Identifikasi Unsur Visual Bentuk dan Warna yang Menjadi Ciri Khas Ragam Hias Batik Trusmi Cirebon

dokumen-dokumen yang mirip
ALTERNATIF DESAIN JAS HUJAN DENGAN APLIKASI RAGAM HIAS MOTIF MEGA MENDUNG, TRUSMI MASINA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON

Penerapan Unsur Visual Ragam Hias Batik Mega Mendung pada Desain Jas Hujan Glow In The Dark

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Novi Pamelasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT. Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

diambil dari kata ambatik, yaitu kata amba (bahasa jawa) yang berarti menulis dan tik yang berarti titik kecil, tetesan, atau membuat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang saat ini dirasakan hampir di seluruh dunia mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. cai-rebon dalam bahasa Sunda cai memiliki makna air dan rebon adalah udang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

Pembahasan Hasil Penelitian 6

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

POLA DASAR MOTIF BATIK TAMAN ARUM SUNYARAGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. pembahasan Batik Magetan seperti penelitian-penelitian terdahulu dalam bentuk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

I. PENDAHULUAN. kerajinan batik itu sendiri yang juga ditopang oleh peningkatan sumber daya

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

Teknik dasar BATIK TULIS

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

pembuatannya dengan cara tertentu (mula-mula ditulis atau ditera dengan lilin, laludiwarnakan dengan tarum dansoga).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aini Loita, 2014 Pola Pewarisan Budaya Membatik Masyarakat Sumedang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cara yang tepat untuk melakukan sesuatu. Logos artinya ilmu atau pengetahuan.

Identifikasi Unsur Visual Bentuk Dan Warna Yang Menjadi Ciri Khas Motif Ragam Hias Batik Betawi Tarogong Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

KONDISI UMUM BANJARMASIN

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB II MENGENAL BATIK TULIS TASIKMALAYA. mengenai pengertian batik. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

KONSEP SENI SEMEN PADA BATIK

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang

langsung dalam kontak dagang.1

Bab 2 Tinjauan Pustaka

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV KAJIAN ILUSTRASI MANUAL BERWARNA KARYA RUKMUNAL HAKIM

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan berbagai peralatan dan perlengkapan hidup yang berfungsi untuk

