Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

Recovery Energi pada Residential Air Conditioning Hibrida sebagai Pemanas Air dan Penyejuk Udara yang Ramah Lingkungan

PENGARUH PENGGUNAAN KATUP EKSPANSI JENIS KAPILER DAN TERMOSTATIK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA

PENGARUH ALAT EKSPANSI TERHADAP TEMPERATUR DAN TEKANAN PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

ANALISIS KINERJA AIR CONDITIONING SEKALIGUS SEBAGAI WATER HEATER (ACWH)

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC)

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN THERMOSTATIC EXPANTION VALVE PADA REFRIGERASI AC SPLIT. Harianto 1 dan Eka Yawara 2

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Indonesia 2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal.

Basic Comfort Air Conditioning System

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (K. Chunnanond S. Aphornratana, 2003)

PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI

Termodinamika II FST USD Jogja. TERMODINAMIKA II Semester Genap TA 2007/2008

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY

Penerapan Evaporative Cooling Untuk Peningkatan Kinerja Mesin Pengkondisian Udara Tipe Terpisah (AC Split)

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

BAB II LANDASAN TEORI

DASAR TEKNIK PENDINGIN

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

BAB II STUDI PUSTAKA

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUHPENGGUNAAN EJEKTOR SEBAGAI PENGGANTI KATUP EKSPANSI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA SIKLUS REFRIGERASI PADA MESIN AC

PERFORMANSI SISTEM REFRIGERASI HIBRIDA PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON SUBSITUSI R-22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

BAB II LANDASAN TEORI

LAJU PENDINGINAN AIR DENGAN ICE ON COIL PADA MESIN PENDINGIN TYPE CHILLER UNTUK COLD STORAGE

PENGARUH PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY (TIPE HELICAL COIL, TROMBONE COIL DAN MULTI HELICAL COIL) TERHADAP TEMPERATUR RUANGAN DAN TEMPERATUR AIR PANAS

PENDINGINAN KOMPRESI UAP

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant

Heroe Poernomo 1) Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia

PERFORMANSI RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA DENGAN STANDBY MODE MENGGUNAKAN REFRIGERAN HCR-22 UNTUK PENDINGIN DAN PEMANAS RUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

EFEK UDARA DI DALAM SISTEM REFRIGERASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

Analisa Karakteristik Katup Ekspansi Termostatik Dan Pipa Kapiler Pada Sistem Pendingin Water Chiller

BAB IV METODE PENELITIAN

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA REFRIGERASI (REF) Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko

SILABUS MATA KULIAH D4 REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2011 tahun ajaran 2010/2011. Materi Tujuan Ket.

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK

Maka persamaan energi,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

APLIKASI MODUL EVAPORATIVE COOLING AKTIF PADA AC SPLIT 1 PK

Azridjal Aziz (1) Hanif (2) ABSTRAK

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Maret Yang

Transkripsi:

