Pengorok Daun Manggis

dokumen-dokumen yang mirip
Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

II. TINJAUAN PUSTAKA

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Hama Aggrek. Hama Anggrek

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Hama penghisap daun Aphis craccivora

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Bojer. (Lepidoptera: Crambidae) Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada dua baris secara

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti :

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

REKOMENDASI UMUM PENGENDALIAN HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO 1) Oleh: Ir. Syahnen, MS 2) dan Muklasin, SP 3)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina.

HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA. Amini Kanthi Rahayu, SP. POPT Ahli Pertama

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KENDALIKAN PENGGULUNG DAUN TEH Homona coffearia DENGAN PARASITOID. Oleh : Ardiyanti Purwaningsih, SP. MP dan Umiati, SP.

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

BAB I PENDAHULUAN. tradisional hingga pasar modern. Selain itu, jambu biji juga penting sebagai

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada Tanaman Paprika dan Teknik Pengendalian

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari

I. Ordo Hemiptera ( bersayap setengah )

TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana lazimnya makhluk hidup, tak terkecuali tumbuhan, tidak

TINJAUAN PUSTAKA. Parasitoid

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil,

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

TINJAUAN PUSTAKA. Lalat buah dengan nama ilmiah Bractrocera spp. tergolong dalam ordo

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas serangannya dapat mencapai 90% di lapang, sehingga perlu

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

Lampiran 1 Skenario Pengujian Sesuai dengan Rule No. Gejala Identifikasi Pakar Identifikasi Sistem CF

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

BAB I PENDAHULUAN. Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

TINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

Pengendalian serangga hama. Silvikultur Fisik mekanik Hayati : (predator, parasitoid, patogen) Genetik Kimiawi Perundangan PHT

TINJAUAN PUSTAKA. utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut-serabut

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (Coffea spp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berbentuk pohon yang berasal

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Uji Parasitasi Tetrastichus brontispae terhadap Pupa Brontispae Di Laboratorium

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Pengorok Daun Manggis Manggis (Garcinia mangostana Linn.) merupakan tanaman buah berpotensi ekspor yang termasuk famili Guttiferae. Tanaman manggis biasanya ditanam oleh masyarakat Indonesia di pertanaman / kebun manggis, pekarangan rumah maupun yang tumbuh secara alami di dalam hutan. Di beberapa sentra manggis di Indonesia, ada beberapa teknologi yang telah diterapkan oleh para petani manggis, salah satu teknologi tersebut adalah teknologi konversi hutan manggis menjadi pertanaman / kebun budidaya / usaha tani manggis. Tanaman manggis yang ada di Indonesia, sebagian besar berasal dari hutan manggis atau kebun campuran yang terdapat pohon manggisnya. Saat ini tanaman manggis sebagian besar telah berumur puluhan tahun, dengan pemeliharaan minimal, bahkan bisa jadi tidak ada pemeliharaan sama sekali. Kondisi ini menyebabkan produktivitas dan kualitas produk manggis dari sentra manggis di Indonesia masih dinilai rendah. Kelemahan tersebut tampak dari masih sering dijumpainya buah manggis yang bergejala getah kuning dan kulit buah manggis yang tampak burik karena diakibatkan oleh serangan OPT, juga penanganan OPT yang dilakukan petani manggis dengan kurang hati hati. Kelemahan tersebut dapat memengaruhi harga jual dan menyulitkan akses perdagangan manggis ke negara tujuan ekspor. Pohon manggis yang ditanam di kebun manggis, lebih memiliki pola tanam yang teratur dan sesuai dengan Standar Operational Procedure (SOP) budidaya manggis, diantaranya memiliki jarak tanam yang sama dan teratur serta tanaman manggis dapat tumbuh dengan maksimal dengan kanopi yang baik. Untuk tanaman manggis yang ditanam di pekarangan rumah, biasanya diselingi dengan berbagai tanaman lain yang biasa ditanam dan ditemukan di sekitar pertanaman rumah. Untuk mendapatkan hasil panen maksimal berupa buah manggis yang berkualitas, diperlukan tanaman manggis yang sehat. Untuk usaha tani tanaman manggis yang sehat diperlukan tanaman manggis dengan daun yang lebat dan dahan yang kuat. Dengan tanaman manggis yang sehat diharapkan akan menghasilkan hasil panen yang baik dengan periode normal sekali dalam setahun, sesuai dengan harapan petani. Usahatani manggis tidak luput dari potensi kehilangan hasil, baik karena faktor internal maupun karena faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal utama yang berpotensi menurunkan hasil produksi panen buah manggis selain faktor lingkungan (bencana alam, iklim dan faktor lain) adalah faktor gangguan dan serangan hama dan penyakit tanaman / Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). OPT yang menyerang tanaman manggis dari jenis penyakit, diantaranya penyakit getah kuning, jamur upas, busuk buah, bercak daun, buah mengeras, mati ujung (die back), kanker batang atau kanker cabang, busuk akar, hawar rambut kuda, hawar benang dan rapuh cokelat. Sedangkan OPT dari jenis hama adalah thrips (Scirtothrips sp.); ulat pemakan daun (Hyposidra talaca); pengisap daun dan buah (Helopeltis antonii); kutu putih (Pseudococcus spp.); pengorok daun (Phyllocnictis citrella); tungau (Tetranychus spp.); dan hama tupai (Callosciurus notatus).

