BAB I PENDAHULUAN. dari proses pendidikan di sekolah dan mempunyai peranan penting dalam. segala jenis dimensi kehidupan siswa dengan fungsinya untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar. Pemahaman konsep

BAB I PENDAHULUAN. informasi tersebut. Pemahaman yang diperoleh dapat diimplementasikan ke

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan siswa berpikir logis, rasional, kritis, ilmiah dan luas. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia, dengan mempelajari matematika siswa lebih

BAB II KAJIAN TEORETIS. a. Pengertian Pemahaman Konsep Matematika. tepat. Meletakkan hal tersebut dalam hubungannya satu sama lain secara

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep sehingga siswa terampil untuk berfikir rasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia pendidikan. Salah satu ilmu. batas tertentu perlu menguasai matematika.

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokatis, penuh tenggang rasa,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Akibatnya. prestasi matematika siswa secara umum belum menggembirakan.

BAB I PENDAHULUAN. Diberikannya pelajaran matematika untuk setiap jenjang pendidikan

dalam pembelajaran matematika mencakup pemahaman konsep, penalaran

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika.

BAB I PENDAHULUAN. setiap jenjang pendidikan di Indonesia. Pendidikan merupakan salah satu hal

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang 1. Oleh karena itu, masyarakat terutama siswa sekolah formal.

BAB I PENDAHULUAN. atau bukti-bukti baru dalam lapangan pendidikan dan menguji fakta-fakta lama,

BAB I PENDAHULUAN. intelektual. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang di

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan Queen and Servant of Science, maksudnya

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan pembelajaran matematika yang harus dicapai. 1. dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya. maupun aspek penalarannya, mempunyai peranan penting dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. dan bermutu di sekolah adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi.

BAB I PENDAHULUAN. dari zaman dahulu hingga sekarang, manusia akan selalu berhubungan dengan matematika.

BAB I PENDAHULUAN. aspek penalarannya. Risnawati mengutip pendapat Johnson dan Rising yang. logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika.

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Dari proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi yang dewasa ini semakin berkembang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan siswa tidak menyukai belajar matematika, karena mereka

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat pentingnya peran matematika tersebut, maka matematika dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan eksak ataupun permasalahn-permasalahan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan pendapat akan semakin dibutuhkan. Adanya kemampuan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencetak Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menerima pembuktian secara induktif, didefenisikan ke unsur-unsur yang didefenisikan, ke aksioma atau postulat dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia ilmiah, berpikir adalah hal yang biasa digunakan terutama

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran, setiap sekolah harus mengacu pada nilainilai. membimbing siswa baik dalam memahami konsep pelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia ( id-ego super ego)

BAB I PENDAHULUAN. dengan semboyan learning by doing. Berbuat untuk mengubah tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. matematika. Pemecahan masalah merupakan kompetensi strategik

BAB I PENDAHULUAN. matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika,

dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut memberikan arahan yang tepat akurat. Orang yang memiliki kemampuan berpikir kritis dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global semakin

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Dalam matematika terdapat banyak rumus-rumus

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. kesempurnaan penciptaan-nya. Melalui Rasulullah kekasih-nya diturunkan

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

Oleh: Asih Pressilia Resy Armis Zuhri D ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan. mudah dari berbagai sumber.

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian. Pendidikan sebagai sumber daya insani sepatutnya mendapat

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pendapat sangatlah kurang. Seseorang tidak akan pernah mendapat

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika. Fadjar Shadiq menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelajaran Matematika merupakan wahana yang dapat digunakan untuk

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran ini. Meskipun dianggap penting, banyak siswa yang mengeluh kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang menjadi tujuan utama Pendidikan di Sekolah Dasar yaitu membaca,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Setiap individu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di madrasah, kegiatan belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah matematika.

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPIT AL-FITYAH PEKANBAU

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. harus dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pengajaran. 1. proses pembelajaran dapat dirasakan manfaatnya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diketahui atau pernah dialami oleh siswa di kehidupannya. Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menyebutkan bahwa para

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL THINK PAIR SQUARE

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan sesuatu yang tidak asing bagi semua kalangan

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. harapan para pesertanya (orang -orang yang sedang berkomunikasi). 1. untuk memperjelas keadaan atau masalah. 2

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Di setiap jenjang pendidikan, matematika merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. mampu bekerja sama. Kemampuan tersebut diberikan agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang merupakan bagian dari proses pendidikan di sekolah dan mempunyai peranan penting dalam segala jenis dimensi kehidupan siswa dengan fungsinya untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, dan sebagainya yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. 1 Mata pelajaran matematika di sekolah memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagaimana yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu: 2 1. Memiliki konsep matematika, menjelaskan kaitan antara konsep dan mengaplikasikan algoritma secara luas, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dan membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan atau pernyataan matematika. 3. Memecahka nmasalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki perasaan ingin tahu, memiliki perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 1 Depdiknas Dirjen Pendasmen, Kurikulum Berbasis Kompetens, Direktorat Pendidikan, Jakarta, 2002, hlm. 3 2 Masmur Muslich, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm. 12 1

