BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pendidikan yang diterapkan di negara ini.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA berdasarkan National Education Standart (Asri

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nuri Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ranah pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan akan menunjang kehidupan yang lebih baik di masa depan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hayati Dwiguna, 2013

I. PENDAHULUAN. Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

I. PENDAHULUAN. salah satu tujuan pembangunan di bidang pendidikan. antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, strategi pembelajaran dan

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. banyak dituntut dalam menghafal rumus rumus fisika dan menyelesaiakan soal

1. PENDAHULUAN. Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang tersebut, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usaha, temuan, wawasan dan kearifan yang bersifat kolektif dari umat

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perbaikan mutu pendidikan agar mencapai tujuan tersebut.

BAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. daya manusianya (SDM) dan kualitas pendidikannya. Tingkat pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. optimum hendaknya tetap memperhatikan tiga ranah kemampuan siswa yaitu

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen penting dalam membentuk manusia yang memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hakikatnya merupakan sebuah kumpulan pengetahuan (a body of

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. batin, cerdas, sehat, dan berbudi pekerti luhur. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

I. PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu peristiwa yang diamati yang kemudian diuji kebenarannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum sains dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu yang berhubungan dengan

mengembangkan kemampuan baik kognitif, keterampilan (skill), serta sikap sosialnya terhadap manusia lain, lingkungan dan teknologi. Ace Suryadi (2014:

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memberikan. kemampuan yang dapat memecahkan masalah atau isu-isu yang beredar.

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

Nurlia 1 *, Mursalin 2 *, Citron S. Payu 3 **

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan dan persaingan global tersebut. Adanya sumber daya. masyarakat luas, khususnya di dunia pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

Model Pembelajaran Guided Discovery dan Direct Instruction Berbasis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 4 Palu

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran di kelas maupun dalam melakukan percobaan di. menunjang kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. sudah dapat kita rasakan. Menurut pandangan ini, bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa sehingga pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar,

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi tantangan-tantangan global. Keterampilan berpikir kritis

Mengoptimalkan Lerning Cycle untuk Meningkatkan Pemahaman dan Pengaplikasian Konsep dalam Pembelajarn Fisika

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda beserta fenomena dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekedar penguasaan. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

BAB I PENDAHULUAN. sains yang semula berasal dari bahasa Inggris science. Kata science sendiri berasal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

tingkatan yakni C1, C2, C3 yang termasuk dalam Lower Order Thinking dan C4, C5, C6 termasuk dalam Higher Order Thinking Skills.

BAB I PENDAHULUAN. juga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan perilaku

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia selalu mempunyai potensi untuk berkembang. Potensi tersebut dapat muncul melalui proses pendidikan. Secara umum pendidikan menjadi salah satu proses individu untuk berkembang demi melangsungkan kehidupannya. Menjadi manusia yang terdidik akan mampu membantu meningkat kualitas pribadi serta berguna untuk memajukan sumber daya manusia suatu negara, sehingga pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keberhasilan pendidikan didukung oleh keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses dimana peserta didik mampu berinteraksi dengan lingkungan belajar sehingga mampu menjadikan peserta didik menjadi individu yang lebih baik. Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada tingkat sekolah menengah. Kesuksesan pembelajaran fisika yang diajarkan di sekolah menjadi salah satu faktor pendukung kesuksesan pendidikan yang diterapkan di negara ini. Fisika merupakan ilmu yang berusaha memahami aturan-aturan alam yang begitu indah dan dengan rapih dapat dideskripsikan secara matematis (Mundilarto, 2002: 3). Matematika berfungsi sebagai bahasa komunikasi sehingga ilmu fisika mengenai seluruh keteratuan jagat raya mampu dideskripsikan secara matematis dan mampu dipelajari oleh siapapun. 1