Salah satu hama utama yang berpotensi menyebabkan kehilangan hasil pada usaha tani manggis adalah hama pengorok daun manggis (Phyllocnistis citrella. Pengorok daun manggis merupakan salah satu hama yang menyebabkan kerugian secara ekonomi bagi petani manggis di sentra manggis di Indonesia. Pengorok daun manggis menyerang daun manggis di tanaman manggis pada fase pembibitan maupun saat tanaman manggis sudah berada di kebun / pertanaman. Gejala yang ditimbulkan oleh pengorok daun manggis hampir sama dengan pengorok daun yang menyerang tanaman hortikultura lainnya, yaitu berupa gejala daun yang mengering karena disebabkan bekas korokan dari pengorok daun manggis stadia larva. Serangan yang berat menyebabkan daun daun manggis muda yang baru tidak dapat berkembang, sehingga daun manggis tidak dapat menjalankan proses fotosintesis dengan sempurna. Pengorok daun dapat ditemukan di dalam liang korokan pada daun manggis yang masih muda yang helaiannya baru membuka, juga menyerang bibit bibit manggis di persemaian. Pengorok berupa larva (ulat) dari ngengat yang kecil (termasuk Ordo Lepidoptera) dan merupakan kelompok serangga yang sering mengorok daun (famili Gracillariidae). Pengorok daun termasuk Genus Phyllocnistis, fase serangga yang merusak daun manggis hanya fase larva nya saja, dikarenakan larva aktif memakan bagian mesofil daun. Saat fase tanaman manggis berdaun muda, hama pengorok daun aktif menyerang, sehingga hal ini mengakibatkan serangan korokan pada daun manggis terjadi hanya saat manggis mengeluarkan pucuk dan daun muda. Serangan hama ini akan terlihat paling parah saat musim kemarau, hal ini dikarenakan pemunculan daun muda manggis terhambat dan daun muda yang muncul diserang oleh pengorok daun. Pengorok daun manggis dapat menyerang baik pada tanaman manggis ketika masih dalam fase pembibitan maupun pada saat manggis sudah berada di pertanaman / kebun. Serangan / korokan yang disebabkan oleh pengorok lebih terlihat jelas saat manggis berada di pertanaman dibandingkan saat manggis berada di lokasi pembibitan. Gejala kerusakan yang diakibatkan oleh pengorok daun berupa daun manggis yang mengering berwarna cokelat kering karena bekas korokan larva pengorok daun. Selain serangan pengorok daun lebih berat pada fase pertanaman, juga serangan lebih berat jika tanaman manggis rentan / kurang sehat. Dimana selain daun terserang korokan, gejala lain yang muncul adalah pemunculan daun muda manggis yang lebih lambat dengan jumlah yang lebih sedikit bila jumlahnya dibandingkan dengan tanaman manggis yang lebih sehat. Pada tanaman manggis yang daunnya telah terkorok, gejala serangan awal pengorok daun pada saat dilakukan pengamatan dapat dilihat pada pucuk atau daun manggis yang masih muda. Gejala yang teramati akan berupa terdapatnya liang korokan berkelok berkelok (tidak berupa garis lurus) baik pada permukaan atas daun manggis serta permukaan bawahnya. Secara umum, namun tidak pada semua tanaman manggis, umumnya gejala korokan daun pada permukaan bawah daun manggis lebih banyak kuantitasnya dibandingkan di permukaan atas daun. Sifat korokan yang dibuat oleh pengorok daun manggis, korokan pada bagian pangkal daun manggis tampak lebih kecil kemudian akan melebar pada bagian ujung daun.