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin Azridjal Aziz Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293 azridjal@yahoo.com Abstrak Salah satu komponen dasar mesin pendingin yang beroperasi dengan siklus kompresi uap (SKU) adalah alat ekspansi. Kegunaan alat ekspansi adalah untuk menurunkan tekanan refrigeran cair yang keluar dari kondensor dan mengatur aliran refrigeran tersebut masuk ke evaporator. Alat ekspansi jenis pipa kapiler adalah sebuah pipa panjang dengan diameter yang kecil dan bervariasi antara 1 m hingga 6 m dengan diameter dalam antara 0,5mm sampai 3 mm. Pemilihan panjang dan diameter pipa kapiler tergantung pada daya kompresor yang dipakai, kapasitas pendinginan di evaporator dan jenis refrigeran yang digunakan. sehingga setelah dipilih tidak dapat disetel lagi untuk mengatasi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada mesin pendingin. Berbeda dengan pipa kapiler, katup ekspansi termostatik (KET) merupakan alat ekspansi berkendali panas lanjut (superheat), yang digerakkan oleh besarnya gas panas lanjut hisap yang meninggalkan evaporator. Keseimbangan laju aliran pada katup ekspansi termostatik dan kompresor secara praktis dapat disamakan dengan katup apung. Penggunaan KET akan memberikan tekanan dan temperatur kerja yang lebih rendah dibanding pipa kapiler. Artinya penggunaan KET akan memberikan pendinginan yang lebih baik dibanding penggunaan pipa kapiler. Kata kunci: pipa kapiler, alat ekspansi, katup ekspansi termostatik, refrigeran 1 Pendahuluan Mesin pendingin yang paling banyak digunakan saat ini adalah mesin pendingin yang beroperasi dengan siklus kompresi uap (SKU). Mesin pendingin siklus kompresi uap memiliki empat komponen utama yaitu kompresor, kondensor, alat ekspansi dan evaporator. Pendinginan/refrigerasi merupakan suatu proses penyerapan kalor (panas) dari suatu benda atau ruangan sehingga temperatur benda atau ruangan tersebut turun lebih rendah dari temperatur sekeliling atau lingkungannya. Proses penyerapan kalor terjadi di evaporator, cairan refrigeran (zat/fluida pendingin) di dalam evaporator yang berada pada temperatur dan tekanan rendah akan mengambil/menyerap panas dari ruangan, sehingga refrigeran yang berubah fasa menjadi uap menurunkan temperatur ruangan. Uap refrigeran pada temperatur 389

dan tekanan rendah kemudian dihisap oleh kompresor sehingga temperatur dan tekanannya naik. Panas dari uap refrigeran yang tekanan temperaturnya naik, kemudian dibuang ke luar ruangan/lingkungan di kondensor, sehingga uap refrigeran akan mengembun (kondensasi) menjadi cairan. Agar proses pendinginan dapat berlangsung, maka cairan refrigeran yang bertemperatur dan tekanan tinggi di kondensor perlu diturunkan temperatur dan tekanannya agar pengambilan panas dapat berlangsung kembali. Sebuah alat ekspansi yang dipasang setelah kondensor akan menyebabkan temperatur dan tekanan cairan refrigeran turun sehingga panas ruangan akan diserap atau diambil kembali oleh carian refrigeran di evaporator. Alat ekspansi berfungsi mengekspansikan secara adiabatik cairan refrigeran bertekanan dan bertemperatur tinggi dari kondensor sampai tekanan dan temperatunya rendah serta mengatur pemasukan refrigeran sesuai dengan beban pendinginan yang dapat dilayani oleh evaporator. Alat ekspansi akan mengatur aliran refrigeran baik secara manual maupun otomatik. Alat ekspansi yang banyak digunakan adalah jenis pipa kapiler dan jenis katup ekspansi termostatik (Thermostatic Expansion Valve/TEV). Alat ekspansi jenis pipa kapiler adalah berupa sebuah pipa panjang yang berdiameter sangat kecil. Kata kapiler adalah kurang tepat digunakan karena tegangan permukaan tidak penting dalam pada penerapan pipa kapiler. Penurunan tekanan dalam pipa kapiler terjadi karena 2 faktor. Pertama, refrigeran harus mampu mengatasi tahanan gesek yang disebabkan oleh dinding tabung, sehingga hal ini menyebabkan beberapa penurunan tekanan. Refrigeran cair yang mengalami evaporasi ke dalam campuran cairan dan uap akan mengurangi tekanannya. Masa jenis uap lebih ringan dari cairan, sehingga masa jenis rata-rata refrigeran akan turun saat mengalir di dalam pipa. Kedua, laju aliran massa dan diameter tabung (termasuk luas) adalah konstan, sehingga kecepatan refrigeran meningkat. Peningkatan kecepatan atau percepatan refrigeran akan mengakibatkan penurunan tekanan. Namun, setelah pipa kapiler dengan diameter dan panjang tertentu dipasang dalam sistem pendingin, laju aliran massa yang melaluinya akan berbedabeda sedemikian rupa sehingga total penurunan tekanan yang melaluinya cocok dengan perbedaan tekanan antara kondensor dan evaporator. Laju alir massanya benar-benar tergantung pada perbedaan tekanan yang melewatinya, pipa kapiler tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan adanya variasi beban efektif (Refrigeration and Air Conditioning, 2008). Katup ekspansi termostatik (KET) adalah katup ekspansi serbaguna dan paling banyak digunakan dalam sistem pendingin. Sebuah KET akan mempertahankan tingkat superheat konstan di ujung keluar evaporator, karena itu TEV adalah yang paling efektif untuk evaporator kering dalam mencegah kerusakan kompresor karena refrigeran cair tidak boleh masuk ke kompresor. Pada saat beban pendingin bertambah, cairan refrigeran di evaporator akan menguap lebih banyak, sehingga temperatur superheat akan naik. Kenaikan temperatur dari evaporator akan menyebabkan cairan refrigeran yang sama yang terdapat dalam sensing bulb akan menguap yang menyebabkan naiknya tekanan. Tekanan ini akan menekan diafragma ke bawah sehingga katup terbuka lebih besar, selanjutnya cairan refrigeran 390

