BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan melakukan kegiatan operasinya untuk mencapai beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2013) tujuan laporan keuangan. pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka di dunia bisnis atau perusahaan. Corporate social responsiblity

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan pada perusahaan mengenai praktik earnings management yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB I PENDAHULUAN. Struktur kepemilikan saham mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh di

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Good Corporate Governance oleh perusahaan-perusahaan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan mengungkapkan hubungan antara pemilik (principal) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Menurut Standar Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (Pearce and Robinson,2013 : 38). Teori keagenan mengansumsikan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori utama (grand theory) yang mendasari penelitian ini adalah agency

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan jangka panjang perusahaan adalah untuk mengoptimalkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi di berbagai negara. Krisis ekonomi global mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Principal (pemegang saham) dengan Agent (manajerial) dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam laporan tahunan harus disertai pengungkapan yang penuh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang hal ini akan berdampak buruk bagi perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas laba dapat dipandang dalam dua sudut. Pandangan pertama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Putu Putri Suriyani, Gede Ani Yunita, Ananta Wikrama T. A. (2015)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan yang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan sarana dalam mengkomunikasikan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. jangka panjang dari perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Nilai

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal, sebagai sarana untuk mematuhi peraturan pemerintah dan

BAB II. Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian. Pendekatan teori keagenan erat terkaitannya dengan hubungan atau

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemegang saham.good Corporate Governance (GCG) membantu menciptakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

SKRIPSI. Oleh : HARTAWAN HARI MAYASTO B

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi tersebut berisikan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemegang saham dan calon investor untuk mengambil keputusan dalam

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB I PENDAHULUAN. agensi yaitu manajer melalui tindakan oportunis manajemen untuk kepuasannya,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. corporate governance. Bukti menunjukkan lemahnya praktik corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan elemen yang menjadi pusat perhatian utama oleh para

BAB I PENDAHULUAN. baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang,

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB I PENDAHULUAN. bagi pengguna laporan keuangan baik internal maupun eksternal. Menurut SFAC

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah laba, karena laba mengandung informasi potensial yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan yang begitu pesat antar perusahaan telah mewarnai era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. principal (pemilik perusahaan atau pihak yang memberikan mandat) dan agent

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Selain itu, laba juga. dilakukan adalah manajemen laba.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat

ISNI WIYATMI B

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal

BAB I PENDAHULUAN. Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan. menyebabkan munculnya hubungan agensi antara principal (pemegang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

Transkripsi:

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa teori keagenan merupakan teori ketidaksamaan kepentingan antara prinsipal dan agen. Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang saham atau pemilik serta manajemen atau manajer. Menurut teori ini, hubungan antara pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan. Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (prinsipal) memperkerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Hubungan antara prinsipal dan agen dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena agen berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan prinsipal. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui prinsipal. Dalam kondisi yang asimetri

8 tersebut, agen dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba. Salama et al. (2010 dalam Purnawati, 2012) mengungkapkan bahwa selain mekanisme corporate governance yang digunakan untuk mengurangi konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agen, perusahaan dapat menggunakan metode pengungkapan sukarela, salah satunya pengungkapan corporate social responsibility ini. 2.1.2 Teori Legitimasi (Legitimacy Theory) Ghozali dan Chariri, (2007 dalam Purnawati, 2012) menyatakan bahwa teori legitimasi dilandasi oleh adanya suatu kontrak sosial yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat, dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi. Menurut Guthrie dan parker, (1989 dalam Purnawati, 2012) teori legitimasi menjelaskan bahwa sebuah organisasi dalam melakukan kegiatan operasionalnya harus menunjukkan perilaku konsisten dengan nilai sosial. Melakukan aktivitas dan pengungkapan CSR merupakan salah satu cara untuk mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan. 2.1.3 Corporate Social Responsibility Disclosure Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep yang mengatakan bahwa organisasi memiliki tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, seperti konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Konsep CSR umumnya menyatakan bahwa tanggung jawab social tidak hanya kepada pemilik

9 atau pemegang saham, tetapi juga kepada parastakeholder (Fahrizqi, 2010). Dengan melaksanakan konsep CSR ini, diharapkan terciptanya hubungan yang harmonis antara manajemen dengan stakeholder. Pengungkapan CSR merupakan bagian dari pengungkapan yang bersifat mandatory. hal tersebut dapat dilihat dari ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 pasal 66 ayat (2) yang menjelaskan bahwa selain menyampaikan laporan keuangan, perusahaan juga diwajibkan melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial dna lingkungan. Berdasarkan pada survey yang dilakukan oleh Ernst dan Ernst, (1998 dalam Fahrizqi, 2010) menemukan bahwa pengungkapan dikatakan berkaitan dengan isu sosial dan lingkungan jika pengungkapan tersebut berisi informasi yang dapat dikategorikan ke dalam kelompok berikut: 1. Lingkungan 2. Energi 3. Praktik bisnis yang wajar 4. Sumber daya manusia 5. Keterlibatan masyarakat 6. Produk yang dihasilkan 7. Pengungkapan lainnya 2.1.4 Earnings Management (EM) Menurut Fischer dan Rozenzwig, (1995 dalam haryanto, 2012) earnings management (EM) adalah tindakan manajer yang menaikkan (menurunkan) laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak

10 mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen laba sebenarnya telah diatur, namun manajemen perusahaan yang melakukan manajemen laba untuk kepentingan diri sendiri, itu telah termasuk dalam tidak kecurangan. Tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan manajemen laba akan membuat kepercayaan para stakeholder akan menurun. Dampak dari penurunan kepercayaan para stakeholder ini tentu akan berakibat pada keberlangsungan masyarakat. Pengungkapan CSR disinyalir menjadi salah satu cara manajemen untuk menutupi manajemen laba yang dilakukannya. Dalam penelitian yang dilakukan Oktafia (2013) manajemen laba berpengaruh positif terhadap CSR disclosure. Hal ini membuktikan bahwa pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan adalah untuk menutupi manajemen laba yang mereka lakukan. Manajemen laba dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan model modified Jones tahun 1991 dengan proksi discretionary accrual (DAC). Model modified Jones tahun 1991 digunakan dalam penelitian ini karena dianggap model paling baik dalam mendeteksi manajemen laba. Dari konsep model Jones sebelum modified model, memiliki kelemahan yaitu asumsi implisitnya adalah pendapatan bersifat nondiscresioner. Hal itu berarti pendapatan, dalam model Jones, tidak boleh dalam keadaan dimanipulasi oleh manajemen. Bila ternyata manajemen juga memanipulasi pendapatan, misalnya melalui pengakuan pendapatan yang dipercepat atau diperlambat, maka akrual diskresioner (eror/residual persamaan) akan cendrung bias ke nilai nol, Jones tahun 1991, footnote 31. Model Jones modifikasi ini secara implisit mengansumsikan bahwa semua perubahan dalam

11 penjualan kredit pada periode kejadian merupakan hasil manipulasi laba. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa lebih mudah memanipulasi laba dengan pengakuan pendapatan dari penjualan kredit daripada mengubah pengakuan pendapatan dari penjualan kas. 2.1.5 Kepemilikan Manajerial Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Hal ini sesuai dengan system pengelolaan perusahaan dalam dua kriteria: (1) perusahaan dipimpin oleh manajer dan pemilik (owner-manager): dan (2) perusahaan dipimpin oleh manajer dan non pemilik (non owner-manager). Dua kriteria ini akan mempengaruhi kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi pada perusahaan yang mereka kelola. Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba (Boediono, 2005). Hasil penelitian ini memberikan simpulan bahwa perusahaan yang dikelola oleh manajer dan memiliki presentase tertentu saham perusahaan dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba. Indikator atau proksi yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah prosentase jumlah saham yang dimiliki manajemen dari seluruh jumlah saham yang dikelola (Boediono, 2005).

12 Salah satu elemen corporate governance yang mempengaruhi insentif bagi manajemen untuk melaksanakan kepentingan terbaik dari pemegang saham adalah pemilikan saham oleh manajemen. Kepemilikan manajerial didefinisikan sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan yang meliputi komisaris dan direksi (Midiastuty dan Machfoedz, 2003). Menurut Shleifer dan Vishny, (1986 dalam Siallagan dan Mahfoedz, 2006)kepemilikan saham yang besar dari segi ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Hal ini dapat terjadi karena dengan memberikan saham kepada manajemen maka manajemen sekaligus merupakan pemilik perusahaan sehingga akan bertindak demi kepentingan perusahaan, untuk itu kepemilikan manajerial dipandang sebagai alat untuk menyatukan kepentingan manajemen dengan pemilik. Dengan demikian kepemilikan manajerial bisa memperngaruhi tindak manajemen laba yang akan dilakukan oleh manajer. 2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1. Ringkasan Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu No Peneliti Hasil Penelitian 1 Handayani, Sutrisno, dan Chandrarin (2009) pengungkapan CSR 2 Fatayatiningrum (2011) Penelitian ini menungkapkan bahwa manajemen laba dan komite audit berpengaruh positif terhadap Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah rapat komite audit dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap corporate environmentaldisclosure. Sementara itu, manajemen laba, proporsi dewan komisaris independen, ukuran perusahaan, leverage, dan tipe industri tidak berpengaruh signifikan terhadap corporate environmental disclosure.