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

DASAR-DASAR FENG SHUI

BAB I PENDAHULUAN. Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom adalah semua bentuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Identifikasi Unsur Visual Bentuk dan Warna yang Menjadi Ciri Khas Ragam Hias Batik Trusmi Cirebon Pratiwi Kusumowardhani Jurusan Desain Grafis, Politeknik Negeri Media Kreatif, Jakarta 12640 E-mail : pratiwi.polimedia@gmail.com ABSTRAK Setiap daerah di Indonesia yang memiliki budaya membatik, memiliki ciri tersendiri dalam corak, ragam hias, warna dan bentuknya sehingga dapat memberikan ciri khas identitas daerah tersebut. Contohnya dalam Batik Trusmi, Masina, Cirebon. Masyarakat Trusmi memproses interaksi objek membatik sebagai kebutuhan masyarakat setempat dan meresponnya secara mental (Psycho, Socio Culture, Spiritual) yang terpancar dalam arti dan makna yang muncul sebagai sebuah objek batik khas Trusmi Masina. Kebutuhan tersebut ditransformasikan dalam tradisi melalui objek, adat, budaya dengan cita rasa warna dan bentuk yang khas dengan kandungan simbolnya. Hasilnya adalah batik tradisional khas Trusmi Masina yang memiliki corak dan karakter Cirebonan. Dalam penelitian ini penulis ingin mengidentifikasi unsur visual bentuk dan warna batik Trusmi Masina, Cirebon. Metodelogi Desain Nate Burgon & Adam Kallis diadaptasi dalam penelitian ini, yaitu dalam mengengembangkan masalah (divergen) dan penyempitan masalah (konvergen), sampai menemukan detail masalah. Detail masalah yang dikembangkan dengan metode analisis unsur visual batik, di identifikasi lalu disempitkan masalahnya dengan menemukan unsur visual yang sering muncul sehingga menjadi identitas. Mengadaptasi teori unsur visual oleh Marvin Bartel dengan batasan hanya pada unsur visual warna dan bentuk. Sehingga luaran yang dihasilkan berupa kesimpulan bentuk dan warna dasar yang menjadi ciri khas Ragam Hias Batik Trusmi Masina Cirebon. Kata Kunci : unsur bentuk, unsur warna, ragam hias batik Trusmi. 1. PENDAHULUAN Beragamnya kebudayaan yang terdapat di Indonesia berasal dari bermacam-macam suku daerah yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Masing-masing suku daerah mempunyai kebudayaan tersendiri yang menjadi ciri khas dan otomatis menjadi ciri dari daerah dimana suku tersebut berkembang. Dari beragamnya suku daerah yang ada, salah satu yang menarik untuk dikaji adalah suku Sunda, Jawa Barat. Batik Trusmi Masina Cirebon merupakan batik dengan motif yang khas Jawa Barat. Bilamana kita ingin melihat banyaknya kekayaan desain motif batik Indonesia contoh yang paling sederhana bisa dilihat di wilayah Jawa Barat. Walaupun masih dalam satu propinsi dan kultur budaya yang sama, tiap-tiap daerah seperti Cirebon dengan Indramayu sudah memiliki karakter dan desain motif yang berbeda. Antara Cirebon dan Garut juga memiliki perbedaan yang sangat jauh sekali dan sangat signifikan perbedaannya. Jika dilihat dari letak geografis, keberadaan batik di daerah Sunda (yang dimaksud daerah Sunda berdasarkan wilayah administratif, adalah Jawa Barat) dapat dibagi menjadi dua bagian, pertama di sebelah Utara Jawa Barat (Cirebon, Indramayu, dan Kuningan), dan kedua di sebelah Selatan Jawa Barat (Sumedang, Tasikmalaya, Ciamis, dan Garut). Sehingga, batik di daerah Sunda (Jawa Barat) terdiri dari batik dengan pengaruh batik pesisiran dan batik dengan pengaruh batik priangan/pedalaman [3]. Yang dimaksud dengan batik pesisiran, dimana motifnya banyak dipengaruhi oleh budaya Cina, Eropa, India, Persia, dan Arab. Memiliki warna-warna yang cerah, seperti motif mega mendung dari Cirebon. Sedangkan pada batik priangan didominasi warna-warna lembut, gelap, seperti hitam dan coklat, dengan komposisi warna terdiri dari sogan indigo (biru), hitam, dan putih. Daerah penghasil produksi dan pengrajin Batik Trusmi Masina Cirebon terdapat di 5 wilayah desa yang berbeda, tepatnya daerah-daerah yang ada di sekitar desa Trusmi (pusat Batik Trusmi, Masina, Cirebonan). Desa-desa yang berada di sekitar desa Trusmi diantaranya desa Gamel, Kaliwulu, Wotgali, Kalitengah dan Panembahan. Pertumbuhan Batik Trusmi Masina nampak bergerak dengan cepat mulai tahun 2000, hal ini bisa dilihat dari banyaknya bermunculan geraigerai batik yang berada di sekitar jalan utama desa Trusmi dan Panembahan. Pemilik gerai Batik Trusmi Masina hampir seluruhnya dimiliki oleh masyarakat Trusmi asli walaupun ada satu atau dua saja yang dimiliki oleh pemilik modal dari luar Trusmi. Setiap daerah di Indonesia yang memiliki budaya membatik, memiliki ciri tersendiri dalam corak, warna dan bentuk batik, sehingga dapat 17

