BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. dan lain sebagainya. Pemahaman tentang praktik good corporate

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. (manajer). Proksi Discretionary Accrual (DA) merupakan salah satu cara untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Tingginya nilai perusahaan dapat

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai good corporate governance mulai populer khususnya di

BAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang popular. Alasan Corporate Governancemenjadi topik yang popular adalah,

BAB 1 PENDAHULUAN. kesimpulan bahwa sistem corporate governance yang buruk dalam. menimpa negara-negara ASEAN. Praktik-praktik corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik. Penerapan corporate governance dalam dunia usaha merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. tanggal 19 Oktober Pada saat itu pengaruh financial perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi atas hasil yang diperoleh dari seluruh aktivitas perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance di perusahaan publik, bank maupun BUMN. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate governance telah menjadi topik bahasan utama dalam. bisnis global seiring dengan meningkatnya kompleksitas dan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh manajemen adalah dengan melakukan pengaturan laba.

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Peranan bank yang utama yaitu memobilisasi dana dari masyarakat

keuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain

BAB I PENDAHULUAN. Isu-isu mengenai Good Corporate Governant (GCG) saat ini telah. perusahaan, masyarakat profesional, universitas dan pembuat lembaga

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi kompetisi global seperti ini, Good Corporate Governance (GCG)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB 1 PENDAHULUAN. Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan perusahaan (Yustini dan Cholis, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. melihat kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Nilai perusahaan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya dengan ukuran keuangan. Pengukuran dengan aspek keuangan lebih

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan ngkatan

Oleh: Inayah B

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

Sub Sektor Bank BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah

PENDAHULUAN. perusahaan yang ditransaksikan di bursa untuk perusahaan yang sudah go public. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memilih metode maupun estimasi yang akan digunakan. Fleksibilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Pasar modal perusahaan real estate and property di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi nilai perusahaan dianggap semakin sejahtera pula pemiliknya.

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Namun terkadang dalam menjalankan aktivitas perusahaan, para manajer sebagai pengelola perusahaan mempunyai tujuan yang berbeda dengan perusahaan lainnya terutama dalam hal peningkatan prestasi individu dan kompensasi yang akan diterima, sehingga akan menyebabkan jatuhnya harapan investor tentang pengembalian (return) atas dana yang telah mereka tanamkan. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu sistem yang dapat menjembatani pemisahan kepentingan antara pemilik dan pengelola di dalam suatu perusahaan. Pemisahan ini diharapkan dapat mensejajarkan kepentingan pemilik atau pemegang saham dengan kepentingan manajer selaku pengelola perusahaan. Sistem tersebut adalah pengelolaan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance - GCG) yang diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Menurut kajian yang dilakukan Berledan Means (dalam Mulyati, 2011) isu corporate governance dilatar belakangi adanya teori agency (Agency Theory) yang menyatakan bahwa permasalahan agency (agency problem) muncul ketika kepengurusan suatu perusahaan terpisah dari pemiliknya. Dewan komisaris yang berperan sebagai agent dalam suatu perusahaan diberi kewenangan untuk

mengurus jalannya perusahaan dalam mengambil keputusan atas nama pemilik, namun agent tersebut mempunyai kepentingan yang berbeda dengan pemegang saham (pemilik). Menurut Tjager et al. (dalam Mulyati, 2011), agency problem yang muncul sebagai akibat adanya hubungan antara agent dengan pemilik ketika timbul konflik kepentingan antara pemilik atau pemegang saham dan para direksi (top management). Para pemilik mengalami kesulitan untuk memverifikasi apa yang sesungguhnya dikerjakan manajemen dan juga ketika pemilik dan direksi mempunyai sikap yang berbeda terhadap resiko. Konflik kepentingan tersebut dapat diminimalkan dengan suatu mekanisme yang mampu mensejajarkan kepentingan pemegang saham selaku pemilik dengan kepentingan manajemen. Mekanisme tersebut dikenal sebagai tata kelola perusahaan yang baik (GCG) yaitu mekanisme untuk mengendalikan, mengatur dan mengelola bisnis untuk meningkatkan kemakmuran dan akuntabilitas perusahaan yang pada akhirnya mewujudkan shareholder value. Disamping itu GCG berperan sebagai alat untuk menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat ini tergantung pada efektifitas penerapan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik didalam sebuah perusahaan (Surya, 2008). Lemahnya penerapan good corporate goverance (GCG) sering disebut sebagai penyebab krisis keuangan di negara-negara di Asia, hal ini dikarenakan semakin terpisahnya hubungan para pemegang saham dengan manajemen, kurangnya transparan perusahaan dalam pelaporan kinerja keuangan, semakin tidak terkendalinya pengelolaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan

kelangsungan hidup perusahaan dan tidak efektifnya komite pengawas. Hal ini akan menyebabkan perusahaan tidak dapat mencapai tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang, yaitu profit dan market value yang maksimal (Daniri, 2000). Pendapat ini juga didukung oleh Newel dan Wilson (dalam Sabrinna, 2010) dalam artikelnya yang berjudul A Premium for Good Governance yang menyatakan bahwa secara teoritis praktek good corporate governance dapat meningkatkan nilai perusahaan diantaranya meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi resiko yang muncul akibat tindakan pengelola yang cenderung menguntungkan diri sendiri. Menurut Kaihatu (2006), ada dua alasan utama yang menyebabkan pelaksanaan good corporate governance di kalangan perusahaan tercatat masih amat marjinal, yaitu (1) mayoritas perusahaan yang tercatat di PT. Bursa Efek Indonesia (PT. BEI) merupakan perusahaan milik keluarga; (2) praktik-praktik ketidakjujuran dalam mengelola perusahaan sudah berlangsung cukup lama, sehingga tidaklah mudah untuk menghilangkannya. Kaihatu (2006) juga menyatakan bahwa dari berbagai hasil penelitian lembaga independen menunjukkan bahwa pelaksanaan good corporate governance di Indonesia masih sangat rendah, hal ini terutama disebabkan oleh kenyataan bahwa perusahaanperusahaan di Indonesia belum sepenuhnya memiliki corporate culture sebagai inti dari good corporate governance. Pemahaman tersebut membuka wawasan bahwa korporat kita belum dikelola secara benar, atau dengan kata lain, korporat kita belum menjalankan governansi.

Sejak tahun 2000, Bapepam bersama dengan pihak-pihak yang terkait lainnya, terlibat aktif dalam kegiatan yang mendorong penerapan prinsip-prinsip good corporate governance kepada semua pelaku pasar di pasar modal indonesia. Penerapan prinsip-prinsip good corporate governance diyakini dapat membangun serta mewujudkan kinerja perusahaan yang lebih baik sehingga tercipta pasar modal yang sehat. Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah kinerja perusahaan. Isu mengenai corporate governance mulai mengemuka, khususnya di Indonesia pada tahun 1998 ketika Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan. Banyak pihak yang mengatakan lamanya proses perbaikan di Indonesia disebabkan oleh sangat lemahnya corporate governance yang diterapkan dalam perusahaan di Indonesia. Sejak saat itu, baik pemerintah maupun investor mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktek corporate governance. Penerapan good corporate governance (GCG) merupakan upaya yang cukup signifikan untuk melepaskan diri dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Peran dan tuntutan investor dan kreditor asing mengenai penerapan prinsip good corporate governance merupakan salah satu faktor dalam pengambilan keputusan berinvestasi pada suatu perusahaan. Penerapan prinsip good corporate governance dalam dunia usaha di Indonesia merupakan tuntutan zaman agar perusahaan-perusahaan yang ada jangan sampai terlindas oleh persaingan global yang semakin keras. Prinsip-prinsip dasar dari good corporate

