BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka peneliti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani adaptif merupakan luasan dari kata pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. fisik melalui mata pelajaran pendidikan jasmani. Hal tersebut bisa dipahami karena mengarahkan

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan peraturan, pendidikan,pelatihan,pembinaan,pengembangan dan

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. lempar. Selain dari itu gerakan yang terdapat dalam. mengemukakan bahwa atletik ibu dari semua cabang olahraga.

LAYANAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS dan PENDIDIKAN INKLUSIF

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai salah satu komponen pendidikan yang wajib diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang pesat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting di era globalisasi ini, yakni bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan sistem pendidikan yang berkualitas. Keberhasilan proses

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) meliputi permainan

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.

TINJAUAN MATA KULIAH...

PEMBELAJARAN DI KELAS INKLUSIF

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan pula dalam memproduksi suara atau bunyi bahasa yang terdapat. menerima konsep-konsep ilmu pengetahuan.

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu hal yang paling sangat penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini dilakukan untuk memformulasikan kompetensi GPK dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. normal, namun anak anak yang memiliki keterbelakangan mental juga

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. dengan siswa dapat memahami dan mengerti maksud pembelajaran.

BAB V PENUTUP. semakin menjadi penting bagi agenda reformasi pendidikan setelah Education

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

WALIKOTA PROBOLINGGO

2015 MOD IFIKASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI D ALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA:

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keterampilan olah raga tetapi pada perkembangan si anak seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sebagai bagian dari. Pendidikan Nasional, memiliki peranan sangat penting, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. berubah, pendidikan adalah modal utama bagi seseorang agar bisa beradaptasi.

Struktur Kurikulum 2014 Jurusan Pendidikan Luar Biasa

KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG)

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI


IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SDN No MEDAN MARELAN

GUBERNUR ACEH TENTANG PERATURAN GUBERNURACEH NOMOR 92 TAHUN 2012 PENYELENGGARAANPENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT ALLAHYANG MARA KUASA

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

PENJAS ADAPTIF. Yuyun Ari Wibowo

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. berkebutuhan khusus. Permasalahan pendidikan sebenarnya sudah lama

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu anak mempunyai hak

KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG)

SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hak semua anak, tanpa terkecuali. Baik yang

BAB I PENDAHULUAN. dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meirani Silviani Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani (Penjas) merupakan salah satu mata pelajaran yang harus

KISI-KISI PENGEMBANGAN SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN MATA PELAJARAN GURU KELAS SDLB KOMPETENSI PEDAGOGIK

MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN JENJANG PENDIDIKAN : SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki peran yang sangat

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Diterapkanya pendidikan dasar Sembilan tahun berdasarkan UU Nomor 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani dan olahraga memiliki peran yang sangat penting

2016 LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK TUNANETRA

BAB IV HASIL PENELITIAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

Transkripsi:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka peneliti dapat mengemukakan beberapa simpulan sebagai berikut : A. Simpulan 1. Identitas, pengalaman dan pemahaman guru. a. Identitas (jenis kelamin, usia dan background pendidikan) tidak berkaitan dengan pandangan positif guru pendidikan jasmani terhadap siswa ABK. (indikasi pandangan positif guru terhadap ABK adalah: guru melibatkan siswa ABK dalam pembelajaran, tidak menganggap siswa ABK sebagai siswa dengan kemampuan motorik yang rendah) b. Pengalaman guru dalam mengajar pendidikan jasmani (lamanya waktu guru mengajar penjas, dalam hitungan tahun) tidak berkaitan secara langsung terhadap pandangan positif guru terhadap ABK c. Pengalaman mengajar guru melibatkan ABK (intensitas interaksi guru terhadap ABK) berkaitan dengan pandangan positif guru terhadap ABK, dengan demikian program pendidikan inklusif harus terus digulirkan karena dengan berjalannya waktu dan terjadinya interaksi dengan ABK akan memperbaiki pandangan positif terhadap keberadaan ABK di sekolah inklusif. d. Pemahaman guru pendidikan jasmani tentang karakteristik peserta didik diperoleh dari intensitas interaksi guru terhadap ABK. 150

e. Guru yang memiliki pandangan positif terhadap ABK lebih cenderung untuk memiliki optimisme terhadap kemampuannya dalam mengajar ABK. 2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran a. Persiapan dalam pembelajaran yang dilaksanakan guru adalah membuat RPP, hanya sebagian kecil yang menyertakan persiapan alat, tempat dan alternatif materi sebagai bagian dari persiapan pembelajaran. b. Materi pembukaan dilaksanakan dengan kegiatan lari berkeliling, senam dengan atau tanpa musik, permainan tradisional atau permainan kecil tanpa alat. c. Sumber materi pembelajaran berasal dari buku regular sesuai dengan kelas. Tidak ada buku materi tentang pendidikan jasmani adaptif yang diperuntukkan bagi guru penjas yang mengajar di sekolah dasar inklusif sehingga guru tidak memiliki pedoman dalam pembelajaran, dalam menyususn modifikasi RPP, juga dalam membuat PPI. d. Permasalahan dan kesulitan yang dihadapi guru pendidikan jasmani adaptif: 1) Permasalahan terkait partisipasi ABK (partisipasi yang dikarenakan ABK tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran pada materi tertentu yang membutuhkan ketangkasan fisik, maupun ABK tidak mengikuti kegiatan pembelajaran dan beraktifitas diluar program pembelajaran) 151

2) Kesulitan penganganan siswa (siswa tantrum, babbling, echolalia, individualisme, hiperaktif, emosi tak terkendali) 3) Kesulitan komunikasi (kesulitan guru dalam menyampaikan materi dan meberikan pengarahan pada siswa, terutama terhadap siswa ADHD, Autis, Tunagrahita sedang dan berat juga siswa Tunarungu) 4) Keterbatasan sarana dan prasarana (aksesibilitas, media pembajaran yang dimodifikasi, termasuk ketersediaan buku ajar pendidikan jasmani adaptif) 5) Kesulitan guru melaksanakan evaluasi pembelajaran (guru kesululitan mengadakan evaluasi terhadap siswa yang secara fisik hadir namun pada saat pembelajaran siswa beraktifitas diluar ketentuan program pembelajaran) 6) Pengalaman guru yang masih minim (sebagian guru tidak pernah mendapatkan pelatihan, guru juga mengeluhkan belum seberapa faham dalam penanganan terhadap kasus-kasus siswa ABK dan guru masih kebingungan bagaimana memberikan penanganan yang tepat pada siswa ABK). e. Guru pendidikan jasmani cenderung merasa kesulitan mengajar siswa dengan permasalahan hiperaktifitas dan permasalahan gangguan emosional (autis, ADHD) dan merasa lebih mudah mengajar siswa dengan tanpa permasalahan fisik (slowleaner, anak berkesulitan belajar, anak tunarunggu). 152

3. Strategi pembelajaran yang diterapkan a. Strategi pembelajaran yang telah diterapkan guru penjas adalah dengan melakukan pendekatan psikologis, memperbanyak porsi praktek daripada teori, penyampaian teori dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami, dan memperhatikan kebutuhan khusus karakteristik siswa ABK. b. Sumber belajar yang tersedia: buku pendidikan jasmani regular, teman sebaya siswa dan guru pendamping khusus/guru shadow. Optimalisasi pusat sumber dan guru kunjung masih minim. c. Ketuntasan dan target pencapaian materi, disadari guru bahwa tidak memungkinkan bagi ABK untuk dapat sampai pada ketuntasan materi pembelajaran penjas kecuali bagi siswa tanpa hambatan fisik dan gangguan emosi/perilaku. Target penilaian guru didasarkan pada KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). 4. Modifikasi dalam pembelajaran (sarana prasarana, kurikulum, media, evaluasi) a. Sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran pendidikan jasmani tidak banyak yang berubah, sebagian sekolah hanya menambahhkan bangunan sekolah yang diperuntukkan bagi siswa ABK. b. Kurikulum yang dilaksanakan guru berdasarkan KTSP, dan tidak ada guru pendidikan jasmani yang membuat PPI dalam pembelajaran, sebagian kecil guru telah menyusun RPP yang telah di modifikasi, dan 153

mayoritas guru telah menerapkan pembelajaran yang dimodifikasi meskipun tidak melakukan modifikasi dalam RPP, dan hanya sebagian kecil guru yang tidak melaksanakan modifikasi dalam pelaksanaan pembelajaran. Hanya sedikit guru yang telah menyusun RPP modifikasi dan penyusunan tersebut didasarkan pada perkiraan dan perasaan guru tentang kemampuan siswa ABK, pembuatan RPP tidak disasarkan pada hasil assessmen ataupun berangkat dari hasil diagnosa ahli, guru juga tidak memiliki catatan tertulis/ rekaman tentang aktifitas siswa yang memungkinkan dijadikan pedoman dalam menyusun program pembelajaran yang sesuai bagi siswa. c. Media pembelajaran yang digunakan guru adalah media pembelajaran yang umum, sedikit guru yang membuat modifikasi dalam media pembelajaran dan modifikasi yang dilakukan oleh sebagian guru tersebut tidak sampai pada modifikasi yang diperuntukkan bagi kebutuhan khusus ABK, modifikasi yang dilakukan guru masih bersifat umum, dan juga diperuntukkan bagi semua siswa. d. Evaluasi yang dilakukan guru terhadap ABK dengan penurunan beban praktek dan atau penurunan kriteria penilaian, mayoritas guru telah memodifikasi penilaian/evaluasi dengan mempertimbangankan: 1) Teknik pelaksanaan bukan berorientasi pada hasil akhir. 2) Pencapaian dan kemajuan yang diraih masing-masing siswa dibandingkan dengan kemampuan anak sebelumnya. 3) Partisipasi siswa dalam pembelajaran. 154