Agar fisika dapat disajikan dalam bentuk suatu pendidikan maka fisika harus mempunyai ranah dimana fisika dapat diterapkan dalam suatu proses pembelajaran. Proses pembelajaran mengacu pada hakikat IPA atau sains karena fisika termasuk bagian dari IPA, dimana hakikat tersebut mengatur bagaimana cara merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran IPA atau sains. Collette dan Chiappetta (1994) menyatakan bahwa sains pada hakikatnya merupakan sebuah kumpulan pengetahuan (a body of knowledge), cara atau jalan berpikir (a way of thinking), dan cara untuk penyelidikan (a way of investigating). Dari ungkapan Collete dan Chiappetta dapat dikatakan bahwa fisika sebagai produk karena segala gejala yang terjadi dapat dikumpulkan secara sistematis dan dijadikan sebagai ilmu pengetahuan. Fisika sebagai proses dimana segala gejala alam yang terjadi dapat terpikirkan, diuji, serta divalidasikan. dan fisika sebagai sikap dimana untuk mendapatkan suatu pemikiran mengenai teori sebuah gejala perlu didasari pada kecakapan mental dan sikap. Dalam penyampaian seluruh informasi perlu dilakukan proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses dimana peserta didik berinteraksi dengan sumber belajar di dalam lingkungan belajar. Pembelajaran membantu peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan, penguasaan materi, serta mampu membentuk sikap percaya diri pada peserta didik. Dapat dikatakan pembelajaran merupakan proses dimana peserta didik mampu belajar dengan baik yang dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun. 2

Pada pembelajaran mata pelajaran fisika, peserta didik cenderung hanya dituntut untuk bisa mengerjakan soal secara matematis saja. Sehingga hakikat sains dalam pembelajaran fisika menjadi kabur karena peserta didik tidak mengetahui proses bagaimana ilmu pengetahuan tersebut didapatkan. Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Sanden, kabupaten Bantul menunjukkan banyak peserta didik dan guru tidak secara berkecukupan memahami hakikat sains. Contoh yang bisa dipaparkan adalah banyak guru dan peserta didik tidak percaya bahwa semua penyelidikan ilmiah melekat pada sebuah identitas dari tahap-tahap pengetahuan sebagai metode ilmiah, dan bahwa teori secara sederhana adalah hukum-hukum yang belum matang. Bahkan ketika guru-guru memahami dan mendukung keperluan yang terkait dengan hakikat sains dalam pengajaran mereka, mereka tidak selalu melakukannya. Akibatnya mereka mungkin salah mengasumsikan tentang inkuiri yang memandu pemahaman sains. Secara eksplisit pengajaran memerlukan dua hal, yaitu mempersiapkan guru-guru dan memandu peserta didik-peserta didik untuk memahami hakikat sains. Guru sebagai pemberi informasi menjadi syarat penting dalam proses bagaimana ilmu pengetahuan fisika yang mengacu pada hakikat sains itu diberikan. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang 3

yang membantu. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 107) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Karena fisika merupakan ilmu alam yang diulas secara sistematis, maka guru sebagai pemberi informasi memerlukan cara yang sistematis dan bertahap pula agar fisika mampu dipahami oleh peserta didik. Disini guru bersifat teacher centered atau kegiatan pembelajaran berpusat pada guru. Model seperti ini disebut Direct Instruction. Metode ini yang diharapkan dapat mengarahkan peserta didik pada pengetahuan yang lebih mendalam serta memperoleh keterampilan dasar dan memperoleh informasi secara bertahap. Informasi bertahap tersebut terdapat dalam bagaimana melakukan sesuatu atau bagaimana suatu pengetahuan mengenai fisika dapat diteorikan. Dikemukakan oleh Arends (1997: 66) bahwa: The direct instruction model was specifically designed to promote student learning of Procedural knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashion. Pernyataan tersebut bermaksud bahwa model Direct Instruction mampu menunjang pengetahuan terstruktur secara baik karena pola yang diajarkan tahap demi tahap. Pengetahuan terstruktur atau prosedural yang dimaksud adalah salah satu pengetahuan yang banyak melibatkan penggunaan simbol dan ia juga suatu pengetahuan yang melibatkan peraturan dan langkah-langkah penyelesaian masalah matematik (Hiebert dan Lefevre, 1986: 7). Pengetahuan prosedural lebih cenderung pada 4

