JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI Volume 7,Nomor 2 Mei 2015 Halaman 52-61 Pengaruh Model Discovery Learning dengan Memanfaatkan Potensi Ekosistem Pantai Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas X SMA N 1 Tanjungsari Tahun Pelajaran 2013/2014 The Influence Discovery Learning Model with Employing Potential Beach Ecosystem Toward Student s High Order Thinking Skill of Grade X of SMA N 1 Tanjungsari in Academy Year 2013/2014 Sulastri a, Meti Indrowati b, Nurmiyati c a) Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: sulastri.23.pbiologi@gmail.com b) Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: metindrowati@yahoo.co.id c) Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: nurmiyati_hartoyo@yahoo.co.id ABSTRACT- The purpose of the research were to find out whether or not influence of discovery learning model with employing potential beach ecosystem toward student s high order thinking skill of grade X of SMA N I Tanjungsari in academy year 2013/2014. The research is a quasi experiment with using postest only nonequivalent control group design. The population of the research is all student of grade X of SMA N I Tanjungsari. The technique to get the sample was cluster sampling. The technique for collecting data using test and non-test method. Test method is high order thinking essays whereas non-test method with observation technique and documentation. Hypothesis test using t test with SPSS 16 version. The conclusion of the research is application of discovery learning model with employing potential beach ecosystem affects student s high order thinking skill of grade X of SMA N I Tanjungsari in academy year 2013/2014. Keywords : Discovery Learning model, potential beach ecosystem, high order thinking skill PENDAHULUAN Kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skill) siswa mencakup tiga aspek kognitif teratas yaitu analyze, evaluate, dan create. Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa belum banyak diimplementasikan dalam pembelajaran biologi. Pembelajaran biologi masih berupa penguasaan materi dengan metode menghafal. Buku ajar masih dipenuhi oleh materi berupa fakta-fakta yang menuntut kemampuan mengingat siswa (Zohar & Dori, 2003). Teori konstruktivistik melandasi kebutuhan siswa belajar melalui pengalaman untuk mengkonstruk konsep dan mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Barak, Ben Chaim, & Zoller, 2007). Kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi beberapa kegiatan seperti kemampuan menganalisis, berpikir kritis, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah 52
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 2, hal 56-65 (Ramos, Dolipas, & Villamor, 2013). Kemampuan berpikir tingkat tinggi menekankan pada proses menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (Anderson & Krathwohl, 2001). Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat diterapkan dengan memanfaatkan kondisi sekitar lingkungan belajar siswa. Pembelajaran Biologi menuntut siswa belajar secara kontekstual melalui pengalaman. Kegiatan belajar siswa belum memanfaatkan komponen-komponen sekitar dengan optimal (Suratsih, 2010). Kajian biologi yang dibahas dalam materi pelajaran masih bersifat umum dan kurang memanfaatkan kondisi lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar (Suratsih, 2010). Daerah ekosistem pantai memiliki potensi dan dapat dimanfaatkan sebagai sarana belajar. Kawasan pantai merupakan ekosistem yang unik dan memiliki daya dukung lingkungan yang tinggi (Rokhmin, Rais, Ginting, & Sitepu, 1996). Banyak kegiatan manusia yang terpusat di wilayah pesisir. Ekosistem pantai terdiri atas gabungan komponen abiotik dan biotik yang saling berinteraksi (Fachrul, 2007). Interaksi antar komponen menjadikan daerah pantai sangat potensial dan memiliki keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi sehingga dapat menunjang berbagai kegiatan manusia. Potensi daerah pantai belum banyak dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi (Suratsih, 2010). Siswa mengetahui tentang potensi dan pengelolaan lingkungan masih secara teoritis dan kurang praktek di lapangan (Supriharyono, 2009). Pantai Sepanjang merupakan daerah pesisir yang memiliki potensi dan karakteristik karst yang unik (Damayanti & Ayuningtyas, 2008). Pantai Sepanjang terletak di Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunung Kidul. Pantai Sepanjang merupakan objek wisata yang menarik dan memiliki tingkat keanekaragaman yang khas. Keanekaragaman biota laut, alga dan kondisi fisik menjadikan pantai Sepanjang sebagai sarana pembelajaran yang bersifat riil dan berkaitan dengan lingkungan. Pembelajaran yang menekankan potensi daerah pantai Sepanjang dapat dikembangkan oleh sekolah terdekat dengan lokasi. SMA N 1 Tanjungsari adalah salah satu sekolah terdekat dengan pantai Sepanjang. Pihak sekolah dan siswa dapat bekerja sama dalam mengembangkan potensi pantai Sepanjang sebagai sarana pembelajaran yang tepat melalui materi ekosistem pantai. Pembelajaran discovery dapat memanfaatkan potensi daerah sekitar lingkungan sekolah. Model pembelajaran discovery (penemuan) sesuai diterapkan 53
Sulastri-Pengaruh Model Discovery Learning Dengan Memanfaatkan Potensi Ekosistem Pantai Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas X SMA N 1 Tanjungsari Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam pembelajaran tentang lingkungan (ekosistem). Siswa dapat menganalisis fenomena-fenomena tentang lingkungan sekitar (Kyriazis, Psycharis, & Korres, 2009). Model discovery learning menekankan siswa belajar melalui penemuan dan memicu rasa ingin tahu siswa. Siswa didorong untuk mencari, mengeksplorasi dan menganalisis suatu fenomena alam. Kegiatan aktif bereksplorasi sesuai dengan motivasi dalam diri siswa. Kegiatan eksplorasi menyebabkan penguasaan materi dapat bertahan lama dalam memori jangka panjang. Discovery learning menurut Van Joolingen (1999) mendorong siswa melakukan pembelajaran yang bersifat konstruktivis dan menyebabkan siswa berpikir pada domain high order thinking skills. Sintaks discovery learning meliputi tahap orientation, hypothesis generation, hypothesis testing, conclusion, dan regulation (Veermans, 2003). Penerapan discovery learning dengan memanfaatkan potensi ekosistem pantai Sepanjang diharapkan dapat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Siswa mengkonstruk konsep dan penemuan tentang fenomena-fenomena perubahan lingkungan sehingga menjadikan pembelajaran lebih bermakna (Stave, 2011). Guru membimbing siswa dalam membangun konsep berdasarkan fakta-fakta dan fenomena di lapangan (Kyriasis, at al., 2009). Keunggulan discovery learning menurut Castronova (2013) dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Siswa menemukan konsep dengan mengkaitkan fakta dan fenomena yang diamati sehingga siswa lebih memahami dan mudah mengingat konsep yang ditemukan. Berdasarkan uraian di atas, penerapan discovery learning dengan Sepanjang diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Penerapan model discovery learning dapat memanfaatkan potensi ekosistem pantai sebagai sarana belajar siswa dan melatihkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh model discovery learning dengan memanfaatkan potensi ekosistem pantai terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas X SMA N 1 Tanjungsari tahun pelajaran 2013/2014. METODE PENELITIAN Penelitian termasuk penelitian kuantitatif yang bersifat eksperimen semu (quasi exsperimental research). Desain 54