memberikan ciri khas identitas daerah tersebut. Contohnya dalam Batik Trusmi, Masina, Cirebon yang memiliki identitas tertentu. Identitas tersebut diperlukan dan muncul karena latar belakang ekologi dan psikososial yang berbeda dari tiap daerah. Batik Trusmi, Masina, Cirebon tersebut berkembang berdasarkan proses interaksi manusia dengan objek. Melalui proses interaksi, manusia yang bersangkutan meresponnya secara mental (Psycho, Socio Culture Spiritual) sehingga muncul kebutuhan (need), keinginan (will), atau rasa khawatir (fear). Kebutuhan tersebut ditransformasikan dalam tradisi melalui objek, adat, budaya dengan cita rasa warna dan bentuk yang khas dengan kandungan-kandungan simbol (status sosial/spiritual kosmologis), eskpresi estetik-artistik, dan fungsi guna-praktis utiliter [3]. Dapat dikatakan tradisional jika sesuatu benda atau peninggalan tersebut memiliki praktek, kebiasaan, atau cerita yang dihafalkan dan diwariskan dari generasi ke generasi secara turun temurun, awalnya tanpa memerlukan sebuah sistem tulisan. Alat untuk membantu proses ini meliputi perangkat puitis seperti rima dan literasi. Cerita yang terpelihara juga disebut sebagai tradisi, atau sebagai bagian dari tradisi lisan karena dilakukan dan dipakai berulang [4]. Masyarakat Trusmi Masina memproses interaksi objek membatik sebagai kebiasaan masyarakat setempat dan meresponnya secara mental (Psycho, Socio Culture, Spiritual) yang terpancar dalam arti dan makna yang muncul sebagai sebuah objek yaitu objek batik khas Trusmi Masina. Waktu berjalan dan kebiasaan membatik masih terus dipertahankan, membatik menjadi pilihan pekerjaan masyarakat Trusmi Masina, sehingga menjadi kebutuhan (need) akan kebiasaan berpenghasilan dengan cara membatik. Kebiasaan tersebut membuahkan keinginan (will) untuk mempertahankan secara turun temurun, sehingga menjadi sebuah tradisi, menyebabkan tradisi membatik masih dipertahankan hingga sekarang karena rasa takut (fear) akan kehilangan kebiasaan yang sudah diturunkan. Kebutuhan tersebut ditransformasikan dalam tradisi melalui objek, adat, budaya dengan cita rasa warna dan bentuk yang khas dengan kandungan-kandungan simbol hasil Batik Trusmi Masina adalah batik tradisional khas Cirebon yang memiliki corak dan karakter Cirebonan. Diantaranya yaitu desaindesain klasik tradisional biasanya selalu mengikut sertakan motif wadasan (batu cadas) dan berbentuk awan (mega) pada bagian motif tertentu. Warna-warna Batik Trusmi, Masina, Cirebonan klasik biasanya dominan warna kuning, hitam (sogan gosok) dan warna dasar krem, sebagian lagi berwarna merah tua, biru, hitam dengan dasar warna kain krem atau putih gading [6]. Dalam Jurnal [2] disebutkan dalam salah satu simpulan bahwa Ornamen batik Cirebon perlu ditumbuh suburkan dan disosialisasikan akan eksistensinya secara kontinyu kepada generasi muda baik yang berada di jalur pendidikan formal, non formal dan informal, dengan adanya identifikasi unsur visual bentuk dan warna pada batik tradisional Trusmi Masina Cirebon, muncul keinginan penulis untuk menumbuhkembangkan nilai tradisi dengan menganalisa bentuk dan warna khas batiktrusmi. Diharapkan dengan adanya identifikasi unsur visual bentuk dan warna pada batik Trusmi Masina Cirebon dapat digunakan dalam desain-desain kain, busana, atau produk desain lainnya. Unsur-unsur visual yang disebutkan oleh Marvin Bartel [1]. Unsur-unsur visual dalam desain adalah 1) Garis, 2) Warna, 3) Bentuk, 4) Skala Ukuran, 5) Tekstur, 6) Tingkat kecerahan. Unsur visual yang dianalisa dalam penelitian ini adalah unsur bentuk dan warna. Dalam penelitian ini, analisis hanya akan dilakukan terhadap unsur desain warna dan bentuk. Hal tersebut dikarenakan garis, tekstur, gradasi dan skala adalah unsur-unsur yang terdapat dan membentuk unsur warna dan unsur bentuk. 2. TINJAUAN TEORI 2.1. Asal kata Batik Trusmi Masina Cirebon Masina merupakan nama pembatik di daerah Trusmi Cirebon, sudah mulai membatik pada tahun 1942, Masina merupakan keturunan dari pembatik Trusmi, Masina, Cirebon yang bernama Nyi Saminga. Desa Trusmi adalah salah satu desa yang pada awalnya tumbuh sebagai desa dalam tradisi kebudayaan lokal, yang kemudian berkembang dalam pengaruh kebudayaan hindusitik. Perubahan status dari desa menjadi kadipaten di bawah Kasultanan Cirebon berarti pula secara efektif Islam sebagai religi masuk ke dalam kebudayaan masyarakat Trusmi. [5]. 2.2. Jenis Batik Trusmi Masina Cirebon Dalam penelitian [3], membahas mengenai beragam jenis, makna, filosofi bentuk dan ragam hias batik tulis Trusmi yang di buat oleh Masina. Batik Masina menggambarkan seluruh pengalaman batin, yang digabungkan melalui tatacara, ungkapan diri, lambang, arti, nada dan ruang dengan cerita-cerita tentang agama serta sejarah. Unsur dan pengaruh alam semesta digambarkan dalam bentuk-bentuk meru, tumbuhan, binatang, bangunan serta lidah api disamping bentuk-bentuk geometris dan bentuk dengan garis miring. Artian perlambangannya tidak saja menggambarkan kehidupan-kehidupan alam nyata semata, tetapi pengungkapan bentuk pola-pola tersebut merupakan suatu kecenderungan dari adat istiadat, bentuk alam dan kejadian sehari-hari yang kemudian menjadi 18

