BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial

dokumen-dokumen yang mirip
INTERVIEW GUIDE. Universitas Sumatera Utara

ETIKA DAN LINGKUNGAN

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tujuan, kebutuhan dan cita-cita yang ingin dicapai, dimana masing-masing

BAB II. Kajian Pustaka. Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan

BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO. 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro

2. Stakeholders dalam Organisasi Bisnis dan Fungsi dari Masing-Masing Stakeholder dalam Organisasi Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam adalah suatu dunia yang berbeda terpisah dari dirinya sendiri dan dapat

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Masyarakat Jawa sudah sejak lama mengenal adanya ungkapan-ungkapan

BAB I PENDAHULUAN. individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

Etika lingkungan dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. spesifik. Oleh sebab itu, apa yang diperoleh ini sering disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan

ETIKA LINGKUNGAN (Kuliah V)

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

ETIKA LINGKUNGAN. Dosen: Dr. Tien Aminatun

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

ARAH BISNIS DAN TUJUAN PENERAPAN ETIKA DALAM ASPEK BISNIS, NORMA DAN HUKUM. Week 4

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.

Matakuliah : CB142 Tahun : 2008

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kompetisi yang ketat. Pengaruh budaya asing juga sangat membentuk kepribadian

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. (1968) disebut sebagai tragedi barang milik bersama. Menurutnya, barang

BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. data sosial ekonomi September 2013 sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja

KONSEP DASAR EKOLOGI DAN LINGKUNGAN P E R T E M U A N K E D U A

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

PARADIGMA DAN PRINSIP ETIKA LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri sebagai bagian dari proses pembangunan

PENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pendidikan Agama Katolik

I. PENDAHULUAN. Masyarakat yang terdiri dari berbagai macam individu tentunya mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

Antropologi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Cisolok Kabupaten Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERTEMUAN KE-6 PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. masih dijalankan dalam masyarakatnya. Di Nagari Batu Gajah salah satu tradisi

PERTEMUAN KE 6 POKOK BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pengelolaan sumber

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Konflik yang terjadi di kawasan hutan sering kali terjadi akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB II KERANGKA TEORI. dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk

2015 PERANAN PROGRAM ADIWIYATA DALAM MEMBINA KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN SISWA DI SMP NEGERI 6 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT

PERGESERAN POLA PIKIR REMAJA TENTANG KONSEP PANDANGAN HIDUP DAN UPAYA MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI SEMANGAT HIDUP REMAJA.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

TUGAS BAHAS TUGAS 1 CEK TUGAS 2 PENENTUAN DESA UNTUK DITELITI

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

ETIKA BAGI PENGEVALUASI AMDAL HADI S. FAKULTAS KEHUTANAN IPB

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA. IV.1 Sakralnya Pusat Pulau Dalam Pemahaman Orang Abubu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang

TEORI-TEORI ETIKA. Week 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN. Tabob merupakan hewan yang disakralkan oleh masyarakat Nufit (dalam hal ini

BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN. 1. Solidaritas Sosial sebagai Kekuatan dalam Hubungan Kekerabatan dan

UPAYA PEMELIHARAAN LINGKUNGAN OLEH MASYARAKAT DI KAMPUNG SUKADAYA KABUPATEN SUBANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Modal Sosial Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial (social capital) yang mampu membuat individu individu yang ada didalam komunitas tersebut berbagi (sharing) nilai dan norma. Kemudian menjadikannya pedoman dalam berhubungan satu sama lainnya, sehingga masing masing anggota yang terikat dalam komunitas bersangkutan merasa percaya dan membangun kepercayaan (trust). Menurut Emile Durkheim, bentuk bentuk modal sosial pada dasarnya terbentuk dari dua jenis yakni, solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas mekanik dapat dipahami sebagai bentuk solidaritas yang mengikat individunya dalam sebuah kelompok sosial. Karena adanya rasa kebersamaan dan adanya aturan untuk berkelompok tanpa memperdulikan status sosial dari individu individu yang ada dalam komunitas yang bersangkutan. Biasanya solidaritas mekanik berada di daerah pedesaan, Sedangkan solidaritas organik lebih mengacu pada perbedaan individu individu dengan keahliannya yang terkait sebagai satu kelompok sosial. Karena masing masing individu individu memerlukan kemampuan individu lainnya, biasanya terdapat pembagian kerja dan umumnya sebagai ciri masyarakat perkotaan. (Rudito, 2008: 57) Brehm dan Rahn (Bahtiar,1997) memberikan definisi atau pengertian modal sosial sebagai jaringan kerja sama diantara warga masyarakat yang memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi (Damsar, 2009: 210).

