I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya

DAYA SAING EKSPOR TEH INDONESIA DI PASAR TEH DUNIA

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB I PENDAHULUAN. Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu komoditi andalan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB 1 PENDAHULUAN. negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Teh merupakan salah satu komoditas ekspor utama sektor perkebunan.

VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL. 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH APRIL 2015

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

PROSPEK TANAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian suatu negara. Terjalinnya hubungan antara negara satu

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

I. PENDAHULUAN. mampu memberikan surplus perdagangan yang tinggi dibandingkan sektor

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH MEI 2015

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH SEPTEMBER 2008

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. golongan, yaitu: (1) teh yang difermentasikan atau teh hitam (fermented) ; (2) teh

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2014

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA. Makalah. Disusun Oleh : Imam Anggara

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE KOTA BATAM NOPEMBER 2016

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2015

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH NOPEMBER 2008

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

ANALISIS BIAYA PADA PRODUKSI TEH HITAM ORTHODOX DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII KEBUN CISARUNI, GARUT JAWA BARAT SKRIPSI MOCHAMAD ARSYAD F

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, JULI 2016

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menonjol terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2015

Analisis Kinerja Perdagangan Indonesia: Defisit Neraca Perdagangan Mei 2012 Dapat Ditekan

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar Rp 1,2 triliun (0,3% dari total PDB non migas). Komoditi ini juga menyumbang devisa sebesar 110 juta dollar AS setiap tahunnya (www.csrreview-online.com). Untuk menjaga fungsi hidrolis dan pengembangan agroindustri, perkebunan teh juga menjadi sektor usaha unggulan yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Rasio perbandingan tenaga kerja dengan luas lahannya 0,75. Oleh karena itu, perkebunan teh digolongkan sebagai industri padat karya. Tahun 1999 industri ini mampu menyerap 300.000 pekerja dan menghidupi sekitar 1,2 juta jiwa (Suprihatini, 2005). Teh saat ini merupakan salah satu tanaman industri masyarakat Indonesia, dan salah satu minuman berkhasiat yang dikonsumsi sehari-hari oleh sebagian kalangan masyarakat di Indonesia. Dari data yang didapat menunjukkan, pada tahun 1999 pasokan teh dunia diperoleh dari India (sekitar 30%), Cina (23,5%), Srilanka (9,5%), Kenya (7,5%), Indonesia (5%) dan Turki (4%). Dengan begitu kesempatan Indonesia untuk meningkatkan produksi dan ekspornya masih sangat bagus. Pada tahun 2000 Indonesia mampu mengekspor teh sebanyak 99.847 ton setara 8% dari total keseluruhan ekspor teh dunia yang sebanyak 1.244.426 ton. Pada awal tahun 2006 produksi teh di Indonesia meningkat mencapai 167.881 ton dari 166.091 ton pada tahun 2005. Namun volume ekspor teh Indonesia terus menurun, pada tahun 2006 Indonesia mampu mengekspor 95.000 ton dan pada tahun 2007 hanya mampu mengekspor 83.000 ton, hal ini disebabkan kualitas teh yang terus menurun. Negara-negara pengimpor teh dari Indonesia adalah Inggris, Pakistan, Irak, Amerika, Belanda, dan India (Suprihatini, 2005). Potensi pengembangan komoditi teh Indonesia sangat besar. Produksi teh yang tinggi menempatkan Indonesia pada urutan kelima sebagai negara produsen teh curah, setelah India, Cina, Sri Lanka dan Kenya. Indonesia juga menduduki posisi kelima sebagai negara eksportir teh curah terbesar dari segi volume setelah Sri Lanka, Kenya, Cina dan India (Suprihatini, 2005). Potensi yang dimiliki cukup besar, sama halnya dengan ekspor produk pertanian Indonesia lainnya ke pasar internasional, komoditi teh juga menghadapi persoalan-persoalan yang selalu berulang. Banyaknya permasalahan seperti penurunan volume, nilai, pangsa pasar ekspor dan rendahnya harga teh Indonesia memberikan dampak negatif pada perkembangan industri teh. Kondisi ini membuat usaha perkebunan teh rakyat semakin merugi. Para petani harus menjual teh dengan harga Rp 400 500 per kilogram sementara biaya perawatan teh mencapai Rp 700 per kg sehingga petani merugi dari tahun ke tahun (www.csrreview-online.com). Menurut Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) jumlah produksi teh negara Indonesia menempati urutan ke tujuh setelah Cina, India, Kenya, Sri Lanka, Turki, dan Vietnam. Jumlah produksi dapat dilihat pada Tabel 1. 1