dari kondensor akan mengalir lebih banyak ke dalam evaporator. Temperatur superheat di evaporator akan kembali berubah dan menyesuaikan dengan beban pendinginan (Refrigeration and Air Conditioning, 2008). Suryono, Ahmad Fauzan dan Hoten, Hendri Van, 2009 telah membandingkan penggunaan pipa kapiler dan katup ekspansi pada mesin pendingin, dan menyatakan bahwa kinerja mesin dengan katup ekspansi lebih baik dibanding pipa kapiler. Iskandar, 2010 meneliti karakteristik pipa kapiler dan KET untuk pendingin sistem water-chiller, dan menyimpulkan bahwa kinerja pendinginan KET lebih baik dibanding pipa kapiler. Marcinichen, Jackson B. and Melo, Cláudio, 2006, menyatakan bahwa penggunaan katup ekspansi elektronik akan memberikan performansi yang lebih baik dibanding pipa kapiler. Chennuchetty Chinnaraj, Palanisamy Govindarajan, 2010, telah meneliti kinerja Window Air Conditioner dengan berbagai refrigeran menggunakan katup ekspansi elektronik yang lebih ramah lingkungan dan memberikan hasil yang positif, memungkinkan untuk mengganti katup ekspansinya dengan katup ekspansi elektronik. Pengaruh penggunaan refrigeran untuk masa refrigeran yang tidak tepat terhadap kinerja pompa kalor menggunakan katup ekspansi elektronik dan pipa kapiler telah diteliti oleh J.M. Choi, and Y.C. Kim, 2002. Kinerja dari katup ekspansi elektronik dapat ditingkatkan dengan menyetel bukaan katup untuk menjaga superheat konstan pada berbagai kondisi pengujian. Pada penelitian ini dilakukan analisis penggunaan alat ekspansi. Komparasi penggunaan katup ekspansi dengan pipa kapiler dilakukan pada sebuah mesin pendingin untuk mengetahui pengaruhnya terhadap perubahan temperatur dan tekanan yang mungkin terjadi pada sistem pendingin. Komparasi dilakukan untuk mengetahui alat ekspansi jenis mana yang akan memberikan kinerja yang lebih baik. 2 Metodologi Metode yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan metode eksperimental untuk menguji sebuah mesin pendingin yang menggunakan alat ekspansi KET dan pipa kapiler. Peralatan pengujian terdiri dari satu unit mesin refrigerasi, seperangkat alat ukur (tekanan, temperatur, arus dan tegangan listrik) dan peralatan pendukung. Mesin refrigerasi beroperasi pada siklus kompresi uap dengan daya kompresor 126 W, menggunakan alat ekspansi pipa kapiler panjang 1,22 m dan sebuah KET. Pengujian dilakukan untuk masing-masing katup expansi dengan kondisi box pendingin dalam keadaan tertutup. Diagram skematik fasilitas pengujian mesin pendingin yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1. Pada pengujian pipa kapiler maka katup aliran refrigeran ke KET ditutup, sebaliknya jika pengujian menggunakan KET maka katup aliran refrigeran ke pipa kapiler ditutup. Pengambilan data dilakukan pada keadaan stedi. 391