Emile Durkheim membayangkan bahwa modal sosial akan muncul dalam sebuah tatanan masyarakat yang harmonis, manakala antarwarga masyarakat itu saling berhubungan dengan baik melalui jaringan dan kesamaan nilai yang tumbuh di masyarakat itu dengan lebih mengedepankan persamaan daripada perbedaaan yang ada. Nilai-nilai itu terus dijaga sebagai kekuatan yang mengikat, sehingga menjadi kekuatan tersendiri yang bermanfaat tidak saja untuk mencapai tujuan bersama yang dicita-citakan, tetapi juga untuk menangkis berbagai upaya yang mengancam kohesivitas mereka (Rahardjo: 2010). Unsur-unsur Modal Sosial : 1. Partisipasi Dalam Suatu Jaringan Salah satu kunci keberhasilan membangun Modal Sosial terletak pula pada kemampuan sekelompok orang dalam suatu asosiasi atau perkumpulan dalam melibatkan diri dalam suatu jaringan hubungan sosial. Masyarakat selalu berhubungan sosial dengan masyarakat yang lain melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan atas prinsip kesukarelaan (voluntary), kesamaan (equality), kebebasan (freedom) dan keadaban (civility). Kemampuan anggota - anggota kelompok/masyarakat untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergetis akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya modal sosial suatu kelompok. Jaringan yang dibangun didalam komunitas petani kemenyan adalah modal yang penting dalam mempertahankan kelestarian hutan kemenyan (tombak hamijon), dengan setiap tantangan yang muncul dari luar seperti, adanya izin yang diberikan

pemerintah kepada PT.TPL untuk mempergunakan tombak hamijon komunitas petani kemenyan di desa Pandumaan. Secara umum, masyarakat memiliki keterbatasan di bidang pendidikan sehingga membuat komunitaas petani kemenyan ini lemah dalam strategi mempertahankan tanahnya. Namun hal hal yang berlaku dalam masyarakat sejak lama dapat juga digunakan sebagai modal dalam memperjuangkan tanah adat selama 13 generasi. contoh,dalam hal alih kepemilikan tanah masyarakat petani kemenyan memiliki kebiasaan yang kuat yakni tidak mengenal istilah menjual dan membeli, lebih mengutamakan keluarga inti atau saudara dalam alih kepemilikan, tidak boleh mengalihkan kepemilikan secara tertutup dengan kata lain harus diadakan acara adat sebagai bentuk pentingnya nilai nilai kekeluargaan. Dengan kata lain, jaringan marga ini sebagai modal untuk mempertahankan kepemilikan tombak hamijon sebagai milik penduduk Desa Pandumaan. Jaringan lain dapat dilihat berupa hubungan antara komunitas petani kemenyan Pandumaan dengan lembaga lain diluar lembaga yang ada di Desa Pandumaan yang turut membantu dalam memperjuangkan tombak hamijon. Keberadaan lembaga tersebut memiliki peran yang sangat peting guna memberi pencerahan terhadap komunitas petani kemenyan yang cenderung kurang memniliki pemahaman yang baik mengenai kedudukan tanah adat dimata hukum serta strategi yang dapat digunakan untuk mengembalikan hak mereka terhadap tanah nenek moyang mereka.

2. Trust (Kepercayaan) Dalam Suharto (2006) kepercayaan adalah harapan yang tumbuh dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya prilaku jujur, teratur, dan kerja sama berdasarkan norma norma yang dianut bersama. Kepercayaan sosial merupakan penerapan terhadap penerapan ini adanya modal sosial yang baik ditandai oleh adanya lembaga-lembaga sosial yang kokoh; modal sosial melahirkan kehidupan sosial yang harmonis. Kepercayaan memiliki peran yang penting dalam membangun modal sosial sebuah masyarakat. Kehidupan mesyarakat yang harmonis dapat dilihat melalui adanya sikap sling percaya seperti adanya sikap mengutamakan kepentingan bersama. Hal ini dapat kita lihat ketika setiap individu memikirkan kepentingan pribadinya saja hal ini merupakan ancaman yang serius dalam masyarakat. Dengan mengatasnamakan kepentingan pribadi maka masyarakat tidak lagi memandang bahwa masalah yang terjadi disekitarnya merupakan beban bersama yang harus bersama sama pula dicari solusinya. Dengan kata lain, hubungan dalam masyarakat yang dilandasi atas saling percaya dapat menimbulkan kewajiban sosial. Kepercayaan sosial akan berkembang melaui hubungan yang timbal balik. Dengan adanya kepercayaan ini akan memudahkan jalinan kerja sama yang saling menguntungkan (mutual benefit) sehingga mendorong timbulnya hubungan reprosikal. Hubungan timbal balik menyebabkan modal sosial dapat melekat kuat dan tahan lama. Karena diantara orang orang yang terlibat dalam hubungan timbal balik ini mendapatkan keuntunga dan tidak ada salah satu pihak yang dirugikan.

Disini hubunga telah memenuhi unsur keadilan (fairness) diantara pihak sesama individu. 3. Nilai dan Norma Sosial. Norma-norma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk perilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Pengertian norma itu sendiri adalah sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Norma-norma ini biasanya terinstusionalisasi dan mengandung sangsi sosial yang dapat mencegah individu berbuat sesuatu yang menyimpang dan kebiasaan yang berlaku di masyarakatnya. Aturan-aturan kolektif tersebut biasanya tidak tertulis tapi dipahami oleh setiap anggota rnasyarakatnya dan menentukan pola tingkah laku yang diharapkan dalam konteks hubungan sosial. Nilai adalah sesuatu ide yang telah turun - temurun dianggap benar dan penting oleh anggota kelompok masyarakat (Soeharto, 2006). Berdasarkan pada parameter di atas, beberapa indikator kunci yang dapat dijadikan ukuran modal sosial antara lain (Soeharto, 2006) 1. Perasaan identitas 2. Perasaaan memiliki atau sebaliknya 3. Sistem kepercayaan dan ideologi 4. Nilai-nilai dan tujuan tujuan 5. Ketakutan-ketakutan 6. Sikap-sikap terhadap anggota lain dalam masyarakat 7. Harapan harapan yang ingin dicapai dimasa depan 8. Tingkat kepercayaan