penguasaan komputasional dan pengetahuan tentang langkah-langkah untuk mengidentifikasi obyek-obyek, dan fakta. Langkah-langkah tersebut mencakup bagaimana mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan masalah. Tidak semua materi dalam mata pelajaran fisika dapat dijelaskan melalui metode ceramah. Karena fisika bukanlah hanya sekumpulan informasi, tetapi fisika berasal dari pemikiran mengenai gejala alam yang secara umum dapat diteorikan dan dapat dijelaskan melalui bahasa matematis. Fisika yang diajarkan di sekolah secara umum hanya mengandalkan permainan matematisnya atau hanya menguatkan hafalan rumus dari peserta didik. Fisika seharusnya mampu dikenalkan pada peserta didik sesuai hakikatnya. Salah satu pendekatan untuk mampu mengerti gejala alam salah satunya melalui eksperimen. Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan dimana cara memperoleh pengetahuan dengan cara tahap demi tahap. Pengetahuan prosedural mengarahkan pada penguasaan keterampilan dalam mengoperasikan sesuatu yang dapat dilakukan langkah demi langkah. Contohnya sering dijumpai dalam kegiatan eksperimen. Eksperimen merupakan metode dimana pelaku eksperimen harus mampu mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan masalah tersebut sesuai sintaks tahap demi tahap. Langkah dalam melakukan eksperimen meliputi merumuskan masalah, membuat hipotesis, menguji hipotesis, bereksperimen, lalu menyimpulkan hasil eksperimen. 5

Syarat untuk mampu melakukan eksperimen yaitu mampu menguasai instrumen atau alat ukur yang akan digunakan. Instrumen tersebut berguna untuk memperoleh data agar hipotesis yang dibuat dapat diuji.. Peran Pengetahuan prosedural salah satunya mampu melatih peserta didik dalam keterampilan proses sains. Model Direct Instruction yang menekankan untuk memperoleh kemampuan secara tahap demi tahap dapat diterapkan guna meningkatkan hasil belajar peserta didik. Sikap-sikap ilmiah juga akan muncul ketika peserta didik melakukan diskusi maupun melakukan kegiatan pembelajaran. Keunggulan dari model ini yaitu melatih perolehan ilmu fisika secara langsung, mampu mewujudkan sikap ilmiah dalam pembelajaran,dan juga mampu melatih keterampilan proses sesuai Nature of Science. Menurut (Sumiati & Asra 2009: 92) ketepatan penggunaan metode pembelajaran tergantung pada kesesuaian metode pembelajaran materi pembelajaran, kemampuan pendidik, kondisi peserta didik, sumber atau fasilitas, situasi dan kondisi dan waktu. Maka dari itu pendidik memiliki peran penting dalam menggunakan metode pembelajaran sebagai komponen penentu dalam keberhasilan kegiatan pembelajaran pada peserta didik. Model Direct Instruction disertai pengetahuan prosedural merupakan metode pembelajaran yang mampu menunjang hakikat sains dalam hal fisika sebagai proses. Hakikat sains memberikan gambaran mengenai bagaimana menyusun pengetahuan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman fisika sebagai proses sangat berkaitan dengan kata-kata kunci fenomena, dugaan, 6