Serangan pengorok daun manggis pada pucuk daun manggis akan mengakibatkan daun manggis menjadi seperti mengeriting dan kesulitan untuk berkembang dengan baik. Apabila serangan / korokan terlanjur terjadi pada daun manggis yang muda, duan manggis masih mempunyai kesempatan untuk berkembang, walaupun secara estetika tampak kurang menarik karena pada daun dijumpai korokan korokan cokelat sehingga kurang menarik secara penampilan. Untuk gejala serangan pengorok daun lanjutan dapat dilihat jelas pada daun manggis yang tua. Korokan akibat pengorok daun yang diamati pada daun tua akan terlihat melebar dengan warna cokelat dan terlihat mengering. Akan tetapi, pada korokan saat gejala lanjutan pada umumnya pengorok daun fase larva sudah keluar dan sudah bermetamorfosis menjadi fase imago (ngengat) sehingga petugas pengamat OPT tidak akan menemukan larva pengorok daun pada gejala lanjut ini. Parahnya, tanaman manggis yang memiliki daun dengan korokan yang cukup banyak akan menyebabkan daun menjadi mengering sehingga dampaknya mengurangi kemampuan tanaman manggis untuk melakukan proses fotosintesis. Telur pengorok daun, diletakkan oleh imago pada pucuk atau daun yang masih sangat muda dan lunak. Kemudian, telur akan menetas dan larva langsung menembus ke dalam jaringan daun manggis yang berada di bawah telur yang telah diletakkan. Larva memakan jaringan daun dari dalam korokan dan meninggalkan lapisan epidermis atas bila korokan berada di permukaan atas daun, dan epidermis bawah apabila korokan berada di permukaan bawah daun. Larva berwarna putih kekuningan dan berada di ujung liang korokan. Larva instar awal berukuran panjang sekitar 1.8 mm. Bentuk korokan yang dihasilkan larva berupa korokan memanjang dan berkelok kelok. Pada bagian tengah korokan terdapat semacam garis berwarna cokelat yang mengikuti bentuk korokan, garis tersebut merupakan feses dari larva. Korokan di permukaan bawah daun ditemukan lebih banyak daripada korokan di permukaan atas daun. Korokan yang berada di bawah permukaan daun memungkinkan larva pengorok daun menjadi lebih terlindungi. Selama perkembangannya, larva mengalami beberapa kali pergantian kulit, dimana larva instar lanjut berukuran sekitar 3,1 mm. Semakin besar larva semakin besar pula ukuran korokan yang terbentuk. Apabila kita perhatikan, larva memakan jaringan di abwah epidermis daun dengan cara mengetam ke kiri dan ke kanan, begitu seterusnya. Lapisan epidermis pada korokan ini memperlihatkan warna keperak perakan apabila terkena sinar matahari langsung. Apabila larva dikeluarkan dari liang korokan, maka dalam waktu sebentar saja larba akan mati diakibatkan kekeringan. Larva pada ujung korokan daun dapat diilihat langsung tanpa menggunakan alat, namun apabila lapisan epidermis dibuka dan larva kemudian dilihat di bawah mikroskop, maka tampilan larva akan nampak jelas. Penampakan larva berbentuk pipih dengan tungkai asli dan tungkai palsu yang tereduksi. Bagian kepala larva tampak mengerucut dan lebih pipih bila dibandingkan dengan tubuh larva. Larva instar akhir berukuran panjang kurang lebih 5,3 mm. Sebelum menjadi pupa, larva instar akhir pengorok daun manggis mengalami masa prapupa. Prapupa berbentuk seperti larva, namun dengan ukuran yang lebih pendek (3,7 mm) dengan sifat tidak melakukan aktifitas makan dan tidak bergerak. Prapupa terdapat di ujung korokan daun manggis, dan pada fase