Tabel 1. Jumlah produksi teh dunia dari tahun 2006 2008 Negara 2006 2007 2008 Cina 1,047,345 1,183,002 1,257,384 India 928,000 949,220 805,180 Kenya 310,580 369,600 345,800 Sri Lanka 310,800 305,220 318,470 Turki 201,866 206,160 *1,100,257 Vietnam 151,000 164,000 174,900 Indonesia 146,858 150,224 150,851 Jepang 91,800 94,100 94,100 Argentina 72,129 76,000 76,000 Iran 59,180 60,000 60,000 Bangladesh 58,000 58,500 59,000 Malawi 45,009 46,000 46,000 Uganda 34,334 44,923 42,808 Negara-negara lain 189,551 193,782 205,211 Sumber : The Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations as of January 2010 in www.wikipedia.com Komoditi teh mampu menjadi sumber pendapatan bagi negara dan masyarakat Indonesia. Namun dengan permasalahan-permasalahan yang semakin berlarut-larut, komoditi teh dapat merugikan kehidupan petani/buruh dan industri. Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang lebih lanjut untuk membantu para petani/buruh dan sektor industri teh dalam menemukan jalan keluar seperti analisis biaya produksi teh. Penurunan areal teh di Indonesia telah mempengaruhi jumlah produksi teh nasional. Penurunan pertumbuhan produksi teh pada tahun 2004 berkisar 2,95%. Meski demikian, di beberapa propinsi seperti Jawa Tengah, DIY dan Sumatera Barat, penurunan areal tidak berpengaruh pada produksi mereka, bahkan produksi teh mengalami peningkatan. Dalam hal produksi, Jawa Barat merupakan penghasil teh terbesar di Indonesia. Propinsi ini menghasilkan 70% dari total produksi teh nasional. Propinsi lain yang juga merupakan penghasil teh terbesar adalah Sumatera Utara dan Jawa Tengah. Produksi teh di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Produksi teh tahun 2000-2008 Tahun Nasional Jawa Barat 2000 162.587,00 110.960,00 2001 166.867,00 113.840,00 2002 165.194,00 111.142,00 2003 169.821,00 115.813,00 2004 167.136,00 117.301,00 2005 167.276,00 120.666,00 2006 146.858,00 103.070,00 2007 150.623,00 109.957,00 2008 150.851,00 110.651.00 Sumber : Departemen Pertanian (www.database.deptan.go.id) 2

1. Ekspor Teh Penjualan komoditi teh Indonesia sangat bergantung pada ekspor. Enam puluh lima persen produksi teh Indonesia ditujukan pada pasar ekspor. Kondisi ini tidak lepas dari peran dan kebijakan pemerintah yang ingin menggalakkan penerimaan devisa dengan mendorong produsen untuk berorientasi pada ekspor. Ketergantungan ini menimbulkan implikasi yang buruk pada perkembangan teh di Indonesia. Harga teh di Indonesia sangat dipengaruhi oleh jumlah permintaan dan ketersediaan komoditi teh di tingkat dunia. Apabila pasokan dunia berlimpah, maka harga teh Indonesia akan turun drastis. Akibatnya, banyak petani yang mengalami kerugian karena menjual teh dengan harga di bawah biaya perawatan akhirnya menjual tanah perkebunan tehnya atau mengkonversi menjadi perkebunan kelapa sawit, sayuran dan lain-lain. Perkembangan ekspor teh mengalami penurunan selama sembilan tahun terakhir ini yaitu dari tahun 1993 dengan jumlah 123.900 ton menjadi 100.185 ton pada tahun 2002. Rata-rata perkembangan ekspor teh menurun 2,1% per tahun. Hal ini disebabkan oleh lemahnya daya saing teh Indonesia di pasar dunia. Lonjakan ekspor teh baru terjadi pada tahun 2003. Lonjakan ekspor teh pada tahun 2003 tidak diteruskan pada tahun 2004. Pada tahun 2004 Indonesia mengalami penurunan ekspor teh dan hanya mencapai volume sebesar 88.176 ton. Penurunan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor termasuk adanya penurunan konsumsi di Inggris dan negara-negara Eropa lainnya. Pangsa pasar teh Indonesia terus mengalami penurunan. Bahkan beberapa pasar utama teh yang dikuasai Indonesia telah diambil alih oleh negara produsen teh lainnya. Pasar-pasar yang kurang dapat dipertahankan Indonesia adalah Pakistan, Inggris, Belanda, Jerman, Irlandia, Rusia, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, Siria, Taiwan, Mesir, Maroko, dan Australia (Suprihatini, 2000). Indonesia mengalami penurunan pangsa pasar dari 5,4% di tahun 1997 menjadi 3,9% pada tahun 2001. Dari data penguasaan pangsa nilai ekspor seluruh jenis teh, pada tahun 2001 Indonesia merupakan negara pengekspor teh terbesar pada urutan ketujuh di dunia setelah India (18,9%), Cina (17,1%), Sri Lanka (15,2%), Kenya (7,9%), Inggris (7.9%) dan Uni Emirat Arab (4%). Dengan jumlah pangsa pasar ekspor yang semakin kecil dan sebagian besar produk ekspor berupa produk hulu yaitu teh curah, nilai ekspor Indonesia semakin jauh tertinggal dibanding dengan negara-negara lain. Berbeda dengan negara-negara seperti Jepang, Inggris, Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab, meskipun mereka mengimpor teh, tetapi mereka mampu memberikan nilai tambah pada teh dengan mengolahnya menjadi produk hilir dan mengekspornya dengan harga lebih tinggi. Kurang berkembangnya industri hilir teh di dalam negeri menyebabkan harga jual teh Indonesia tetap rendah. Ekspor tertinggi teh Indonesia adalah teh hitam curah. Ekspor komoditi jenis ini mencapai 85,5%. Sementara itu, sebagian besar pertumbuhan pasar teh hitam curah dunia justru mengalami penurunan. Hanya negara-negara tertentu saja yang mengalami peningkatan pertumbuhan pasar, misalnya negara Uni Emirat Arab, Federasi Rusia, Jepang dan Polandia. Pasar teh hitam curah di Ingris, Jerman dan Amerika Serikat diduga telah menglami kejenuhan yang tercermin dari pertumbuhan pasarnya yang negatif (Suprihatini, 2005). Pertumbuhan pasar teh hijau curah dunia justru menunjukkan kecenderungan meningkat. Namun jumlah ekspor Indonesia untuk komoditi teh hijau curah masih kecil, hanya 8,4%. Secara umum kondisi daya saing teh hijau curah Indonesia di pasar teh dunia relatif lebih baik dibanding dengan komoditas teh hitam curah. Indonesia masih mempunyai peluang untuk meningkatkan ekspor teh hijau curah karena potensi pasar dunia untuk komoditi ini masih cukup besar. 3

