BAB I PENDAHULUAN. bisnis menyebabkan semakin tingginya tantangan untuk mengelola risiko yang harus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemakai informasi lainnya, maka risk management disclosure haruslah

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dihadapi. Penerapan sistem risk management merupakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Manajemen risiko telah menjadi bagian dalam pertimbangan untuk menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik. pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep-

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan risiko tersebut kepada pihak lain. terdiri dari pengungkapan kuantitatif dan kualitatif. Untuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. posisi keuangan (Fujianti, 2015). Laporan keuangan juga menunjukkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. Treadway Commission (COSO) mendefinisikan Enterprise Risk

BAB I PENDAHULUAN. penting yang berkaitan dengan kondisi perusahaaan, keandalan dari informasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam aktivitas bisnisnya tidak akan lepas dari risiko

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dan pengelolaan risiko. Sebuah bisnis yang berkembang harus

ABSTRAK. Kata Kunci : ERM, Corporate Governance structure, konsentrasi kepemilikan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempengaruhi perekonomian menjadi tidak stabil. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran konsumsi sangat mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. depan dan mendapatkan pengembalian dalam jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyesuaikan diri serta beradaptasi dalam menghadapi perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. keuangan maupun nonkeuangan. Bank Indonesia menjelaskan bahwa fungsi

BAB 1 1. PENDAHULUAN. Pengungkapan sukarela corporate governance merupakan penyampaian informasi

Dr. Imam Subaweh, SE., MM., Ak., CA

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan Enron. Kasus Enron berdampak sangat luas terhadap. pihak mengalami kecemasan bahwa skandal-skandal tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan perusahaan (Yustini dan Cholis, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN. selalu berhadapan dengan masalah pengelolaan perusahaan dan pengawasan aktiva.

BAB I PENDAHULUAN. dari kinerja suatu perusahaan selama periode tertentu. Laporan keuangan ini

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen dan auditor. Terkuaknya skandal Enron Corporation dan WorldCom

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. 2003) mengenai manipulasi laporan keuangan, serta sering terjadinya mogok kerja

BAB I PENDAHULUAN. termasuk juga di Indonesia. Selama krisis finansial global tersebut, sektor

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Umumnya dalam pengelolaan perusahaan, laporan keuangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada tingkat kelengkapan pengungkapan (disclosure) laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholder. Media yang paling utama untuk menarik para stakeholder dengan

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pasar modal yang diperkuat dengan sistem otomatisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Menurut Salvatore (2005) dalam Debby, Mukhtaruddin, Yuniarti,

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi dan politik yang terjadi pada pertengahan tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. buku satu periode. Ada tiga macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang disajikan harus dapat dipahami, dapat dipercaya, relevan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi mengenai perasahaan yang go public kepada pihakpihak

BAB I PENDAHULUAN. para manager perusahaan Indonesia diharuskan untuk memberikan laporan. perusahaan-perusahaan Indonesia semakin terpuruk.

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Kasus yang menimpa Enron dan WorldCom menjadi salah satu contoh

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan investasi yang sudah dikeluarkan dapat diperoleh kembali dengan. Perusahaan dapat memberikan return yang tinggi kepada

BAB I PENDAHULUAN. Dipercepatnya program AEC (Asean Economic Community) yang awal

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan setiap orang mempunyai peran dan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi nilai perusahaan dianggap semakin sejahtera pula pemiliknya.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan dasar untuk menyusun perencanaan kegiatan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi. Perusahaan selalu dihadapkan dengan kenyataan high risk bring about

BAB I PENDAHULUAN. nilai perusahaan untuk mendapatkan pengelolaan yang baik maka perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah di Indonesia. Pengembangan perbankan syariah yang

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting bagi perusahaan publik. Hal ini dilakukan sebagai wujud

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan informasi yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMA KASIH... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada para stakeholder, laporan

BAB I PENDAHULUAN. di wilayah Asia Timur dan kasus subprime mortgage di Amerika pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. menerbitkan Standards Australia of the world s risk management standard, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi atas hasil yang diperoleh dari seluruh aktivitas perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Pasar modal perusahaan real estate and property di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kasus Enron dan WorldCom yang terjadi pada awal abad ke-21 memang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan go public di Indonesia menjadikan laporan keuangan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB 1 PENDAHULUAN. prinsipal. Namun, ditemui ada konflik kepentingan antara agen dan prinsipal

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan kegiatan bisnisnya.

