BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam buku Tri Widiarto yang berjudul Psikologi Lintas Budaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. tradisi serta budaya. Keragaman suku bangsa di Indonesia menyebabkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Hilir Tengah, Kecamatan Ngabang,

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

KEBUDAYAAN & MASYARAKAT

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB II KAJIAN TEORI. Kebudayaan berasal dari kata sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak

Human Relations. Kebudayaan dan Human Relations. Amin Shabana. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB II KAJIAN TEORI. lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kebudayaan. Hal yang paling

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB II KAJIAN TEORI. Antropolog Indonesia Koentjaraningrat dalam bukunya. itu mempunyai paling sedikit tiga wujud yaitu:

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Pustaka. 1. Pengertian Tradisi. Tradisi dalam bahasa latin traditio, diteruskan atau kebiasaan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB II KAJIAN TEORI. "Adat" berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. animisme dan dinamisme. Masyarakat tersebut masih mempercayai adanya rohroh

PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. majemuk. Sebagai masyarakat majemuk (plural society) yang terdiri dari aneka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan

Skripsi. diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Sejarah. Oleh : James Paul Piyoh

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

Dampak Perubahan Sosial Budaya

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

Budaya Budaya = pikiran; akal budi (KBBI, 2002:169) Berasal dari kata Buddayah(Sansekerta), yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi, artinya budi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

Makalah dengan judul PROGRAM PEMBELAJARAN DI TK PERSPEKTIF BUDAYA LOKAL. Oleh : Joko Pamungkas.M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. Suku Bone, Suku Atingola, dan Suku Mongondow. menyebut Gorontalo berasal dari kata hulontalo, yang juga berasal dari kata

kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kegiatan sehari-hari. Kesehatan telah menjadi suatu kajian ilmu

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Masyarakat & Budaya

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Y E S I M A R I N C E, S. I P

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya yang hidup di negeri ini. Masing-masing kelompok masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. rohaniah (Satrio Haryanto, 2006:1). Dalam kehidupan perlu adanya. dengan melestarikan nilai-nilai budaya dan memahami makna yang

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Begitupun negara Indonesia. Dengan banyak pulau dan suku

a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. spesifik. Oleh sebab itu, apa yang diperoleh ini sering disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DAN PERSIAPAN MENTAL GURU PAUD BERBASIC BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya. Ikatan suci ini adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP dan LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal (Koentjaraningrat, 1974 : 19). Kebudayaan mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan keseluruhan hasil kreativitas manusia yang sangat kompleks, di dalamnya berisi struktur-struktur yang saling berhubungan, sehingga merupakan kesatuan yang berfungsi sebagai pedoman dalam kehidupan. Kebudayaan adalah sebagai sistem. Artinya, kebudayaan merupakan kesatuan organis, dan rangkaian gejala, wujud, dan unsur-unsur yang berkaitan satu dengan yang lain (Tri Widiarto, 2009 : 10). Dalam buku Tri Widiarto yang berjudul Psikologi Lintas Budaya Indonesia, Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa kebudayaan adalah budi daya manusia dalam hidup masyarakat. Sementara itu kebudayaan juga sering disamakan dengan istilah culture. Sebenarnya istilah tersebut berasal dari kata Colere dari bahasa latin artinya mengelola atau mengerjakan bangunan, yaitu mengolah tanah menjadi lahan pertanian (Tri Widiarto, 2009 : 11). 6

Kebudayaan merupakan suatu corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berpikir dan hidup. Kebudayaan merupakan hasil budidaya manusia yang memberikan ciri untuk mengangkat derajat manusia sebagai makhluk paling sempurna di antara makhluk yang lainnya. Dari kebudayaan dapat diketahui tingkat keberadaban manusia. 2. Wujud Kebudayaan dan Unsur-unsur Kebudayaan 1. Menurut Koentjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan terdiri dari tiga wujud yaitu: a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gaggasan, nilai-nilai, norma-norma,dan peraturan. b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitet kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Ketiga wujud kebudayaan di atas dalam kenyataan kehidupan masyarakat tidak akan terpisah satu dengan yang lainnya. Kebudayaan ide dan adat istiadat mengatur dan memberi arah kepada perbuatan dan karya manusia. Perbuatan dan karya manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang mangkin lama mangkin menjauhkan manusia dari lingkungan alamianya, sehingga mempengaruhi pula pola-pola perbuatannya, bahkan juga mempengaruhi cara pikirnya (Koentjaraningrat, 1974 : 15). 7

