BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan

KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: Wahyu Setyoasih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak

KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC

BAGAIMANA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PAUD?

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

Oleh: Ali Banowo SMP Negeri 3 Panggul Kabupaten Tranggalek

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERORIENTASI KKNI UNTUK PENGUATAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA KULIAH EVALUASI DAN PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rosita, 2013

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA

Oleh: Musringah SD Negeri 2 Durenan Kabupaten Tranggalek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Kemampuan Membaca Teks Berita Dengan Menggunakan Model Cooperative Integrated Reading And Composition

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai peraturan perundang-undangan yang disusun guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berpikir merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembaran di mana siswa mengerjakan

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. segala perubahan yang terjadi dilingkungannya. Tanpa pendidikan, manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arif Abdul Haqq, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI. Undang-undang RI no 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun pelajaran 2013/2014, pemerintah sudah menerapkan kurikulum yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Pendidikan menurut Undang-undang tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iis Teguh Lestari, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Elin Budiarti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa,

2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Melalui pendidikan, manusia mendapatkan pembelajaran secara kognitif, afektif dan psikomotor yang kemudian berguna bagi dirinya, bangsa dan negara. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan nasional berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuataan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan bagian dari proses pendidikan yang di dalamnya siswa mengikuti sebuah proses pembelajaran. Pembelajaran di sekolah pada dasarnya bukan hanya sekedar memberikan materi ajar tanpa adanya suatu tujuan yang hendak dicapai dari pembelajaran itu sendiri. Begitupun dengan pembelajaran sejarah, pembelajaran sejarah di sekolah memiliki peranan penting terutama dalam pembentukan karakter individu dan bangsa. Hal ini sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini, di mana pembentukan karakter menjadi hal yang penting untuk pembentukan kepribadian siswa. Kurikulum 2013 menitikberatkan pada pendekatan ilmiah (Scientific Approach). Pendekatan tersebut memiliki kriteria, antara lain : 1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 1

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. 4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. 5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. 6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. 7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya (Tim Instruktur PLPG, 2013:39-40). Dilihat dari karakteristiknya, kurikulum 2013 dengan menggunakan pendekatan ilmiah lebih berorientasi pada pembelajaran yang sifatnya logis dan rasional. Hal ini tentu menjadi bahan perhatian bagi guru, terutama guru dalam rumpun mata pelajaran sosial untuk mengemas pembelajaran sehingga sesuai dengan kurikulum yang berlaku tanpa mengesampingkan kaidah dan karakteristik dari mata pelajaran yang diajarkannya. Begitupun dengan mata pelajaran sejarah, yang merupakan mata pelajaran yang termasuk ke dalam rumpun ilmu sosial. Sejarah merupakan mata pelajaran yang di dalamnya menjelaskan peristiwa masa lampau yang dikonstruksi berdasarkan peninggalan-peninggalan atau jejak masa lampau yang ditemui. Peninggalan-peninggalan tersebutlah yang kemudian menjadi landasan ilmiah dalam menjelaskan pembelajaran sejarah, di mana konsep, teori, fakta, ruang dan waktu menjadi bagian penting di dalamnya. Wiyanarti dalam Satria (2012:1) menyebutkan bahwa Pendidikan sejarah di era global dewasa ini dituntut kontribusinya untuk dapat lebih 2

menumbuhkan kesadaran sejarah dalam upaya membangun kepribadian dan sikap mental siswa. Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya untuk mengaktualisasikan diri dalam keterhubungan waktu yang bergerak dari masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Kesadaran sejarah dapat ditumbuhkan dengan cara lebih menekankan proses pembelajaran kepada pengembangan keterampilan berpikir. Keterampilan berpikir bisa dikembangkan melalui pembelajaran sejarah yang mengajarkan siswa tentang peristiwa sejarah di lihat dari berbagai aspek. Hal ini sesuai dengan tujuan instruksional pembelajaran sejarah di sekolah menengah atas yang menyebutkan bahwa Siswa harus mendapatkan pengetahuan tentang istilah, konsep, fakta, peristiwa, simbol, gagasan, perjanjian, problem, tren, kepribadian, kronologi, generalisasi dan lain-lain yang berkaitan dengan pendidikan sejarah (Kochhar, 2008:51). Berdasarkan uraian di atas, konsep waktu menjadi lingkup yang penting dalam pembelajaran sejarah. Dengan memahami konsep waktu yang benar, siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kronologis dalam pembelajaran sejarah yang merupakan bagian dari berpikir kesejarahan. Berpikir kronologis menjadi tingkat berpikir yang mendasari pemahaman kesejarahan. Konsep waktu yang tersusun secara kronologis merupakan hal yang mendasar dalam pembelajaran sejarah. Pendapat tersebut sejalan dengan Kochhar (2008:3) bahwa waktu merupakan unsur esensial dalam sejarah. Sejarah berkaitan dengan rangkaian peristiwa, dan setiap peristiwa terjadi dalam lingkup waktu tertentu. Merujuk pernyataan di atas, kemampuan berpikir kronologis merupakan salah satu aspek penting dalam kemampuan berpikir kesejarahan. Untuk itu, peneliti lebih memfokuskan permasalahan dalam konsep waktu, yaitu bagaimana siswa mampu menumbuhkan kemampuan berpikir kronologis dengan pemahaman mengenai konsep waktu yang benar. Urutan waktu menjadi bagian yang penting dalam pembelajaran 3