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DALAM LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, GCG) telah

BAB I PENDAHULUAN. menguasai informasi (Soewardjono, 2005 dalam Yenibra, 2014). Asimetri

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akuntansi menghasilkan laporan kegiatan ekonomi dari suatu entitas yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 3.1 Latar Belakang. perusahaan dan kemakmuran pemilik perusahaan adalah salah satu cara yang

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan pasar bebas ASEAN, dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian yang berhasil diraih perusahaan dalam setahun yang berisi informasi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya perubahan teknologi, globalisasi dan transaksi bisnis menyebabkan semakin tingginya tantangan untuk mengelola risiko yang harus dihadapi oleh setiap perusahaan. dalam hal ini pengelolaan manajemen resiko yang baik dan terstruktur berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud maupun tidak berwujud. manajemen risiko merupakan suatu pengendalian yang menyediakan informasi keuangan bagi setiap tingkatan baik manajemen, para pemilik atau pemegang saham, kreditur dan para pemakai laporan keuangan (stakeholder) lain yang dijadikan dasar pengambilan keputusan ekonomi. kebijakan dan prosedur yang digunakan secara langsung dimaksudkan untuk mencapai sasaran dan menyediakan laporan keuangan yang transparan serta menjamin dipatuhinya hukum dan peraturan agar tidak menimbulkan kerugian. Pada saat ini perbincangan mengenai manajemen risiko semakin hangat dalam dunia bisnis khususnya di Amerika Serikat, akibat runtuhnya beberapa perusahaan AS baik karena kecurangan maupun penipuan pelaporan akuntansi seperti yang dialami oleh Enron dan Worldcom membuat beberapa perusahaan berinisiatif untuk meningkatkan good corporate governance dengan memberikan perhatian terhadap peran dari manajemen risiko (Subramaniam, lt αl., 2009). committee of sponsoring of organization of the treadway commision (COSO) yaitu 1

2 sebagai komite yang dibentuk oleh inisiatif sektor swasta di Amerika Serikat dengan tujuan utama mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan penggelapan laporan keuangan dan membuat rekomendasi, mengembangkan panduan International Control Integrated Framework menjadi enterprise risk management Integrated Framework pada tahun 2004 yang merupakan konsep, pedoman dan arahan yang jelas dalam mengelola risiko. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 142/PMK.010/2009 menjelaskan bahwa risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian dan manajemen risiko adalah pendekatan sistematis untuk menentukan tindakan terbaik dalam kondisi ketidakpastian tersebut. Lebih banyak pihak yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan menyebabkan semakin banyak pula informasi yang perlu diungkapkan. Informasi yang diungkapkan harus dapat dipahami, dipercaya, relevan, dan transparan, karena informasi tersebut menjadi dasar pengambilan keputusan bagi pengguna informasi tersebut khususnya pihak investor. hal tersebut disebabkan kegiatan investasi merupakan suatu kegiatan yang mengandung risiko dan ketidakpastian. karena risiko yang melekat ini, maka informasi yang disajikan oleh perusahaan diharapkan dapat mengurangi tingkat risiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh investor. dengan demikian, maka diperlukan pengungkapan (disclosure) yang memadai (Fathimiyah dkk, 2011). Banyak peneliti yang mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang memperburuk kondisi Indonesia pada saat krisis tahun 1997 adalah lemahnya corporate governance. hal ini ditandai dengan kurang transparannya pengelolaan

3 perusahaan. manajemen risiko dimulai dari adanya kesadaran manajemen menyadari bahwa risiko itu pasti ada di dalam suatu perusahaan. penerapan manajemen risiko yang baik harus memastikan bahwa organisasi tersebut mampu memberikan perlakuan yang tepat terhadap risiko yang akan mempengaruhinya. Informasi mengenai manajemen risiko sangat berguna bagi para pemangku kepentingan, khususnya bagi para investor. informasi ini berguna bagi investor untuk melakukan analisis risiko agar pengembalian yang diharapkan dapat terpenuhi. manajemen risiko mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk good corporate governance. pengungkapan risiko oleh perusahaan sangat berguna bagi para stakeholder untuk pengambilan keputusan dalam menanamkan saham. Pengungkapan risiko juga merupakan salah satu cara perusahaan untuk berkomunikasi dengan para stakeholdernya. melalui pengungkapan risiko, perusahaan dapat memberikan informasi khususnya informasi mengenai risiko yang terjadi di perusahaan. luas pengungkapan manajemen risiko menunjukkan kemampuan sebuah perusahaan dalam mengelola manajemen risikonya dan membuktikan bahwa perusahaan berusaha untuk memuaskan kebutuhan akan informasi yang dibutuhkan oleh para stakeholder. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewaspadai adanya risiko gangguan yang ada pada sistem keuangan akibat adanya fenomena konglomerasi keuangan di Indonesia. salah satu bentuk usaha yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan system pengawasan dan manajemen risiko group konglomerasi keuangan yang ada di tanah air. konglomerasi keuangan yang dimaksud adalah