2. Unsur-unsur Kebudayaan Dalam unsur-unsur kebudayaan yang universal merupakan unsurunsur yang pasti bisa didapatkan di semua kebudayaan di dunia (Koentjaraningrat, 1974 :12). Unsur-unsur kebudayaan dikelompokan menjadi cabang-cabang kebudayaan yang tetap. Kebuadayaan dapat dibagi ke dalam unsur-unsur, sosial, ekonomi, poltik, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, filsafat, dan religi. Di samping itu ada pula yang membagi kebudayaan ke dalam unsur-unsur seperti : pola-pola komunikasi, bentuk-bentuk jasa, pertukaran barang dan jasa, bentuk-bentuk hak milik, kontrol sosial, praktek religi dan magi, mitologi, filsafat, ilmu, kesenian dan rekreasi (Tri Widiarto, 2009 : 15). 3. Pengertian Upacara Tradisional Upacara adalah rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat kepada aturan-aturan tertentu menurut adat atau agama, perbuatan atau perayaan yang dilakukan atau diadakan sehubungan dengan peristiwa penting. Upacara tradisional merupakan suatu kegiatan sosial yang melibatkan warga masyarakat pendukungnya dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan keselamatan, yang mengandung aturan-aturan yang wajib dipenuhi dan dilaksanakan oleh warga masyarakat (Hambali Hasan, 1985 : 1). Dari pengertian diatas terdapat hal-hal penting dalam upacara tradisional yang dapat disimpulkan sebagai berikut : 8

a. Upacara tradisional dalam pelaksanaannya mengandung aturan-aturan yang harus dipenuhi oleh warga pendukungnya. b. Upacara tradisional sebagai suatu kegiatan sosial yang dilaksanakan oleh sekelompok warga masyarakat yang bertujuan untuk mencapai keselamatan. c. Upacara tradisional tumbuh dan menyebar melalui berbagai sikap manusia terhadap peristiwa tertentu. 4. Tujuan Upacara Tradisional Tujuan upacara tradisioanal untuk mewujudkan pengertian dan pemahaman atas nilai-nilai serta gagasan vital yang terkandung di dalamnya (Hambali Hasan, 1985 : 2). Tujuan upacara tradisional yang dilakukan oleh anggota masyarakat baik secara bersama atau individu adalah mendapatkan keselamatan agar dihindarkan dari segala hal-hal yang buruk yang membawa musibah. Upacara tradisional dilakukan secara berkala dan juga mengigatkan semua warga masyarakat yang ada dalam komunitas, jika terjadi penyimpangan akibat yang muncul akan menimpa seluruh masyarakat satu desa (Slamet Ds, 1984 : 54). 5. Jenis-Jenis Upacara Tradisional Upacara-upacara tradisional yang ada di Indonesia secara garis besar dapat dikelompokan menjadi : a. Upacara tradisional kaitanya dengan alam, merupakan upacara yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap dunia gaib dan peristiwaperistiwa alam. 9

b. Upacara Tradisional yang berhubungan dengan sosial. Upacara tradisional ini berhubungan erat dengan adnya suatu harapan keselamatan seseorang maupun keselamatan orang tertentu agar tercapai tujuan keselamatan dalam hidupnya, serta dijauhkan dari gangguan-gangguan makhluk halus dan perbuatan yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan kerugian (Kamajaya Karkoro, 1992 : V). c. Upacara tradisional yang berkaitan dengan mitos, yaitu upacara tradisional yang didalamnya mengandung pemujaan terhadap seseorang tokoh yang memiliki kekuasaan terhadap alam yang berada di pangkuannya. d. Upacara tradisional yang berkaitan dengan legenda. Dalam kaitannya dengan jenis ini diadakan pembagian yang lebih khusus yaitu : 1) Legenda perseorangan, yaitu legenda yang dianggap oleh yang empunya cerita benar-benar terjadi (James Dananjaya, 1991 : 73). 2) Legenda setempat, yaitu legenda yang menceritakan tentang kejadian di suatu tempat baik yang menyangkut nama tempat, bentuk topografi yaitu bentuk permukaan suatu daerah apakah berbukit-bukit, berjurang dan sebagainya (James Dananjaya, 1991 : 75). 10

