BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara hukum yang ditentukan dalam Pasal 1 ayat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berbagai makhluk hidup yang ada di dalam hutan.

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang masih bersifat asli masih dapat dijumpai di desa-desa di

Pengertian Damang diatur dalam Pasal 1 angka (24) Peraturan. Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 1 Tahun 2008 adalah:

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. pola perekonomian sebagian besar yang masih bercorak agraria.

BAB V PENUTUP. Berdasarkan rumusan masalah diperoleh kesimpulan, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. tanah terdapat hubungan yang erat. Hubungan tersebut dikarenakan. pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah sumber

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat ketergantungan akan ketersediaan tanah bagi kelangsungan hidupnya

sifat kekeluargaan dan kegotong royongan yang kuat. Pengaturan tentang nilai-nilai kehidupannya diatur oleh ketentuan hukum adat.

BAB I PENDAHULUAN. landasan bahwa tanah merupakan hak dasar setiap manusia. dan berkembang serta penunjang kehidupan manusia. Pandangan tersebut

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu sendiri. Namun, adanya konflik tersebut bukan untuk dihindari tapi harus

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia terkenal dengan sebutan Archipelago yang hilang

BAB I PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

- 1 - MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT

PENDAHULUAN. dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN KAMPUNG ADAT DI KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KELEMBAGAAN ADAT DAYAK DI KABUPATEN KAPUAS

TAHUN 2002 NOMOR 03 SERI D BUPATI BARITO UTARA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Pembuatan Surat Keterangan Tanah Adat (SKT-A) dan Hak-hak Adat di Atas Tanah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

IMPLEMENTASI KEMAUAN POLITIK PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH YANG DEMOKRATIS BIDANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN SEMARANG

BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air, ruang angkasa, dan segala kekayaan alam yang terkandung di

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 08 TAHUN 2000 T E N T A N G PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN PEKON

BAB I PENDAHULUAN. Konflik merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengakuan Keberadaan Masyarakat Hukum Adat Menurut UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999

QANUN ACEH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA ADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah yang baik (good local governace) merupakan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KAMPAR HAK TANAH ULAYAT

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG KELEMBAGAAN ADAT DAYAK DI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri daerahnya. Pemerintah Daerah memiliki kewenangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 29 TAHUN 2004 T E N T A N G

BAB V PENUTUP. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan dapat ditarik. Hukum Adat Kecamatan Jerebu u Kabupaten Ngada.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. hukum dikenal adanya kewenangan uji materiil (judicial review atau

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk

BAB II TEORI DASAR 2.1 Konsep Hubungan Manusia Dengan Tanah

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Hak ulayat adalah hak penguasaan tertinggi masyarakat hukum adat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 52/PUU-XIII/2015 Pengumuman Terhadap Hak Cipta Yang Diselenggarakan Pemerintah

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

KEDUDUKAN DAN PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN SUKOHARJO T E S I S

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 tentang Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat dan Hak Perorangan

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KRAMA ADAT SASAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2000 SERI D NOMOR SERI 6

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

BAB I PENDAHULUAN. daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

HAK ULAYAT MASYARAKAT HUKUM ADAT PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia bermasyarakat pada zaman ini, sangat

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan undang-undang No.22 tahun 1999, oleh undang-undang No 32

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. perjalanan kehidupan umat manusia, perbedaan inilah yang selalu menimbulkan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

LANGKAH STRATEGIS PENGELOLAAN HUTAN DAN MEKANISME PENETAPAN HUTAN ADAT PASCA TERBITNYA PUTUSAN MK NO. 35/PUU-X/2012

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

Analisis tren produk hukum daerah mengenai Masyarakat Adat

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

BAB I PENDAHULUAN. dalam menentukan kebijakan publik dan penyelenggaraan negara. Namun, pasca

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN MASYARAKAT ADAT

BAB I PENDAHULUAN. informasi, bukti, keterangan ditempat kejadian suatu peristiwa yang diduga

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MASYARAKAT HUKUM ADAT (VERSI KEMENDAGRI)

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 8 TAHUN 2O15 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PENANGANAN PENDUDUK DAMPAK KONFLIK ETNIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum yang ditentukan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 amandemen keempat. Sebagai negara hukum, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintah harus berdasarkan hukum yang sesuai dengan sistem hukum nasional. Sistem hukum nasional merupakan hukum yang berlaku di Indonesia dengan semua elemennya yang saling menunjang satu dengan yang lain dalam rangka mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (Penjelasan Umum, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan). Sumiarni, MG.E., dkk (2010: 218) membagi tiga sistem hukum yang berlaku di Indonesia salah satunya yaitu sistem hukum adat. Hukum adat dibuat oleh bangsa Indonesia sendiri, lahir dari cara pandang bangsa Indonesia. Hukum adat adalah hukum asli bangsa Indonesia yang tidak tertulis dalam bentuk peraturan perundang-undangan Republik Indonesia, yang di sana-sini mengandung unsur agama (BPHN, 1976: 243).