4) Perilaku baik/itikad baik siswa. 5. Upaya guru untuk memotivasi serta mengaktifkan peran serta seluruh siswa dalam kegiatan pembelajaran. a. Metode guru untuk memotivasi siswa: mayoritas guru telah memperlakukan siswa secara adil tanpa diskriminasi, memberikan apresiasi baik kepada ABK maupun siswa reguler yang berprestasi, sebagian guru melibatkan ABK sebagai supporter untuk pembelajaran yang tidak memungkinkan diikuti siswa, guru juga meminimalisir bantuan yang diberikan pada siswa untuk menumbuhkan rasa percaya diri ABK terhadap kemampuan yang dimilikinya, sebagian guru memotivasi siswa melalui pendekatan psikologis dan berusaha mengenali dan menggali bakat dan potensi siswa. b. Partisipasi siswa ABK dalam pembelajaran secara umum baik, dari segi absensi maupun keaktifan dalam kegiatan pembelajaran, hanya partisipasi siswa autis dan ADHD yang dinilai kurang oleh guru. c. Partisipasi siswa regular dalam pembelajaran baik dan penerimaan siswa regular pada teman-temanya ABK juga baik. B. Saran 1. Saran bagi guru pendidikan jasmani. a. Berperan aktif melibatkan siswa ABK dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif, (mencari jalan keluar agar semua ABK dapat berperanserta dalam kegiatan pembelajaran). 155

b. Mempergunakan landasan hasil assessment atau diagnosa ahli dalam menyusun rencara pembelajaran yang tepat sehigga tidak menyusun RPP/PPI berdasarkan perkiraan atau perasaan guru tentang kemampuan siswa. c. Membuat pencatatan yang teratur dan lebih spesifik untuk masing-masing siswa, (ntuk mendapatkan pemahaman tentang karakteristik siswa, keterbatasan dan kemampuan siswa) catatan/ dokumentasi guru tersebut sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai alat assessment terhadap kemampuan siswa sehingga pelaksanaan program yang diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus dapat lebih tepat. d. Berfikir kreatif dan inovatif untuk menciptakan media-media pembelajaran yang membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran dan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi semua siswa. 2. Saran bagi Kepala Sekolah a. Mengoptimalkan peran dan fungsi pusat sumber dan guru kunjung dalam upaya memajukan pendidikan inklusif di sekolah (dengan lebih aktif berdiskusi/sharing dengan guru kunjung). b. Melaksanakan assessment terhadap keseluruhan siswa. Bekerjasama dengan tenaga ahli atau pakar yang tepat dalam perencanaan peningkatan mutu pendidikan inklusif di sekolah. Dan menggunakan hasil tersebut sebagai landasan penyusunan program pembelajaran. 156

c. Pendelegasian dalam setiap kegiatan kepada wakil/guru yang tepat, sehingga tujuan dari setiap pelaksanaan pelatihan atau pembekalan dapat sesuai sasaran. 3. Saran bagi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (P4TK); Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) dan Perguruan Tinggi (PT) P4TK, LPMP, dan PT sebagai lembaga yang ditunjuk pemerintah dalam permendiknas no 70 tahun 2009 pasal 10 sebagai lembaga yang berhak melaksanakan peningkatan kompetensi di bidang pendidikan khusus bagi pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif. a. Guru olahraga yang mengajar di sekolah-sekolah inklusi hendaknya dibekali materi tentang: (1) metode penanganan siswa berkebutuhan khusus; (2) metode berkomunikasi dengan siswa berkebutuhan khusus; (3) modifikasi media dalam pembelajaran; (4) metode evaluasi bagi siswa berkebutuhan khusus; (5) metode perencanaan pembelajaran secara individu/ cara menyusun PPI / modifikasi RPP; (6) metode pelaksanaan assessment atau pendokumentasian aktifitas siswa. b. Memperjelas kriteria peserta dalam setiap kali pelatihan atau pembekalan yang berkaitan tentang pendikan jasmani adaptif, yaitu guru olahraga. c. Pengadaan buku modul pendidikan jasmani adaptif bagi sekolah penyelenggara pendidikan inklusif sehingga guru pendidikan jasmani di 157

sekolah inklusif lebih mudah mengaplikasikan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karekteristik siswa, dan mempermudah guru dalam mengaplikasikan modifikasi RPP/ PPI sebagai persiapan dalam pelaksanaan pembelajaran. 4. Saran Bagi Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Menenuhi tersedianya sarana dan prasarana bagi peserta didik serta memperhatikan aksesibilitas dan/alat alat sesuai kebutuhan peserta didik sebagaimana permendiknas no 70 tahun 2009 pasal 11 dan peraturan gubernur Jawa Timur no 6 tahun 2011 pasal 7. 5. Saran bagi peneliti selanjutnya a. Diperlukan penelitian jangka panjang tentang manfaat dan konsekuensi pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dan optimalisasi fungsi pendidikan jasmani adaptif bagi semua pihak di sekolah dasar iniklusif. b. Melakukan follow up terhadap hasil-hasil penelitian ini, dengan melakukan kajian lebih mendalam tentang strategi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar inklusif untuk diimplementasikan pada pengembangan model pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yang tepat untuk diaplikasikan di sekolah-sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dengan basis kurikulum tingkat satuan pendidikan. 158