I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam kehidupan sebuah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengintegrasikan disiplin ilmu-ilmu sosial ke dalam satu bidang studi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

REFLEKSI PELAKSANAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MAN 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sebagaimana yang tertuang dalam pembukaan UUD Langkahlangkah

BAB I PENDAHULUAN. Kaling berpenghasilan dari hasil membuat batu bata dan karyawan. anak jadi rendah sehingga prestasi juga rendah pula.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. Program pendidikan nasional diharapkan dapat menjawab tantangan harapan dan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Masnur Muslich (2010: 1) Berdasarkan Permendiknas No. 22 tahun 2006 (BNSP, 2006: 5-7), KTSP

I. PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon oleh. kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan dijabarkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN IPS TERPADU PADA SMP KRISTEN ABDI WACANA PONTIANAK. Oleh Aminuyati, Sri Zulhartati, F.Y. Khosmas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan guna menghadapi tantangan dunia pada era globalisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kebutuhan berprestasinya menjadi melemah. Fenomena lain. menunjukkan bahwa guru kurang komit dalam menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis,

BAB I PENDAHULUAN. Penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yang telah maju. Pendidikan mepunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Hamalik, 2011: 18).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I. I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan siswa dapat memahami dan mengerti maksud pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

ANALISIS PEMETAAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA TERPADU DI SMP NEGERI SE-KOTA JAMBI. Tiara Aprilini Universitas Negeri Jambi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh peserta didik (in put), pendidik, sarana dan prasarana,

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat saja, tetapi terjadi juga di sekolah. berhasil dengan lancar dan baik. Undang Undang Republik Indonesia No.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum baru yaitu Kurikulum Kurikulum 2013 pada proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. lingkungan strategis, baik nasional maupun global. Pendidikan harus dibangun

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BABI PENDAHULUAN. dipecabkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tiap kelompok mata pelajaran dalam mata pelajaran. di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), meliputi bahan kajian: sejarah,

dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.

HASIL PENELITIAN PAYUNG TAHUN ANGGARAN 2012 EVALUASI KESIAPAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI MENJADI GURU PROFESIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan terdapat nilai-nilai yang baik, luhur, dan pantas untuk dikembangkan

I. PENDAHULUAN. Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan ialah kekuatan spiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memberi arah dan bimbingan bagi para pelaku sekolah dalam

Adela Siahaan dan Siti Jubaedah Pendidikan Sejarah, FKIP-UNRIKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006). Pada kurikulum KTSP

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

I. PENDAHULUAN. Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena

Perbedaan antara KBK, KTSP dan kurikulum 2013 KBK 2004: Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas hasil belajar anak didik yang diperoleh melalui jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan dengan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam kehidupan sebuah negara. Tidak akan ada sebuah negara yang makmur tanpa adanya sumber daya manusia (SDM) yang baik. Terbentuknya SDM yang baik karena adanya pendidikan yang baik pula, sehingga pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, makmur, dan sejahtera. Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Menurut Trianto (2012; 3) Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah batin (aspek transendensi), olah pikir (aspek kognisi), olah rasa (aspek afeksi), dan olah kinerja (aspek psikomotoris) agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Melalui pendidikan yang memiliki mutu baik diharapkan negara dapat maju dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan tuntutan zaman. Oleh sebab itu pendidikan dituntut untuk maju dan berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu pemerintah selalu mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan baik secara konvensional maupun inovatif. Pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan adalah