pengamatan, pengukuran, penyelidikan, dan publikasi. Pembelajaran yang merupakan tugas guru termasuk ke dalam bagian mempublikasikan. Penelitian yang berjudul perangkat pembelajaran fisika SMA dengan model Direct Instruction untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik sesuai Nature of Physics pada materi kinematika gerak lurus ini dilaksanakan sebagai upaya untuk menghasilkan perangkat pembelajaran fisika dengan model Direct Instruction untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik sesuai Nature of Physics yang terfokus pada materi kinematika gerak lurus. Produk penelitian ini berupa perangkat pembelajaran yang dapat digunakan sebagai panduan pembelajaran bagi guru fisika di SMA. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang dapat disajikan identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Pembelajaran fisika di SMA cenderung hanya melatih peserta didik dalam kemampuan matematis, padahal seharusnya pembelajaran fisika sesuai hakikatnya. 2. Masih rendahnya pemahaman konsep peserta didik pada mata pelajaran fisika dikarenakan kegiatan pembelajaran kurang inovatif mengajak peserta didiknya berpartisipasi aktif dalam pembelajaran untuk memperdalam konsep, pengetahuan, dan fakta sains. 7

3. Banyak peserta didik yang belum mampu memahami fisika sesuai dengan hakikat sains disebabkan karena pembelajaran masih berfokus pada pengetahuan. 4. Fisika secara umum diajarkan dengan hafalan rumus pada peserta didik sehingga pembelajaran fisiika belum sesuai dengan hakikat sains. 5. Kurangnya melakukan eksperimen dan pengukuran mampu menyebabkan rendahnya keterampilan proses dan sikap ilmiah untuk mendalami materi fisika. C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah telah diketahui berbagai masalah, sehingga dalam penelitian perlu dibatasi penelitiannya. Adapun batasan dalam penelitian ini adalah pengembangan pembelajaran fisika pada SMA dengan model Direct Instruction untuk meningkatkan hasil belajar aspek kognitif serta pencapaian aspek afektif dan psikomotor peserta didik sesuai Nature of Physics pada materi kinematika gerak lurus. D. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini : 1. Apakah perangkat pembelajaran fisika SMA dengan model Direct Instruction yang dikembangkan layak untuk meningkatkan hasil belajar aspek kognitif serta pencapaian aspek afektif dan psikomotor peserta didik sesuai Nature of Physics pada materi kinematika gerak lurus? 8

2. Seberapa efektif perangkat pembelajaran fisika SMA dengan model Direct Instruction untuk meningkatkan hasil belajar aspek kognitif serta pencapaian aspek afektif dan psikomotor peserta didik sesuai Nature of Physics pada materi kinematika gerak lurus? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menghasilkan produk perangkat pembelajaran fisika SMA dengan pembelajaran fisika model Direct Instruction yang layak untuk meningkatkan hasil belajar aspek kognitif serta pencapaian aspek afektif dan psikomotor peserta didik sesuai Nature of Physics pada materi kinematika gerak lurus. 2. Mengetahui keefektifan perangkat pembelajaran fisika model Direct Instruction untuk meningkatkan hasil belajar aspek kognitif serta pencapaian aspek afektif dan psikomotor peserta didik sesuai Nature of Physics pada materi kinematika gerak lurus. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat memberikan penguatan ilmu terkait pembelajaran fisika model Direct Instruction untuk meningkatkan hasil 9

belajar peserta didik sesuai Nature of Physics pada materi kinematika gerak lurus dalam pembelajaran fisika di SMA. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini adalah perangkat pembelajaran fisika model Direct Instruction untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik sesuai Nature of Physics pada materi kinematika gerak lurus yang dapat digunakan dan dikembangkan untuk pembelajaran fisika di SMA. Perangkat ini dapat memberikan pengalaman peserta didik untuk memahami konsep-konsep fisika sesuai hakikat sains. Sedangkan bagi guru dapat digunakan sebagai salah satu referensi yang dapat digunakan untuk pembelajaran di kelas. G. Spesifikasi Produk Produk yang dihasilkan berupa perangkat pembelajaran fisika yaitu RPP dan LKPD dengan model Direct Instruction, serta instrumen penilaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Perangkat yang dihasilkan menggunakan kurikulum KTSP dengan materi pokok kinematika gerak lurus. Perangkat pembelajaran digunakan untuk meningkatkan hasil belajar aspek kognitif serta pencapaian aspek afektif dan psikomotor peserta didik SMA sesuai Nature of Physics. 10