13 3 Haryudanto (2011) Peneliti mengungkapkan bahwa manajemen laba tidak memiliki pengaruh dengan pengungkapan CSR dan nilai perusahaan 4 Amal (2011) Peneliti menemukan bahwa variable manajemen laba, kempemilikan manajerial, profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR 5 Purnawati (2012) Penelitian ini tidak menemukan hasil yang signifikan antara manajemen laba dan CSR disclosure. Sedangkan jumlah rapat komite audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba dan pengungkapan CSR 6 Handayani (2012) Menemukan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR 7 Oktafia (2013) Penelitian ini menemukan bahwa manajemen laba berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR dan juga bahwa komite audit dapat memoderasi hubungan antara manajemen laba dan CSR disclosure 2.3 Kerangka Pemikiran Earnings management (EM) merupakan perilaku oportunistik yang dilakukan manajer dalam mengelola laba. Praktek EM yang dilakukan manajer menanggung risiko tertentu, image perusahaan menjadi buruk di mata stakeholder ketika perusahaan terbukti melakukan manajemen laba. Oleh karena itu, perusahaan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas seperti pengungkapan CSR guna menutupi/mengalihkan perhatian stakeholder dari isu praktek EM yang dilakukan (Prior et al., 2010). Salama et al., (2010) menyatakan bahwa aktivitas CSR dan pengungkapan yang dilakukan manajer dengan motivasi untuk menutupi praktek EM dapat diminimalisir oleh mekanisme corporate governanceyaitu salah satunya dengan kepemilikan manajerial. Dengan adanya kepemilikan manajerial, akan mampu mempengaruhi hubungan manajemen laba dalam melakukan pengungkapan CSR.

14 Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu kerangka pemikiran sebagai berikut: Gambar 2.1 EARNINGS MANAGEMENT H 1 (+) H 2 (-) CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE KEPEMILIKAN MANAJERIAL Sumber: Data penelitian 2.4 Pengembangan Hipotesis 2.4 1 Pengaruh Earnings Management Terhadap Pengungkapan CSR Earnings management (EM) merupakan perilaku oportunistik yang dilakukan oleh pihak adanya asimetri informasi serta perbedaan kepentingan antara manajemen untuk memanipulasi laporan keuangan perusahaan. Dalam teori keagenan dijelaskan bahwa perilaku oportunistik tersebut berawal dari manajer dan pihak eksternal. Manajer melakukan praktik tersebut untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan, yang pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan dan kesejahteraan pribadi.

15 Teori keagenan menjelaskan bahwa perusahaan dapat menggunakan metode yang berbeda seperti rencana kompensasi atau pengungkapan sukarela untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham (Salama et al., 2010). Aktivitas CSR yang diungkapkan oleh perusahaan mampu melegitimasi aktivitas perusahaan dimata masyarakat (Ghozali dan Chariri, 2007). Semakin banyak item CSR yang diungkapkan perusahaan secara sukarela akan semakin banyak keuntungan yang diperoleh. Pengungkapan CSR dapat memberikan tranparansi atas dampak kegiatan operasional perusahaan maupun kontribusi yang telah diberikan kepada masyarakat maupun stakeholder lainnya. Pengungkapan CSR yang dilakukan dalam suatu perusahaan tidak hanya untuk menunjukkan kepedulian serta melegitimasi aktivitas perusahaan terhadap stakeholder, namun pengungkapan CSR digunakan untuk melindungi posisi dan menjaga kepentingan manajer. Manajer yang terlibat dalam EM cenderung menyadari bahwa mekanisme pengungkapan CSR sebagai suatu strategi dalam mempertahankan legitimasi perusahaan, terutama dengan para pemangku kepentingan. Hal tersebut didukung oleh penelitian Prior et al (2010) yang menemukan bahwa manajer yang terlibat dalam manipulasi laba berusaha untuk mengkompensasikannya dengan melibatkan perusahaan dalam kegiatan CSR guna menghindari tindakan pengawasan yang dilakukan oleh investor maupun stakeholder lainnya. Oleh karena itu, manajer yang melakukan EM memiliki insentif dalam membuat pengungkapan yang lebih luas dan informatif, seperti pengungkapan CSR agar reputasi perusahaan tetap terjaga. Senada dengan hal tersebut penelitian yang dilakukan oleh Handajani et al., (2008) menemukan

16 bahwa terdapat pengaruh positif dari perilaku earnings management terhadap CSR disclosure. Dari uraian di atas hipotesis yang diajukan adalah: H1 : Earnings management berpengaruh positif terhadap corporate social responsibility disclosure. 2.4.2 Peran Kepemilikan Manajerial Dalam Memoderasi Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Pengungkapan CSR Kepemlikian Manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajer dalam suatu perusahaan. Manajer yang memiliki saham perusahaan memiliki tanggung jawab dalam mengelola perusahaan dengan baik karena manajer merupakan salah satu pemilik perusahaan. Dengan demikian kepemilikan saham oleh manajer akan mampu mempengaruhi tindakan manajer yaitu memperkuat atau memperlemah hubungan dari manajemen laba yang dilakukan manajer terhadap pengungkapan CSR perusahaan. Dan akan membuktikan apakah CSR yang diungkapkan benar benar sesuai apa yang dilakukan perusahaan ataukah hanya menutupi tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Dari uraian diatas maka hipotesis kedua yang diajukan adalah: H2: Kepemilikan manajerial mempengaruhi hubungan earnings management terhadap corporate social responsibility disclosure.