendidikan, kepercayaan, norma, kebiasaan) dan ekonomi terhadap pengambilan keputusan ibu dalam persalinan di wilayah kerja PUSKESMAS Terjun Kecamatan Medan Marelan.

1.5. Manfaat Penelitian 1. Diperoleh gambaran mengenai siapa penolong persalinan yang dipilih masingmasing keluarga ibu bersalin. 2. Diketahui faktor yang memengaruhi penilaian ibu hamil/bersalin tentang pertolongan persalinan yang dapat menjadi masukan bagi PUSKESMAS Terjun Medan Marelan dalam upaya peningkatan cakupan pertolongan persalinan. 3. Menambah hasanah dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama kesehatan reproduksi tentang pengambilan keputusan ibu dalam persalinan.