BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

I. PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tempat pusat pemerintahan. Dahulunya pemerintahan pusat harus mengurusi

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi mencari sumber

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Negara saat ini tak lepas dari campur tangan pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia senantiasa melakukan pembangunan nasional untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah di Indonesia telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil analisis data diatas. ialah:

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB V PENUTUP. 1.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Analisis Efektivitas,

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB II. Tinjauan Pustaka. Puspitasari dkk (2016) menjelaskan bahwa 1. Proses pemungutan Pajak

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DI KOTA PADANG. Oleh: FIKRI ZUHRI PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

POTENSI PAJAK RUMAH KOS SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PAJAK DAERAH DALAM PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali. Secara langsung, yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan

BAB I PENDAHULUAN. 1 januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia terdiri dari daerah-daerah yang tersebar di

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

tatanan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk diselesaikan oleh pemerintah daerah. Salah satu urusan yang diserahkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penerimaan pajak daerah dan pendapatan asli daerah di Kota Metro selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah dalam menjalankan pemerintahannya.otonomi daerah sendiri merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Penerimaan pemerintah daerah untuk membiayai BAB I PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. pendapatan daerah kota Bandar Lampung tahun Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah di kota Bandar Lampung

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Kemandirian keuangan daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari wajib pajak yang berdasarkan peraturan perundangan mempunyai. kewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

PUSAT PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG MANGUPRAJA MANDALA.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia `merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang akan selalu melakukan pembangunan nasional guna mensejahterahkan rakyatnya. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya kebutuhan rakyat. Pembangunan dapat dilaksanakan jikalau dana atau biaya yang diperlukan memadai. Dan salah satu sumber dana yang digunakan untuk pembangunan adalah penerimaan pajak. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pajak, penerimaan negara dari tahun 2009 sampai tahun 2012, pajak memberikan kontribusi yang cukup besar bagi negara Indonesia. Ini dapat dilihat dari persentase penerimaan pajak dalam negeri diatas 70 persen dari total keseluruhan penerimaan negara (Selvia 2015:1). Dapat dilihat dari tabel 1.1, dari tahun 2013-2014, pendapatan negara Indonesia yang berasal dari penerimaan pajak sebesar sekitar 74% dan tahun 2015 sekitar 83% dari total keseluruhan pendapatan negara, dan sisanya berasal dari penerimaan negara bukan pajak dan hibah. Tabel 1.1 Pendapatan Negara Indonesia 2013-2015 Jenis Pendapatan Negara 2013 2014 2015 Pendapatan Dalam Negeri 1.432,07 T 1.545,46 T 1.488,2 T a. Penerimaan Pajak 1.077,31 T 1.146,87 T 1.235,80 T b. Penerimaan Negara Bukan 354,76 T 398,59 T 252,40 T Pajak (PNBP) Hibah 5,79 T 5,03 T 3,30 T Total Pendapatan Negara 1.438,90 T 1.550,49 1.491,50 T Sumber:www.pajak.go.id.Realisasi penerimaan pajak tahun 2015 pertumbuhan penerimaan di tengah perlambatan ekonomi (11/2016)

Dengan sistem pemerintahan Indonesia yang Desentralisasi yang sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa Pemerintah Daerah memiliki wewenang untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Ini berarti bahwa Pemerintah Daerah dengan tanggungjawabnya dapat melakukan pembangunan didaerahnya yang secara langsung dapat dirasakan oleh masyarakat, dan mengurangi kerbergantung pada pemerintah pusat. Dengan adanya pelimpahan wewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, juga disertai dengan pelimpahan keuangan (desentralisasi fiskal) yang dimana Pemerintah Daerah sendiri yang juga mengatur dan mengurus keuangan daerahnya sendiri. Salah satu sumber keuangan daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang salah satu bagiannya diperoleh dari penerimaan pajak daerah. Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, terdapat perubahan pembatasan jenis pajak yang dimana 16 jenis pajak yang dipungut oleh daerah yaitu 5 jenis pajak provinsi dan 11 jenis pajak kabupaten/kota yang diantaranya yaitu pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air bawah tanah, pajak sarang burung walet, pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan, serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Dan bukan hanya perubahan pada pembatasan jenis pajak, tetapi dalam Undang-Undang ini juga terjadi perubahan mulai dari penguatan local taxing power yang dilakukan dengan memperluas objek pajak daerah, menambah jenis