perlambangan sehingga mempunyai makna tertentu yang erat hubungannya dengan pandangan hidup manusia, yakni suatu perwujudan nyata dari kekuatan-kekuatan yang ada. 2.3. Karakteristik Batik Cirebon Beberapa hal penting yang bisa dijadikan keunggulan (ciri khas) Batik Trusmi, Masina, Cirebon menurut pembatik di desa Trusmi Komarudin Kudiya dibandingkan dengan produksi batik dari daerah lain adalah sebagai berikut: 1. Batik Trusmi, Masina, Cirebonan untuk desain-desain klasik tradisional biasanya selalu mengikut sertakan motif wadasan (batu cadas) pada bagian motif tertentu. Disamping itu ada unsur ragam hias berbentuk awan (mega) pada bagianbagian yang disesuaikan dengan motif utamanya. 2. Batik Trusmi, Masina, Cirebonan tradisional/klasik selalu bercirikan dengan latar belakang (dasar kain) berwarna lebih muda dibandingkan dengan warna garis motif utamanya 3. Bagian latar/dasar kain biasanya bersih dari noda hitam atau warna-warna yang tidak dikehendaki akibat penggunaan lilin yang pecah sehingga pada proses pewarnaan mengakibatkan zat warna yang tidak dikehendaki menempel pada kain. 4. Garis-garis motif pada Batik Trusmi, Masina, Cirebonan menggunakan garis tunggal dan tipis (kecil) kurang lebih 0,5 mm dengan warna garis yang lebih tua dibandingkan dengan warna latarnya. Hal ini dikarenakan secara proses Batik Trusmi, Masina, Cirebon unggul dalam penutupan (blocking area) dengan menggunakan canting khusus (canting tembok dan bleber). 5. Warna-warna Batik Trusmi, Masina, Cirebonan klasik biasanya dominan warna kuning, hitam (sogan gosok) dan warna dasar krem, sebagian lagi berwarna merah tua, biru, hitam dengan dasar warna kain krem atau putih gading. Karakter Batik Trusmi, Masina, Cirebonan Pesisiran dipengaruhi oleh sebagaimana karakter penduduk masyarakat pesisiran yang pada umumnya memiliki jiwa terbuka dan mudah menerima pengaruh asing. Daerah sekitar pelabuhan biasanya banyak orang asing singgah, berlabuh hingga terjadi perkawinan lain etnis (asimilasi) maka Batik Trusmi, Masina, Cirebonan Pesisiran lebih cenderung menerima pengaruh dari luar. 2.4. Makna dan Ragam Hias Batik Trusmi Cirebon Batik Trusmi, Masina, Cirebon lebih cenderung memenuhi atau mengikuti selera konsumen dari berbagai daerah (lebih kepada pemenuhan komoditas perdagangan dan komersialitas), sehingga warna-warna Batik Trusmi, Masina, Cirebonan Pesisiran lebih atraktif dengan menggunakan banyak warna. Dalam gambar selanjutnya akan disebutkan makna yang terkandung perlambangan dalam beberapa corak pola batik tulis Masina Cirebon. Penerapan dari berbagai macam bentuk coraknya didasarkan pada pembagian pengelompokan masing-masing corak yang terwakili. Gambar 1. Corak Batik Paksi Naga Limau (Sumber: Dokumen Seminar Lutfi Syarif ) Dalam corak pola terlihat susunan pola wadasan membentuk gunungan yang disertai dengan corak singa barong (binatang khayal dalam mitos hindu) yang saling berhadapan secara simetris. Bentuk Paksi Naga Limau merupakan sebuah kereta keraton hasil perubahan dari bentuk Garuda (Paksi), Naga serta Gajah (Liman). Secara keseluruhan, bentuk ini merupakan percampuran dari penerapan beberapa unsur kebudayaan, yakni Hindu dengan unsur bentuk garuda dan gajah. Sedang unsur bentuk naga berasal dari kebudayaan Cina. Paksi Naga Limau mengartikan lambang kekuatan Gajah sebagai kekuatan darat serta Garuda sebagai kekuatan udara. 19

