BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

I. PENDAHULUAN. Teknologi (IPTEK) yang semakin kompleks di berbagai bidang kehidupan. Untuk

BAB I. ASEAN) melalui penandatanganan Asean Economic Community (AEC), memperbolehkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual, keterampilan dan kreativitas sangat diperlukan, sehingga. kerja atau membuka usaha sendiri (wirausaha).

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia banyaknya para pencari kerja tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IRRA MAYASARI F

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

BAB I PENDAHULUAN. baru menjadi kegiatan yang nyata dalam setiap usahanya. ada namun lapangan kerja yang tersedia sangat sedikit.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di negara maju, para entrepreneur telah memperkaya. pasar dengan produk-produk yang inovatif.

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan menimbulkan banyak pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi masalah besar di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Rencana siswa setalah lulus Jumlah Persentase (%) Manjadi Pegawai Berwirausaha 8 10 Melanjutkan sekolah Total

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya, dan belum sebanyak negara-negara lain yang telah. mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jumlah entrepreneur

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

BAB I PENDAHULUAN. lulusan atau tenaga kerja baru.perkembangan perekonomian Indonesia di prediksi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya akan Sumber Daya Alamnya (SDA). Karena, kecendrungan negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

BAB I PENDAHULUAN. berdampak keras terhadap perekonomian Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. memadai untuk mendapatkan peluang kerja yang kian terbatas. Bukan saja yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. wirausahawan menawarkan kesempatan kepada individu untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

HUBUNGAN ANTARA KREATIVITAS BERWIRAUSAHA DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PERBENGKELAN OTOMOTIF SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. sarjana dan keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1 SD ke bawah , , ,69. 2 Sekolah Menengah Pertama , ,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

Entrepreneurship and Inovation Management

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengangguran menjadi suatu permasalahan khususnya di negara

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya bukan baru-baru ini saja terjadi. Fenomena pengangguran terdidik telah

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

I. PENDAHULUAN. kerja dengan penawaran angkatan kerja yang tersedia. upaya menumbuhkembangkan kewiraswastaan kepada masyarakat luas

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Asyarullah Saefudin, 2014

Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Wirausaha Pada Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Pontianak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan, pengangguran global

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Horne (Mulyasana, 2011, h. 5) menyatakan bahwa : peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk ( 2015). Sementara itu, McClelland dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju suatu bangsa semakin banyak orang yang terdidik, namun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (PTP) di Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengangguran dapat menjadi masalah di sebuah Negara. Dan bukanlah hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taufik Pardita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Indonesia dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. orang lain, lingkungan dan masyarakat, berwirausaha akan memberikan peluang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan terjadi karena perbandingan antara jumlah

PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. akan semakin menjadi lebih baik dan berkembang dalam segala bidang.

BAB I PENDAHULUAN. dari kesadaran manusia akan pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

MENINGKATKAN SIKAP ENTERPRENEURSHIP SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, yang saat ini sudah mencapai lebih 200 juta jiwa, bertambah pula kebutuhan pangan, papan, lapangan kerja, dan pendidikan yang harus dipenuhi. Namun pada kenyataannya, banyak penduduk yang tidak dapat memenuhi kebutuhan iti. Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasioanal (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2014 sebanyak 28,280 juta atau 11,25% dari total 222 juta penduduk. Penduduk miskin bertambah 3 juta orang dibanding yang tercatat pada September 2013. Lapangan pekerjaan kurang sedangkan yang membutuhkan pekerjaan semakin meningkat, sehingga tingginya angka pengangguran di Indonesia sangat memperhatintakan. Pengangguran terjadi karena banyaknya jumlah lulusan baik dari sekolah menengah maupun perguruan tinggi tidak sebanding dengan banyaknya jumlah lowongan pekerjaan yang ditawarkan. Menurut Asisten Deputi Bidang Kepeloporan Pemuda Kementrian Pemuda dan Olahraga, mengatakan bahwa ada fenomena semakin tinggi jenjang pendidikan semakin tinggi ketergantungan pada lapangan kerja. Disebabkan karena terlalu memilih-milih pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan dan kompetensinya, sehingga angka pengangguran terdidik menjadi tinggi. Kebanyak dari mereka berorientasi mencari pekerjaan terutama sebagai pegawai negeri dan pegawai swasta (job seekers), bukan sebagai pencipta lapangan pekerjaan (job creator). Bahkan lulusan SMK semakin sulit mendapatkan pekerjaan Karena tidak banyak terjadi ekspansi kegiatan usaha, dengan kata lain peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak banyak berarti bagi orang yang kurang mampu dalam masalah perekonomian dan penyediaan lapangan pekerjaan, bahkan Putus Hubungan Kerja (PHK) menjadi solusi yang dilematis setiap tahun.

2 Begitu banyaknya orang yang kehilangan pekerjaannya dan mereka sulit untuk mendapatkan pekerjaaan kembali, beberapa orang dari mereka berfikir untuk membuka lapangan pekerjaan sendiri atau berwirausaha agar mampu menyerap tenaga kerja. Menurut sebagian orang, menjadi pengusaha merupakan alternatif pilihan yang tepat, paling tidak berwirausaha berarti menyediakan lapangan kerja bagi diri sendiri tidak bergantung kepada orang lain. Apabila usahanya semakin maju, mampu membuka lapangan kerja bagi orang lain Wirausaha itu sendiri merupakan salah satu yang menentukan maju mundurnya perekonomian, karena bidang wirausaha mempunyai kebebasan untuk berkarja dan mandiri. Senada dengan pendapat Geoffrey G. Meredith (Alam.S Esis, 2007:5) yang menyatakan bahwa: Wirausahawan adalah orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan usaha (bisnis), mengumpulkan berbagai sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan darinya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan bahwa dirinya akan sukses. Sedangkan menurut Suryana (2006:13) yang menyatakan bahwa Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melaui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen. Wirausaha itu cukup menjanjikan, yang akhirnya menciptakan lapangan pekerjaan atau berwirausaha ternyata masih sedikit. Sama halnya dengan beberapa peserta didik yang kebanyakan berfikir ulang untuk berwirausaha karena mereka terbentur pada keterampilan, pengalaman serta modal, sehingga mereka pada akhirnya hanya berharap dapat diterima menjadi karyawan, pegawai, buruh atau menjual tenaganya begitu saja sekedar mengharapkan imbalan jasa. Siswa SMK cenderung berpikir bagaimana nantinya mereka bisa diterima bekerja sesuai dengan tenaga kerja tingkat menengah yang terampil, kreatif, produktif, kompetisi dan gaji yang sesuai, lebih baik meganggur dari pada mendapat pekerjaan yang

3 tidak sesuai dengan keahliannya. Itu pula yang menjadi salah satu penyebab jumlah tenaga kerja jauh lebih banyak dibandingkan dengan lapangan kerja yang tersedia. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa pada tahun 2014 ada lebih dari 6,75 juta pengangguran, ditambah 1,5 juta atau lebih pencari kerja baru lulusan SMK. Menurut data Direktorat Jendral Pemuda dan Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional tahun 2014 dari 20 juta pemuda Indonesia, sebesar 9,97% adalah SMK. 2,60% bekerja pada intansi, dan 24% yang berwirausaha. Biro pusat Statistik (BPS) juga menyebutkan mereka yang pendidikan SMK justru kurang minat berwirausaha hanya 10% yang berminat untuk berwirausaha, dikarenakan adanya beberapa pendapat masyarakat yang memandang sebelah mata terhadap seorang wirausaha. Banyak faktor psikologis yang membentuk sikap negatif masyarakat sehingga mereka kurang berminat terhadap profesi wirausaha, antara lain sifat agresif, ekspansif, bersaing, egois, tidak jujur, kikir, sumber pengahasilan tidak stabil, kurang terhormat, pekerjaan rendah, dan sebagainya. Pandangan semacam ini dianut oleh sebagian besar penduduk, sehingga mereka tidak tertarik. Mereka tidak menginginkan anakanaknya menerjuni bidang ini, dan berusaha mengalihkan perhatian anak untuk menjadi pegawai negeri (Buchari Alma, 2004:2). Membentuk siswa yang berjiwa wirausaha, terlebih dahulu perlu ditanamkan minat berwirausaha. Tahun 1995 pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudidayakan Kewirausahaan (GN-MMK). Tujuannya untuk menumbuhkan budaya kreatif, inovatif di masyarakat baik dikalangan dunia usaha, pendidikan maupun aparatur pemerintah, namun dalam perjalanannya gerakan tersebut kurang mendapat dukungan. Program yang dijalankan pemerintah dalam mengimplementasikan Instruksi Presiden tersebut malah salah arah (http://www.unisosdem.org). Selain itu, pada tahun 2011 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (http://www.setkab.go.id) telah mencanangkan Gerakan Kewirausahaan Nasional

4 (GKN) dalam rangka meningkatkan pembangunan ekonomi, khususnya pengembangan kewirausahaan diseluruh tanah air, adanya GKN diharapkan generasi muda memiliki minat untuk menjadi wirausahawan. Upaya pemerintah untuk meningkatkan minat berwirausaha dikalangan siswa belum sepenuhnya berhasil, berdasarkan pra penelitian penulis pada 370 orang siswa SMK Negeri di Kab. Bandung yang dilaksanakan pada Mei 2014, diperoleh informasi sebagai berikut: Tabel 1.1 Pilihan Karir Setelah Lulus Sekolah Siswa SMK Negeri di Kab. Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 No Kriteria Jumlah Persentase 1 Bekerja di Perusahaan Swasta/ Pemerintahan 305 82% 2 Berwirausaha/ Membangun usaha sendiri 65 18% Total 370 100% (Sumber: Pra Penelitian (data diolah)) Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa minat berwirausaha siswa SMK Negeri di Kab. Bandung rendah, karena siswa lebih memilih untuk mencari pekerjaan dari pada menciptakan pekerjaan sendiri Lebih jelasnya nampak pada Gambar 1.1. 100% 50% 0% 84% Bekerja di Perusahaan Swasta/Perintah 16% berwirausaha Gambar 1.1 Diagram Pilihan Karir Setelah Lulus Sekolah Berdasarkan Gambar 1.1 di atas dapat diketahui bahwa dari 370 responden hanya 65 orang (18%) yang berminat menjadi wirausaha, sedangkan

5 305 orang siswa (82%) cenderung ingin bekerja di perusahaan swasta atau pegawai pemerintahan dari pada berwirausaha. Menunjukan bahwa lulusan yang berwirausaha masih sangat rendah dibanding dengan yang bekerja di pemerintah sedangkan prioritas utama dari sekolah adalah agar lulusan bisa bekerja dan berwirausaha. Masalah rendahnya minat berwirausaha tidak dapat dibiarkan begitu saja, menurut Theory Planned Behavior yang dikemukakan Ajzen (1991:181) bahwa minat berwirausaha merupakan prediktor terbaik yang mempengaruhi perilaku berwirausaha, jadi ketika minat berwirausaha rendah maka perilaku berwirausaha akan rendah, ini artinya tidak akan tercipta wirausaha dan lapangan usaha baru. Rendahnya minat berwirausaha menurut Eka Aprilianty (2012:322) dipengaruhi oleh pengetahuan kewirausahaan yang rendah. Pengetahuan kewirausahaan yang diperoleh siswa melalui pendidikan secara formal maupun non formal dapat menumbuhkan minat berwirausaha, salah satunya faktor yang mempengaruhinya, antara lain rendahnya mental berwirausaha yang dimiliki oleh siswa, karena banyak siswa takut gagal dalam berwirausaha, selain itu juga kurangnya pengetahuan mereka dalam berwirausaha, serta kurang dukungan dari lingkungan salah satunya keluarga. Menurut pendapat Suryana (2006:47) yang menyatakan bahwa: Salah satu faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha adalah faktor internal yang terdiri dari kemampuan afektif dan kemampuan kognitif. Kemampuan afektif mencakup sikap, nilai, aspirasi, perasaan dan emosi yang semuanya bergantung pada lingkungan yang ada. Sedangkan kemampuan kognitif adalah pengetahuan mengenai kewirausahaan yang tercemin melalui proses dan hasil pembelajaran kewirausahaan. Melalui proses belajar di lingkungan sekolah, minat dapat diperoleh dan ditumbuhkan. Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Karno (Githa, 2013:6) Proses identifikasi dan proses belajar turut membentuk minat, maka kegiatan belajar di sekolah pun dapat mempengaruhi pertumbuhan minat. Berdasarkan latar belakang ini peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam lagi tentang minat lulusan siswa SMK untuk melanjutkan berwiraswasta. Judul yang diambil pada penelitian ini yaitu; Studi Eksplorasi Minat Berwirausaha

6 Siswa di SMK (Penelitian Deskriptif pada Siswa SMK Negeri Program Keahlian Teknik Kendaraan).

7 B. Identifikasi Masalah Penelitian Tujuan diadakan suatu identifikasi masalah dalam suatu penelitian adalah untuk memperjelas kemungkinan permasalahan yang timbul dalam penelitian. Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Rendahnya minat lulusan SMK yang berwirausaha dibandingkan dengan minat bekerja ke industri. 2. Terdapat faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi minat berwirausaha siswa SMK. C. Rumusan Masalah Penelitian Suharsimi Arikunto (2010:30) berpendapat bahwa: Perumusan masalah merupakan langkah suatu problematika penelitian dan merupakan bagian pokok dari kegiatan penelitian. Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tentang minat berwirausaha siswa di SMK? 2. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha siswa di SMK? D. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh gambaran tentang minat berwirausaha siswa di SMK. 2. Memperoleh gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha siswa di SMK. E. Manfaat Penelitian Manfaat pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi sekolah, diharapkan penelitian ini menjadi sumbangan yang baik dalam hal penelusuran minat berwirausaha siswa khususnya siswa SMK. 2. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pentingnya meningkatkan minat berwirausaha sehingga para siswa dapat menjadi seorang wirausaha setelah lulus dan tidak tergantung

8 sebagai pencari kerja bahkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. 3. Bagi penulis, menjadi pelajaran berharga mengenai penelusuran minat berwirausaha yang dapat diaplikasikan pada dunia pendidikan selanjutnya. F. Skruktur Organisasi Penelitian Penelitian ini disajikan dalam bab-bab yang disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Berisi tentang teori-teori dan pendapat-pendapat para ahli yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, antara lain tinjauan tentang minat, tinjauan tentang wirausaha, dan tinjauan tentang minat berwirausaha, kerangka pemikiran, hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Berisi tentang subjek dan lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode dan desain penelitian, alur penelitian, teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian, dan teknik analisis data. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Berisi tentang hasil dari penelitian yang telah dilakukan tentang minat siswa SMK Negeri Program Keahlian Teknik Kendaraan. Hasil tersebut berupa data deskriptif tentang minat berwirausaha siswa di SMK. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berisi penjelasan kesimpulan dari penelitian dan saran sebagai tindak lanjut dari kesimpulan penelitian.