1.1 Latar Belakang. Luas kawasan konservasi di Indonesia sampai dengan tahun 2006 adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan memiliki prospek baik, potensi hutan alam yang menarik. memiliki potensi yang baik apabila digarap dan sungguh-sungguh

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ada di Indonesia. Kebutuhan akan kawasan konservasi sebagai kawasan yang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan aslinya (Hairiah, 2003). Hutan menjadi sangat penting

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka. Taman Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I11 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang harus dilindungi keberadaannya. Selain sebagai gudang penyimpan

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa dan terletak sekitar 30 kilometer di Utara wilayah Provinsi Daerah

I. PENDAHULUAN. Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA adalah kawasan dengan ciri khas

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

PENDAHULUAN. Kawasan pesisir Indonesia, disarnping kaya akan potensi sumberdaya. alamnya, juga mempunyai potensi untuk dikernbangkan rnenjadi obyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

LEMBAR INFORMASI JARINGAN MASYARAKAT HUTAN KORIDOR GUNUNG SALAK-HALIMUN

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

XI. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. erupsi Merapi terhadap sektor pertanian dan lingkungan TNGM di Provinsi DIY dan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA. Penjelasan Umum, Manfaat dan Fungsi Hutan. kesinambungan kehidupan manusia dan makhluk lainnya (Pamulardi,1994).

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 4 Panduan scoring untuk mengetahui tingkat kepentingan

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi, Fungsi dan Tujuan Taman Nasional

I. PENDAHULUAN. perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari.

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

(Varanus kornodoens~ s) dan habitatnya Namun kemudian kawasan ini di ketahui

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).


I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan

PERUBAHAN AKSES MASYARAKAT AKIBAT KEBERADAAN TNGM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang Defisi taman nasional menurut Undang-undang R Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah kawasan pelestarian dam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang diianfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Luas kawasan konservasi di ndonesia sampai dengan tahun 2006 adalah 28.260.150,56 ha dan 57,9 % nya atau seluas 16.375.253,31 ha merupakan taman nasional (PHKA 2006). Salah satu kawasan yang baru ditunjuk sebagai taman nasional adalah Taman Nasional Gunung Merapi yang berada di Provinsi Daerah stimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, yang me~pakan hasil alih fungsi dari hutan lindung, taman wisata alam dan cagar dam. Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) memiliki obyek wisata darn yang cukup potensial, selain memiliki keanekaragaman flora, fauna dan bentang alam yang spesifik juga memiliki Kekhasan daya tarik wisata bempa wisata geologi dan wisata budaya yang cukup dikenal oleh wisatawan baik wisatawan lokal maupun manca negara. Dephut (Tanpa tahun) menyatakan bahwa salah satu bentuk kegiatan pemanfaatan secara lestari terhadap sumber daya alam hayati dan ekosistemnya adalah pariwisata alam yang dilakukan pada zonalblok pemanfaatan. Pariwisata dam telah memberikan kontribusi yang penting bagi banyak negara. Di Kenyz misalnya, sektor ini telah menghasilkan 30% dari seluruh devisa negara, melebibi hasil kopi atau teh sebagai andalan komoditi ekspomya. Keberhasilan dalam pengelolaan kawasan konservasi untuk kepariwisataan di Kenya ini telah dapat membantu usaha pembangunan dan pemeliharaan kawasan- kawasan konservasi lainnya (Limberg 1991, diacu dalam Sukandi 2000). Pengelolaan zona pemanfaatan akan menciptakan persepsi positif dari masyarakat yang berakibat pada keinginan masyarakat untuk memelihara dan menjaganya (Riyanto 2005). Dengan diperbolehkannya masyarakat sekitar untuk memanfaatkan kawasan pada zona pemanfaatan maka akan menciptakan

dukungan masyarakat terhadap taman nasional. MacKinnon et al. (1990) lliengemukakan bahwa keberhasilan pengelolaan banyak tergantung pada kadar dukungan dan penghargan yang diberikan kepada kawasan yang dilidungi oleh masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu pariwisata dam yang sesuai diiembangkm di zona pemanfaatan taman nasional adalah pariwisata darn berbasis masyarakat. Menurut Soekmadi (2005), pendekatan partisipasi lebih dipersepsikan sebagai keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi tanpa merit prosesnya sehingga secara mum masyarakat diposisikan sebagai obyek pelaksana kegiatan. BKSDA Yogyakarta & PSA UGM (2004) menyatakan bahwa masyarakat meyakini adanya hubungan spiritual dan supranatural antara Merapi, kraton Yogya dan laut selatan, sehingga masyarakat sekitar kawasan Merapi tidak menganggap Merapi sebagai ancaman tetapi justm sebagai surnber kehidupan. Selain itu juga terdapat hubungan yang bersifat ekonorni, yaitu adanya ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya rumput dan kayu bakar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat karena sebagian besar masyarakat sekitar kzwasan TNGM adalah petemak sapi perah yang menggantungkan ketersediaan rumput dari kawasan TNGM. Mengingat adanya hubungan yang kuat antara masyarakat sekitar dengan Gunung Merapi tersebut, maka kegiatan wisata alam yang sesuai dikembangkan di Taman Nasional Gunung Merapi adalah wisata dam berbasis masyarakat. Pengelolaan yang berbasis masyarakat bersifat lokasi spesifik (site spesifc), sehingga dalam pengembangannya diperlukan strategi yang bersifat spesifik pula. Untuk menentukan strategi pengembangan yang akan dilakukan terlebih dahulu dilakukan identifhi terhadap kegiatan wisata alam yang telah berjalan, karakteristik masyarakat sekitar kawasan, persepsi masyarakat sekitar mengenai wisata dam yang lestari/berkelanjutan, partisipasi masyarakat terhadap kegiatan wisata alam dan keinginan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di kawasan TNGM.