governance (GCG) pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan. Adapun prinsip-prinsip utama dari good corporate governance yang menjadi indikator, sebagaimana ditawarkan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) adalah : 1. fairness (kewajaran), 2. disclosure/transparency (keterbukaan / transparansi), 3. accountability (akuntabilitas), 4. responsibility (responsibilitas), dan 5. independency (kemandirian). Salah satu upaya Bapepam untuk menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance yaitu dengan mengeluarkan aturan yang mewajibkan setiap perusahaan publik untuk memiliki komisaris independen, direktur independen, komite audit, sekretaris independen dan komite renumerasi dalam rancangan undang-undang (RUU) Pasar Modal. Secara umum penerapan prinsip-prinsip good corporate governance secara konkret, memiliki tujuan terhadap perusahaan sebagai berikut : 1. memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing, 2. mendapatkan cost of capital yang lebih murah, 3. memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan, 4. meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholder terhadap perusahaan, dan

5. melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum. Isu yang penting dan kontroversial mengenai corporate governance adalah mengenai struktur kepemilikan saham yang terkait dengan peningkatan kinerja perusahaan. Kemungkinan suatu perusahaan berada pada posisi tekanan keuangan juga banyak dipengaruhi oleh struktur kepemilikan perusahaan tersebut. Struktur kepemilikan tersebut menjelaskan komitmen dari pemiliknya untuk menyelamatkan perusahaan (Wardhani, 2005) dalam (Dini, 2010). Struktur kepemilikan sangat penting dalam menentukan nilai perusahaan. Dua aspek yang perlu dipertimbangkan ialah (1) konsentrasi kepemilikan perusahaan oleh pihak luar (outsider ownership concentration) dan (2) kepemilikan perusahaan oleh manajer (manager ownership). Pemilik perusahaan dari pihak luar berbeda dengan manajer karena kecil kemungkinannya pemilik dari pihak luar terlibat dalam urusan bisnis perusahaan sehari-hari (Widyastuti, 2004) dalam (Dini, 2010). Pengelolaan good corporate governance juga tidak lepas dari berperannya organ tambahan seperti yang telah diatur oleh Bapepam yaitu: komisaris independen, direktur independen, komite audit, dan sekretaris perusahaan. Organorgan tersebut diharapkan dapat meningkatkan penerapan good corporate governance di dalam perusahaan-perusahaan di Indonesia serta meningkatkan perlindungan bagi kreditor. Adanya komisaris independen tidak terlepas dari keberadaan komisaris (pada umumnya). Organ ini bertugas mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perusahaan serta diharapkan dapat menciptakan keseimbangan

berbagai kepentingan para pihak, yaitu pemegang saham utama, direksi, komisaris, manajemen, karyawan, maupun pemegang saham publik. Direktur independen bertanggung jawab penuh atas manajemen perusahaan apakah sudah sesuai dengan seluruh ketentuan yang berlaku dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundangan yang berlaku. Komite audit bertanggung jawab dalam melakukan pemeriksaan terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan serta mengawasi laporan keuangan perusahaan. Return on assets (ROA) digunakan sebagai salah satu alat untuk melakukan pengukuran kinerja keuangan perusahaan yang menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba. Laporan keuangan adalah sebuah produk informasi yang dihasilkan yang sangat penting yang berkaitan dengan kondisi perusahaan sehingga dalam penyusunannya tidak bisa terlepas dari proses penyusunannya. Oleh karena itu, setiap kebijakan dan keputusan yang diambil dalam proses penyusunan laporan keuangan akan sangat mempengaruhi sekali dalam penilaian kinerja perusahaan. Industri Manufaktur merupakan bidang yang menjanjikan untuk berkembang di Indonesia. Namun berdasarkan data Bursa Efek Indonesia ada beberapa perusahaan Manufaktur yang tidak memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada publik sebagai wujud tanggung jawab atas pengelolaan perusahaan sehingga ada beberapa manajer yang mungkin dapat melakukan manajemen laba dan perusahaan tersebut kehilangan kepercayaan