2 Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 tahun 2006 dinyatakan bahwa salah satu tujuan mempelajari matematika di sekolah yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam menyelesaikan masalah. 3 Siswa yang telah memahami konsep dengan baik dalam proses belajar mengajar dimungkinkan memiliki prestasi belajar yang tinggi karena lebih mudah mengikuti pembelajaran.namun, salah satu masalah yang sering muncul dalam pembelajaran matematika adalah rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang dikemas dalam bentuk soal yang lebih menekankan pada pemahaman konsep suatu pokok bahasan tertentu. Kemampuan siswa yang rendah dalam aspek pemahaman konsep merupakan hal penting yang harus ditindaklanjuti. Pemahaman konsep merupakan dasar dan tahapan penting dalam rangkaian pembelajaran matematika untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Siswa dikatakan telah memahami konsep jika mampu menjelaskan suatu informasi dengan kata-kata sendiri dan mampu menjelaskan kembali informasi tersebut. Pemahaman yang diperoleh dapat diimplementasikan ke dalam kehidupan nyata. Pada proses pembelajaran, pemahaman dipandang sebagai 75 3 Depdiknas, Permendiknas 2006 tentang SI dan SKL, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm

3 pengembangan wawasan, unjuk kerja, proses adaptasi, dan transformasi pengetahuan yang telah dan akan dikuasai. Keberhasilan dari proses pembelajaran diketahui dengan pemahaman yang dikuasai siswa melalui evaluasi diri dan pencapaian kompetensi. Dengan demikian, pemahaman terhadap konsep sebagai hasil pembelajaran menjadi sangat penting. Siswa diharapkan memahami konsep-konsep dasar yang ada dalam matematika, karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat serta jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan siapapun yang mempelajarinya terampil berpikir rasional dalam memahami konsep matematika. Oleh karenanya dalam menanamkan konsep matematika biasanya dimulai dari konsep yang lebih sederhana kepada konsep yang lebih rumit. Dalam konsep penilaian hasil belajar matematika siswa meliputi 5 aspek, yaitu: pemahaman konsep, pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan koneksi. 4 Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa adalah salah satu prioritas utama dalam kegiatan pendidikan. Berdasarkan informasi yang didapat penulis dari hasil observasi di SMAN 10 Pekanbaru diperoleh realita bahwa pemahaman konsep matematika siswa kelas XI IPS belum begitu baik, dengan gejala-gejala sebagai berikut: 4 Rozi Fitriza, Penilaian Berbasis Kelas (Classroom Assesment) dalam Pembelajaran Matematika, Pekanbaru, 2009, hlm. 7-8

4 1. Jika diberikan soal, sebagian besar siswa hanya dapat menyelesaikan soal yang sesuai dengan contoh yang dijelaskan oleh guru. 2. Sebagian besar siswa tidak dapat mengungkapkan kembali konsep yang telah dijelaskan. 3. Jika diberikan tugas, sebagian besar siswa tidak bisa menganalisa dan menafsirkan soal-soal sehingga mereka salah dalam menjawab. 4. Sebagian besar siswa cenderung menghafal rumus sehingga mengalami kesulitan saat menyelesaikan soal-soal yang diberikan. 5. Jika diberikan pekerjaan rumah (PR) banyak siswa yang menunggu dan mencontek jawaban temannya di sekolah. Guna meningkatkan pemahaman konsep matematika seperti yang dijelaskan di atas, perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran dengan cara menerapkan suatu metode dan strategi pembelajaran yang tepat dan dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. Salah satu pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran kooperatif dengan strategi Bowling Kampus. Menurut Slavin sebagaimana yang dikutip Isjoni, pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok yang heterogen. 5 Pada pembelajaran ini siswa 5 Isjoni, Cooperative Learning, Alfabeta, Bandung, 2010, hlm.12

5 berdiskusi bersama temannya dalam satu kelompok di dalam kelas dan dibimbing oleh guru sebagai fasilitator dan sumber yang dapat dipercaya yang akan mengarahkan siswa agar tidak salah paham dan mengalami kesulitan dalam menemukan konsep dari materi yang dipelajari, karena dengan berdiskusi mereka akan merasa nyaman, senang dan leluasa dalam mengeluarkan ide-ide atau gagasan sehingga membangun pemahaman tentang materi dalam diri mereka masing-masing dan juga mereka tidak malu bertanya kepada teman sekelompoknya. Strategi bowling kampus merupakan strategi pembelajaran yang memungkinkan guru mengevaluasi sejauh mana siswa telah memahami materi dan bertugas menguatkan, menjelaskan, dan mengikhtisarkan poin-poin utamanya. 6 Apabila siswa telah mampu memahami materi hingga mengikhtisarkan poin-poin utama dari materi yang ia pelajari maka itu menunjukkan bahwa mereka sudah memahami konsep dari yang dipelajari. Meski belajar berkelompok, siswa tidak dibiarkan belajar sendiri tapi siswa akan dibimbing oleh guru untuk menemukan konsep matematika, karena tidak banyak siswa yang mampu belajar mandiri dan juga agar mereka dapat menemukan konsep secara terarah. Oleh karena itu, untuk 6 Melvin L. Silberman, Active Lerning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Nusamedia, Bandung, 2006, hlm. 249