6. Komponen-Komponen Upacara Tradisional Ada empat komponen dalam upacara keagamaan Menurut (Koentjaraningrat, 1967 : 230-234) yaitu: a. Tempat upacara Sesuatu yang keramat biasanya berada di tempat yang khusus misalnya diujung kampung. Bagi yang mau masuk ke daerah yang dianggap keramat ini biasanya tidak boleh menggunakan sandal atau alas kaki. b. Saat Upacara Saat-saat upacara biasanya dirasa sebagai saat yang genting, gawat dan yang penuh dengan bahaya gaib. Saat-saat itu biasanya saatsaat yang terulang tetapi sejajar dengan irama gerak alam semesta. Dalam kehidupan manusia juga terdapat saat-saat genting misalnya waktu hamil, waktu, kelahiran, waktu bayi dipotong rambutnya, waktu bayi pertama menginjak tanah, waktu anak ditusuk telinganya, waktu sunat, waktu perkawinan, dan waktu kematian. Ada pula waktu-waktu genting yang timbul karena bahaya misalnya wabah penyakit menular, bencana alam, dan waktu ada peperangan. Segala bahaya itu sering dianggap oleh orang berpangkal pada suatu peristiwa dalam dunia gaib sehingga manusia mencoba menolak segala macam bahaya tersebut dengan bermacam-macam upacara yang bermaksud mencari hubungan dengan dunia gaib. Saat-saat upacara tersebut dalam ilmu 11

antropologi disebut upacara-upacara waktu untuk melalui waktu kritis. c. Benda-benda Upacara Benda-benda upacara merupakan alat-alat yang dipakai dalam menjalankan upacara keagamaan. Alat-alat itu bisa berupa seperti wadah atau tempat sajian,sendok pisau, dan senjata juga sering digunakan untuk sajian dan lainnya. Alat-alat upacara yang lazim digunakan adalah patung-patung yang berfungsi sebagai lambang dewa atau roh nenek moyang yang menjadi tujuan upacara. d. Peserta Upacara Peserta upacara keagamaan dalam berbagai religi dan suatu bangsa di dunia biasanya dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu pendeta, dukun, syaman. Pendeta adalah orang yang karena suatu pendidikan yang lama menjadi ahli dalam hal melakukan pekerjaan sebagai pemuka upacara keagamaan. Tukang liant adalah sebuah istilah yang juga sering dipakai untuk menamakan dukun, tetapi istilah tersebut dipakai untuk golongan dukun yang memimpin upacara khusus. 7. Sistem Kerukunan Dalam Upacara Tradisional Kerukunan merupakan suatu kehidupan masyarakat untuk saling menghargai menghormati, dan mengisi antar masyarakat yang menghuni suatu wilayah. Rukun berarti dalam keadaan selaras tanpa perselisihan 12

dan pertentangan disetiap anggota keluarga dan selalu saling membantu dalam segala masalah (Suseno 1998 : 39). 8. Pengertian Pengobatan Tradisional Adat Babore Pengobatan tradisional adat Babore adalah salah satu pengobatan diluar keilmuan medis yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengatasi atau menyembuhkan penyakit baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional di masyarakat Dayak Kanayatn. Pengobatan tradisional juga merupakan kebisaan yang secara turun-temurun sesuai dengan adat istiadat setempat. Ini sama halnya dalam tradisi upacara adat Babore yang merupakan tradisi sebagai pengobatan tradisional di masyarakat Dayak Kanayatn yang di percayai dapat menyembuhkan penyakit diluar medis. Dari pandangan lama orang sukar menerima bahwa manusia harus membangun dunia sendiri dengan memberantas segala macam penyakit dan bencana lainnya. Terkait dengan hal itu orang sering belum membiasakan diri mencari pengobatan diluar dunia tradisional. Pengobatan dan perawatan religius tradisional tidak mengarahkan perhatian pada penyakit sebagai objek, melainkan kepada roh-roh (Mikhail Coomans, 1987 : 148). 9. Pengertian Tradisi dan Adat a) Tradisi Tradisi atau kebiasaan merupakan suatu gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan 13

