BAB I PENDAHULUAN. baru tersebut, maka badan bahasa bertindak menjadi agen perubahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa.

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam penerapan pendekatan, metode, dan teknik dalam pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran terpenting

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hu-bungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kaum terpelajar siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN. tentang berbagai genre teks bahasa Indonesia sesuai dengan jenjang pendidikan. bahasa Indonesia (Permendikbud, No 60 tahun 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjadi inti dari pengajaran Bahasa Indonesia secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. dan akibat untuk menjelaskan suatu kesatuan gagasan atau tema. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

dituntut untuk lebih produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.

BAB I PENDAHULUAN. terampil dan berkepribadian serta siap berperan dalam pembangunan nasional. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. SMP N 2 Banyudono terletak di Jalan Jembungan, Banyudono, Boyolali.

KEPADUAN BENTUK DAN MAKNA DALAM PARAGRAF: ANALISIS WACANA KOLOM JATI DIRI DI JAWA POS

I. PENDAHULUAN. kemampuan dan perilaku untuk berpikir, bercakap-cakap, bersuara, atau pun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. itu terbentuk keterkaitan: satu (unit) pengalaman (experimental meaning dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui penguasaan keterampilan. jenis tulisan baik tulisan fiksi maupun nonfiksi.

I. PENDAHULUAN. dapat dipisahkan antara satu sama lain. Keempat komponen itu ialah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. membaca yang baik akan menunjang keberhasilan hal-hal yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dan guru yang menerapkan komponen-komponen pembelajaran seperti strategi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang bertujuan untuk

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, khususnya para siswa. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

I. PENDAHULUAN. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Pateda, 1990: 4). Bahasa

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahirnya kurikulum 2013 sebagai penerapan kurikulum yang baru ternyata

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak (listening

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan ujaran atau ungkapan dalam bentuk bunyi ujaran.

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bersastra. Pada kurikulum 2013, pelajaran bahasa Indonesia mengalami. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa.

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan.

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARATIF DENGAN TEKNIK PENIRUAN MODEL PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMK NEGERI 1 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum disetiap jenjang pendidikan di sekolah.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai cara

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, gagasan atau perasaan seseorang. Bahasa terdiri atas beberapa kata yang

Oleh Rezki Agus Pandai Yani Tanjung

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan secara tertulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat aktif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata,

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. Keempat aspek tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa tulis seoarang penulis tidak hanya mewujudkan apa yang dipikirkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat terlepas dari peran pentingnya bahasa Indonesia. Sesuai dengan kebijakan Kurikulum 2013 yang tidak hanya mempertahankan bahasa Indonesia berada dalam daftar pelajaran di sekolah, tetapi juga menegaskan pentingnya keberadaan bahasa Indonesia sebagai penghela dan pembawa ilmu pengetahuan. Dengan paradigma baru tersebut, maka badan bahasa bertindak menjadi agen perubahan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Perubahan pembelajaran itu tercermin dalam pembelajaran bahasa berbasis teks. Dalam pembelajaran bahasa berbasis teks, bahasa Indonesia diajarkan bukan sekedar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang mengemban fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial-budaya akademis. Teks dimaknai sebagai satuan bahasa yang mengungkapkan makna secara kontekstual. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat terlepas dari penggunaan teks yang berupa lisan, tulisan, atau multimodal seperti gambar. Sebagai contoh, orang menggunakan teks eksposisi untuk mengusulkan sesuatu kepada pihak lain. Orang menerapkan teks prosedur untuk menjalankan mesin cuci, untuk mengurus SIM, KTP, paspor atau surat-surat penting yang lain untuk berobat di rumah sakit, dan untuk menjalani kegiatan lain yang membutuhkan langkah-langkah tertentu. Orang menggunakan teks deskripsi untuk 1