6 meningkatkan keefektifan pembelajaran kooperatif dengan strategi Bowling Kampus ini, perlu adanya Metode Penemuan Terbimbing. Metode Penemuan Terbimbing adalah suatu cara penyampaian topik matematika sedemikian rupa sehingga proses belajar memungkinkan siswa menemukan sendiri pola-pola atau struktur-struktur matematika melalui serentetan pengalaman belajar yang lampau dan tidak lepas dari pengawasan serta bimbingan guru. 7 Di dalam metode ini siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum, berdasarkan bahan yang difasilitasi oleh guru. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan pada materi yang dipelajari. 8 Sehingga dengan demikian kemampuan pemahaman siswa akan meningkat. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian yang berjudul : Pengaruh Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Dalam Tatanan Pembelajaran Kooperatif dengan Strategi Bowling Kampus Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMAN 10 Pekanbaru. pukul 16.56 7 Risnawati, 2008, Strategi Pembelajaran Matematika, Pekanbaru: Suska Press, hlm.134 8 http://antik2006.wordpress.com/metode-penemuan-terbimbing/diakses18 Januari 2013

7 B. Definisi Istilah Untuk menghindari kesalahan dalam memahami isi yang dibicarakan dalam penelitian ini, maka peneliti menegaskan istilah-istilah yang digunakan, yaitu: 1. Pembelajaran Koopeatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. 9 2. Bowling Kampus Bowling kampus adalah strategi pembelajaran yang memungkinkan guru mengevaluasi sejauhmana siswa telah menguasai materi dan bertugas menguatkan, menjelaskan, dan mengikhtisarkan poin-poin utamanya. 10 3. Metode Penemuan Terbimbing Metode penemuan terbimbing adalah suatu cara penyampaian topik matematika sedemikian rupa sehingga proses belajar memungkinkan siswa menemukan sendiri pola-pola atau struktur-struktur matematika melalui serentetan pengalaman belajar yang lampau dan tidak lepas dari pengawasan serta bimbingan guru. 11 9 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, Bumi Aksara, Jakarta, 2010, hlm. 189-190 10 Risnawati, Op. cit. hlm.84 11 Ibid., hlm.134

8 4. Pemahaman Konsep Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat. 12 C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang dan gejala-gejala yang dikemukakan tersebut, masalah yang dapat diidentifikasi adalah: a. Siswa masih banyak yang tidak dapat menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan pemahaman konsep. b. Kurangnya pemahaman konsep pada siswa, menyebabkan mereka banyak yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah. c. Banyak siswa yang tidak dapat mengerjakan soal ketika ujian dan cenderung memilih melihat hasil kerja temannya yang lebih pintar. 2. Batasan Masalah Adapun batasan masalah yang diteliti difokuskan pada aspek pemahaman konsep matematika siswa. Oleh karena itu, peneliti mencoba menerapkan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus. Karena permasalahan pemahaman konsep 12 Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Model Penilaian Kelas, Jakarta: Depdiknas, 2006, hlm. 59

9 matematika merupakan faktor yang dominan yang teridentifikasi untuk dikaji lebih lanjut. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep matematika siswakelas XI IPS SMAN 10 Pekanbaru yang belajar menggunakan Metode Penemuan Terbimbing dalam tatanan pembelajaran kooperatif dengan strategi Bowling Kampus dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknyaperbedaan pemahaman konsep matematikasiswa kelas XI IPS SMAN 10 Pekanbaru yang belajar menggunakan metode penemuan terbimbing dalam tatanan pembelajaran kooperatif dengan strategi bowling kampus dengan siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional.

10 2. Manfaat penelitian Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi sekolah, penelitian yang akan dilakukan ini dapat memberikan masukan kepada kepala sekolah untuk terus memperbaiki mutu sekolah, salah satunya dengan meningkatkan hasil belajar siswa melalui kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika. b. Bagi guru, penelitian yang akan dilakukan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan bagi guru matematika di SMAN 10 Pekanbaru dalam melaksanakan proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa. c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi landasan dalam rangka menindaklanjuti penelitian ini dengan ruang lingkup yang lebih luas. d. Bagi siswa, dapat memberikan nuansa yang berbeda saat belajar dimana semua siswa berperan aktif dalam pembelajaran, dan berusaha untuk mampu memahami konsep matematika dalam menyelesaikan berbagai permasalahan matematika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.