pajak daerah, menaikkan tarif maksimum pajak daerah dengan daerah sendiri yang menetapkan tarif pajak daerah, kemudian perubahan sistem pengawasan dilakukan melalui evaluasi rancangan peraturan daerah sebelum dan setelah menjadi peraturan daerah dan membatalkan peraturan daerah jika bertentangan dengan perundang-undangan yang lebih tinggi, dan perubahan pada pengaturan untuk optimalisasi pemunggutan dan pemanfaatan hasil pajak daerah dilakukan dengan memperbaiki porsi bagi hasil pajak provoinsi dan kabupaten/kota dan mengatur kembali pemberian intensif pemungutan (Laksana 2013:56). Dengan diberlakukannya Undang-Undang ini, setiap daerahpun semakin gencar untuk dapat meningkatkan hasil pajak daerahnya dan bertanggungjawab membuat Peraturan Daerah sebagai payung hukum. Salah satunya adalah Kota Semarang yang mengeluarkan Perda tentang Pajak Reklame. Peraturan Daerah ini dimaksudkan untuk mengurangi pemasangan reklame liar dan sebagai pedoman bertindak yang digunakan aparat dalam pendaftaran, penghitungan, penungutan, penagihan dan penerbitan reklame dengan tujuan agar penyelengara reklame mengerti akan peraturan yang sudah ditetapkan sehingga tidak terjadi pemasangan reklame tanpa ijin dan akhirnya dapat meningkatkan potensi dan penerimaan pendapatan daerah. http://eprints.undip.ac.id/ary Rismawati (Diakses 18 Januari 2016 pada pukul 13:22) Begitu juga dengan Kota Samarinda yang telah mengalami beberapa kali perubahan terhadap Peraturan Daerah tentang Pajak Reklame hingga perubahan terakhir yaitu Peraturan Daerah No. 04 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame, semakin tersedianya sumber daya aparatur atau petugas yang menangani penarikan pajak reklame, penyuluhan dan sosialisasi Perda kepada masyarakat

pengguna jasa reklame agar mengerti dalam memahami sistem prosedur Pajak Reklame serta peningkatan dalam sarana dan prasarana pelayanan pajak (Ridha 2014: 1473-1486) Begitu juga halnya dengan Kabupaten Deli Serdang yang telah menetapkan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah guna untuk menggali potensi-potensi pajak daerah yang dapat meningkatkan pendapatan daerah dan juga membantu aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugasnya. Melalui Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Deli Serdang sebagai instansi pemerintahan yang berfungsi dalam mengelola dan memantau sumber pendapatan daerah yang salah satunya adalah pajak yang mengharapkan pendapatan pajak akan meningkat setiap tahunnya. Gambar 1.1 Penerimaan Pajak Daerah Deli Serdang Tahun 2012-2015 140.000.000.000,00 120.000.000.000,00 100.000.000.000,00 80.000.000.000,00 60.000.000.000,00 40.000.000.000,00 20.000.000.000,00 0,00 2012 2013 2014 2015 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang Dari tabel diatas, salah satu pajak daerah yang dikelola oleh DISPENDA Deli Serdang adalah pajak reklame. Walaupun jika kita lihat dari data diatas, penerimaan pajak reklame signifikan selalu mengalami peningkatan, dan