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 2, hal 56-65 penelitian yang digunakan adalah postest only with non-equivalent control group design. Dua kelompok dipilih dari populasi yang ada sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menerapkan model discovery learning dengan memanfaatkan potensi ekosistem pantai. Pembelajaran pada kelas kontrol dengan menerapkan model konvensional yang berupa metode ceramah bervariasi. Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA N 1 Tanjungsari tahun pelajaran 2013/2014. Kelas X SMA N 1 Tanjungsari terdiri atas empat kelas. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknik cluster sampling. Berdasarkan hasil uji, diperoleh dua kelas yang dapat dipilih sebagai kelas sampel yaitu kelas X A sebagai kelas kontrol dan kelas X B sebagai kelas eksperimen. Variabel terikat penelitian adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills) meliputi kemampuan berpikir menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Variabel bebas penelitian adalah penerapan model discovery learning dengan. Validasi instrumen penelitian dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas yang digunakan meliputi validitas isi dan validitas konstruk yang dilakukan oleh para ahli. Validitas butir soal tes dengan menggunakan rumus koefisien Product Moment dari Karl Pearson. Teknik analisis data dengan menggunakan uji t. HASIL DAN PEMBAHASAN Data primer penelitian adalah nilai hasil tes tertulis dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Tabel 5. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Jumlah 1883,3 Jumlah 2302,5 Mean 62,777 Mean 76,750 Median 66 Median 75 Variance 147,97 Variance 64,148 Std. Deviation 1,2164 6 Std. Deviation 8,0092 6 Minimum 29 Minimum 66 Maximum 79 Maximum 95 Range 50 Range 29 Hasil analisis ada tidaknya pengaruh model discovery learning dengan terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa menggunakan uji t (Tabel 6). Tabel 6. Hasil Uji t Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Sig. 0.000 Kriteria Keputusan Sig. < 0,05 H0 ditolak Hasil uji t menunjukkan bahwa H0 ditolak yang berarti bahwa terdapat perbedaan signifikan rata-rata kemampuan 55
Sulastri-Pengaruh Model Discovery Learning Dengan Memanfaatkan Potensi Ekosistem Pantai Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas X SMA N 1 Tanjungsari Tahun Pelajaran 2013/2014 berpikir tingkat tinggi siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil keputusan H0 ditolak sehingga dapat diinterpretasikan terdapat pengaruh penerapan model discovery learning dengan terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model discovery learning dengan memanfaatkan potensi ekosistem pantai terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Nilai rata-rata kelas eksperimen dengan menggunakan model discovery learning dengan memanfaatkan potensi ekosistem pantai lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Pada kelas eksperimen dengan penerapan model discovery learning menekankan kerja aktif siswa dalam mengeksplorasi ekosistem pantai Sepanjang sebagai sarana belajar. Siswa bereksplorasi, memecahkan masalah, dan mensintesis pengetahuan baru terkait materi ekosistem pantai (Castronova, 2013). Siswa menganalisis komponen-komponen penyusun ekosistem pantai, memberikan penilaian terhadap kondisi ekosistem pantai dan merancang sebuah ide dalam mengatasi permasalahan yang dijumpai. Pada kelas kontrol, peran siswa cenderung pasif dan kurang mengeksplorasi potensi ekosistem pantai secara langsung. Model discovery learning dengan mendorong kerja aktif siswa. Siswa dalam menemukan konsep menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi (King, Goodson, & Rohani, 1997). Siswa menganalisis fenomena-fenomena yang dapat dijumpai pada ekosistem pantai Sepanjang. Siswa menggali potensi ekosistem pantai secara optimal dan bijak. Siswa mengevaluasi berbagai hal yang berdampak negatif terhadap keseimbangan ekosistem pantai. Siswa melakukan kegiatan penemuan lalu menganalisis, mengolah data, dan merencanakan sebuah gagasan terkait materi ekosistem pantai yang dipelajari (Heong, Yunos, Hassan, Othman, & Kiong, 2011). Siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam kegiatan eksplorasi ekosistem pantai yang dilakukan. Model discovery learning memiliki tahap-tahap yang dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Kemampuan berpikir tingkat tinggi yang diukur mencakup kemampuan berpikir menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Ketiga tingkatan berpikir ini merupakan domain kognitif tingkat tinggi siswa dalam 56