1.2 Perurnusan Masalah Tarnan Nasional Gunung Merapi mempunyai sumber daya dam yang khas, terutama vulkano yang selalu aktif, disamping keragaman flora, fauna clan budaya. Di sisi lain masyarakat sekitar kawasan memilii hubungan yang kuat dengan Gunung Merapi, baik hubungan spiritual dan supranatural maupun ekonomi. Bagi masyarakat sekitar, kawasan Gunung Merapi bukanlah suatu ancaman namun mempakan sumber kehidupan. Masyarakat sekitar kawasan memanfaatkan kawasan hutan Gunung Merapi sebagai lahan bagi budidaya rumput untuk keperluan pakan ternak mereka. Di samping itu kawasau Gunung Merapi juga menjadi tempat upacara ritual Labuhan yang dilaksanakan setiap tahun. Hasil empsi Merapi juga mendatangkan sumber kehidupan bempa pasir yang banyak dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk meningkatkan pendapatan mereka Status kawasan Gunung Merapi sebagai tarnan nasional mengharuskan adanya sistem pengelolaan zonasi. Dengan dernikian masyarakat sekitar hanya dapat memanfaatkan ruang-ruang yang telah disediakan bagi kegiatan pemanfaatan kawasan oleh masyarakat. Kondisi ini belum sepenuhnya dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat, masih ada sebagian masyarakat yang menganggap bahwa keberadaan Taman Nasional Gunung Merapi telah mengusik kebebasan masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya kawasan, terutama nunput. Melalui pemanfaatan kawasan oleh rnasyarakat pada zona pemanfaatan akan mendorong terciptanya dukungan masyarakat sekitar terhadap keberadaan taman nasional. Potensi wisata dam yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi merupakan salah sat- modal bagi pengembangan wisata alam di TNGM yang berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adanya hubungan yang kuat masyarakat sekitar dengan Gunung Merapi mengindiiasikan bahwa pengembangan wisata dam yang akan dijalankan ham dapat memberikan peran penting bagi masyarakat. Masyarakat tidak hanya dijadiian sebagai obyek dan pihak yang pasif, namun perlu menempatkan masyarakat sebagai aktor dalam pengelolaan wisata dam di TNGM. Oleh karenanya pengembangan wisata dam berbasis masyankat merupakan salah satu pilii yang sesuai dilakukan di TNGM.

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk menyusun strategi pengembangan wisata dam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Merapi Daerah stimewa Yogyakarta dengan tujuan spesifik yaitu: 1. dentiwi kegiatan wisata dam di zona pemanfaatan TNGM Daerah stimewa Yogyakarta 2. dentifikasi karakteristik masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Daerah stimewa Yogyakarta. 3. Persepsi masyarakat terhadap kegiatan wisata alam yang lestari di TNGM. 4. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata dam di TNGM Daerah stimewa Yogyakarta 5. dentifikasi keinginan masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di TNGM Daerah stimewa Yogyakarta. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi pengelola kawasan Taman Nasional Gunung Merapi dalam pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan TNGM Daerah stimewa Yogyakarta. 1.5 Kerangka Pemikiran Taman Nasional Gunung Merapi merupakan taman nasiond baru yang penunjukkannya berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 134Menhut-U2004. Taman Nasional ini merupakan perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar Alam dan Taman Wisata Alam pada Kelompok Hutan Gxaung Merapi Seluas * 6.410 ha, yang terletak di Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten Provinsi Jawa Tengah, dan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah stimewa Yogyakarta menjadi Taman Nasional Gunung Merapi. Guna menentukan strategi pengembangan wisata dam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan TNGM Daerah stimewa Yogyakarta diperlukan kegiatan identifikasi terhadap kegiatan wisata alam yang telah ada, karakteristik rnasyarakat sekitar, persepsi masyarakat terhadap wisata dam yang lestari, partisipasi masyarakat dalam kegiatan wisata alam clan keinginan masyarakat

sekitar terhadap pengembangan wisata alam di TNGM Daerah stimewa Yogyakarta. Dalam pengelolaan kawasan taman nasional kegiatan pemanfaatan pariwisata merupakan sdah satu bagian dari tujuan pengelolaan taman nasional sehingga dalam pelaksanaanya tidak terlepas dari kebijakan yang a&. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah berkaitan dengan kegiatan wisata dam dan partisipasi masyarakat maka dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap dokurnen-dokwnen dan pemturan perundangan yang terkait, baik di tingkat regional maupun nasional. Berdasarkan hasil analisis terhadap kebijakan pemerintah, pengelola kawasan dan analisis te~hadap masyarakat selanjutnya dilakukan analisis SWOT, yaitu strategi pengembangan yang didasarkan pada faktor-faktor internal yang meliputi kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) dan faktor eksternal yang terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats) untuk menentukan strategi yang akan dipilih. Sebagai unit analisis adalah rnasyarakat. Selanjutnya Kerangka pikir dalarn penelitian ini dapzt diganbarkar, pada bagan berikut: 4 1 1. Kegiatan wisata alam Regional terhadap: 2. Kebiiakan TNGM : - Wisata dam " - Pengembangan wisata alam - Partisipasi masyarakat - Partisi~asi masyarakat - Karakteristik masyarakat - Persepsi masyarakat - Partisipasi masyarakat - Keinginan masyarakat Strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat Gambar 1 Kerangka pemikiran strategi pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di zona pemanfaatan TNGM Daerah stimewa Yogyakarta