Beberapa negara di dunia mengalami kecenderungan penurunan pertumbuhan pasar teh hitam kemasan. Meski demikian, ada beberapa negara yang mempunyai pertumbuhan pasar teh hitam tinggi antara lain Saudi Arabia, Amerika Serikat, Kanada dan Perancis. Pertumbuhan pasar teh hitam kemasan tertinggi adalah Saudi Arabia. Sayangnya, pada tahun 1997 dan 2001 belum terdapat ekspor teh hitam kemasan Indonesia ke pasar Saudi Arabia. Pasar utama produk teh hijau kemasan yang memiliki pertumbuhan pasar tinggi adalah Jepang, Maroko, Perancis, Amerika Serikat, Saudi Arabia dan Kanada. Diantara negara-negara tersebut, hanya Saudi Arabia yang menjadi negara tujuan utama ekspor teh hijau kemasan Indonesia. Padahal di dalam pasar ini, Indonesia hanya menguasai pangsa pasar sebesar 2,5% dan kalah bersaing dengan teh hijau kemasan asal Sri Langka (Suprihatini, 2005). 2. Konsumsi dan Harga Teh Tabel Tingkat konsumsi teh dunia per kapita/tahun menunjukkan besarnya permintaan teh dunia. Ini merupakan peluang pasar bagi negara-negara produsen untuk memperoleh pendapatan. Negara-negara dengan tingkat konsumsi teh terbesar dapat menjadi pilihan target ekspor negaranegara produsen teh. Tabel 3. Tingkat konsumsi teh terbesar per kapita Urutan Negara Tingkat konsumsi 1 Turki 2.5 kg (88 oz) 2 Inggris 2.1 kg (74 oz) 3 Irlandia 1.5 kg (53 oz) 4 Moroko 1.4 kg (49 oz) 5 Iran 1.2 kg (42 oz) 6 Mesir 1.1 kg (39 oz) 7 New Zealand 1 kg (35 oz) 7 Polandia 1 kg (35 oz) 8 Jepang 0.9 kg (32 oz) 9 Belanda 0.8 kg (28 oz) Sumber : www.wikipedia.com Tingkat konsumsi teh negara Indonesia kecil dibanding negara-negara lain di dunia. Meskipun mengalami kenaikan tiap tahunnya, jumlah konsumsi teh Indonesia belum memberikan kontribusi yang signifikan bagi penjualan domestik komoditi teh. Salah satu sebab rendahnya konsumsi teh dalam negeri adalah kurangnya informasi manfaat teh sebagai minuman kesehatan. Harga komoditi Indonesia sangat ditentukan oleh supply dan demand teh internasional. Harga teh Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2002, harga teh Indonesia lebih tinggi dibanding dengan harga pada tahun 2003. Harga teh kembali naik pada tahun 2004 (www.csrreview-online.com). B. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah a. Mempelajari struktur biaya produksi teh pada PTPN VIII, Kebun Cisaruni Jawa Barat. b. Menghitung nilai titik impas dengan menggunakan analisis biaya. c. Mengetahui kelayakan produksi teh dengan metode Net Present Value (NPV), Iinternal Rate of Return (IRR), dan Benefit Cost Ratio(B/C). 4

C. RUANG LINGKUP Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII, Kebun Cisaruni Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dimulai pada bulan april 2010 sampai juni 2010. Perusahaan ini dipilih dengan pertimbangan bahwa PT. Perkebunan Nusantara VIII, Kebun Cisaruni adalah perusahaan yang bergerak dibidang pertanian dengan mengembangkan usaha perkebunan dan berpengalaman cukup lama. Penelitian ini dititikberatkan pada struktur biaya produksi yang dikeluarkan selama proses produksi. 5