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 2, hal 56-65 menguasai materi sesuai Taksonomi Bloom revisi. Kemampuan berpikir yang dimaksud dapat digunakan dalam menguasai konsep ekosistem pantai secara optimal. Siswa didorong mampu memanfaatkan potensi ekosistem pantai dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Penerapan model discovery learning melibatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi di setiap tahapan (King, et al., 1997). Pada tahap orientation, siswa menganalisis fenomena-fenomena yang terjadi, mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsep yang dipelajari. Siswa merumuskan permasalahan tentang topik materi yang akan ditemukan. Tahap orientation melatih kemampuan berpikir menganalisis siswa. Pada tahap ini, guru menyajikan sebuah fenomena yang dapat mendorong rasa ingin tahu siswa. Guru membimbing siswa melakukan pengamatan awal pada ekosistem pantai Sepanjang secara langsung. Siswa mengkaitkan pengetahuan awal dengan materi yang dipelajari seperti komponen penyusun ekosistem pantai, aliran energi, dan daur biogeokimia yang terjadi dalam ekosistem pantai. Siswa merumuskan permasalahan terkait ekosistem pantai yang diamati secara langsung. Siswa menggali potensi ekosistem pantai sebagai sarana belajar yang akan digunakan. Guru mendemonstrasikan mekanisme faktor biotik dan abiotik yang saling mempengaruhi. Siswa menganalisis permasalahan tentang adanya pengaruh faktor abiotik terhadap pertumbuhan faktor biotik seperti ikan, alga, dan berbagai macam biota laut. Pada tahap orientation, siswa berperan secara aktif dalam menanggapi demonstrasi dan pertanyaan guru. Siswa menjawab pertannyaan guru dan mampu merumuskan permasalahan yang akan dipelajari dengan benar. Tahapan hypothesis generation yaitu siswa merumuskan hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang telah dipilih. Siswa melakukan kajian literatur dan berpikir secara logis dalam membuat hipotesis. Pada tahap ini melatih kemampuan berpikir mencipta siswa pada kategori merumuskan. Siswa merumuskan komponen-komponen penyusun ekosistem pantai, memprediksi pengaruh faktor abiotik terhadap pertumbuhan faktor biotik seperti ikan dan alga. Siswa merumuskan proses aliran energi dan daur biogeokimia yang terjadi dalam ekosistem pantai. Proses merumuskan hipotesis dilakukan dalam diskusi kelompok. Diskusi yang dilakukan dalam kelompok membuat suasana pembelajaran lebih hidup. Kegiatan diskusi melibatkan peran setiap siswa untuk menyatakan pendapat. Para siswa juga 57
Sulastri-Pengaruh Model Discovery Learning Dengan Memanfaatkan Potensi Ekosistem Pantai Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas X SMA N 1 Tanjungsari Tahun Pelajaran 2013/2014 melakukan kajian literatur dalam merumuskan hipotesis. Tahapan ketiga adalah hypothesis testing. Siswa membuktikan hipotesis melalui pengamatan langsung, kajian literatur, dan praktikum (Veermans, 2003). Pada tahap ini, siswa merancang percobaan dan kegiatan eksplorasi sehingga dapat melatih kemampuan berpikir mencipta. Siswa mensintesis ide baru yang diujicobakan untuk membuktikan hipotesis. Siswa melakukan eksplorasi komponenkomponen ekosistem pantai secara langsung. Siswa membuktikan pengaruh faktor abiotik terhadap faktor biotik melalui percobaan yang telah dirancang. Siswa membuat bagan daur biogeokimia yang terjadi dalam ekosistem pantai. Tahap hypothesis testing membuat siswa aktif dan dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan baik. Siswa setiap kelompok terlibat dalam mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh. Tahap keempat adalah conclusion. Siswa mengumpulkan data yang diperoleh. Siswa menyimpulkan hasil terkait kegiatan pengamatan, percobaan, dan kajian literatur yang telah dilakukan. Pada tahap ini siswa menggunakan kemampuan berpikir menganalisis dalam mengolah dan menginterpretasikan data. Siswa berpikir secara induktif dan menganalisis kesesuaian kesimpulan hasil pengamatan dengan hipotesis yang telah dirumuskan. Pada tahap ini, siswa mampu membuat kesimpulan sesuai dengan hasil pembuktian hipotesis. Kesulitan yang dialami adalah penyajian data hasil praktikum. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan adanya peran guru yang membimbing kelompok untuk mendiskusikan cara yang dapat dilakukan. Tahap terakhir adalah regulation yang menekankan kerja siswa untuk mengevaluasi hasil dan kesimpulan yang diperoleh. Pada tahap ini siswa menguraikan kekurangan-kekurangan dan tindakan yang tepat diterapkan terkait proses penemuan konsep yang telah dilakukan. Tahap regulation melatihkan kemampuan berpikir mengevaluasi siswa yang meliputi kategori memeriksa dan mengkritik. Siswa memeriksa hasil penemuan tentang komponen ekosistem pantai, interaksi faktor biotik dan abiotik, aliran energi, dan daur biogeokimia yang terjadi dalam ekosistem pantai. Kegiatan evaluasi dilakukan dalam diskusi kelas. Setiap kelompok menyampaikan hasil pengamatan dan percobaan serta kesimpulan yang telah dibuat. Para siswa secara aktif saling mengkritisi hasil kelompok lainnya. Pada tahap regulation, melatih siswa secara aktif berpikir 58
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 2, hal 56-65 mengevaluasi terkait konsep materi yang telah dipelajari. Potensi ekosistem pantai dapat digunakan sebagai sarana belajar yang tepat. Penerapan model discovery learning menuntut peran penting siswa dalam secara langsung. Pembelajaran biologi secara kontekstual dengan menerapkan model discovery learning mampu meningkatkan minat siswa dalam mengeksplorasi ekosistem pantai Sepanjang. Siswa cenderung lebih tertarik dalam mengetahui seluk-beluk keadaan ekosistem pantai dengan mengeksplorasi secara langsung. Siswa aktif dalam melakukan penemuan yang telah dirancang dan mendukung penguasaan kemampuan berpikir tingkat tinggi oleh setiap siswa. Proses penemuan konsep terkait materi ekosistem pantai memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Penerapan model discovery learning dengan memanfaatkan potensi ekosistem pantai mampu melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Hal ini didukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Swaak, De Jong, & Van Joolingen (2004) yaitu dampak penerapan model discovery learning terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dalam menguasai pengetahuan lebih efektif dibandingkan pembelajaran yang berbasis guru ceramah. Setiap tahapan dalam model discovery learning mampu melatihkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa sehingga siswa lebih mudah menguasai konsep materi yang dipelajari. Pada kelas kontrol dengan penerapan metode ceramah bervariasi cenderung membuat siswa bersikap pasif dalam proses pembelajaran. Peran guru bersifat lebih dominan dibandingkan dengan kegiatan siswa. Guru menjelaskan konsep materi tentang ekosistem pantai dengan metode ceramah. Siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru. Proses pembelajaran yang terjadi pada kelas kontrol kurang kondusif dan banyak kegiatan lain yang dilakukan siswa selain mendengarkan ceramah guru. Beberapa siswa tampak merasa ngantuk dan bosan sehingga proses penyerapan informasi yang disampaikan oleh guru kurang efektif. Penguasaan konsep dalam kelas kontrol diperoleh melalui penjelasan guru sebagai sumber informasi. Siswa kurang aktif dalam menemukan konsep yang dipelajari. Saat guru menyampaikan materi, siswa kurang merespon pertanyaan yang diajukan guru. Kegiatan pembelajaran juga berupa kegiatan diskusi kelas. Kegiatan diskusi yang dilakukan yaitu untuk menjawab lembar kerja siswa yang disediakan guru. Kemampuan berpikir yang 59