Gambar 2. Corak Batik Mega Mendung (Sumber: Dokumen Seminar Lutfi Syarif ) Mega atau Corak awan adalah bagaikan atap yang melambangkan langit. Pola corak diilhami dalam corak awan dalam kesenian Cina kuno. Penafsirannya dimaksudkan bagaikan awan hitam yang akan membawa hujan. Seperti halnya datangnya tirtamaya, yakni air yang memberikan kehidupan sebagai gejala alam yang sangat dihargai di daerah Cirebon yang banyak menderita karena musim kemarau yang berkelanjutan. Gambar 4. Corak Batik Wadasan (Sumber: Dokumen Seminar Lutfi Syarif) Wadasan berarti cadas, perwujudan dari batu karang. Pola Wadasan dinamakan pula pantat keong, yakni mempunyai bentuk melekuk seperti pada bagian akhir keong atau siput. Bentuk pinggirnya bergelembung serta sudutnya dibulatkan. Ujung garis sebelah dalam dibengkokkan, mengambil bentuk biji asam yang mengarah datar. Corak Wadasan sebagai perlambangan dari bumi yang merupakan falsafah dasar masyarakat Cirebon. Wadasan atau batu cadas mengandung arti landasan kuat tempat berpijak. Gambar 3. Corak Batik Taman Arum (Sumber: Dokumen Seminar Lutfi Syarif) Taman Arum adalah taman yang wangi tempat tinggal para dewa di nirwana. Taman ini terdiri dari batu-batu karang, pepohonan, serta kolam. Dimana para sultan bertafakur untuk mencapai Sunyaragi, keadaan dimana jiwa menjadi kosong dan sukma menyatu dengan alam (Sunya berarti kosong, ragi / raga berarti sukma). Ada empat tahap yang dilambangkan dengan corak ini. Tahap pertama merupakan perwujudan kehidupan kebatinan, tiga tahap berikutnya merupakan perwujudan kehidupan duniawi yang biasanya digambarkan dengan binatang-binatang, sebagai lambang kekuatan, taman pepohonan melambangkan kesuburan, usia dan kebijaksanaan, rumah melambangkan dasar dari segalanya, untuk tempat tinggal maupun bersemedi. Gambar 5. Corak Batik Simbar Mulia (Sumber: Dokumen Seminar Lutfi Syarif) Simbar menunjukkan tanaman yang merambat dengan kuatnya pada batang pohon, atau berarti bulu dada seorang pria, khususnya bulu dada Bima dan peranannya sebagai workodara. Rambut dan bentuknya yang berombak dalam ikonografi timur selalu dikaitkan dengan kekuatan-kekuatan seperti samson dalam perjanjian lama. Dengan mudah dihubungkan dengan lambang rambut yang berliuk-liuk seperti ular dari pusatnya. Lambang kekuasaan dan pemberi kekuatan hidup. Bentuk ini dilukiskan sebagai sebuah benda yang berbentuk bulat dan bercabang banyak, merupakan dasar corak Simbar Mulia. Corak ini sudah lama punah, tetapi masih dapat dikenal dari tiruannya, salah satunya adalah Simbar 20