4 kelompok usaha besar yang bergerak di industri jasa keuangan dan saling memiliki keterkaitan satu sama lain, semacam Lehman Brothers di Amerika Serikat (AS). Kepala departemen pengembangan, pengawasan dan manajemen krisis otoritas jasa keuangan, Boedi Armanto menuturkan, sistem pengawasan dan manajemen risiko ini telah diuji coba kepada tiga grup konglomerasi keuangan yaitu Group Mandiri, Group Danamon dan Group Panin sebagai proyek percontohan. "Pilot project ini masih trial and error, hasilnya kami lihat untuk dijadikan acuan dalam penyusunan (system pengawasan dan manajemen risiko)," kata Boedi di Gedung Otoritas Jasa Keuangan, Jakarta, Kamis (25/9/2014). Ia menjelaskan, dari hasil kegiatan pelaksanaan proyek percontohan yang dimulai sejak awal tahun 2014 sampai dengan Juni 2014 kemarin masih ditemukan sejumlah kendala dalam hal pelaksanaan pengawasan. Kendala yang ada terutama terkait proses pengumpulan data dan informasi. Ini diakibatkan, jenis usaha yang dilakukan pada grup lembaga keuangan ini sangat bervariasi dari mulai perbankan, asuransi hingga investasi sehingga membutuhkan metode lebih khusus dalam hal pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan. "kalau di industry perbankan, semua data sudah otomatis, jadi kalau otoritas jasa keuangan perlu data untuk sekarang lebih gampang. sementara di industri lain tidak seperti itu, akan tetapi karena kami melakukan bersama dengan industrinya, akhirnya datanya terkumpul dengan baik. mungkin itu yang perlu diperbaiki untuk ke depannya," ucapnya. dijelaskannya, dari pelaksanaan proyek percontohan ini didapat sejumlah indikator yang nantinya

5 dapat dijadikan sebagai acuan dalam hal tata kelola terintegrasi pada group konglomerasi keuangan."kami juga kurang lebih dapat memperkirakan kebutuhan modal konglomerasi keuangan, dengan data yang sudah ada. Peraturan mengenai pengungkapan risiko di beberapa negara telah menunjukkan keseriusan dunia terhadap pengungkapan manajemen risiko. pengungkapan risiko menjadi sebuah keharusan bagi perusahaan sebagai bentuk pelaporan dan pertanggung jawaban perusahaan terhadap para pengguna laporan tahunan perusahaan. Indonesia pun sudah mulai serius dengan pengungkapan risiko terbukti dari diberlakukannya peraturan pemerintah antara lain PSAK No. 50 (Revisi 2006) tentang instrumen keuangan : pengungkapan dan keputusan ketua BAPEPAM dan LK Nomor : Kep-134/BL/2006 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten dan perusahaan publik. Desender (2007) Beberapa penelitian terdahulu telah membahas hubungan karakteristik dewan komisaris dan perusahaan terhadap manajemen risiko yang diproksikan dengan keberadaan komite manajemen risiko dalam perusahaan diantaranya Subramaniam, lt αl (2009) dan Yatim (2009) yang melakukan penelitian mengenai hubungan karakteristik dewan dan perusahaan terhadap keberadaan komite manajemen risiko disuatu perusahaan. hasil penelitian menyatakan bahwa komite manajemen risiko cenderung berada pada perusahaan yang memiliki CEO independen dan ukuran dewan. komite manajemen risiko yang terpisah dari komite audit secara signifikan berhubungan positif dengan ukuran dewan dan risiko pelaporan keuangan namun berhubungan negatif dengan kompleksitas perusahaan dan Sanusi lt, αl (2012) juga melakukan

6 penelitian mengenai hubungan dewan komisaris independen, pemisahan dewan komisaris dan direksi, reputasi auditor serta kepemilikan institusional terhadap enterprise risk management. hasil penelitian juga menunjukkan keberadaan dewan komisaris independen memiliki hubungan yang sangat signifikan terhadap pelaksanaan manajemen risiko perusahaan apabila dewan komisaris terpisah dengan dewan direksi. Penelitian sejenis sebelumnya telah banyak dilakukan sehingga memperoleh hasil-hasil yang berbeda dan bertentangan sehingga menunjukkan adanya research gap, oleh karena itu penelitian mengenai pengungkapan manajemen risiko menarik untuk diteliti kembali. namun sejauh ini belum pernah dilakukan penelitian mendalam mengenai pengungkapan manajemen resiko pada sector Consumer Goods sebagai variabel yang mempengaruhi pengungkapan manajemen risiko. Fathimiyah (2011) yang meneliti tentang pengaruh struktur kepemilikan terhadap risk management disclosure. akan tetapi di Indonesia sendiri, penelitian tentang pengungkapan manajemen risiko masih sedikit. Penelitian ini menggunakan sampel pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, khususnya pada perusahaan yang masuk dalam sektor Industri Barang Konsumsi/Consumer Goods Industry. dipilihnya perusahaan Consumer Goods Industry dikarenakan produk yang dihasilkan merupakan kebutuhan yang sering dikonsumsi oleh konsumen. hal ini yang menyebabkan pangsa pasar produk consumer goods industry tidak hanya terbatas untuk kalangan tertentu seperti produk industry lain dengan segmen pasar menengah

7 keatas atau menengah kebawah, sehingga industry ini mempunyai prospek yang baik dan dapat menjaga nilai perusahaan agar tetap baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik dewan komisaris, rasio keuangan dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan manajemen risiko. mengingat pentingnya peran dan fungsi pengungkapan manajemen risiko dan masih kurang konsistennya hasil penelitian mengenai manajemen risiko perusahaan di Indonesia maka hal tersebut menjadi motivasi penulis melakukan penelitian. untuk itu penulis tertarik mengambil judul Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris, Rasio Keuangan, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Manajemen Risiko (Studi Empiris terhadap perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2015) 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh Komite Manajemen Risiko terhadap Pengungkapan manajemen risiko? 2. Apakah terdapat pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan manajemen risiko? 3. Apakah terdapat pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap Pengungkapan manajemen risiko?

8 4. Apakah terdapat pengaruh Latar Belakang Pendidikan Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan manajemen risiko? 5. Apakah terdapat pengaruh Leverage terhadap Pengungkapan manajemen risiko? 6. Apakah terdapat pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan manajemen risiko? 7. Apakah terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan manajemen risiko? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh Komite Manajemen Risiko terhadap Pengungkapan manajemen risiko. 2. Mengetahui pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan manajemen risiko. 3. Mengetahui pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap Pengungkapan manajemen risiko. 4. Mengetahui pengaruh Latar Belakang Pendidikan Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan manajemen risiko. 5. Mengetahui pengaruh Leverage terhadap Pengungkapan manajemen risiko. 6. Mengetahui pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan manajemen risiko.

9 7. Mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan manajemen risiko. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Diharapkan penelitian ini menjadi sarana pengembangan dan penerapan ilmu yang telah ditempuh oleh peneliti di jenjang perguruan tinggi. 2. Bagi Akademisi Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan bahan informasi bagi penelitian selanjutnya yang mengambil judul yang sama sebagai bahan penelitian. 3. Bagi Perusahaan Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mendukung mengenai pengoptimalan Dewan Komisaris dan perusahaan dalam mengelola risiko dalam perusahaan. 4. Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat memenuhi informasi mengenai karakteristik Dewan komisaris dan karakteristik perusahaan dalam pengambilan keputusan berinvestasi disebuah perusahaan.

10 1.5. Sistematika Penulisan Skripsi Penelitian ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan mengenai penelitian terdahulu yang menjadi acuan penelitian, landasan teori yang digunakan dan mendukung penelitian, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian untuk diuji. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang rancangan penelitian, batasan penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional dan pengukuran variabel, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, data dan metode pengumpulan data, serta teknik analisis data. BAB IV GAMBARAN SUBYEK DAN ANALISIS DATA Bab ini menjelaskan mengenai gambaran dari subyek penelitian dan membahas analisis data berdasarkan hasil pengujian data. BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian ini, keterbatasan yang terdapat selama penelitian dilakukan dan saran penelitian yang dapat digunakan utamanya bagi penelitian selanjutnya.