2 Hukum adat mengacu pada aliran sejarah hukum. Hukum adat terdiri atas hukum tidak tertulis dan unsur keagamaan. Unsur tersebut merupakan unsur yang menjelaskan relevansi antara aliran sejarah hukum dan hukum adat. Hukum adat tidak mengenal pembedaan hukum publik dan hukum privat atau perdata (Sudikno, 1995: 126). Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 amandemen keempat, secara tegas dalam Pasal 18B ayat (2) bahwa Negara mengakui dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adat dan hak-hak tradisional sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undangundang. Keberadaan hukum adat diakui dan dilindungi oleh Konstitusi selama tidak bertentangan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu hak masyarakat hukum adat yang tradisional adalah pengakuan Lembaga Pemangku Adat yang telah ada sejak masyarakat itu ada. Lembaga pemangku adat yang masih ada dalam masyarakat adat Dayak di Provinsi Kalimantan Tengah yaitu Kelembagaan Adat Dayak Kedamangan. Kelembagaan Adat Dayak Kedamangan biasa disebut dengan Lembaga Kedamangan. Lembaga Kedamangan merupakan lembaga sentral yang bertanggung jawab penuh atas tetap lestari, berdaya guna dan berkembangnya Hukum Adat Dayak, adat-istiadat dan kebiasaan-kebiasaan positif dalam kehidupan masyarakat adat Dayak di Kalimantan Tengah. Lembaga ini berkaitan erat dengan nilai-nilai lokal dan tradisional yang tumbuh dan

3 berkembang di masyarakat suku Dayak. Nilai tersebut terangkum dalam filosofi Budaya Huma Betang atau Belom Bahadat yang artinya perilaku hidup yang menjunjung tinggi kejujuran, kesetaraan, kebersamaan dan toleransi serta taat pada hukum. Filosofi ini melandasi seluruh kehidupan masyarakat Dayak, sebagai suatu tatanan nilai berkenaan dengan hidup dan kehidupan yang sering diperbincangkan dalam kaitannya dengan kehidupan modern (Abdurrahman, 2002: 1). Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dalam Pasal 95 berisi ketentuan bahwa Pemerintah Desa dan masyarakat Desa dapat membentuk lembaga adat Desa, lembaga yang menyelenggarakan fungsi adat istiadat dan menjadi bagian dari susunan asli Desa yang tumbuh dan berkembang atas prakarsa masyarakat Desa, dan bertugas membantu Pemerintah Desa dan sebagai mitra dalam memberdayakan, melestarikan, dan mengembangkan adat istiadat sebagai wujud pengakuan terhadap adat istiadat masyarakat Desa (Penjelasan Umum angka 12 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa). Undang-undang ini memberikan kewenangan kepada pemerintah desa beserta masyarakat desa untuk membentuk lembaga adat desa. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 amandemen keempat Pasal 18 ayat (6), memberikan kewenangan kepada daerah untuk membuat peraturan daerah dalam rangka melaksanakan otonomi daerah dan tugas pembantuan. Pemerintah daerah diberikan kewenangan oleh konstitusi untuk membuat peraturan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan

4 tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Pasal 35 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan berisi ketentuan penyusunan peraturan daerah provinsi berdasarkan: 1. atas perintah undang-undang yaitu perintah peraturan perundang-undangan lebih tinggi dan rencana pembangunan daerah; dan 2. atas kebijakan pemerintah daerah yaitu penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan aspirasi masyarakat daerah. Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengatur urusan pemerintahan daerah sendiri. Kewenangan untuk membuat peraturan daerah sebagai sarana untuk menunjang pembangunan di daerah secara khusus dan pembangunan nasional secara umum untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat. Untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 amandemen keempat, pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara

5 Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah bersama legislatif mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam Pasal 236 ayat (1) berisi ketentuan bahwa Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan, Daerah membentuk Perda. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk membentuk peraturan daerah dalam hal kebijakan penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan. Dalam rangka upaya pelestarian, pemberdayaan dan pengembangan nilai-nilai lokal dan/atau tradisonal, Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah membuat kebijakan dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Provinsi Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak Di Provinsi Kalimantan Tengah. Peraturan Daerah tersebut bertujuan untuk tetap memelihara, melestarikan, mengembangkan memberdayakan dan menjunjung tinggi hukum adat, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang mengandung nilai-nilai positif sebagai budaya warisan leluhur (Penjelasan Umum Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak di Kalimantan Tengah). Pengaturan kelembagaan adat dalam bentuk peraturan daerah menimbulkan konsekuensi hukum. Konsekuensi tersebut berhubungan dengan sistem hierarki peraturan perundang-undangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Secara hierarki peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

6 yang lebih tinggi. Oleh karena itu, apabila ada substansi dari peraturan daerah yang bertentangan dengan peraturan yang di atasnya maka substansi tersebut secara otomatis tidak akan berlaku secara hukum. Kedudukan lembaga adat Dayak Kedamangan yang merupakan lembaga adat yang hidup dari masyarakat hukum adat Dayak dalam perkembangannya diatur dalam Peraturan Daerah. Peraturan Daerah tersebut mengatur materi yang menjadi kewenangan lembaga adat Dayak Kedamangan. Bertentangan dengan ketentuan dalam Pasal 18B ayat (2) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 amandemen keempat, yang membatasi kewenangan pemerintah mengatur hak-hak tradisonal masyarakat hukum adat hanya sebatas mengakui dan menghormati. Peraturan Daerah tersebut dapat memberikan dampak negatif terhadap hak-hak masyarakat hukum adat Dayak. Dari pemikiran inilah mendorong penulis untuk melakukan penelitian, kemudian menuangkannya dalam bentuk tesis yang berjudul Dampak Kedudukan Kelembagaan Adat Dayak Kedamangan Dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak Di Kalimantan Tengah Terhadap Hak-Hak Masyarakat Hukum Adat Dayak.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka diangkat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana dampak kedudukan Kelembagaan Adat Dayak Kedamangan yang dirumuskan dalam Peraturan Daerah Provinsi Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak Di Kalimantan Tengah terhadap hakhak masyarakat hukum adat Dayak? 2. Mengapa kelembagaan adat Dayak Kedamangan di rumusan kedalam Peraturan Daerah Provinsi Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak Di Kalimantan Tengah? C. Batasan Masalah Permasalahan yang diteliti dalam tesis ini dibatasi dalam hal Dampak Kedudukan Kelembagaan Adat Dayak Kedamangan yang dirumuskan dalam Peraturan Daerah Provinsi Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak Di Kalimantan Tengah terhadap Hak-hak Masyarakat Hukum Adat Dayak. Batasan untuk permasalahan pertama fokusnya adalah dampak kedudukan Kelembagaan Adat Dayak Kedamangan dalam Peraturan Daerah Provinsi Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak Di Kalimantan Tengah. Hal ini dikarenakan Kelembagaan Adat Dayak Kedamangan dirumuskan secara materiil di dalam peraturan daerah Provinsi Kalimantan Tengah, yang berdampak negatif terhadap hak-hak masyarakat hukum adat Dayak

8 Untuk permasalahan yang kedua, penelitian ini adalah Kelembagaan Adat Dayak Kedamangan. Hal ini dikarenakan Kelembagaan Adat Dayak Kedamangan dirumuskan dalam Peraturan Daerah Provinsi Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak Di Kalimantan Tengah, akan menghilangkan hukum adat Dayak yang ada dalam masyarakat adat Dayak. D. Keaslian Penelitian Penulisan ini merupakan hasil karya asli, bukan duplikasi dari karya tulis lain. Sejauh pengamatan penulis, belum ada penulisan tesis sebelumnya yang meneliti dan mengkaji tentang Dampak Kedudukan Kelembagaan Adat Dayak Kedamangan Dalam Peraturan Daerah Provinsi Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak Di Kalimantan Tengah Terhadap Hak-Hak Masyarakat Hukum Adat Dayak. Namun ada tiga tesis yang sebelumnya telah membahas tentang Dewan Perwakilan Daerah. Lebih jelasnya dapat diuraikan pada bagian berikut ini: 1. Maria D. Muga, Nomor Mahasiswa B4B 006 166, Program studi Magister Kenotariatan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang, Tahun 2008. Judul Tesis Peranan Kepala Adat Dalam Penyelesaian Sengketa Tanah Ulayat Melalui Mediasi (studi analisis terhadap penyelesaian sengketa tanah-tanah ulayat dikecamatan Soa Kabupaten Ngada-Flores-Nusa Tenggara Timur). Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitiannnya adalah Mengapa sengketa tanah-tanah ulayat sering terjadi? Bagaimana peran kepala adat/mosalaki dalam penyelesaian sengketa tanah ulayat melalui

9 upaya mediasi? Apa hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam penyelesaian sengketa tanah ulayat melalui upaya mediasi yang terjadi di Kecamatan Soa Kabupaten Ngada-Flores-Nusa Tenggara Timur? Tujuan penelitian adalah secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sengketa tanah-tanah ulayat yang sering terjadi di Kecamatan SOA Kabupaten Ngada-Flores-Nusa Tenggara Timur, untuk mengetahui peranan Kepala Adat /Mosalaki dalam penyelesaian sengketa tanah-tanah Ulayat melalui upaya mediasi di Kecamatan SOA Kabupaten Ngada-Flores-Nusa Tenggara Timur, dan untuk mengetahui hambatanhambatan yang sering terjadi dalam penyelesaian sengketa tanah Ulayat di Kecamatan SOA Kabupaten Ngada-Flores-Nusa Tenggara Timur. Hasil penelitian dalam penulisan tesis ini adalah hal-hal yang sering menyebabkan terjadinya sengketa tanah ulayat di Kecamatan Soa Kabupaten Ngada-Flores-Nusa Tenggara Timur adalah batas tanah ulayat tidak jelas, adanya praktek ketidakadilan, adanya klaim dari pihak Negara atau Pemerintahan, adanya masyarakat pendatang sehingga meningkatnya nilai tanah secara ekonomi, mempertahankan status sosial, pemahaman salah terhadap adat dan kurangnya sosialisasi. Terkait dengan peran kepala adat/mosalaki dalam menyelesaikan sengketa tanah ulayat adalah sebagai hakim perdamaian dalam sidang adat dan juga sebagai pengambil keputusan adat yang mana pihak-pihak tersebut mengikat pada keputusan yang bersengketa serta menciptakan kerukunan dalam keluarga, dimana setiap perbuatan maupun tindakan kepala adat harus berdasarkan pada 3

10 sifat yaitu menjaga keamanan masyarakat sesuku, memelihara kedamaian di antara rakyat sesuku dan memelihara derajat agama dan kepercayaan (eprints.undips, ac.id/18099 diakses hari rabu tanggal 23 Juli 2014) Penekanan yang membedakan tesis ini dengan penelitian yang dilakukan adalah tesis ini merupakan studi analisis kasus penyelesaian sengketa tanah ulayat oleh kepala adat melalui mediasi di Kecamatan Soa Kabupaten Ngada-Flores-Nusa Tenggara Timur, tesis ini juga meneliti hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam penyelesaian sengketa tanah ulayat melalui di Kecamatan Soa Kabupaten Ngada-Flores-Nusa Tenggara Timur. Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah mengkaji studi analisis tentang dampak kedudukan kelembagaan adat Dayak Kedamangan dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak Di Kalimantan Tengah terhadap hak-hak masyarakat hukum adat Dayak dan latar belakang kelembagaan adat Dayak Kedamangan dirumuskan dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak Di Kalimantan Tengah. 2. Arma Diansyah, Program Magister Ilmu Hukum Universitas Udayana Denpasar, NIM: 0890561019,Tahun 2011. Judul Tesis Eksistensi Damang Sebagai Hakim Perdamaian Adat Pada Masyarakat Suku Dayak Di Palangkaraya.

11 Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitiannnya adalah Bagaimana pengaturan mengenai kedudukan dan kewenangan Damang sebagai Hakim Perdamaian Adat? Bagaimana implementasi kewenangan Damang sebagai Hakim Perdamaian Adat? Bagaimana budaya hukum masyarakat Dayak dalam hubungannya dengan kedudukan dan fungsi Damang sebagai Hakim Perdamaian Adat? Upaya apa yang dilakukan dalam rangka pemberdayaan Damang sebagai Hakim Perdamaian Adat? Tujuan Penelitian adalah secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara kritis tentang Eksistensi Damang sebagai Hakim Perdamaian Adat pada masyarakat suku Dayak di Palangkaraya, untuk mengetahui pengaturan kedudukan dan kewenangan Damang sebagai Hakim Perdamaian Adat, untuk mengetahui implementasi pelaksanaan kewenangan Damang sebagai Hakim Perdamaian Adat, untuk mengetahui budaya hukum masyarakat Dayak dalam hubungannya dengan kedudukan dan fungsi Damang sebagai Hakim Perdamaian Adat, dan untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pemberdayaan Damang sebagai Hakim Perdamaian Adat. Hasil penelitian penulisan tesis ini adalah Pengaturan kedudukan dan kewenangan Damang Kepala Adat sebagai Hakim Perdamaian Adat dalam masyarakat Dayak mempunyai latar belakang historis dan kutural tersendiri jauh sebelum zaman kolonial Belanda di tanah Dayak. Pengakuan tersebut secara implisit mengakui kedudukan kedemangan, karena kedemangan dapat digolongkan sebagai persekutuan masyarakat

12 hukum adat. Secara yurisis kedudukan dan kewenangan Damang sebagai Hakim Perdamaian Adat mendapat pengakuan dalam level Peraturan Daerah, didasarkan kepada Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak di Kalimantan Tengah; Dalam implementasi pelaksanaan tugasnya Damang sebagai Hakim Perdamaian Adat dalam kenyataan yang ada menunjukan bahwa Damang kurang kreatif dalam menggali dan menemukan hukum adat yang berlaku dalam masyarakat Dayak, terkesan hanya sekedar melaksanakan apa yang ditugaskan kepadanya. Kebanyakan Damang Kepala Adat tidak menyadari kedudukannya selaku Hakim Perdamaian Adat, ataupun sekali menyadari ia tidak cakap menjabatnya; Budaya hukum (sikap,prilaku) masyarakat Dayak dalam hubungannya dengan kdudukan dan fungsi Damang Kepala Adat sebagai Hakim Perdamaian Adat, dalam hal ini adalah sangat tergantung pada tingkat kebutuhan warga masyarakat sesuai dengan tradisi dan keyakinan mereka terhadap perlunya penyelesaian perkara secara tradisional oleh Damang; Upaya yang dilakukan dalam rangka pemberdayaan Damang sebagai Hakim Perdamaian Adat dalam kenyataannya menunjukan belum ada upaya nyata, yang dilakukan oleh pemerintah daerah Provinsi Kalimantan Tengah dan pemerintah Kabupaten/Kota terkait pembinaan dan penataan institusi kelembagaan, sistem manajemen, tata laksana dan mekanismenya serta sumber daya fisik yaitu sarana dan parasarana pendukung dari sistem penegakan hukum (peradilan adat). (http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-113-

13 1528397757-isi%20tesis%20lengkap.pdf, diakses hari rabu tanggal 23 Juli 2014) Penekanan dalam tesis ini adalah eksistensi damang sebagai hakim perdamaian adat pada masyarakat suku Dayak di Palangka Raya. Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah mengkaji studi analisis tentang dampak kedudukan kelembagaan adat Dayak Kedamangan dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak Di Kalimantan Tengah terhadap hakhak masyarakat hukum adat Dayak dan latar belakang kelembagaan adat Dayak Kedamangan dirumuskan dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak Di Kalimantan Tengah. 3. Pratomo Beritno, Nomor Mahasiswa 12.520.1794/PS/MIH, Program studi Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, Tahun 2013. Judul Tesis Hak-Hak Masyarakat Hukum Adat Atas Pengambilalihan Lahan Adat Oleh Perusahaan Terbatas Susantri Permai Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitiannnya adalah Bagaimanakah dan mengapa terjadi sengketa tanah-tanah ulayat sering terjadi pengambilalihan lahan adat oleh perusahaan terbatas susantri permai di kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah? Bagaimanakah hak-hak masyarakat hukum adat atas pengambilalihan lahan adat oleh perusahaan terbatas susantri permai di kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah?

14 Tujuan penelitian adalah secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji terjadinya pengambilan lahan adat oleh perusahaan terbatas susantri permai di kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah dan untuk mengetahuidan mengkaji hak-hak masyarakat hukum adat atas pengambilalihan lahan adat oleh perusahaan terbatas susantri permai di kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Hasil penelitian dalam penulisan tesis ini adalah Pengambilalihan lahan adat karena diarea lahan itu terdapat sumber daya alam yang sangat besar, adanya kerjasama antara oknum perusahaan dengan masyarakat adat untuk merusak hutan tanpa sepengetahuan dari tokoh-tokoh adat serta Pemerintah Daerah Kabupaten Kapuas selaku pemberi izin usaha perkebunan kepada perusahaan terbatas Susantri Permai tidak menegakan aturan hukum; dan Pengembalian hak atas lahan dan hutan adat kepada masyarakat adat yang telah diambil alih oleh Perusahaaan Terbatas Susantri Permai, pemberian ganti kerugian berupa uang dan dana abadi kas masyarakat adat serta melakukan reboisasi (http://ejournal.uajy.ac.id/4750/1/0mih01794.pdf, diakses hari kamis tanggal 24 Juli 2014) Penekanan yang membedakan tesis ini dengan penelitian yang dilakukan adalah tesis ini merupakan studi analisis kasus sengketa tanahtanah ulayat sering terjadi pengambilalihan lahan adat oleh perusahaan terbatas susantri permai di kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, tesis ini juga meneliti hak-hak masyarakat hukum adat atas pengambilalihan

15 lahan adat oleh perusahaan terbatas susantri permai di kabupaten kapuas, kalimantan tengah. Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah mengkaji studi analisis tentang dampak kedudukan kelembagaan adat Dayak Kedamangan dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak Di Kalimantan Tengah terhadap hak-hak masyarakat hukum adat Dayak dan latar belakang kelembagaan adat Dayak Kedamangan dirumuskan dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak Di Kalimantan Tengah. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini mencoba menyodorkan sebuah kerangka atau paradigma berpikir, di dalamnya terdapat proses berpikir tentang dampak kedudukan kelembagaan adat Dayak Kedamangan dalam Peraturan Daerah Provinsi Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak Di Kalimantan Tengah terhadap hak-hak masyarakat hukum adat Dayak diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan dan pemahaman ilmu hukum, khususnya dampak kedudukan kelembagaan adat Dayak Kedamangan dalam Peraturan Daerah Provinsi Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak Di Kalimantan Tengah terhadap hak-hak masyarakat hukum adat Dayak.

16 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah (eksekutif dan legislatif) dalam merancang peraturan daerah untuk tetap memperhatikan hak-hak masyarakat adat Dayak. Penelitian ini juga memberikan sejumlah gagasan bagi pemerintah jika mengamandemen Peraturan Daerah Provinsi Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak Di Kalimantan Tengah. b. Manfaat bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang dampak kedudukan kelembagaan adat Dayak Kedamangan dalam Peraturan Daerah Provinsi Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak Di Kalimantan Tengah terhadap hak-hak masyarakat hukum adat Dayak. F. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Untuk mengetahui dan mengkaji dampak kedudukan kelembagaan adat Dayak Kedamangan dalam Peraturan Daerah Provinsi Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak Di Kalimantan Tengah terhadap hak-hak masyarakat hukum adat Dayak. 2. Untuk mengetahui dan mengkaji latar belakang Kelembagaan Adat Dayak Kedamangan dirumuskan dalam Peraturan Daerah Provinsi

17 Kalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak Di Kalimantan Tengah. G. Sistematika Penulisan Guna memperoleh kemudahan dalam proses penelitian, keseluruhan penelitian ini diatur dalam sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diuraikan tentang kajian pustaka atau kerangka teoretik mengenai dampak kedudukan lembaga adat Dayak kedamangan dalam Peraturan Daerah Provinsi Nomor 6 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak di Kalimantan Tengah dan hak-hak masyarakat hukum adat Dayak dan landasan teori. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan diuraikan tentang metode penelitian yang meliputi: jenis penelitian, pendekatan penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, analisis hukum dan proses berpikir. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian mengenai pembahasan yang meliputi dampak kedudukan lembaga adat Dayak kedamangan dalam Peraturan Daerah Provinsi Nomor 6

18 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak di Kalimantan Tengah terhadap hak-hak masyarakat hukum adat Dayak dan Latar belakang kelembagaan adat Dayak Kedamangan dirumuskan dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kelembagaan Adat Dayak Di Kalimantan Tengah. BAB V PENUTUP Bab ini merupakan kristalisasi dari keseluruhan penelitian yang telah dikaji di dalam masing-masing bab sebelumnya sehingga tersusun kesimpulan dan saran-saran. DAFTAR PUSTAKA