sejarah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kronologis siswa. Namun, seringkali waktu (tanggal, tahun) umumnya dianggap tidak terlalu penting dan kemudian dilupakan. Bagaimana siswa mengingat gagasangagasan dasar dan tanggal-tanggal bersejarah serta mengembangkan konsep waktu merupakan pokok permasalahan yang penting dalam pembelajaran sejarah. Urutan peristiwa secara kronologis merupakan hal yang penting dalam pembelajaran sejarah. Urutan waktu dan peristiwa secara kronologis merupakan dasar dalam pengetahuan sejarah untuk menghindari kekeliruan dalam memahami peristiwa sejarah. Hal ini sejalan dengan pendapat yang mengemukakan bahwa Urutan peristiwa secara kronologis dalam masa lampau adalah fundamental dalam setiap pengetahuan sejarah...sehubungan dengan itu, hal yang senantiasa perlu dihindari ialah anakronisma yang mengacaubalaukan urutan peristiwa (Kartodirjo, 1993:33-34). Mengacu pendapat di atas, kekeliruan dalam menafsirkan peristiwa sejarah dapat terjadi karena rendahnya kemampuan berpikir kronologis siswa dalam memahami suatu peristiwa sejarah. Rendahnya kemampuan berpikir kronologis dapat terjadi karena pengabaian urutan waktu dalam pembelajaran sejarah. Berpikir kronologis akan tumbuh apabila siswa terus berlatih untuk menghubungkan peristiwa sejarah berdasarkan urutan waktu yang sistematik dengan bantuan metode, media dan pengajaran yang mendukung. Berdasarkan hasil pengamatan di kelas X MIA 1 terdapat beberapa permasalahan yang menyebabkan proses pembelajaran menjadi kurang efektif. Permasalahan tersebut antara lain : 1. Selama proses belajar-mengajar sejarah berlangsung, peran guru dan sumber belajar seperti buku paket dan lembar kerja siswa (LKS) sangat dominan sehingga pembelajaran lebih ke arah Teacher center. Guru menerangkan materi pembelajaran berdasarkan buku paket dan LKS tersebut (buku paket Sejarah Indonesia terbitan Kementerian 4

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia) dan siswa menyimak apa yang disampaikan guru. 2. Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa terlihat kurang memahami konsep-konsep dalam pembelajaran sejarah. Hal ini terlihat dari sering terjadinya kekeliruan dalam konsep, baik dalam penyebutan, pengartian dan penempatan konsep berdasarkan urutan waktu dan peristiwanya. 3. Masalah yang paling menonjol dalam pembelajaran sejarah di kelas X MIA 1 adalah lemahnya kemampuan siswa dalam mengingat hal-hal yang sifatnya faktual, seperti tempat, waktu, kronologi peristiwa dan tokoh. Hal ini terlihat ketika guru melakukan tanya jawab seputar halhal yang bersifat faktual, siswa cenderung mengalami kesulitan untuk menjawab, terutama pertanyaan dalam lingkup waktu. Hal tersebut tentu menjadi masalah yang harus diatasi, mengingat konsep ruang dan waktu merupakan komponen penting dalam pembelajaran sejarah. Peneliti melihat kemampuan mengingat siswa terutama dalam konsep waktu perlu untuk diperbaiki sebagai dasar dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kronologis. Berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran sejarah di kelas X MIA 1 tersebut, maka perlu adanya upaya untuk memperbaiki masalah tersebut sehingga pembelajaran sejarah di kelas X MIA 1 dapat berlangsung dengan baik dan tujuan pembelajaran pun tercapai. Untuk mengatasi masalah tersebut guru bisa menggunakan berbagai alternatif perbaikan baik secara teknis berupa variasi metode pengajaran sejarah maupun memperbaiki melalui sarana pembelajaran guna mendukung terlaksananya pembelajaran yang baik. Melihat dari permasalahan yang terjadi di kelas, serta faktor lainnya, penggunaan media sebagai alat perbaikan pembelajaran dirasa sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Hal ini berdasarkan pada kurangnya penggunaan media pembelajaran sejarah di kelas. Siswa sendiri mengungkapkan kesulitannya 5