Sulastri-Pengaruh Model Discovery Learning Dengan Memanfaatkan Potensi Ekosistem Pantai Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas X SMA N 1 Tanjungsari Tahun Pelajaran 2013/2014 dilatihkan tergolong ke tingkatan pemahaman yaitu mencerna materi yang disampaikan oleh guru. Siswa kurang mengikutsertakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang meliputi menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Pembelajaran biologi pada kelas kontrol secara konvensional sangat berbeda dengan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan penerapan model discovery learning dengan memanfaatkan potensi ekosistem pantai. Pembelajaran konvensional kurang memfasilitasi siswa dalam melatihkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model discovery learning dengan memanfaatkan potensi ekosistem pantai dapat mendorong siswa dalam menguasai kemampuan berpikir tingkat tinggi. Siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam menemukan konsep terkait ekosistem pantai. Penerapan model discovery learning dengan secara efektif dapat memaksimalkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki oleh siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang merujuk pada hasil uji t diperoleh simpulan bahwa penerapan model discovery learning dengan memanfaatkan potensi ekosistem pantai berpengaruh terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas X SMA N 1 Tanjungsari tahun pelajaran 2013/2014. DAFTAR PUSTAKA Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Barak, M., Ben Chaim, D., & Zoller, U. (2007). Purposely Teaching for The Promotion of Higher Order Thinking Skills : A case of Critical Thinking. Research Science Education, 37, 353-369. Castronova, J. A. (2013). Discovery Learning for the 21st Century : What it is and How does it Compare to Traditional Learning in Effectiveness in the 21st Century? Retrieved Februari 13, 2014, from : http:/www.teach.valdosta.edu/are/ Litreviews/vol11 no 1/castronova.litr.pdf. Damayanti, A., & Ayuningtyas, R. (2008). Karakteristik Fisik dan Pemanfaatan Pantai Karst Kabupaten Gunung Kidul. MAKARA Teknologi, 12 (2), 91-98. Fachrul, M. F. (2007). Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara. Heong, Y. M., Yunos, J. B., Hassan, R. B., Othman, W. B., & Kiong, T. T. (2011). The Peception of The Level of Higher Order Thinking Skills Among Technical Education Students. International Conference on Social Science and Humanity 60
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 2, hal 56-65 (pp. 281-285). Singapore: IACSIT Press. King, F. J., Goodson, L., & Rohani, F. (1997). Higher Order Thinking Skills. Educational Services Program. Kyriasis, A., Psycharis, S., & Korres, K. (2009). Discovery Learning and the Computational Experiment in Higher Mathematics and Science Education : A combined Aproach. International Journal of Emerging Technologies in Learning, 4 (4), 25-34. Ramos, J. L., Dolipas, B. B., & Villamor, B. B. (2013). Higher Order Thinking Skills and Academic Perfomance in Physics of College Students : A Regression Analysis. International Journal of Innovative Interdisciplinary Research, 48-60. Rokhmin, D., Rais, J., Ginting, S. P., & Sitepu, M. J. (1996). Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita. Stave, K. A. (2011). Using Simulations for Discovery Learning about Environmental Accumulations. International Conference of the System Dynamics Society. Washington DC. Supriharyono. (2009). Konservasi Ekosistem Sumber Daya Hayati (di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suratsih. (2010). Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Potensi Lokal Dalam Kerangka Implementasi KTSP SMA di Yogyakarta. Yogyakarta: F. MIPA UNY. Swaak, J., De Jong, T., & Van Joolingen, W. R. (2004). The Effects of Discovery Learning and Expository Instruction on the Acquisition of Definitional and Intuitive Knowledge. Journal of Computer Assisted Learning, 225-234. Van Joolingen, W. (1999). Cognitive Tools for Discovery Learning. International Journal of Artificial Intellligence in Education, 385-397. Veermans, K. (2003). Intelligent Support for Discovery Learning. Netherlands: Twente University Press. Zohar, A., & Dori, Y. J. (2003). Higher Order Thinking Skills and Low- Achieving Students : Are They Mutually Exclusive? The Journal of The Learning Sciences, 12 (2), 145-181. 61