2 memperkenalkan diri kepada orang lain. Begitu seterusnya sehingga orang selalu menggunakan jenis teks yang sesuai dengan tujuan kegiatan yang dilakukannya. Dengan demikian, jenis-jenis teks tersebut diproduksi dalam konteks sosial yang melatarbelakangi kegiatan-kegiatan yang dilakukan manusia, baik konteks situasi maupun konteks budaya. Halliday dan Ruqaiyah (dalam Mahsun 2014: 1) menyatakan bahwa teks merupakan ungkapan pernyataan suatu kegiatan sosial yang bersifat verbal. Kurikulum 2013 dirancang agar siswa aktif melakukan kegiatan belajar melalui tugas-tugas, baik secara kelompok maupun mandiri. Untuk mengajarkan bahasa Indonesia berbasis teks, pengajar hendaknya menempuh empat tahap pembelajaran, yaitu (1) tahap pembangunan konteks, (2) tahap pemodelan teks, (3) tahap pembuatan teks secara bersama-sama, dan (4) tahap pembuatan teks secara mandiri. Setiap siswa dalam kegiatan menulis mempunyai kemampuan untuk mengekspresikan pikiran, perasaan dan sikapnya. Kemampuan mengekspresikan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk tulisan seperti artikel, wacana, sketsa, puisi maupun bentuk karangan lainnya. Barus (2013:2) menyatakan bahwa, Menulis adalah kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis. Menulis merupakan rangkaian kegiatan mengungkapkan dan menyampaikan gagasan atau pikiran kepada pembaca agar pembaca dapat memahaminya. Seperti halnya dalam kegiatan menulis paragraf teks eksposisi, dimana siswa akan memberikan masukan berbagai informasi maupun pengetahuan kepada pembaca

3 dari hasil tulisannya. Isi yang terdapat dalam tulisan tersebut bisa diperoleh dari hasil pengamatan, penelitian, bahkan dari pengalaman siswa. Kemampuan menulis harus dimiliki atau dikuasai oleh siswa sebagai penanam dasar menulis ke jenjang yang lebih tinggi. Tarigan (1986: 4) mengemukakan bahwa, Kemampuan menulis merupakan ciri orang atau bangsa yang terpelajar. Berdasarkan kemampuan yang lain, kemampuan menulis menuntun siswa untuk membangun pemahaman tentang tata cara menulis. Tata cara menulis tersebut meliputi penggunaan ejaan, kosakata serta kemampuan dalam membuat kalimat yang efektif. Penggunaan kalimat efektif dalam sebuah karya tulis siswa sejauh ini masih mengalami kerancuan. Hal ini menyebabkan pembaca sulit memahami isi tulisan, diantaranya muncul permasalahan yang sangat mendasar, seperti kalimat topik dan kalimat pendukung yang tidak berkaitan, dan hubungan antar paragraf dan antar kalimat yang tidak koheren. Handayani, dkk (2013: 141-143) mengemukakan Paragraf yang baik yaitu paragraf yang memiliki kepaduan antar teksnya, baik kepaduan bentuk maupun kepaduan maknanya. Pertalian bentuk memegang peran penting dalam pemahaman makna suatu tulisan. Kohesi adalah kepaduan bentuk unsur unsur internal di dalam tulisan. Kalau koherensi atau pertalian makna adalah kontinuitas makna dalam teks. Kemudian kalimat kalimat pendukung yang tidak menambahkan gagasan baru dalam paragraf, tetapi hanya menjelaskan gagasan yang sudah ada. Paragraf yang memiliki lebih dari satu gagasan pokok bukan yang baik, namun merupakan deretan kalimat yang tidak berhubungan. Penambahan gagasan baru seperti itu dianggap penyimpangan.

4 Membentuk paragraf yang baik dan padu, sebaiknya penulis terampil berbahasa, selain itu harus menguasai teori kebahasaan. Keterampilan berbahasa diperoleh lewat latihan menulis yang intensif dan kemampuan bahasa lewat pembelajaran. Oleh karena itu, agar terampil menulis sebaiknya dipadukan antara teori dan praktik. Seseorang yang terbiasa menulis biasanya akan menentukan terlebih dahulu topiknya. Selanjutnya kalimat topik itu akan dikembangkan oleh beberapa kalimat penjelas sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada saat melaksanakan Program Pengalaman Latihan Terpadu (PPL-T) selama 3 bulan di SMA Negeri 16 Medan dan berdiskusi dengan guru bidang studi bahasa Indonesia, kemampuan siswa dalam menulis sebuah paragraf yang padu masih tergolong rendah karena tidak mencapai nilai KKM yaitu 70. Kepaduan dari sebuah paragraf biasanya dapat dilihat dari dua aspek, yaitu kepaduan bentuk (kohesi) dan kepaduan makna (koherensi). Dalam membicarakan tentang kepaduan bentuk paragraf maka hal yang perlu dilihat adalah penanda hubungan antar kalimat yang satu dengan lainnya berhubungan atau tidak. Dan begitu juga kepaduan makna, hal yang perlu diperhatikan adalah pertalian makna antar kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya terjalin dengan baik atau tidak. Karena keberhasilan dari sebuah paragraf dilihat sampai dimana tingkat kekohesifan dan kekoherensifan paragraf tersebut. Diketahui kegiatan menulis paragraf yang dilakukan siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan bertujuan menulis paragraf yang padu dan saling berkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainya kurang memuaskan.