Nilai dan norma dianggap penting dalam pelestarian hutan kerena nilai merupakan harapan bersama masyarakat Desa Pandumaan. Nilai akan menjadi patokan yang akan dicapai sehingga memunculkan beban yang sama dalam masyarakat tersebut. Norma merupakan seperangkat aturan yang berlaku dalam masyarakat tersebut yang berguna untuk mengatur tingkah laku masyarakat sehingga pencapaian tujuan bersama pun akan lebih efektif. Nilai nilai yang berlaku dalam masyarakat adat Desa Pandumaan ini juga mendukung dalam pelestarian hutan. Nilai dan norma yang mereka miliki merupakan warisan turun temurun yang masih dijaga hingga saat ini. nilai dan norma ini adalah modal yang kuat untuk menyamakan pemahaman akan pentinganya tombak hamijon sebagai penunjuk identiatas mereka sebagai bangso batak yang memiliki kampung halaman. Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa modal sosial merupakan modal yang tumbuh karena adanya interaksi yang berkesinambungan atau dilahirkan dari bawah (bottom-up), bukan hasil inisiatif atau kebijakan dari pemerintah. Modal sosial digunakan untuk mengoptimalkan unsur - unsur modal yang ada di Desa Pandumaan. Pertama, jaringan digunakan untuk membantu masyarakat Desa Pandumaan menjalin kerjasama yang erat dan kokoh. Hubungan antar individu membentuk interaksi dan komunikasi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan antara satu sama lainnya. Kedua, norma dan nilai yang berlaku secara turun temurun berupa teknik penanaman atau pemanenan kemenyan merupakan warisan turun temurun selama 13 keturunan ataupun nilai yang berlaku dalam masyarakat

membentuk batasan batasan, peraturan peraturan yang membatasi masyarakat dalam bertindak guna menjaga kelestarian hutan kemenyan. Ketiga, kepercayaan muncul sebagai bentuk dari prilaku jujur, teratur, dan kerja sama berdasarkan norma norma yang dianut bersama sama. Dalam Masyarakat Desa Pandumaan, tingkat kepercayaan tinggi, dapat dilihat melalui dibentuknya lembaga sosial yang kokoh seperti Kelompok Tani Kemenyan. 2.2. Teori Etika Lingkungan Ekosentrisme Ekosentrisme merupakan paham lingkungan yang holistic. Makhluk hidup dan benda benda abiotik memiliki hubungan yang saling terikat. Tanggung jawab moral berlaku bagi semua realita ekologi. Ekosentrisme juga merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan biosentrisme. Oleh karenanya teori ini sering disamakan begitu saja karena terdapat banyak kesamaan. Yaitu pada penekanannya atas pendobrakan cara pandang antroposentrisme yang membatasi keberlakuan etika hanya pada komunitas manusia. Keduanya memperluas keberlakuan etika untuk mencakup komunitas yang lebih luas. Pada biosentrisme, konsep etika dibatasi pada komunitas yang hidup (biosentrism), seperti tumbuhan dan hewan. Sedang pada ekosentrisme, pemakaian etika diperluas untuk mencakup komunitas ekosistem seluruhnya atau ekosentrism (Susilo, 2009: 105). Dalam Susilo (2008: 113) ekosentrisme memandang hubungan antara alam dan kehidupan sosial dengan pokok gagasan sebagai berikut : 1. Manusia dan kepentingannya bukan lagi ukuran bagi sesuatu yang lain. Ia tidak hanya melihat spesies manusia saja, tetapi juga memandang spesies

lain. Pernyataan ini menunjukkan bahwa paham ekosentrisme ini merupakan kritik terhadap antroposentrisme. 2. Pandangan tentang lingkungan harus bersifat praktis. Artinya, etika ini menuntut suatu pemahaman baru tentang relasi yang etis dalam alam semesta ( terutama antara manusia dengan makhluk lainnya). Berbeda dengan pandangan antroposentrisme, dari sejarah dan kearifan lokal yang ada menunjukkan bahwa masyarakat Desa Pandumaan Pandumaan memiliki keterikatan terhadap lingkungan. Mereka menganggap bahwa alam dan manusia merupakan satu kesatuan yang saling bergantungan. Alam bukanlah sesuatu yang keberadaannya memang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga alam memang seharusnya dieksploitasi tanpa memikirkan dampak lingkungan akibat pemanfaatan alam yang tidak seimbang dengan perawatannya. Adanya kesatuan tujuan bahkan nilai- nilai dan tujuan inilah yang membuat massyarakat Desa Pandumaan berusaha untuk menjaga kelestarian hutan kemenyan.