Menjangan yang dilukiskan dalam bentuk tanduk rusa. Gambar 6. Corak Batik Kapal Kandas (Sumber: Dokumen Seminar Lutfi Syarif) Corak ini merupakan kapal yang kandas di pelabuhan Cirebon yang membawa calon pengantin wanita dari tanah seberang, Putri Cina, yang diperuntukkan bagi salah seorang Sultan Cirebon. Ketika Putri tersebut serta mas kawinnya sudah selamat turun kapalnya kandas dan tidak dapat berlayar lagi. Meskipun pola ini sangat digemari, kegunaannya harus memenuhi syaratsyarat tertentu. Menurut kepercayaan, hanya wanita setengah umur yang bisa memakai pola ini, sudah kawin dan berbahagia, serta memiliki kedudukan di masyarakat. Jika tidak memenuhi syarat, maka kehidupan pribadi si pemakai akan kandas. 3. TUJUAN PENELITIAN a. Mengidentifikasi unsur visual bentuk yang paling dominan pada batik Trusmi Masina Cirebon. b. Mengidentifikasi unsur visual warna yang paling dominan pada batik Trusmi Masina Cirebon. 4. METODELOGI PENELITIAN Metodelogi desain Nate Burgon & Adam Kallis diadaptasi dalam penelitian ini, yaitu dalam mengengembangkan masalah (divergen) dan penyempitan masalah (konvergen), sampai menemukan detail desain. Detail masalah yang dikembangkan yaitu membahas enam pilihan batik dari 24 corak batik Trusmi Masina Cirebon, dengan metode analisis unsur visual berdasarkan teori unsur visual oleh Marvin Bartel. Unsur visual batik Trusmi Masina Cirebon yang dibahas dalam penelitian ini yakni khusus membahas dua unsur visual yakni bentuk dan warna, keduanya di identifikasi lalu disempitkan masalahnya dengan menemukan unsur visual yang sering muncul dari lima pilihan batik Trusmi Masina. Sehingga luaran yang dihasilkan berupa kesimpulan bentuk dan warna dasar yang menjadi ciri khas Ragam Hias Batik Trusmi Masina Cirebon. 5. Analisis unsur-unsur visual Batik Trusmi Masina Jenis-jenis corak batik tulis Trusmi Masina didasarkan pada perwujudan kelompok-kelompok corak yang masih ada, hingga tetap terkenal disamping menjadi sumber ilham pembentuk corak baru. Dalam tulisan ini terdapat 24 corak batik yang ditemukan corak Batik Trusmi, Masina, Cirebon (dengan corak batik pribumi Trusmi), diantaranya sebagai berikut: 1. Corak Paksi Naga Liman 2. Corak Ragek Wesi 3. Corak Piring Selampag 4. Corak Mega Mendung 5. Corak Kapal Kandas 6. Corak Tresmian 7. Corak Kabupaten Cirebon 8. CorakWadasan Kasapuhan 9. Corak Kanoman 10. Corak KaCirebonan 11. Corak Siti Hinggil Sunyaragi 12. Corak Tanjakan Gunung Giwur 13. Corak Gedong Sunyaragi 14. Corak Taman Arum 15. Corak Taman Teratai 16. Corak Banjar Balong 17. Corak Panji Semiram 18. Corak Naga Seba 19. Corak Mata Deruk 20. Corak Karang Jahe 21. Corak Simbar Menjangan 22. Corak Ganggen 23. Corak Jalak Murai 24. Corak Jalak Sawunggalin Bentuk dan ragam hias batik tulis masina menggambarkan seluruh pengalaman batin, yang digabungkan melalui tatacara, ungkapan diri, lambang, arti, nada dan ruang dengan cerita-cerita tentang agama serta sejarah. Unsur dan pengaruh alam semesta digambarkan dalam bentuk meru, tumbuhan, binatang, bangunan serta lidah api. Artian perlambangannya tidak saja menggambarkan kehidupan-kehidupan alam nyata semata, tetapi pengungkapan bentuk polapola tersebut merupakan suatu kecenderungan dari adat istiadat, bentuk alam dan kejadian sehari-hari yang kemudian menjadi perlambangan sehingga mempunyai makna tertentu yang erat hubungannya dengan pandangan hidup manusia, yakni suatu perwujudan nyata dari kekuatankekuatan yang ada. Berikut enam batik pilihan berdasarkan perwakilan perlambangan dan corak dalam 24 corak pola batik tulis Trusmi Masina. Penerapan dari berbagai macam bentuk coraknya didasarkan pada pembagian pengelompokan masing-masing corak yang terwakili. 21