investor. Hal ini menarik untuk diteliti karena informasi tersebut berkaitan dengan citra perusahaan. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan adanya pengaruh pengaruh good corporate governance dan struktur kepemilikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2005), dengan judul Hubungan Antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan. yaitu meneliti mengenai hubungan antara good corporate governance yang diwakili oleh proksi disclosure laporan keuangan dan accruals terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini menggunakan variabel independen yang terdiri dari: struktur kepemilikan, discretionary accrual sebagai proksi manipulasi laba yang mencerminkan akuntanbilitas, serta voluntary disclosure sebagai proksi transparency dan yang menjadi variabel dependennya yaitu kinerja perusahaan. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis diskriptif statistik, uji asumsi klasik, dan pengujian regresi. Penelitian ini menghasilkan suatu kesimpulan, antara lain yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara manajemen laba dengan kinerja perusahaan, dan terdapat hubungan yang signifikan antara disclosure dengan kinerja perusahaan. Disamping itu penelitian Nur aeni (2010) yang berjudul Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Kinerja Perusahaan. Penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan publik, dan kepemilikan asing serta kinerja perusahaan

sebagai variabel dependen. Kinerja perusahaan diukur dengan Return on Assets (ROA). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan model analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Adapun hasil dari penelitiannya adalah kepemilikan institusional dan kepemilikan asing dalam perusahaan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Aji (2012) berjudul Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. Penelitian ini bertujuan untuk menguji corporate governance terhadap earning management. Variabel independen dalam penelitian ini merupakan struktur corporate governance yaitu ukuran dewan direksi, dewan komisaris independen, reputasi auditor, komite audit, dan ukuran perusahaan. Variabel dependen pada penelitian ini adalah earning management yang diukur dengan menggunakan discretionary accrual. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) dalam periode 2008-2010. Metode pengumpulan data menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda untuk analisis data. Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran dewan direksi dan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap earnings management. Sedangkan dewan komisaris independen, reputasi auditor, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap earnings management. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul yaitu: Pengaruh Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap

Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, terdapat dua permasalahan yang dapat dikemukakan pada penelitian ini. 1. Apakah kepemilikan publik, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, ukuran komite audit dan struktur kepemilikan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan? 2. Apakah kepemilikan publik, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, ukuran komite audit dan struktur kepemilikan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Sebagaimana telah dinyatakan dalam rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris mengenai : 1. pengaruh secara parsial kepemilikan publik, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, ukuran komite audit dan struktur kepemilikan terhadap kinerja keuangan perusahaan; 2. pengaruh secara simultan kepemilikan publik, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, ukuran komite audit, dan struktur kepemilikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

1.3.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih baik kepada berbagai kalangan, yaitu bagi peneliti, peneliti selanjutnya, perusahaan, dan pemegang kepentingan. 1. Peneliti Diharapkan menjadi sarana pengembangan terhadap ilmu pengetahuan yang pernah di peroleh dari jenjang perguruan tinggi yang berfokuskan pada akuntansi keuangan. 2. Peneliti selanjutnya Diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi dan bahan pembanding bagi peneliti selanjutnya terhadap jenis materi yang sama sehingga keterbatasan yang ada pada penelitian ini dapat lebih disempurnakan. 3. Perusahaan Penelitian ini dapat berguna sebagai bahan informasi yang dapat menjadi dasar pertimbangan dan evaluasi atas kebijakan manajemen atau perusahaan yang terkait dengan nilai perusahaan. 4. Pemegang kepentingan (Stakeholders) Stakeholders menjadi pihak yang penting akan keberadaan suatu perusahaan. Sehingga Stakeholders perlu mengetahui segala informasi yang terkait dengan corporate governance, yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan dan kinerja keuangan.

1.4 Sistematika Penelitian Adapun sistematika penelitian Pengaruh Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah: BAB I : Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian. BAB II : Landasan Teori yang terdiri atas teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabelvariabel yang diteliti dan teori-teori lain yang berasal dari penelitian yang telah ada sebelumnya. BAB III : Metode Penelitian yang terdiri atas jenis dan sumber data, sampel, metode pengumpulan data, jenis dan sumber data, defenisi operasional, variabel penelitian, pengukuran variabel, dan metode analisis data. BAB IV : Pembahasan yang terdiri atas hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis. BAB V : Penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran.