BAB I PENDAHULUAN. Ilmu, 1997), hlm Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan pendidikan khususnya pendidikan di sekolah. Pembinaan

BAB I. melalui proses pendidikan akan memunculkan manusia-manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dan prioritas yang tinggi oleh pemerintah, pengelola pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari anak-anak sampai dengan orang

BAB I PENDAHULUAN. agar siswa dapat belajar dengan menyenangkan. Guru dapat. informasi, pengetahuan, pengalaman kepada peserta didik. Menurut Krisna,.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Emay Maelasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

I. PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, pendidikan sangatlah penting. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha itu ternyata belum juga menunjukan peningkatan yang signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi sepanjang hayat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan. menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI UNTUK SISWA KELAS VIII B SMPN 2 KECAMATAN

Bangun yang memiliki sifat-sifat tersebut disebut...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di MI karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran hakikatnya dalah usaha sadar dari seorang guru dalam rangka menjapai tujuan yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. keberanian, siswa akan senantiasa untuk mau mencoba hal-hal yang baru,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SDLB, hlm. 417

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha sistematis yang terorganisasi untuk memajukan belajar, membina

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan proses belajar mengajar didalam kelas, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PKN DENGAN MODEL PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) BAGI SISWA SMK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

JEMBER TAHUN PELAJARAN

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PROBLEM POSING DALAM MEWUJUDKAN ACTIVE JOYFULL EFFECTIVE LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diperhatikan guru dan siswa. Pendidikan merupakan proses

PENINGKATAN KETRAMPILAN PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT DENGAN METODE INQUIRI PADA SISWAKELAS II SD NEGERI DADIREJO 02 KECAMATAN MARGOREJO KABUPATEN PATI

mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan selalu dilaksanakan oleh pemerintah. Indonesia. Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. setiap sekolahan adalah hasil belajar siswa. Berhasil atau tidaknya suatu. siswa bosan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RUSLAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kediri, pada pelaksanaan pembelajaran sifat-sifat bangun datar

BAB I PENDAHULUAN. tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, bahwa standar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan umum pendidikan masa kini adalah untuk memberi bekal agar kita

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan seorang akan menjadi manusia yang berkualitas. UU No 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan perkembangan mutu pendidikan yang baik, haruslah ditunjang

BAB I PENDAHULUAN. saja tetapi bagaimana caranya membuat suasana belajar yang menarik, menyenangkan, dan siswa dengan mudah memahami materi pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa mendatang.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pelajaran yang harus dipelajari peserta didik. Dalam mempelajari Matematika kemampuan peserta didik dapat ditumbuhkembangkan melalui pola berfikir yang kritis, logis, cermat, sistematis, kreatif, inovatif dan berfikir luas. Disamping itu, beberapa sikap positif peserta didik bisa dikembangkan melalui pembelajaran Matematika, seperti: percaya diri, pantang menyerah, ulet, disiplin dan lain-lain. Dalam pandangan yang modern, peserta didik tidak hanya dianggap sebagai obyek atau sasaran pendidikan, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subyek pendidikan. Hal ini antara lain dilakukan dengan cara melibatkan mereka dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. 1 Peserta didik merupakan orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan. Dalam alqur an (Q.S. an-nahl/16: 78). 1 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 79. 1

Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui suatu apapun (Q.S. an-nahl/16: 78). Ayat tersebut menggambarkan bahwa peserta didik adalah mereka yang belum memiliki pengetahuan, ketrampilan, kepribadian. Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan figur yang memegang peranan penting di dalam pembelajaran kelas. Peran utama guru bukan menjadi penyaji informasi yang hendak dipelajari oleh peserta didik, melainkan membelajarkan peserta didik tentang cara mempelajari sesuatu secara efektif (learning how to learn). Oleh karena itu pemahaman akan konsep kurikulum, teori belajar dan cara-cara memotivasi peserta didik dalam belajar harus dikuasai oleh guru agar mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran yang menarik dan memotivasi peserta didik untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Hal ini penting, karena seorang guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan keahlian khusus dibidang keguruan, bertanggung jawab, serta mampu melaksanakan tugas dan fungsinya seoptimal mungkin. Guru yang memiliki kemampuan sesuai dengan profesi yang disandangnya akan mampu melaksanakan proses pembelajaran sampai berhasil. Keberhasilan seorang guru dapat ditentukan oleh pemilihan metode yang tepat, alat peraga yang cukup serta menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan. Kurangnya 2

keterampilan guru dalam mengembangkan pendekatan metode atau model pembelajaran, sehingga fokus pembelajaran hanya terpusat pada guru (teacher centered), dan kurang ada partisipasi peserta didik yang berarti, serta penggunaan media yang kurang tepat diduga menjadi faktor penyebab menurunnya kualitas pembelajaran matematika. Dari hasil pengamatan yang didapat dari guru MI I Anatusshibyan Mangkang Kulon Semarang pada saat peneliti PPL pada bulan Agustus sampai bulan September tahun ajaran 2012/2013, diketahui bahwa pembelajaran Matematika yang telah dilakukan lebih berpusat pada guru, sementara peserta didik cenderung pasif. Pada materi bangun ruang, masih banyak peserta didik yang kesulitan dalam memahami serta membedakan bentuk-bentuk bangun dalam pembelajaran Matematika terutama materi bangun ruang tentang sifat-sifat bangun ruang prisma tegak, limas, kerucut dan tabung. Peserta didik juga masih kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru serta masih banyak yang menyontek jawaban temannya. Bertolak dari pentingnya pelajaran Matematika, pembelajaran Matematika yang ada di sekolah diharapkan menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan bagi peserta didik. Namun kenyataannya, di MI I Anatusshibyan Mangkang kulon Semarang masih banyak keluhan peserta didik maupun guru 3