dilakukan secara turun-temurun dimulai dari nenek moyang. Tradisi yang telah membudaya akan menjadi sumber dalam berakhlak dan berbudi pekerti seseorang. Tradisi, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan waktu atau agama yang sama. Bagian yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Selain itu, tradisi juga dapat diartikan sebagai kebiasaan bersama dalam masyarakat manusia, yang secara otomatis akan mempengaruhi aksi dan reaksi dalam kehidupan sehari-hari para anggota masyarakat itu. Adat dan segala macam peraturan keagamaan diturunkan dari generasi ke generasi sebagai warisan yang suci. Orang-orang Daya berusaha agar semuanya diwariskan kepada generasi berikutnya. Hal itu dilaksanakan terutama oleh para kepala adat dan para belian atau dayung (Mikhail Coomans, 1987 : 73-74). b) Adat Adat merupakan wujud ideal dari kebudayaan yang berfungsi sebagai tata kelakuan. Adapun soal batas antara adat dan hukum adat itu telah banyak dipikirkan oleh para ahli antopologi, tetapi justru tidak oleh para ahli hukum adat Indonesia. Para ahli hukum adat, 14

memang amat berjasa dalam hal pengumpulan dan penggolongan data tentang hukum adat Indonesia, tetapi kecuali B. Ter Haar, tidak ada di antara mereka yang banyak memikirkan mengenai soal batas antara adat dan hukum adat, atau dengan lain perkataan mengenai ciri-ciri dasar dari hukum adat. Para ahli antropologis yang banyak berfikir mengenai masalah sifat-sifat dasar hukum adat, dapat digolongkan ke dalam dua golongan. Golongan yang pertama beranggapan bahwa dalam masyarakat yang terbelakang tidak ada aktivitet hukum. Golongan yang kedua tidak mengkhususkan definisi mereka tentang hukum itu, hanya kepada hukum dalam masyarakat bernegara dengan suatu sistem alat-alat kekuasaan saja (Koentjaraningrat, 1974 : 28). B. Penelitian yang Relevan M.C Schadee, dalam buku yang berjudul Kepercayaan Suku Dayak di Tanah Landak dan Tayan, Yayasan Idayu, 1979. Kesimpulan dari penelitian tersebut antara lain bagi suku Dayak dan suku Melayu di pedalaman Kalimantan, khususnya di tanah Landak dan Tayan mengenal adat Balenggang dan Balian dalam penyembuhaan penyakit beserta pengobatannya. Adat Balian merupakan ciri khas masyarakat Dayak yang sering dipakai dalam pengobatan, sedangkan adat Balenggang lebih banyak digunakan oleh orang-orang Melayu dan sebagian masyarakat Dayak. Dalam hal ini yang sangat membedakan antara adat Balian dan Balenggang tampak dalam penggunaan bahan dalam pengobatan, yaitu 15

dalam adat Balian menggunakan jalu (babi), sedangkan adat Balenggang menggunakan Ayam. Dalam hal inilah masyarakat Dayak dan Melayu mengenal sistem pengobatan tradisional yang sangat erat kaitannya dengan alam religius mereka tentang ajaran Kaharingan. Orang Dayak cenderung melihat penyebab dari suatu penyakit dengan cara metafisik. Suku Dayak mempercayai dengan menggunakan adat Balian bisa menyembuhkan mereka. Masyarakat Dayak biasa menggunakan ritual tertentu yang dipimpin oleh seorang Balian dalam pengobatan suatu penyakit. Begitu juga dengan suku Melayu yang mengenal adat Balenggang yang biasa disebut Lenggang atau tukang Lenggang yang termasuk ke dalam medium yang dapat dimasuki roh dengan pembacaan mantra-mantra untuk penyembuhan penyakit. Pada penelitian tradisi upacara adat Babore memiliki suatu persamaan yaitu sama-sama membahas tentang suatu adat pengobatan tradisional suku Dayak di Kalimantan Barat sebagai sarana dalam pengobatan tradisional. Penelitian tersebut memiliki suatu perbedaan objek penelitian, dan juga di mana dalam penelitian Schadee hanya membahas kepercayaan masyarakat dalam pengobatan tradisional adat Balenggang. Sedangkan dalam penelitian ini membahas secara luas bagaimana prosesi tradisi upacara adat Babore bagi masyarakat Dayak Kanayatn Desa Hilir Tengah Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak. 16