2 penataan dan penyempurnaan kurikulum pendidikan. Penataan dan penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Kurikulum yang baik mampu menyediakan pengalaman belajar yang dapat mencakup baik konsep maupun proses dimana harus ada keseimbangan antara kemampuan konseptual dan kemampuan prosedural. Implementasi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan, antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Trianto (2012; 4). Standarisasi dan profesionalisme pendidikan yang sedang dilakukan dewasa ini menuntut pemahaman berbagai pihak terhadap perubahan yang terjadi dalam berbagai komponen sistem pendidikan. Pembaharuan pendidikan melalui penataan dan penyempurnaan kurikulum tidak selamanya berjalan baik. Hal ini di karenakan sistem kurikulum pendidikan di Indonesia cenderung mengalami perubahan disetiap pergantian Menteri Pendidikan. Hal ini menyebabkan sebuah kesenjangan antara kebijakan pemerintah dengan kondisi di lapangan. Karena pergantian kurikulum yang baru tidak diiringi dengan kesiapan pihak-pihak yang akan menerima perubahan kurikulum tersebut, sehingga hal seperti ini dapat menimbulkan masalah dalam sistem pendidikan di Indonesia. Menurut Masnur Muslich (2007: 5) kurikulum berdasarkan kompetensi (KBK) yang diberlakukan secara serentak di semua jenjang sekolah (SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA) pada tahun ajaran 2004 dan dimantapkan lagi pada 2 Juni Tahun 2006 (Melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk

3 Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah) yang dikenal dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Merupakan langkah kongkrit dalam rangka memenuhi tuntutan pembaharuan pendidikan nasional. Konsekuensinya, semua pihak yang terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pendidikan harus mampu menyiasati dan mengaplikasikan dalam tugasnya masing-masing. Perubahan kurikulum dari KBK menjadi KTSP yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan IPA Terpadu dan IPS Terpadu, demikian pula substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) juga merupakan IPA Terpadu dan IPS Terpadu. Pembelajaran IPS Terpadu merupakan mata pelajaran yang diamanatkan dalam kurikulum satuan tingkat pendidikan (KTSP). Pembelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi setiap hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan dengan baik. Sesuai dengan amanat KTSP bahwa mata pelajaran IPS masuk kedalam konsep pembelajaran terpadu. Menurut Ujang Sukandi 2001 dalam Trianto (2012: 56) pembelajaran terpadu dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran disajikan tiap pertemuan. Melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema

4 tidak perlu dibahas berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajarn juga diharapkan akan lebih efektif. Pembelajaran IPS di Indonesia sendiri, secara umum masih diajarkan secara terpisah-pisah. Salah satu penyebab hal ini dapat terjadi, karena guru IPS belum memahami penerapan pembelajaran IPS secara terpadu. Ada beberapa hal yang dikeluhkan oleh guru terhadap pelajaran IPS di sekolah, misalnya fasilitas pendukung pembelajaran IPS yang tidak sesuai dengan kebutuhan, masih rendahnya hasil pembelajaran IPS di sekolah, dan ketidaksiapan dari guru yang ada di sekolahnya untuk membelajarkan IPS secara terpadu. Guru harus memiliki kualifikasi profesional dalam pekerjaannya mengajar peserta didiknya. Guru profesional harus menguasai pengetahuan yang mendalam dalam bidang spesialisnya. Penguasaan pengetahuan ini juga harus ditingkatkan untuk menguasai ilmu pengetahuan lainnya. Guru dituntut untuk selalu meningkatkan kualitasnya dalam proses belajar mengajar sesuai dengan perkembangan jaman. Sehingga dalam hal ini guru harus mampu menguasai teknologi yang sedang berkembang pada saat ini agar guru selalu menemukan inovasi dalam proses pembelajaran dan semakin bertambah ilmu pengetahuannya. Guru selalu dituntut untuk menunjukan profesionalnya dalam mengajar, karena guru SMP tidak hanya mengajar tentang satu mata pelajaran, tetapi beberapa mata pelajaran yang tergabung menjadi satu. Sedangkan diketahui bahwa guru SMP hanya memiliki satu bidang studi spesialis tertentu saja. Terutama yang akan dibahas pada penelitian ini adalah guru SMP yang mengajar pelajaran IPS. Maka