Gambar 1. Diagram skematik fasilitas pengujian mesin pendingin (diadaptasi dari diadaptasi dari Sonntag, Richard E. Borgnakke, Claus., 2009) 3 Hasil dan Pembahasan Pengujian dilakukan dengan memvariasikan penggunaan alat ekspansi, yaitu pengujian menggunakan pipa kapiler dan pengujian menggunakan KET. Pada masing-masing variasi pengujian juga dilakukan pengujian dengan atau tanpa penggunaan fan pada evaporator dan fan pada kondensor. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tekanan dan temperatur mesin pendingin. Gambar 2. Temperatur hasil pengujian pipa kapiler dengan mengaktifkan fan Hasil pengujian temperatur menggunakan pipa kapiler dengan mengaktifkan fan kondensor dan fan evaporator dapat dilihat pada Gambar 2. Sedangkan hasil pengujian temperatur menggunakan KET dengan mengaktifkan fan kondensor dan fan evaporator dapat dilihat pada Gambar 3. Hasil pengujian menunjukkan bahwa temperatur kompresor out dan temperatur kondensor out hasil pengujian pada pipa kapiler (Gambar 2) lebih tinggi dibanding temperatur kompresor out dan kondensor 392

out hasil pengujian pada KET (Gambar 3). Sebaliknya hasil pengujian temperatur kompresor in, evaporator in, evaporator out, evaporator middle dan temperatur box pada pipa kapiler (Gambar 2) hanya sedikit lebih tinggi dibanding dengan hasil pengujian temperatur KET (Gambar 3). Hal ini terjadi karena KET dapat menyesuaikan aliran refrigeran dengan beban pendinginan sehingga tekanan yang dihasilkan tidak terlalu tinggi dibanding pipa kapiler. Gambar 3. Temperatur hasil pengujian KET dengan mengaktifkan fan evaporator dan fan kondensor Hasil pengujian tekanan menggunakan pipa kapiler dengan mengaktifkan fan kondensor dan fan evaporator dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Tekanan hasil pengujian pipa kapiler dengan mengaktifkan fan Sedangkan hasil pengujian tekanan menggunakan KET dengan mengaktifkan fan kondensor dan fan evaporator dapat dilihat pada Gambar 5. Hasil pengujian tekanan 393

ini identik dengan hasil pengujian temperatur, karena nilai tekanan sebanding dengan nilai temperatur. Pada pengujian pipa kapiler, tekanan sisi tinggi pada kondensor (Gambar 4) lebih tingi dibanding tekanan sisi tinggi pada KET (Gambar 5), hal ini karena tekanan yang dihasilkan pipa kapiler dibatasi oleh panjang kapiler, sedangkan pada KET, tekanan yang dihasilkan disesuaikan dengan kondisi uap superpanas di ujung evaporator. Gambar 5. Tekanan hasil pengujian KET dengan mengaktifkan fan Gambar 6. Temperatur hasil pengujian pipa kapiler dengan menon-aktifkan fan Hasil pengujian temperatur dengan menon-aktifkan fan kondensor dan fan evaporator menggunakan pipa kapiler dapat dilihat pada Gambar 6. Sedangkan hasil 394

pengujian temperatur menggunakan KET dengan menon-aktifkan fan kondensor dan fan evaporator dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Temperatur hasil pengujian KET dengan menon-aktifkan fan evaporator dan fan kondensor Gambar 8. Tekanan hasil pengujian pipa kapiler dengan menon-aktifkan fan Gambar 6 menunjukkan bahwa hasil pengujian temperatur kompresor out dan temperatur kondensor out pada pipa kapiler lebih tinggi dibanding temperatur kompresor out dan kondensor out hasil pengujian pada KET seperti tampak pada Gambar 7. Sebaliknya hasil pengujian temperatur kompresor in, evaporator in, evaporator out, evaporator middle dan temperatur box pada pipa kapiler (Gambar 6) hanya sedikit lebih tinggi dibanding dengan hasil pengujian temperatur KET 395