prapupa terdapat semacam lapisan yang berfungsi sebagai pelindung (kokon) yang berbentuk oval. Pada umumnya pupa pengorok daun terdapat di tepi daun manggis, dan pada tempat ditemukannya pupa, tepi daun agak melipat, sehingga pupa dapat lebih terlindung. Imago (ngengat) pengorok daun manggis berukuran kecil dengan warna putih keperak perakan. Ngengat berukuran panjang dari ujung tungkai sampai dengan ujung sayap imago sekitar 2,55 mm. Ngengat memiliki sayap depan dan sayap belakang yang ramping, di sayap depan ngengat terdapat ciri khas berupa garis garis berwarna hitam lalu di ujung sayapnya terdapat bercak berwarna hitam. Sayap depan dan sayap belakang mempunyai rambut atau biasa disebut dengan seta, dimana jumlah rambut pada sayap belakang lebih banyak dibanding sayap depan. Antena memiliki ukuran lebih panjang dari tubuh, dengan tipe filiform atau seperti rambut. Berdasarkan data luas tambah serangan dan luas pengendalian OPT khususnya untuk pengorok daun manggis yang dilaporkan oleh UPTD BPTPH Provinsi di Indonesia dan dilakukan rekapitulasi data oleh Direktorat Perlindungan Hortikultura, terekap sebanyak 2 Provinsi yang melaporkan, yaitu provinsi Jawa Barat dan Sumatera Barat pada periode pelaporan tahun 2015. Di provinsi Sumatera Barat dilaporkan luas serangan pengorok daun manggis pada tanaman manggis sebanyak 1.899 hektar dan di Provinsi Jawa Barat dilaporkan luas serangan pengorok daun manggis sebanyak 48 hektar. Sedangkan OPT utama lain yang juga dilaporkan adalah penyakit getah kuning manggis yang dilaporkan oleh UPTD BPTPH provinsi Sumatera Barat dengan luas serangan 1.484 hektar. Sepanjang tahun 2015 belum ada laporan serangan pengorok daun manggis selain dari sentra manggis provinsi Sumatera Barat dan Jawa Barat. Pengendalian hama pengorok daun manggis Sebelum dilakukan langkah pengendalian, perlu dilakukan pengamatan pada daun muda, terutama masa flush dengan cara scoring untuk menentukan intensitas serangan OPT. Hasil pengamatan di pertanaman manggis yang dilakukan PKBT, LPPM, IPB dan Departemen Proteksi Tanaman Faperta IPB, menunjukan cukup banyak larva pengorok daun yang terparasit oleh parasitoid, dimana larva pengorok mati sebelum menjadi pupa. Kemungkinan alternatif pengendalian hama pengorok daun manggis yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami pengorok daun, yaitu parasitoid dan predator nya. Satu larva pengorok daun biasanya hanya akan diparasiti oleh satu ekor parasitoid. Dari hasil beberapa penelitian didapatkan kesimpulan penelitian bahwa terdapat empat jenis parasitoid yang termasuk ke dalam ordo Hymenoptera dilaporkan dapat mengendalikan pengorok daun. Parasitoid berasal dari famili Braconidae, Eulophidae, Eurytomidae dan famili Encyrtidae. Masing masing famili memiliki ciri khas maisng masing meliputi warna, mata, antena, alat peletak telur (ovipositor) dan ciri spesifik lain. Salah satu spesies yang direkomendasikan untuk digunakan sebagai parasitoid pengorok daun manggis adalah Ageniaspis sp (Hymenoptera : Encyrtidae). Hasil penelitian lain juga mendapatkan hasil bahwa ditemukan juga imago yang diduga merupakan predator dari larva pengorok daun (serangga yang diduga prodator ini termasuk dalam Ordo Diptera dan famili Cecidomyiidae). Sebagai tambahan

informasi, bahwa memang famili Cecidomyiidae merupakan famili dari golongan serangga dengan larva yang paling banyak bersifat sebagai predator pada larva hama pengorok daun. Selain serangga, terdapat organisme lain yang juga turut berperan sebagai predator pengorok daun, yaitu laba laba. Untuk menjaga keberadaan dari musuh alami pengorok daun di pertanaman, perlu dilakukan beberapa upaya khusus dengan tujuan supaya lingkungan sekitar pertanaman manggis sesuai bagi kehidupan musuh alami. Pengendalian pengorok daun manggis secara mekanis, dengan melakukan pemangkasan daun daun yang terserang, kemudian dikumpulkan dan dimusnahkan (dibakar lalu dikubur dalam tanah). Jika sangat diperlukan (serangan pengorok daun melebihi Ambang Ekonomi dan Ambang Pengendalian), maka dilakukan aplikasi insektisida sintetik yang direkomendasikan diantaranya berbahan aktif betasilfutrin, imidakloprid, metidation dan diazinon. Sebenarnya kalau boleh jujur dan belajar dari pengalaman selama ini, salah satu upaya sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan menghindari penggunaan insektisida sintetik yang dapat membahayakan kehidupan musuh alami. Juga dapat dilakukan pula upaya menanam tanaman refugia / bunga di sekitar pertanaman manggis sebagai sumber makanan dari imago parasitoid yang memakan nektar bunga refugia tersebut. Selain sebagai sumber bahan makanan, tanaman refugia juga dapat dijadikan tempat naungan / berlindungnya imago parasitoid. Pemberian naungan buatan juga dapat dilakukan agar pertumbuhan bibit manggis lebih baik sehingga dapat menekan serangan pengorok daun. Selain tanaman manggis, inang alternatif dari hama ini adalah tanaman jeruk, jadi sebagai alternatif pengendalian dapat menjauhkan tanaman jeruk yang ada di sekitar pertanaman manggis untuk menghambat penyebaran hama.

LAMPIRAN Gambar 1. Gejala kerusakan pada daun manggis akibat serangan pengorok daun manggis Gambar 2. Tanaman manggis yang masih muda yang ditanam di kebun mangggis

Gambar 3. Tanaman manggis yang sehat Gambar 4. Serangan pengorok daun di pembibitan manggis

Gambar 5. Serangan pengorok daun di pertanaman manggis Gambar 6. Serangan pengorok daun lebih berat pada tanaman manggis yang kurang sehat

Gambar 7. Gejala serangan pengorok daun pada daun manggis Gambar 8. Gejala serangan pengorok daun pada daun manggis yang masih muda Gambar 9. Gejala lanjut pengorok daun pada daun manggis yang sudah tua

Gambar 10. Larva pengorok daun manggis instar awal (a); feses larva pengorok daun manggis (b) Gambar 11. Larva pengorok daun manggis instar lanjut di bawah epidermis daun manggis

Gambar 12. Larva pengorok daun manggis instar akhir setelah lapisan epidermis daun manggis dibuka, bagian kepala (a) Gambar 13. Prapupa pengorok daun manggis di dalam lapisan pelindung dan prapupa pengorok daun manggis yang telah dibuka pelindungnya

Gambar 14. Prapupa pengorok daun manggis di dalam lapisan pelindung dan prapupa pengorok daun manggis yang telah dibuka pelindungnya Gambar 15. Pupa pengorok daun manggis yang terdapat pada tepi daun manggis nyang agak melipat

Gambar 16. Pupa pengorok daun manggis yang terdapat pada tepi daun manggis nyang agak melipat Gambar 17. Imago pengorok daun manggis

Gambar 18. Larva pengorok daun manggis yang terserang endoparasitoid Gambar 19. Larva pengorok daun manggis yang terserang ektoparasitoid, parasitoid (a); inang (b)

Gambar 20. Larva parasitoid yang berada di ujung korokan Gambar 21. Parasitoid Famili Braconidae

Gambar 21. Parasitoid Famili Eulophidae Gambar 21. Parasitoid Famili Eurytomidae

Gambar 22. Parasitoid Famili Encyrtidae Gambar 23. Imago Famili Cecidomyiidae

Gambar 23. Gejala Serangan Pengorok Daun (Phyllocnistis citrella) tampak dari permukaan atas (kiri) dan tampak dari permukaan bawah (kanan) (sumber gambar : PKBT, LPPM, IPB dan Direktorat Perlindungan Hortikultura) REFERENSI : Pusat Kajian Buah Tropika, LPPM, Institut Pertanian Bogor dan Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, 2009. Pengenalan Hama Pengorok Daun Manggis, Musuh Alami dan Potensi Pengendaliannya. Bogor. Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2011. Pedoman Pengenalan dan Pengendalian OPT pada Tanaman manggis. Jakarta Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2016. Informasi Data OPT dan Kelembagaan Pengendalian OPT Hortikultura 2015. Jakarta Disusun dan diolah dari berbagai sumber oleh : Hendry Puguh Susetyo, SP, M.Si Fungsional POPT Ahli Muda Direktorat Perlindungan Hortikultura