5 Penguasaan siswa mengenai kepaduan paragraf yang mencakup aspek kohesi dan koherensi masih tergolong rendah, sehingga dalam menulis paragraf siswa banyak yang tidak memperhatikan hal tersebut. Kurang memuaskannya hasil tulisan siswa tampak pada hasil tulisan siswa ketika guru memberikan tugas menulis. Disamping itu, dikarenakan kurangnya kemampuan menulis siswa. Pengembangan paragraf yang dilakukan siswa tidak berdasarkan pada teori, tetapi berdasarkan gagasan pokoknya. Kebanyakan pengembangan gagasan pokok tersebut tidak dilakukan siswa dengan baik. Hal ini merupakan kasus tersendiri yang dapat memunculkan permasalahan dalam pembelajaran menulis. Senada dengan hal itu, penelitian yang dilakukan Hastuti (2014), Analisis Ketidakpaduan Paragraf Pada Karangan Siswa Kelas VII H SMP Negeri 2 Banyudono. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa dalam karangan siswa kelas VII H SMP Banyudono masih banyak terdapat bentuk paragraf yang tidak padu, baik dalam kesalahan bentuk maupun makna. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Fadilah (2015), Analisis Kesalahan Penulisan Kalimat Padu Pada Karangan Mahasiswa Tingkat III Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri Semarang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 21 karangan mahasiswa terdapat 277 kesalahan kohesi gramatikal sebanyak 115 kesalahan, kohesi leksikal sebanyak 18 kesalan, dan kesalahan lain di luar kriteria kohesi gramatikal dan leksikal sebanyak 144 kesalahan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk menganalisisnya, karena kepaduan paragraf dalam Bahasa Indonesia menurut

6 peneliti layak mendapatkan perhatian. Kebanyakan siswa dalam menulis tidak memperhatikan keterpaduan dalam sebuah paragraf. Peneliti memilih penulisan teks eksposisi oleh siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan sebagai sumber penelitian karena teks eksposisi bisa diperoleh dari hasil pengamatan, penelitian, bahkan dari pengalaman siswa. Penelitian ini berjudul Analisis Kepaduan Paragraf Pada Teks Eksposisi Siswa Kelas X SMA Negeri 16 Medan Tahun Pembelajaran 2016/2017. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah-masalah yang dapat timbul adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan menulis paragraf yang padu oleh siswa masih kurang memuaskan. 2. Penguasaan siswa mengenai aspek kohesi dan koherensi paragraf masih tergolong rendah. 3. Pengembangan paragraf yang dilakukan siswa tidak berdasarkan pada teori. 4. Kurangnya kemampuan menulis siswa. C. Batasan Masalah Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi terdapat empat masalah yang timbul. Agar pembahasan masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas,maka diperlukannya batasan masalah. Maka dalam penelitian ini akan difokuskan pada masalah yang kedua yaitu kepaduan bentuk (kohesi) dan kepaduan makna (koherensi).

7 D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas ada 2 permasalahan penelitian yang perlu dibahas. 1. Bagaimanakah tingkat kepaduan bentuk (kohesi) pada teks eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan? 2. Bagaimanakah tingkat kepaduan makna (koherensi) pada teks eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan? E. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini ada 2 tujuan yang ingin dicapai. 1. Mendeskripsikan tingkat kepaduan bentuk (kohesi) pada teks eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan. 2. Mendeskripsikan tingkat kepaduan makna (koherensi) pada teks eksposisi siswa kelas X SMA Negeri 16 Medan. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik teoritis maupun praktis. 1. Secara Teoretis Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan manfaat dan memperluas khasanah bagi pengembang ilmu bahasa pada umumnya dan memperkaya kajian wacana pada khususnya

8 2. Secara Praktis Manfaat penelitian ini dapat diberikan pada peneliti lain sebagai pertimbangan untuk penambahan tentang kajian kalimat dan sebagai media mengasah sejauh manakah peneliti menguasai bidang kajian yang diteliti.