dikatakan penerimaan pajak daerah nomor tujuh (7) tetapi cukup memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan asli darah. Besar kecilnya penerimaan pajak terutama pajak reklame tergantung dari mekanisme yang dilakukan oleh DISPENDA Deli Serdang mulai dari pendaftaran hingga pemungutan pajak. Menurut informasi yang didapat, tidak semua daerah Kabupaten/Kota belum tercapainya jumlah pendapatan pajak sesuai dengan target yang direncanakan. Seperti Kota Bekasi dimana realisasi pajak reklame hinggga kuartal III/2015 baru mencapai Rp19,97 miliar atau 30% dari total target Rp66,16 miliar. http://finansial.bisnis.com/muhammadhilman (Diakses Sabtu 16 Januari 2016 pada pukul 10:25 WIB). Begitu juga di Provinsi Lampung, salah satu kotanya yaitu Kota Tapis Berseri pada tahun 2013 mencapai 86% atau Rp17,4 miliar dari total target pajak reklame sebesar target Rp20,5 miliar. Hal ini diakibatkan lesunya perekonomian di daerah ini selama setahun terakhir. http://lampost.co/berita/ekonomi-lesu-padkota-hanya-terealisasi-5748 (Diakses Sabtu 23 Januari 2016 pada pukul 11:10 WIB) Begitu juga di Bandar Lampung realisasi Pendapatan Asli Daerah tahun 2015, hanya Rp.248,14 miliaratau sekitar 57,48% dari target Rp.432 milyar. Yang dimana realisasi pajak reklame hanya 86% atau 17,4 miliar dari target Rp. 20,5 miliar. Walaupun pajak reklame ini cukup tinggi dalam hal penerimaan daripada sepuluh pajak daerah lainnya di tahun 2015, tetapi baiknya pemerintah lebih mengoptimalkan pajak reklame agar tahun selanjutnya dapat meningkat. http://www.rri.co.id/post/berita/ferynuryadi.html (Diakses Sabtu 23 januari 2016 pada pukul 11. 20 WIB)

Dari informasi diatas memang beberapa daerah di Indonesia tidak tercapainya target penerimaan dari setiap pajak daerah. Tetapi juga ada daerah yang pajak reklamenya terealisasi targetnya bahkan lebih dari yang ditargetkan. Salah satunya adalah Kota Bogor yang penerimaan pajaknya melebihi dari target yang ditetapkan. Dimana pajak reklame mendapatkan penerimaan sebesar 104,36%), atau Rp12.523.029.916 dari target Rp 12.000.000.000. pencapaian target ini menunjukan bahwa masyarakat Kota Bogor sudah mulai sadar akan pajak. Sebab, mulai dari awal tahun 2015 dispenda terus memberikan sosialisasi dan edukasi sadar pajak kepada masyarakat secara langsung. Tak hanya itu untuk memudahkan pembayaran pajak, dispenda rutin membuka stand pembayaran pajak di setiap tempat keramaian seperti Kantor Balaikota. http://suaraindonesia-news.com/dispenda-kota-bogor-lebihi-targerpajak-2015/(diakses Minggu 24 Januari 2016 pada pukul 20.45 WIB) Serta Kota Padang juga mendapatkan penerimaan pajak reklame yang lebih dari target yang ditetapkan dimana realisasi pajak reklame sebesar pajak reklame 102,1% atau Rp 5.6 miliar dari target Rp5,5 miliar. http://humasppid.padang.go.id/index.php/informasiartikel/davidseptian/544-dispenda-padang-siap-tingkatkan-pencapaian-di-2016 (Diakses Sabtu 23 Januari 2016 pada pukul 11.15 WIB) Kondisi yang sama juga terjadi di Kabupaten Deli Serdang yang dimana belum dapat mencapai target pajak reklame. Dimana penerimaan pajak reklame di Kabupaten Deliserdang tahun anggaran 2014 hanya tercapai Rp 2,027 miliar (36,86%) dari target Rp 5,5 miliar. Minimnya pencapaian target tersebut karena banyak reklame atau billboard di daerah itu tak memiliki izin. Padahal cukup