5 dalam ini, guru SMP dituntut untuk kembali meningkatkan kemampuannya dalam mengajar. Penguasaan terhadap teknologi pembelajaran yang ada pada saat ini sangat menunjang dalam proses pembelajaran. Terutama pemanfaatan media internet dalam mencari bahan mengajar untuk mata pelajaran diluar bidang studi guru tersebut. Guru dituntut untuk mampu menguasai semua materi pembelajaran yang tergabung dalam mata pelajaran IPS, guru juga harus mampu menggunakan metode pembelajaran yang dapat menjadikan siswa aktif dalam belajar, guru harus kreatif dan inovatif dalam memilih media dan sumber belajar yang sesuai dengan materi. Guru IPS di SMP juga harus bisa membuat dan merancang rencana pembelajaran serta menyusun pemetaan pembelajaran tematik. Berdasarkan hasil observasi awal di SMP N di Kecamatan Martapura, diperoleh informasi terdapat dua SMP Negeri yaitu SMP N 1 dan SMP N 2 Martapura. Diketahui jumlah guru IPS yang ada di SMP N 1 Martapura berjumlah 5 orang dan di SMP N 2 Martapura terdapat 7 orang guru IPS. Jadi, jumlah total guru IPS yang ada di SMP N di Kecamatan Martapura yaitu 12 orang. Tabel 1. Daftar Guru IPS SMP N 1 Martapura, Kabupaten OKU Timur Tahun Ajaran 2012-2013 No Nama Guru Latar Belakang Pendidikan Ukuran mengajar Mata Pelajaran IPS Sesuai Tidak Sesuai 1 2 3 4 5 Haryati Suharto Yuli Sartika Pairus Jabadi Ria Indira S1 Akuntansi S1 P. Ekonomi S2 P. Sejarah S1 P. Geografi S1 P. Ekonomi Sumber : Dokumen Pembagian Tugas Guru Tahun Ajaran 2012-2013

6 Tabel 2. Daftar Guru IPS SMP N 2 Martapura, Kabupaten OKU Timur Tahun Ajaran 2012-2013 No Nama Guru Latar Belakang Pendidikan Ukuran mengajar Mata Pelajaran IPS Sesuai Tidak Sesuai 1 Dian Subrata S1 P. Ekonomi 2 Sutrini S1 P. Sejarah 3 Yulia Afrida S1 P. Sejarah 4 Suwarni D1 P. IPS/S1 P. B. Indo 5 Ruslaini S1 P. Ekonomi 6 Sayadi S1 P. Sejarah 7 Diana S1 P. Geografi Sumber : Dokumen Pembagian Tugas Guru Tahun Ajaran 2012-2013 Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2 diketahui bahwa dari 12 orang guru yang mengajar mata pelajaran IPS di SMP N 1 dan SMP N 2 hampir semuanya memiliki kualifikasi di bidang IPS, akan tetapi hanya satu guru yang memiliki latar belakang pendidikan bukan dari IPS, akan tetapi pengalaman dalam mengajar IPS sudah sangat lama, sehingga tidak ada kesulitan dalam mengajar IPS. Meskipun semua guru SMP di Kecamatan Martapura ini hampir semuanya dari jurusan P. IPS, akan tetapi dalam hal mengajar mata pelajaran IPS Terpadu masih mengalami banyak kesulitan. Dari hasil wawancara awal kepada guru di SMP N di Kecamatan Martapura, diperoleh informasi bahwa pembelajaran IPS masih diajarkan terpisah-pisah, walaupun dalam pelaksanaannya sudah diajarkan oleh satu guru IPS di dalam kelas. Guru membelajarkan IPS Terpadu tidak sesuai dengan urutan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dimuat dalam kurikulum. Hal ini dapat dilihat dari guru mata pelajaran IPS Terpadu yang dalam menyampaikan materi pelajaran mendahulukan sesuai dengan bidang studi ahli guru tersebut.