mengingat hal-hal yang bersifat faktual dalam pembelajaran sejarah. Guru telah berupaya untuk mengubah metode yang digunakan dalam pembelajaran dan menyajikan pembelajaran secara menarik dengan sesekali diselingi humor, namun rupanya belum sepenuhnya bisa memperbaiki kondisi pembelajaran di kelas X MIA 1. Untuk itu alternatif yang bisa membantu dalam perbaikan pembelajaran itu sendiri adalah dengan penggunaan media yang relevan dalam pembelajaran sejarah di kelas. Media Time Line dapat dikembangkan sebagai salah satu upaya dalam mengatasi masalah yang timbul dalam pengembangan pembelajaran sejarah dan pengarahan untuk mencapai tujuan pembelajaran di kelas serta untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kronologis siswa agar dapat merekonstruksi sejarah yang terjadi pada masa lampau dengan bantuan media Time Line. Hal ini yang kemudian menarik untuk dikaji. Selain itu, peneliti juga mendapatkan gambaran bagaiamana penggunaan media Time Line dalam pembelajaran sejarah berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilaksanakan pada tahu 1999 dengan judul, Pengembangan Kemampuan Berpikir Kronologis Siswa Melalui Model Garis Waktu (Wiyanarti : 2000), sehingga dapat memberikan gambaran kepada peneliti mengenai media Time Line yang akan dikembangkan sebagai upaya menumbuhkan kemampuan bepikir kronologis siswa. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di sekolah serta kajian pustaka yang dilakukan oleh penelti, untuk itu peneliti mengambil judul Penggunaan Media Time Line Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kronologis Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas X MIA 1 SMAN 15. B. Rumusan Masalah Berdasarkan kondisi yang ditemui di kelas serta pengkajian pustaka yang dilakukan oleh peneliti, peneliti merasa perlu adanya upaya 6

untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kronologis siswa dalam pembelajaran sejarah. Sehubungan dengan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, rumusan masalah yang peneliti buat adalah Bagaimana penggunaan media Time Line untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kronologis siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas X MIA 1 SMA Negeri 15 Bandung?. Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan penelitian yang dikembangkan antara lain : 1. Bagaimana merencanakan penggunaan media Time Line dalam pembelajaran sejarah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kronologis siswa di kelas X MIA 1 SMAN 15 Bandung? 2. Bagaimana tahapan pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan menggunakan media Time Line untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kronologis siswa di kelas X MIA 1 SMAN 15 Bandung? 3. Bagaimana menumbuhkan kemampuan berpikir kronologis siswa dengan menggunakan media Time Line di kelas X MIA 1 SMAN 15 Bandung? 4. Bagaimana upaya guru mengatasi kendala yang dihadapi dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan media Time Line untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kronologis siswa di kelas X MIA 1 SMAN 15 Bandung? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang dikemukakan di atas, secara umum adalah untuk memperoleh gambaran penggunaan media Time Line untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kronologis siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas X MIA 1 SMA Negeri 15 Bandung. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 7

1. Mengkaji perencanaan penggunaan media Time Line untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kronologis siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas X MIA 1 SMAN 15 Bandung. 2. Mengkaji pelaksanaan dari pengunaan media time untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kronologis siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas X MIA 1 SMAN 15 Bandung. 3. Menganalisis hasil dari penggunaan media Time Line untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kronologis siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas X MIA 1 SMAN 15 Bandung. 4. Menemukan solusi dalam mengatasi kendala yang dihadapi ketika menerapkan media Time Line untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kronologis siswa di kelas X MIA 1 SMAN 15 Bandung. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini di antaranya : 1. Manfaat bagi peneliti Memberikan pengetahuan dan ilmu baru dalam penggunaan media time line untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kronologis siswa dalam pembelajaran sejarah. 2. Manfaat bagi sekolah Membantu pencapaian tujuan pendidikan dan terlaksananya kurikulum dalam pembelajaran di sekolah. Serta menjadikan perbandingan untuk perbaikan bagi pembelajaran di sekolah. 3. Manfaat bagi guru Memberikan informasi baru mengenai media ajar yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran sejarah di kelas serta memberikan gambaran dan motivasi kepada guru untuk memperluas dan mengembangkan ide kreatif guru dalam pembelajaran sejarah di sekolah. 4. Manfaat bagi siswa 8

Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sejarah dengan mengajak siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kronologis melalui penggunaan media Time Line sehingga pembelajaran sejarah menjadi sebuah kegiatan belajar mengajar yang menarik dan memotivasi siswa. E. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi dalam penelitian ini adalah: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini terdapat latar belakang masalah yang berisi keresahan peneliti terhadap kondisi yang ditemukan di kelas, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta struktur organisasi penulisan skripsi. BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini memaparkan kajian pustaka sebagai landasan teoritis dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian termasuk di dalamnya komponen berupa lokasi dan subjek penelitian, desain dan metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian dan pengembangannya, teknik pengumpulan data dan analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini terdiri atas pengolahan data dan pembahasan atau analisis temuan. Bab ini memaparkan hasil penelitian yang didasarkan atas data yang diperoleh selama penelitian dilakukan. BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 9

Bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian dan saran atau rekomendasi peneliti untuk perbaikan dalam penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Berisi daftar berbagai referensi. Baik referensi berupa sumber buku, artikel, maupun sumber internet yang digunakan oleh penulis sebagai sumber rujukan tertulis dalam penelitian. LAMPIRAN Berisi berbagai macam dokumen yang digunakan dalam penelitian. 10