banyak potensi pajak reklame yang seharusnya dapat dipungut. http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/02/04/145096/realis asi-pajak-reklame-deliserdang-hanya-36persen/ (Diakses Senin 25 januari 2016 pada pukul 09.50 WIB) Begitu juga dengan Kabupaten Deli Serdang. Jika dilihat penerimaan yang didapat dari Pajak Reklame yang selalu meningkat, dimana pada tahun 2013 didapat sekitar 1.141.277.497,47, tahun 2014: 2.027.092.994,50 dan tahun 2015:4.557.227.734,51 walaupun tidak sesuai dengan yang telah ditargetkan. Tetapi itu tidak membuat aparat pemungut pajak/ Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang merasa bangga dan senang akan pencapaiannya. Namun semakin membuat strategi-strategi yang mampu meningkatkan penerimaan dari pajak reklame ditengah-tengah banyaknya reklame liar sehingga pada akhirnya diharapkan dapat mendukung sumber pembiayaan daerah dalam menyelenggarakan pembangunan daerah, sehingga dapat meningkatkan dan memeratakan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat daerahnya. Menurut Abu Bakar dalam Halim (2001:147) salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dapat melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pajak daerah. Sebagai contohnya, dalam jurnal Efektivitas Intensifikasi Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) serta Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya. Kota Surabaya melalui Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) melalukan upaya untuk mencapai keberhasilan pencapaian target penerimaan salah satunya dengan intensifikasi. Kegiatan intensifikasi yang dilakukan meliputi pemeliharaan dan perbaikan basis

data PBB Perkotaan, memperkuat proses pemungutan, meningkatkan pengawasan objek pajak, meningkatkan efisiensi administrasi, koordinasi dengan instansi terkait, sosialisasi, dan mobil keliling. Dan intensifikasi inipun dinilai cukup efektif dilakukan yang dapat dilihat dari meningkatnya realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan yang juga diiringi dalam meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (Dana:2014). Berkaitan dengan permasalahan mengenai Pajak Reklame, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Pelaksanaan Intensifikasi pemungutan Pajak Reklame guna meningkatkan PAD Kota Medan pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang. 1. 2 Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang, rumusan pertanyaan permasalahan penelitian ini adalah Bagaimana Evaluasi Pelaksanaan Intensifikasi pemungutan Pajak Reklame guna meningkatkan PAD Kabupaten Deli Serdang? 1. 3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengevaluasi pelaksanaan intensifikasi pemungutan pajak reklame guna meningkatkan PAD Kabupaten Deli Serdang. 2. Untuk menggambarkan secara mendalam hambatan-hambatan dan upaya upaya yang dilakukan dinas pendapatan daerah dalam pelaksanaan intensifikasi pemungutan pajak reklame Kabupaten Deli Serdang.

1. 4 Manfaat Penelitian 1. Secara subjektif, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan melatih kemampuan penulis dalam pembuatan karya ilmiah. 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan ilmiah dan menjadi sumber referensi bagi pembaca. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan Dinas Pendapatan Daerah dalam hal pelaksanaan intensifikasi pemungutan pajak reklame guna meningkatkan PAD Kabupaten Deli Serdang. 1. 5 Sistematika Penulisan Sistematika yang disusun dalam rangka memaparkan secara keseluruhan hasil penelitian ini dapat diketahui secara singkat yakni sebagai berikut: BABI :Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, fokus masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan BAB II :Kajian Pustaka Bab ini berisikan kerangka teori, peneliti terdahulu dan definisi konsep. Bab III : Metode Penelitian

Bab ini memuat tentang bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV : Deskripsi Lokasi Penelitian Bab ini memuat tentang gambaran umum tentang Kabupaten Deli Serdang dan Dinas Pendapatan daerah Kabupaten Deli Serdang. BAB V : Penyajian Data Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang akan dianalisis, serta memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan pada bab sebelumnya. BAB VI : Analisis Data Bab ini berisi data yang diperoleh dari hasil penelitian dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang akan diteliti BAB VII : Penutup Bab ini memuat kesimpulan dan saran yang diperoleh atas hasil penelitian yang telah dilakukan.