mengenai pelajaran Matematika. Masih banyak peserta didik kesulitan dalam mempelajari maupun menyelesaikan soal-soal Matematika. Dari pihak guru juga mengeluhkan rendahnya kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal Matematika. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan yang dilakukan peserta didik dalam mengerjakan soal-soal dan rendahnya hasil belajar baik dalam ulangan harian maupun ulangan semester. Hasil ulangan semester kelas V pada semester I pelajaran Matematika diperoleh dari 43 peserta didik hanya 15 peserta didik atau 35% saja yang memenuhi KKM, KKM pada mata pelajaran Matematika di MI yaitu 60. Salah satu penyebab peserta didik tidak mampu menyelesaikan soal ulangan harian maupun ulangan semester adalah peserta didik belum mampu menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru pada saat pembelajaran di kelas, padahal soal-soal yang dibuat guru untuk ulangan harian bentuknya mirip dengan contoh soal yang diberikan pada saat pembelajaran. Oleh karena itu peserta didik perlu memiliki pengalaman yang bervariasi dalam membuat soal sendiri dan mampu mengerjakannya. Dari hasil wawancara di kelas V MI I Anatusshibyan Mangkang Kulon Semarang yang dilakukan oleh peneliti pada saat PPL pada bulan Agustus sampai bulan September tahun ajaran 2012/2013 dihasilkan bahwa peserta didik terhadap 4

pelajaran Matematika mempunyai jumlah peminat terendah dibanding mata pelajaran lainnya yang ada di MI I Anatusshibyan Mangkang Kulon Semarang karena dianggap sulit. Peserta didik juga beranggapan bahwa pelajaran Matematika itu membosankan. Oleh karena itu, hasil belajar terhadap berhitung Matematika harus bisa dikembangkan pada diri peserta didik dengan berbagai pendekatan oleh guru. Dengan adanya semangat tersebut maka hasil belajar akademik peserta didik diharapkan sesuai dengan apa yang guru harapkan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan sebagai usaha perbaikan untuk mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal Matematika adalah pembelajaran dengan metode problem posing (pembentukan soal). metode problem posing merupakan suatu metode yang menekankan pada pemberian tugas, membentuk soal dan mengerjakannya, yang memungkinkan peningkatan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal sebab peserta didik sudah terbiasa menyusun/membentuk soal. Suasana kondusif perlu diciptakan oleh guru sehingga peserta didik tertarik untuk mengikuti pembelajaran dari awal hingga akhir melalui metode problem posing (pembentukan soal). Guru harus bisa merubah kebiasaan lama peserta didik yang pasif yang hanya mengerjakan soal yang diberikan oleh guru menjadi 5

kebiasaan baru yaitu aktif dan berpikir untuk membentuk soal dan mengerjakannya. Dari uraian di atas, maka untuk memecahkan permasalahan rendahnya kemampuan dalam menyelesaikan soal matematika peserta didik MI I Anatusshibyan mangkang kulon perlu diadakan penelitian dengan judul PEENGARUH METODE PROBLEM POSING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MI I ANATUSSHIBYAN MANGKANG KULON KELAS V SEMESTER II TAHUN AJARAN 2012/2013. B. Batasan Istilah Agar tidak mengandung interpretasi yang berbeda tentang masalah yang terdapat dalam skripsi ini maka perlu dijelaskan istilah-istilah yang dipakai dalam judul skripsi tersebut. Adapun penegasan dalam judul ini adalah sebagai berikut: 1. Problem Posing Problem posing merupakan istilah dalam bahasa Inggris. problem berarti masalah, soal dan posing berasal dari to pose yang berarti mengajukan, membentuk. 2 2 John M. Echols, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1984), hlm. 439. 6

Pendapat lain, problem posing merupakan istilah bahasa Inggris sebagai padan katanya digunakan istilah pembentukan soal. 2. Pembelajaran Matematika Matematika adalah salah satu ilmu yang sangat penting dalam peranan di segala jenis dimensi kehidupan. Matematika juga mempunyai peranan diberbagai disiplin ilmu lain, memajukan daya pikir manusia serta mendasari perkembangan tekhnologi modern. 3. Bangun Ruang Bangun ruang adalah suatu bentuk benda tiga dimensi (memiliki panjang, lebar, dan tinggi sekaligus) yang digambarkan berupa ruas garis yang membentuk sisi, rusuk, dan titik sudut. 3 Bangun ruang dalam penelitian ini dibatasi hanya pada pokok bahasan sifat-sifat bangun datar yang meliputi prisma tegak, limas, kerucut dan tabung. 4. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajar. 4 3 Nurhayati Rahayu, Matematika itu Gampang untuk kelas 1-6 SD, (Jakarta: TransMedia Pustaka, 2009), hlm. 243. 4 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 23. 7

C. Rumusan Masalah Berdasarkan atas uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah yaitu: Apakah pembelajaran melalui metode problem posing berpengaruh untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi bangun ruang kelas V di MI I Anatusshibyan Mangkang kulon Semarang tahun ajaran 2012/2013? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh metode problem posing dalam pembelajaran Matematika materi bangun ruang dalam peningkatan hasil belajar peserta didik MI I Anatusshibyan Mangkang kulon kelas v semester II tahun ajaran 2012/2013. 2. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat: 1. Bagi Guru a. Guru mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya b. Sebagai alternatif dalam mengembangkan model pembelajaran melalui metode problem posing 8

2. Bagi Siswa a. Hasil belajar peserta didik meningkat b. Agar peserta didik tidak merasa jenuh dengan pembelajaran yang biasa, serta peningkatan mutu hasil belajar pada peserta didik 3. Bagi Sekolah a. Berhasilnya proses belajar mengajar akan mendororng terjadinya inovasi pada diri para guru dan meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik 9