1. Corak Batik Paksi Naga Limau, merupakan perwakilan dari corak binatang keramat, 2. Corak Batik Wadasan, merupakan perwakilan dari corak tempat benda keramat, 3. Corak Batik Mega Mendung, merupakan perwakilan dari corak alam keramat, 4. Corak Batik Taman Arum, merupakan perwakilan dari corak tempat keramat, 5. Corak Batik Simbar Mulia, merupakan perwakilan dari corak tumbuhan keramat, 6. Corak Batik Kapal Kandas. merupakan perwakilan dari corak benda keramat. Gambar 9. Turunan Warna Batik Mega Mendung Dari corak pilihan tersebut diatas, akan dianalisis satu-persatu corak batik, dengan berdasarkan unsur visual warna dan bentuk. 5.1. Analisis unsur visual warna pada Batik Trusmi Masina Cirebon dalam color chard Analisis unsur warna dilakukan dengan mengidentifikasi warna-warna yang terdapat pada batik serta penyesuaian warna turunan yang sudah di identifikasi dengan teori karakteristik warna Batik Trusmi Masina menurut penelitian sebelumnya. Berdasarkan penelitian sebelumnya, karakteristik Warna-warna Batik Trusmi, Masina, Cirebonan klasik biasanya dominan warna kuning, hitam (sogan gosok) dan warna dasar krem, sebagian lagi berwarna merah tua, biru, hitam dengan dasar warna kain krem atau putih gading [6]. Berikut adalah Colour Pattern yang di ambil dari ke enam batik Masina dengan teknik pengambilan warna pada aplikasi software Corel Draw. Gambar 10. Turunan Warna Batik Taman Arum Gambar 7. Turunan Warna Batik Naga Limau Gambar 11. Turunan Warna Batik Simbar Mulia Gambar 12. Turunan Warna Batik Kapal Kandas Gambar 8. Turunan Warna Batik Wadasan Identifikasi warna dilakukan dengan mengambil titik-titik warna yang terdapat pada gambar corak 22

batik. Hasil analisis warna pada corak batik terdapat pada Tabel dibawah ini. Tabel 1. Analisis warna pada enam corak ragam hias batik Trusmi Masina Cirebon dalam color chart Jenis Batik Colour Chart Corak Batik Paksi Naga Limau Bentuk khas tersebut kemudian dikumpulkan dan diidentifikasi bentuk khas apa yang paling sering muncul dari corak batik tersebut. Berikut identifikasi motif yang sering muncul pada Batik Trusmi, Masina. Corak Batik Wadasan Corak Batik Mega Mendung Corak Batik Taman Arum Corak Batik Simbar Mulia Gambar 13. Analisis Karakteristik Unsur Visual Bentuk Awan ( Mega ) Pada Ragam Hias Batik Trusmi Corak Batik Kapal Kandas 5.2. Analisis unsur visual bentuk pada Batik Trusmi Masina Cirebon dalam color chard Pada setiap Batik Trusmi Masina terdapat bentuk dan karakter masing-masing sebagai pengejawantahan perlambangan yang tidak saja menggambarkan kehidupan-kehidupan alam nyata semata, tetapi bentuk pola-pola tersebut merupakan suatu kecenderungan dari adat istiadat, bentuk alam dan kejadian sehari-hari. Dari hasil analisis bentuk terhadap setiap corak Batik Trusmi Masina, terdapat beberapa bentuk dasar dan perwakilan bentuk yang muncul di setiap corak batik tersebut. Bentuk yang berulang tersebut telah dijabarkan pada Tabel sebelumnya, dengan warna khusus, yaitu orange untuk bentuk awan, kuning untuk bentuk sayap, dan biru untuk bentuk fauna/dedaunan. Analisis unsur bentuk dilakukan dengan cara mengidentifikasi setiap bentuk khas yang sering muncul pada corak batik, sama dengan cara menganalisis warna yang di identifikasi berdasarkan teori penelitian sebelumnya [3], diantaranya yaitu desain-desain klasik tradisionjal biasanya selalu mengikut sertakan motif wadasan (batu cadas) pada bagian motif tertentu. Disamping itu ada unsur ragam hias berbentuk awan (mega) pada bagian-bagian yang disesuaikan dengan motif utamanya. Gambar 14. Analisis Karakteristik Unsur Visual Bentuk Batu cadas ( Wadasan ) Pada Ragam Hias Batik Trusmi Tabel 2. Analisis Bentuk pada enam corak ragam hias batik Trusmi Masina Cirebon Batik Wadasan Batik Paksi Naga Limau Batik Mega Mendung 23