(Gambar 7). Hal ini terjadi karena KET dapat menyesuaikan aliran refrigeran dengan beban pendinginan sehingga tekanan yang dihasilkan tidak terlalu tinggi dibanding tekanan yang dihasilkan pipa kapiler. Gambar 8 menunjukkan hasil pengujian tekanan menggunakan pipa kapiler dengan menon-aktifkan fan kondensor dan fan evaporator. Sedangkan hasil pengujian tekanan menggunakan KET dengan menon-aktifkan fan kondensor dan fan evaporator dapat dilihat pada Gambar 9. Hasil pengujian tekanan ini juga identik dengan hasil pengujian temperatur, karena nilai tekanan yang sebanding dengan nilai temperatur, Pada pengujian pipa kapiler tekanan sisi tinggi pada kondensor (Gambar 8) lebih tingi dibanding tekanan sisi tinggi pada KET (Gambar 9), hal ini karena tekanan yang dihasilkan pipa kapiler dibatasi oleh panjang kapiler, sedangkan pada KET, tekanan yang dihasilkan akan disesuaikan dengan kondisi uap superpanas di ujung evaporator. 4 Kesimpulan Gambar 9. Tekanan hasil pengujian KET dengan menon-aktifkan fan Gambar 9. Tekanan hasil pengujian KET dengan menon-aktifkan fan Dari analisis penggunanan alat ekspansi jenis pipa kapiler dan jenis KET pada mesin pendingin, dapat disimpulkan bahwa, kenaikan tekanan pada sisi tekanan tinggi akan menyebabkan kerja kompresor menjadi meningkat, sehingga akan mengkonsumsi energi listrik lebih banyak. Kenaikan tekanan menggunakan pipa kapiler selalu lebih tinggi dibanding mengunakan KET, hal ini sebanding dengan hasil pengujian temperatur, sehingga dapat dinyatakan bahwa penggunaan KET akan mengurangi konsumsi listrik atau lebih hemat listrik dibanding jenis pipa kapiler. Penggunaan KET lebih disarankan dibanding penggunaan pipa kapiler untuk hasil yang lebih baik. Penggunaan KET akan memberikan tekanan dan temperatur kerja yang lebih rendah dibanding pipa kapiler. Artinya penggunaan 396

KET akan memberikan pendinginan yang lebih baik dibanding penggunaan pipa kapiler. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ade dan Juni Purba yang telah meluangkan waktu dan tenaganya dalam pembuatan alat uji, pengujian dan pengambilan data pada penelitian ini. 5 Daftar Pustaka Chinnaraj, Chennuchetty. and Govindarajan, Palanisamy. 2010 "Performance Analysis of Electronic Expansion Valve in 1 TR Window Air Conditioner using Various Refrigerants" International Journal of Engineering Science and Technology. 2(9): 4020-4025. J.M. Choi, Y.C., Kim. 2002. "The effects of improper refrigerant charge on the performance of a heat pump with an electronic expansion valve and capillary tube", Energy. 27: 391-404. Marcinichen, Jackson B. and Melo, Cláudio. 2006. "Comparative Analysis Between A Capillary Tube And An Electronic Expansion Valve In A Household Refrigerator". International Refrigeration and Air Conditioning Conference at Purdue, R804: 1-8. R, Iskandar. 2010. "Kaji Eksperimental Karakteristik Pipa Kapiler dan Katup Ekspansi Termostatik pada Sistem Pendingin Water-Chiller". Jurnal Teknika, 33(1): 55-60. Refrigeration and Air Conditioning. 2008. Electrical Engineering Indian Institute of Technology Kharagpur. India. Suryono, Ahmad Fauzan. dan Hoten, Hendri Van. 2009. "Kaji Eksperimental Perbandingan Performansi Mesin Pendingin Kompresi Uap dengan Menggunakan Pipa Kapiler dan Katup Ekspansi". Jurnal Teknosia. 11(6): 34-39. 397