7 Misalnya guru geografi, maka dalam menyampaikan materi pelajaran didahulukan materi geografi terlebih dahulu untuk materi yang lainnya dilewatkan dan akan disampaikan diakhir jika masih ada sisa waktu. Demikian pula dengan guru yang bidang ahlinya sejarah, ekonomi, maupun sosiologi. Hal lain yang ditemukan dalam penelitian awal ini, ketika seorang guru IPS harus menyampaikan materi pelajaran yang bukan merupakan bidang studinya, maka guru tersebut akan memberikan tugas kepada siswa untuk mencari bahan materi pelajaran di internet. Guru IPS masih mengalami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran IPS secara terpadu. Hal ini terjadi, karena guru IPS masih berasal dari spesialisasi ilmu sosial tertentu, misalnya ilmu geografi, ekonomi, dan sejarah. Selain itu struktur kurikulum yang ada dalam standar isi masih berdiri sendiri atau terpisah-pisah menyebabkan guru IPS masih mengalami kesulitan untuk memadukan materi IPS di dalam pembelajaran di kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan guru SMP dalam mengajar mata pelajaran IPS Terpadu. Dengan adanya penggabungan mata pelajaran geografi, ekonomi, sejarah dan sosiologi menjadi IPS Terpadu, maka hal ini berpengaruh terhadap pola mengajar guru. Dalam hal ini guru yang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda harus mengajar materi diluar disiplin ilmu yang dikuasai oleh guru tersebut. Dalam permasalahan ini peneliti ingin mengetahui pendapat guru mengenai pembelajaran IPS Terpadu. Kesulitankesulitan apa saja yang ditemui dalam mengajar mata pelajaran IPS Terpadu.

8 Dari penjabaran latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Deskripsi Kesulitan Guru dalam Pembelajaran IPS pada SMP Negeri di Kecamatan Martapura. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Kesulitan dalam penguasaan materi IPS Terpadu 2. Kesulitan dalam penggunaan media dan sumber belajar 3. Kesulitan dalam penggunaan metode pembelajaran 4. Kesulitan dalam pembuatan RPP 5. Kesulitan dalam pembuatan pemetaan pembelajaran tematik C. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian yang dilakukan antara lain : 1. Apakah penguasaan materi menjadi kesulitan guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPS di SMP Negeri Kecamatan Martapura Tahun 2013? 2. Apakah penggunaan media dan sumber belajar menjadi kesulitan guru dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri Kecamatan Martapura Tahun 2013? 3. Apakah penggunaan metode pembelajaran menjadi kesulitan guru dalam mengajar IPS di SMP Negeri Kecamatan Martapura Tahun 2013? 4. Apakah pembuatan RPP menjadi kesulitan guru dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri Kecamatan Martapura 2013?

9 5. Apakah pemetaan pembelajaran tematik menjadi kesulitan guru dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri Kecamatan Martapura Tahun 2013? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahuai penguasaan materi guru SMP Negeri dalam mengajar mata pelajaran IPS di Kecamatan Martapura. 2. Untuk mengetahui penggunaan media dan sumber belajar guru SMP Negeri dalam mengajar mata pelajaran IPS di Kecamatan Martapura. 3. Untuk mengetahui penggunaan metode pembelajaran guru SMP Negeri dalam mengajar mata pelajaran IPS di Kecamatan Martapura. 4. Untuk mengetahui penguasaan pembuatan RPP guru SMP Negeri dalam mengajar mata pelajaran IPS di Kecamatan Martapura. 5. Untuk mengetahui pemetaan pembelajaran Tematik guru SMP Negeri dalam mengajar mata pelajaran IPS di Kecamatan Martapura. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Geografi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung. 2. Sebagai bahan masukan bagi guru IPS di SMP untuk lebih kompeten dan profesional dalam mengajar.

10 3. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pemerintah bahwa pembelajaran IPS berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) belum terlaksana secara sempurna dan perlu peninjauan kembali. 4. Sebagai bahan referensi untuk penelitian sejenis. F. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut : Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah : 1. Objek penelitian Kesulitan guru Sekolah Menengah Pertama dalam pembelajaran mata pelajaran IPS. 2. Subjek Penelitian Guru IPS di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Martapura, yaitu guru IPS SMP N 1 Martapura dan guru SMP N 2 Martapura. 3. Tempat dan waktu Penelitian Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Martapura, Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan Tahun 2013. 4. Ruang Lingkup Ilmu Ruag lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah pendidikan IPS. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, geografi ekonomi, politik, hukum dan budaya. Pendidikan IPS sendiri merupakan padanan dari Social Studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat. Tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada

11 siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, sehingga dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjebatani tercapainya tujuan tersebut. Dalam Etin Solihatin dan Raharjo (2012: 15).