coklat tua, coklat muda, warna gading, dan turunan gradasi warna biru yang hanya muncul pada batik mega mendung. Kesimpulan warna batik yang muncul pada enam batik pilihan terdapat pada Tabel 3. Tabel 3 Kesimpulan warna yang muncul dari 6 batik pilihan Kesimpulan warna yang muncul dari enam batik pilihan Batik Taman Arum Batik Simbar Mulia Batik Kapal Kandas Dalam Tabel 3. warna yang di analisis dari enam batik pilihan, terdapat sembilan warna yang muncul dan enam diantaranya yang sering muncul dalam Batik Trusmi Masina Cirebon, yang menjadi salah satu ciri identitas warna batik Trusmi Masina Cirebon yaitu; 1. Hitam; 2. Coklat kehijauan; 3. Kream; 4. Coklat Tua; 5. Putih Gading; 6. Biru. Dari analisis bentuk pada tabel 2. diatas didapati bentuk awan pada batik mega mendung merupakan bentuk yang paling sering muncul pada enam batik pilihan perwakilan dari 24 batik Trusmi Masina. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk awan adalah bentuk yang paling mewakili corak-corak batik yang diteliti. Hal tersebut dapat disebabkan karena bentuk awan memiliki arti dan perlambangan yang sangat mendalam bagi masyarat Trusmi, yaitu melambangkan langit yang akan menurunkan hujan. Hujan bagi masyarakat Trusmi yang hidup secara agraris memiliki peran sentral dalam kehidupan mereka, yaitu sebagai perlambangan turunnya rezeki kesuburan tanah dan keberhasilan hasil tanam. Oleh karena itu, bentuk awan bisa dianalisis sebagai bentuk yang mewakili kebudayaan Batik Trusmi Masina. 6. KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan unsur visual warna Batik Trusmi Masina Kesimpulan warna Batik Trusmi, Masina, Cirebon yang di buat oleh Masina daerah Trusmi yaitu warna hitam, coklat kehijauan, kream, 6.2. Kesimpulan unsur visual bentuk Batik Trusmi Masina Bentuk dasar yang sering muncul pada Batik Trusmi Masina dari enam pilihan batik telah dianalisis dan diturunkan pada bab sebelumnya. Terdapat tiga bentuk dasar yang sering muncul pada enam Batik Trusmi, Masina, Cirebon, yakni; awan, sayap dan daun. Bentuk awan merupakan bentuk yang khusus terdapat pada batik Mega Mendung, dan muncul pula pada lima dari ke enam batik pilihan. Berikut adalah bentuk corak yang menjadi salah satu ciri identitas bentuk khas corak Batik Trusmi Masina Cirebon. Gamb ar 15. Bentu k Dasar Awan yang Muncul pada Keenam Batik Trusmi Masina ( Sumber: Dokumentasi Penulis ) DAFTAR PUSTAKA [1] Bartel, M, Elements and Principole of Design. Goshen College Press. 1999. [2] Irin, T. Batik Cirebon (Tinjauan Ornamen Batik Trusmi Cirebon), dipublikasikan pada Jurnal Seni Rupa Vol.2 No. 4 Mei 2002. [3] Joedawinata, A., Unsur-unsur Pemandu dan Kontribusinya dalam Peristiwa Perwujudan Sosok Artefak Tradisional dengan Indikasiindikasi Lokal yang Dikandung dan Dipancarkannya (Studi Dalam Konteks Keilmuan 24

Seni Rupa, Kriya dan Desain Dengan Cirebon dan Artefak Kriya Anyaman Wadah-wadahan Sebagai Kasus). ITB. 2005. [4] Warner, O.L., Tradition. Bronze tympanum over the main entrance, Library of Congress Thomas Jefferson Building. Washington, D.C. 1895. [5] Supriyadi, B., Wijayanti., Adimuyanto, E., Utaryo, H. P., Karakteristik akulturasi budaya dalam arsitektur rumah tinggal dan pola tata ruang di desa trusmi Cirebon. Universitas Diponegoro. 2001. [6] Syarif, L. Telaah TentangPembatik Masina di Desa Trusmi Cirebon. ITB. 1986. 25